id/2016/03/konsep-pendidikan-islam-dalam-al-
quran.html
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun sebuah peradaban,
khususnya peradaban yang Islami. Bahkan, ayat pertama diturunkan oleh Allah sangat
berhubungan dengan pendidikan. Proses dakwah Rasulullah pun dalam menyebarkan Islam
dan membangun peradaban tidak lepas dari pendidikan Rasul terhadap para sahabat.
Dimulai dari sebuah rumah kecil Darul Arqom sampai membentang ke seberang benua.
Diawali beberapa sahabat sampai tersebar ke jutaan umat manusia di penjuru dunia.
Sebuah proses yang pernah menorehkan sejarah peradaban yang membanggakan bagi umat
Islam, Madinah Al-Munawarah. Sejarahpun mencatat banyak Negara yang memperkokoh
bangsanya ataupun bisa segera bangkit dari keterpurukan dengan upaya membangun
pendidikan.
Pada hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah dibumi ini.[1] Wajar, karena dari
pendidikanlah lahir sebuah generasi yang diharapkan mampu membangun peradaban
tersebut. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kemajuan pendidikan akan menjadi salah
satu pengaruh kuat terhadap kemajuan atau kegemilangan sebuah peradaban. Namun,
konsep atau teori pendidikan mengalami sebuah perdebatan hangat bagi para pakar
atau ilmuwan. Peran pendidikan yang semakin disadari pentingnya dalam melahirkan
sebuah generasi tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang benar. Apabila kita
menerima teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma dalam teori pendidikan, maka
disadari atau tidak berarti kita telah meninggalkan hal-hal yang bersifat metafisis
dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Metode ilmiah dalam membangun sebuah teori harus dapat
diamati oleh panca indera. Sebuah teori yang belum bisa dibuktikan secara empiris
tidak bisa dijadikan dasar dalam menyusun sebuah teori termasuk didalamnya teori
pendidikan. Padahal, Al-Qur`an yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW, dari masa
ke masa selalu berkembang pembuktian terhadap mukjizat Ilmiahnya, mulai dari masa
lampau sampai masa yang akan datang.
Menyesuaikan dengan kemampuan manusia dalam membaca mukjizat tersebut. Dalam Surat
Al-Anam ayat 38 Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan. Ditegaskan juga dalam ayat lain, yaitu surat An Nahl
ayat 89 kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri. Untuk itu menjadi hal yang sangat penting dan mendasar bagi para muslim
untuk memahami konsep pendidikan menurut Al-Qur`an dan Al-Sunnah. Konsep dasar yang
perlu untuk dikaji berawal dari definisi atau pengertian pendidikan yang
disandarkan pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui konsep pendidikan dalam Al-Qur`an?
2. Proses belajar mengajar dalam Al-Qur`an?
TUJUAN
1. Agar mahasiswa tahu tentang ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan
tujuan pendidikan.
2. Agar para mahasiswa dapat memahami bahwa Al-Qur`an secara konfrehensif
membahas tentang tujuan pendidikan.
3. Agar mahasiswa dapat memahami tentang urgensi pendidikan ditinjau dari
ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan pendidikan.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami realitas tujuan pendidikan
saat ini dengan tujuan pendidikan yang tergambar dalam Qur`an.
BAB II
PEMBAHASAN
??? ???????? ????????? ??????? ????? ????? ?????? ??????????? ??? ???????????? ????
??????? ???????? ??????? ?????? ??????? ????? ????????? ??????????? ???????? ??????
? ????????? ??????? ???????? ??????????? ??????? ????????? ????????? ????????? ????
? ??????????? ??????? (11)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-
lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.[10]
4. Konsep pendidikan Islam dalam Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 125
$# 4n<) @6y y7n/u pyJ3t:$$/ psqyJ9$#ur puZ|pt:$#
( Og9y_ur L9$$/ }d `|mr& 4 b) y7/u uqd On=r& `yJ/ @| `t
y ( uqdur On=r& ttGgJ9$$/
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Hikmah: ialah Perkataan yang tegas
dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Serulah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan pengajaran yang baik,
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. (Pangkal ayat 125). Ayat ini
adalah mengandung ajaran keapada Rasul SAW tentang cara melancarakn dakwah, atau
seruan terhadap manusia agar mereka berjalan di atas jalan Allah. Nabi SAW memegang
tampuk pimpinan dalam melakukan dakwah itu. Kepadanya dituntunkan oleh Tuhan bahwa
di dalam melakukan dakwah hendaklah memakati tiga macam cara yaitu : pertama,
Hikmah (Kebijaksanaan). Yaitu dengan cara bijaksana, akal budi yang mulia, dada
yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kapada agama, atau kepada
kepercayaan terhadap Tuhan. Contoh-contoh kebijaksanaan itu selalu pula ditunjukkan
Tuhan.
Kata Hikmat itu kadang-kadang diartikan orang dengan filsafat. Padahal dia adalah
inti yang lebih halus dari filsafat. Filsafat hanya dapat difahamkan oeh orang-
orang yang telah terlatih fikirannya dan tinggi pendapat logikanya. Tetapi Hikmat
dapat menarik orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh
orang yang lebih pintar. Kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut,
melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup. Kadang-kadang lebih
berhikmat diam daripada berkata.
