Anda di halaman 1dari 6

Masalah Lingkungan di Kota Padang dan

Potensi Bencana Alam di Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan
Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, wilayah provinsi ini menempati sepanjang
pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya sepertiKepulauan
Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km ini berbatasan
dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam
dan keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan
dilindungi. Berbagai spesies langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii yang
merupakan bunga terbesar di dunia, harimau sumatera, siamang, tapir, rusa,beruang, dan
berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Sumatera Barat juga mempunyai adat istiadat yang berbeda dari provinsi lainnya yang ada di
Indonesia, yang menciri khas kan atau menggambarkan budaya dan juga keunikan tersendiri yang
ada di Sumatera Barat. Islam adalah mayoritas agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk
Minangkabau yang ada di Sumatera Barat sekitar 98%, sisanya menganut agama lain.

Kondisi Geografis di Sumatera Barat sangat beragam, dan berelief naik turun, banyak gunung-
gunung berapi yg aktif. Hal ini dikarenakan Sumatera Barat termasuk dalam daerah yang dilalui
Jalur Gunung Api Aktif di dunia, yaitu Jalur Mediterania, karena disebabkan pertemuan oleh
beberapa lempeng tektonik aktif yang ada di dunia. Kebanyakan penduduk menempati daerah
yang terletak di perbukitan namun ada beberapa yang di dataran rendah dan pesisir pantai.

B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan sumber daya alam, dan potensi sumber daya manusia yang terdapat di
Sumatera Barat
2. Menjelaskan permasalahan yang ada di Sumatera Barat khususnya di bidang lingkungan hidup
3. Menganalisis berbagai bencana alamyang sering terjadi di Sumatera Barat
4. Mencari solusi dalam penyelesaian masalah

BAB II PEMBAHASAN
1. Masalah

Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Barat terletak di pulau Sumatera, dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai
dengan namanya, wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah
dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi
ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.

Sumatera Barat mempunyai luas daratan 42.297,30 km2 yang setara dengan 2,17% luas Republik
Indonesia dengan jumlah penduduk 5.283.163 jiwa. Provinsi ini diapit oleh dua pusat gempa utama
yaitu patahan semangka yang berada di sepanjang Bukit Barisan dan zona subduksi yaitu
pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia 250 km dari garis pantai ke arah
barat. Provinsi ini juga memiliki 4 buah gunung berapi aktif. Sumberdaya air yang melimpah
dengan jumlah sungai sebanyak 254 buah, bermuara di pantai timur dan barat pulau Sumatera dan
dibagi dalam 6 satuan wilayah sungai (SWS) serta 4 danau besar. Provinsi Sumatera Barat memiliki
luas perairan laut 186.500 km2 dengan panjang garis pantai 2.420.357 km serta memiliki 375
buah pulau besar dan kecil.

Sumber Daya Alam yang ada di Sumatera Barat

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam
dan keanekaragaman hayati. Flora dan Fauna yang beragam banyak ditemukan di aerah ini.
Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai Fauna
atau spesies langka yang masih dapat dijumpai, misalnya harimau sumatera, siamang, tapir,
rusa,beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Adapun Flora yang terdapat di Provinsi ini sungguh sangatlah beragam, diantaranya Rafflesia
arnoldii yang merupakan bunga terbesar di dunia, berbagai pohon pinus, kelapa sawit dan juga
tanaman lain yang berdaya guna bagi kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya. Seperti
contohnya, kopi, cengkeh, jahe, beras dan bumbu-bumbu masak lainnya yang melimpah dan dapat
dijadikan sumber penghasilan bagi penduduk yang mengolahnya dan memanfaatkannya.

Tidak itu saja. Di Sumatera Barat juga ada sumber daya alam yang melimpah dan berasl daer alam
itu sendiri. Diantaranya pertambangan batu bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng,
mangan, emas. Batu kapur (semen).kelapa sawit. Kakao, gambir dan juga hasil perikanan.

Masalah Lingkungan di Kota Padang

Masalah Lingkungan Hidup Utama di Kota Padang, yaitu:


1. Banjir, Longsor dan Abrasi Pantai
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Limbah padat
4. Degradasi Pesisir Pantai dan laut
5. Lahan Kritis dan Alih Fungsi Lahan

Kota Padang memiliki luas 69.496 Ha, dari luas tersebut 3.500 Ha merupakan kawasan yang sangat
rentan terhadap banjir, sekitar 50% -nya merupakan kawasan permukiman.

Kawasan pesisir Kota Padang yang terancam abrasi adalah; Purus, Ulak Karang, Pasir Air Tawar,
Perupuk Tabing serta Pasie Nan Tiga. Kemunduran garis pantau di daerah tersebut mencapat 6
meter pertahun.