Yang kedua ialah Al Mau izhatul Hasanah, yang kita artikan pengajaran yang baik,
atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Sebagai pendidikan
dan tuntunan sejak kecil. Sebab itu termasuklah dalam bidang Al Mauizhatil
Hasanah, pendidikan ayah-bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, yang
menunjukkan contoh beragama di hadapan anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan
mereka pula. Termasuk juga pendidikan dan pengajaran dalam perguruan-perguruan.
Pengajaran-pengajaran yang lebih besar kepada kanak-kanak yang belum ditumbuhi atau
belum diisi lebih dahulu oleh ajaran-ajaran yang lain.Yang ketiga ialah Jadil-hum
billati hiya ahsan, bantahlah mereka dengan cara lebih baik. Kalau telah terpaksa
timbul perbantahan atau pertukaran fikiran, yang di zaman kita ini disebut polemik,
ayat ini menyuruh agar, dalam hal yang demikian, kalau sudah tidak dapat dielakan
lagi, pilihlah jalan yang sebaik-baiknya. Di antaranya ialah memperbedakan pokok
soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang
yang tengah diajak berbantah. Misalnya seseorang yang masih kufur, belum mengerti
ajaran Islam, lalu dengan sesuka hatinya saja mengeluarkan celaan kepada Islam,
karena bodohnya. Orang ini wajib dibantah dengan jalan yang sebaik-baiknya,
disadarkan dan diajak kepada jalan fikiran yang benar, sehingga dia menerima.
Tetapi kalau terlebih dahulu hatinya disakitkan, karena cara kita membantah yang
salah, mungkin dia enggan menerima kebenaran, meskipun hait kecilnya mengakui,
karena hatinya telah disakitkan.
Ketiga pokok cara melakukan Dakwah ini, hikmat, mauizhah hasanah dan mujadalah bil
lati hiya ahsan, amatlah diperlukan di segala zaman. Seba dakwah atau ajakan dan
seruan membawa ummat manusia kepada jalan yang benar itu, sekali-kali bukanlah
propaganda, meskipun propaganda itu sendiri kadang-kadang menjadi bagian dari alat
dakwah. Dakwah meyakinkan, sedang propaganda atau diayah adalah memaksakan. Dakwah
dengan jalan paksa tidaklah akan berhasil menundukkan keyakinan orang. Apatah lagi
dalam hal agama. Al-Quran sudah menegaskan bahwa dalam hal agama sekali-kali tidak
ada paksaan. Dan diujung ayat ini dengan tegas Tuhan mengatakan bahwa urusan
memberi orang petunjuk atau menyesatkan orang, adalah hak Allah sendiri;
Sesungguhnya Tuhan engkau, Dialah yang lebih tahu siapa yang dapat petunjuk
(Ujung ayat 125).
Demikianlah ayat ini telah dijadikan salah satu pedoman perjuangan, menegakkan Iman
dan Islam di tengah-tengah berbagai-ragamnya masyarakat pada masa itu, yang
kedatangan Islam adalah buat menarik dan membawa, bukan mengusir dan mengenyahkan
orang. Dan sampai sekarang, ketiga pokok ini masih tetap terpakai, menurut
perkembangan-perkembangan zaman yang modern.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha dasar yanng dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi
manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimiliknya kepada orang lain
dalam masyarakat. Proses pemindahan nilai dan noma itu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, di antaranya adalah, pertama, melalui pengajaran, yaitu proses
pemindahan nilai dan norma berupa (ilmu) pengetahuan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Kedua, melalui pelatihan yang dilaksankan dengan jalan
membiasakan seseorang melakukan pekerjaan tertentu untuk memperoleh keterampilan
mengerjakan suatu pekerjaan. Ketiga, melalui indoktrinasi yang diselenggarakan agar
orang meniru atau mengikuti saja apa yang diajarkan tanpa mempertanyakan nilai-
nilai atau norma yang diajarkan atau yang dipindahkan itu.[12]
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini bisa dijadikan salah satu referensi sebagai
suatu pengetahuan kepada pembaca sekalian utamanya penyusun, semoga dengan adanya
makalah ini bias member manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Selamat Pohan, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: KBPM Sumtera Utara 2015) cet. II
hlm. 59
[2] Selamat Pohan, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: KBPM Sumtera Utara 2015) cet. II
hlm 163-164
[3] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2010) cet. I hlm. 7
[4] Selamat Pohan, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: KBPM Sumtera Utara 2015) cet. II
hlm. 60
[5] Syaikh Abdulmalik Bin Abdulkarim Amrullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar Juzu XXIX,
(Surabaya: Yayasan Latimojong) hlm. 194
[6] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2010) cet. I hlm. 141
[7] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2002) cet. IV hlm. 42
[8] Syaikh Abdulmalik Bin Abdulkarim Amrullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar Juzu XXIX,
(Surabaya: Yayasan Latimojong) hlm. 194-196
[9] Selamat Pohan, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: KBPM Sumatera Utara 2015) cet. II
hlm. 165
[10] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2002) cet. IV hlm. 151
[11] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2002) cet. IV hlm. 152
[12] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2011) cet. XI hlm. 180