Pemantauan kualitas air dilakukan di Sungai Batang Arau. Sedimentasi ditandai dengan timbulnya
delta-delta kecil di muara sungai. Secara kimia, parameter coliform total, coli tinja, BOD, COD,
PO4, amoniak, minyak/lemak, TSS, Zn dan Cu berada diatas ambang baku mutu kualitas air (PP
82/2001 dan SK Gubernur Sumatera Barat No. 660-30-33/1996.

Limbah padat dari sektor permukiman diperkirakan sebesar 249 m3/hari, sedangkan total limbah
padat berdasarkan jumlah penduduk diperkirakan 400 m3/hari. Sementara itu sarana dan pra
sarana kebersihan masih kurang untuk mengatasi timbulan sampah harian tersebut.

Degradasi pesisir dan laut ditendai dengan pendangkalan dan sedimentasi muara sungai,
pencemaran perairan pantai, intrusi air laut, menipisnya hutan mangrove, kerusakan terumbu
karang serta hilangnya biota karang.
Berbagai kegiatan seperti perladangan berpindah, pertanian, pengembangan kawasan
permukiman, perdagangan/jasa, serta alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya,
menjadi penyebab semakin luasnya lahan kritis.

Bencana Alam

Kondisi geologis dan geografis di atas menyebabkan Sumatera Barat menjadi daerah yang memiliki
potensi bencana seperti letusan gunung api, gempa, banjir, longsor (galodo), angin ribut,
gelombang pasang dan tsunami.

Di Sumatera Barat terdapat empat gunung api aktif yaitu Merapi, Tandikat, Talang dan Kerinci yang
menyimpan ancaman bahaya. Aktifitas Gunung Talang yang meningkat di tahun lalu telah menarik
perhatian secara nasional walaupun tidak sampai menimbulkan bencana yang besar. Namun
dengan keberadaan aktifitas kehidupan di Sumatera Barat yang berada di sekitar gunung berapi,
maka risiko bencana yang ditimbulkan akan sangat besar.

Gempa Bumi sering tarjadi sebagai akibat dari Letusan Gunung Berapi (disebut juga Gempa
Vulkanik) ataupun akibat dari pergeseran lempeng yang ada di Pulau Sumatera, khusunya
Sumatera Barat, yang merupakan jalur Gempa Mediterania.
Sumatera Barat memiliki sejumlah sengai besar yang mengalir dari daerah Bukit Barisan di timur
menuju muaranya di Lautan Indonesia di barat. Secara tradisional, perkembangan penduduk
dimulai dari tepi-tepi sungai besar seperti di Kabopaten dan Kota Solok, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Damasraya, Kabupaten Agam. Debit aliran yang tiba-tiba melonjak pada beberapa
sungai di Sumatera Barat diperburuk dengan kondisi iklim dan geografis yang beragam, membuat
ancaman bencana banjir dan longsor memiliki potensi yang tinggi. Kejadian banjir dan tanah
longsor di Sumatera Barat telah banyak merenggut korban baik nyawa manusia maupun harta
benda.

Daratan Provinsi Sumatera Barat pada bagian pantai berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Pertemuan daratan dengan lautan bebas tersebut membuat pantai-pantai di Sumatera Barat telah
dan akan terus masuk dalam siklus pergerakan air laut. Siklus ini akan memberikan ancaman abrasi
pada pantai-pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Perkembangan wilayah
hunian di wilayah pantai pada masa lalu memberikan risiko yang besar terhadap segala ancaman
yang timbul dari lautan. Bencana-bencana yang diakibatkan abrasi dan badai lautan telah dan
akan terus berlangsung, sehingga ancaman bahaya ini akan terus diperhatikan dalam
penanggulangan bencana di Sumatera Barat.

Kebijakan Pemerintah Daerah

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terkait dengan risiko bencana, maka diketahui bahwa bencana
gunung meletus, abrasi pantai dan badai termasuk dalam Tingkat Risiko II, yaitu bencana yang
dengan potensi jumlah korban yang amat besar namun kemungkinan terjadi rendah.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menganggap bencana banjir sebagai bencana dengan tingkat
risiko yang sama dengan gempa bumi dan tsunami, yaitu Risiko I, sehingga berpotensi
menimbulkan jumlah korban yang amat besar dengan kemungkinan terjadi potensi kejadian
bencana tersebut amat tinggi serta mendesak untuk ditangani.

Dari kategori yang disusun oleh pemerintah Provinsi Sumatera Barat terkait dengan risiko bencana,
maka diketahui bahwa bencana abrasi pantai dan badai termasuk dalam Tingkat Risiko II, yaitu
bencana yang dengan potensi jumlah korban yang amat besar namun kemungkinan terjadi rendah

Di samping bencana dan potensi bencana di atas, di Provinsi Sumatera Barat juga ditemukan jenis
bencana lain seperti longsor, kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang termasuk dalam
tingkat risiko II dan III.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap peraturan yang terkait dengan penanggulangan
bencana khususnya, maka tampaknya pemerintah Sumatera Barat telah menyusun dan mensahkan
sebuah Perda yang memang secara khusus mengatur tentang penanggulangan bencana, yaitu Perda
Provinsi No.5 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. Solusi dan Upaya Penyelesaian Masalah

Dari Segi Masyarakat

Sudah sepantasnya masyarakat yang tinggal di Sumatera Barat, tidak hanya orang Minang, tapi
juga masyarakat pendatang haruslah berusaha semampu mungkin untuk melakukan kegiatan
preventif sebelum masalah lingkungan yang ada tidak semakin besar, dan dapat dicegah untuk
kehidupan yang akan datang.

Seperti melakukan daur ulang terhadap sampah anorganik yang tertumpuk, dengan metode 3R,
Reduce-Reuse-Recycle, sehingga bisa dimanfaatkan kembali dan berdaya guna bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, mengolah sampah organic juga dapat menjadi sumber pendapatan yang tak kalah
menguntungkan, bagi para warga masyarakat di Sumatera Barat yang kreatif dan memiliki jiwa
wirausaha yang tinggi, sampah organic bisa diolah menjadi makanan ternak dan dijadikan pupuk
kompos, sehingga bisa diperdagangkan dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Diharapkan dengan kegiatan diatas, dapat terwujud lingkungan yang bersih dan asri, sehingga
dapat mencegah terjadinya pencemaran, baik pencemaan air maupun pencemaran limbah padat,
dan diharapkan dapat mengurangi beban pemerintah dalam mengatasi masalah lingkungan, karena
pada dasrarnya setiap orang khususnya masyarakat minang punya kesadaran yang tinggi .

Dari segi Pemerintah

Pemerintah sudah seharusnya melakukan kegiatan preventif terhadap masalah-masalah yang


terjadi di Sumatera Barat, seperti membuat perundang-undangan tentang Lingkungan dan
pencemaran, dengan system diberlakukannya aturan yang tegas dan mengikat setiap warga
masyarakat. Dengan hal ini diharapakan, rasa kesadaran masyarakat menjadi lebih tinggi dan lebih
peka terhadap masalah yang terjadi di Lingkungan sekitarnya.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap peraturan yang terkait dengan penanggulangan
bencana, maka tampaknya pemerintah Sumatera Barat telah menyusun dan mensahkan sebuah
Perda yang memang secara khusus mengatur tentang penanggulangan bencana, yaitu Perda
Provinsi No.5 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Aturan ini cukup baik karena mengatur berbagai aspek mengenai penyelenggaraan penanggulangan
bencana untuk setiap tahapan siklus bencana serta lembaga penanggulangan bencana dan juga
tentang peran masayarakat, lembaga masyarakat serta lembaga internasional terkait dengan
penanggulangan bencana di Sumatera Barat.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Sumatera Barat mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan berasal dari alam itu sendiri,
diantaranya pertambangan berupa batubara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, mangan,
emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir dan juga hasil perikanan. Berbagai Fauna
atau spesies langka yang masih dapat dijumpai, misalnya harimausumatera, siamang, tapir, rusa,
beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Masalah Lingkungan Hidup Utama di Kota Padang, yaitu:


1. Banjir, Longsor dan Abrasi Pantai
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Limbah padat
4. Lahan Kritis dan Alih Fungsi Lahan

Kondisi geologis dan geografis di atas menyebabkan Sumatera Barat menjadi daerah yang memiliki
potensi bencana seperti letusan gunung api, gempa, banjir, longsor (galodo), angin ribut,
gelombang pasang dan tsunami.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap peraturan yang terkait dengan penanggulangan
bencana, maka tampaknya pemerintah Sumatera Barat telah menyusun dan mensahkan sebuah
Perda yang memang secara khusus mengatur tentang penanggulangan bencana, yaitu Perda
Provinsi No.5 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

B. Kritik dan Saran

Mudah-mudah dengan selesainya makalah ini maka dapat menjadi syarat untuk menjadi anggota
asrama putri minang Bundo Kanduang. Kritik dan saran sangat dibutuhkan dari kakak-kakak semua
sehingga dapat menjadi tulisan yang bermanfaat di kemudian hari, dan dapat mengubah serta
memperbaikinya untuk menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai