Anda di halaman 1dari 7

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.

id/2014/10/makalah-sistem-
pendidikan-islam-dalam.html

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi. Pertama pendidikan dari sudut pandangan
masyrakat dimana pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada
generasi muda yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan
kata lain agar suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa
tersalurkan dari generasi ke generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis
dari zaman ke zaman. Kedua pendidikan dari sudut pandang individu dimana pendidikan
berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri
setiap individu sebab individu bagaikan lautan yang penuh dengan keindahan yang
tidak tampak, itu dikarenakan terpendam di dasar laut yang paling dalam. Dalam diri
setiap manusia memiliki pelbagai bakat dan kemampuan yang apabila dapat
dipergunakan dengan baik, maka akan berubah menjadi intan dan permata yang
keindahannya dapat dinikmati oleh banyak orang dengan kata lain bahwa setiap
individu yang terdidik akan bermanfaat bagi manusia lainnya.[1]
Dari kedua sudut pandang pendidikan di atas kemudian datanglah Islam yang secara
komprehensif memadukan kedua sisi bentuk pendidikan yang berlandaskan al-Qur'an dan
as-Sunnah, dimana Islam mendidik individu menjadi manusia yang beriman, berakhlak
yang mulia dan beradab yang kemudian melahirkan masyarakat yang bermartabat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan sistem pendidikan Islam. Makalah ini akan
membahas sistem pendidikan Islam perspektif hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Sistem Pendidikan Islam?
2. Bagaimanakah Sistem Pendidikan Islam Dalam Hadits?
3. Hadits Tentang Pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Sistem Pendidikan Islam


1. Pengertian Sistem
Sistem adalah kesatuan yang terorganisir, terdiri atas jumlah komponen yang saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari definisi di atas
dapat diambil pengertian bahwa sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Perpaduan antara komponen tersebut pada tahap
operasionalnya dipandang sebagai faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan.
Untuk itu setidaknya dalam sebuah sistem; keintegrasian, keteraturan, keutuhan,
keterorganisasian dan ketergantungan antara komponen yang satu dengan komponen yang
lain harus betul-betul dikoordinasikan.
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata didik, lalu kata itu mendapat awalan
me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberikan latihan. Sedangkan
secara terminologis mendefinisikan kata pendidikan dari berbagai tujuan ada yang
melihat arti pendidikan dari kepentingan dan fungsi yang diembannya, atau ada yang
melihat dari segi proses ataupun ada yang melihat dari aspek yang terkandung di
dalamnya.
Definisi pendidikan dikemukakan para ahli dalam rangka mendukung, merumuskan
pengertian yang beraneka ragam antara lain, yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Dalam upaya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, pendidikan
berusaha keras demi mencapai tujuan yang diharapkan tidak lain adalah mengharapkan
munculnya manusia atau tumbuhnya manusia yang mapan dari segi mental dan spiritual
dan berkembangnya segi rohani serta jasmani sehingga menjadi manusia paripurna.
Dalam memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan cuma-cuma
terhadap orang yang benar-benar membutuhkan, pendidikan tidak diberikan begitu saja
akan tetapi pendidikan mempunyai komponen-komponen tertentu seperti adanya tujuan,
cara untuk menyampaikan kandungan itu.
3. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang Islami, artinya segala sesuatu yang
berkaitan dengan faktor, upaya dan kegiatan pendidikan bersifat Islam, merujuk
kepada konsep-konsep yang terkandung dalam ayat-ayat Allah yang tertulis maupun
yang tidak tertulis pada setiap tingkatannya, baik filosofis, konsep, teoritis
maupun praktis. Sedangkan Ahmad Tafsir memaknai pendidikan Islam sebagai bimbingan
yang diberikan seseorang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
4. Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam berasal dari tiga kata yaitu : sistem, pendidikan dan
Islam. Sistem berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata system yang berarti
susunan suatu cara atau pola yang berurutan tentang suatu hal. Dan pendidikan
adalah suatu proses pemberian ajaran, bimbingan yang bereupa keilmuan. Sedangkan
islam adalah agama yang di turunkan kepada Nabi Muhammad. Dari definisi-definisi di
atas bisa kita rangkai bahwa sistem pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam
pemberian ilmu kepada murid tentang ilmu-ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan bahwa
dalam sistem pendidikan Islam hanya membahas tentang tata cara pengajaran yang di
ajarkan oleh Islam. Dari cara yang klasik hingga cara modern.[2]

B. Sietem Pendidikan Islam Dalam Hadits


Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan ketakwaan,
sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan dengan maksud
lillahi Taala, karena dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang
mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan jihad fi
sabilillah, jadi para penyelenggara pendidikan harus mempunyai pilar kuat tentang
keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan landasan ideologis dan filosofis untuk
membangun pendidikan Islam, dengan merujuk kepada Al-Quran sebagaiman Abdurahman
Masud menyampaikan gagasanya Ajaran Iqra adalah satu seruan pencerahan
intelektual yang telah terbukti dalam sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari
masa kegelapan.[3]
Memahami pada dataran prakteknya memang sering dijumpai hambatan dan rintangan,
tapi jika niat lurus dan niat beribadah itu telah tertanam maka hal sesulit apapun
akan terasa mudah, sebagaimana para guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-
tradisi demikian, sehingga tak heran jika mereka mengajar santri-santrinya tanpa
dibayar materi sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti ini
merupakan ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak terdapat pada gaya dan
sistem pendidikan manapun didunia. yang mana dari dulu sistem pendidikan ini
dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam mengajarkan Ilmunya dengan
niat lillahi Taala.
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja
untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang kuat,
begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan benar-benar tepat
sesuai asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam penyusunan
konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh
berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam
pendidikan Islam mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya
tidak kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain ke arah kebaikan
agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua yang
diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan kesadaran
insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya bukan sekedar
taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua yang dilakukan dalam
ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu sendiri
tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu Al-Quran dan Hadits, hal ini sejalan
dengan ungkapan yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar
tentang dasar pendidikan Islam dengan ungkapan Karena pendidikan mempunyai posisi
yang penting dalam kehidupan manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-
Quran, Hadist dan akal sebagi dasarnya.[4] Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat
logis, karena falsafah dan dasar dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu
sendiri, untuk sedikit menggambarkan alasan kenapa Al-Quran dan Hadist menjadi
landasan utama pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Al-Quran
Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-Quran, maka dalam
mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut
secara cerdas ke dalam bahasa manusia, agar Al-Quran bisa lebih kontekstual dengan
keadaan zaman, karena Al-Quran memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek,[5]
Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Quran merupakan sumber ajaran yang
tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran yang termaktub
didalamnya sudah dipastikan memuat ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-ayat
yang sifatnya temporal itu harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga
pendidikan Islam seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas
dalam dataran praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-
asas Islam sebagaimana yang digariskan Al-Quran, sebagaimana ungkapan HM.Arifin
mengenai Al-Quran bahwa Al-Quran mengandung dan membawa nilai-nilai yang
membudayakan manusia,hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Quran mengandung motivasi
kependidikan bagi umat manusia.[6]
Al-Hadits
Selain Al-Quran dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan pola kehidupan juga
menggunakan hadits nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai sumber kedua
sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan terhadap Al-Quran. Terlebih dalam dataran
praktek hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits
selain merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap persoalan
yang muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari sosok agung
dalam Islam, Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep pendidikan Islam, hadits
merupakan landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam,
terlebih dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.
Seiring dengan kemajuan zaman dan perbedaan budaya, maka tuntutan dan persoalan
umat menjadi rumit dan berkembang, sedang Al-Quran dan Hadist sudah tidak turun
lagi untuk menjawab persoalan umat sebagaimana pada masa kerasulan Muhammad SAW.
Maka kita harus meyakini lebih dalamlagi bahwa Al-Quran dan Hadist merupakan
sumber hukum yang tak terbatas waktu, kalaupun secara tekstual itu menunjukan hukum
periodik namun secara prinsip Al-Quran dan Hadist berlaku tanpa batas waktu, ini
yang menuntut kecerdasan dan pemahaman untuk lebih memahami pesan dan hukum dari
kedua sumber ajaran Islam tersebut, Sehingga pendidikan Islam selain tetap mengacu
pada kedua sumber tersebut juga, tetap terbuka terhadap unsur lain dalam menentukan
rujukan seperti halnya Ahmad Tafsir menambahkan Akal sebagai sumber filosofis
pendidikan Islam.
Dengan demikian dasar-dasar Pendidikan Islam paling tidak yaitu terdiri dari Al-
Quran, Sunah dan ijtihad, walaupun sebenarya ijtihad disini hanya pemahaman dan
penerjemahan terhadap kedua sumber utama tersebut, namun seperti yang dijelaskan
tadi perlunya ijtihad digunakan karena semakin banyaknya permasalahan yang
berkembang sekarang ini dalam bidang pendidikan, sehingga ijtihad bisa menjadi
sumber lain dalam penyelenggaran pendidikan, karena diperlukannya pemikiran-
pemikiran baru yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga perlu adanya terobosan ilmiah sebagai penunjang dalam pengembangan
Pendidikan Islam secara sistematis.
Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan mendasar untuk
memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini. Jadi dengan pengembangan sistem
pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru yang baik merupakan suatu keharusan,
dengan catatan sesuai dengan konsep dasar landasan pendidikan islam yaitu Al-Quran
dan Hadis,karena dengan membuka diri kepada sesuatu yang baru yang baik, sejalan
dengan dialektika pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah
pengetahuan, namun justru mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan
ditemukan.[7]

C. Hadits Tentang Pendidikan


?????????? ?????? ???? ??????? ?????????????? ?????????? ?????? ??????? ???? ??????
? ???? ??????? ???? ??????? ???? ???????? ???? ??????? ???? ??????? ???? ??????? ??
?? ?????? ?????:?????? ???????? ?????? ????? ???????????? ??? ???????? ???????? ???
?????? ?????? ??????? ??? ????? ???????????? ?????????? ???? ???????????? ?????????
??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ????????? ????????? ??????? ?????
???? ???? ???? ?????????? ?????? ??????? ???????? ?????????? ?????: ????? ????? ???
? ????????? ? ?????: ??? ?????: ????? ????? ???? ???????? ? ?????: ???? ?????: ????
???? ???????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ??????? ???? ??????
???????? ?????????? ????? ??????? ??????? ??????? ???? ???????? ????? ?????????
Terjemahannya:
Telah disampaikan kepada kami oleh Nasr bin Aly al-Jahd}amy, Telah disampaikan
kepada kami oleh Abd Allah bin Dawud, dari Asim bin Raja bin Haywah, dari Dawud
bin Jamil, dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika aku duduk bersama Abu al-
Darda di Masjid Damaskus, Sesorang datang kepadanya dan berkata: wahai Abu al-
Darda aku datang kepadamu dari Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah
hadis yang kamu dengarkan dari Rasulullah Saw, Abu al-Darada berkata : Jadi kamu
datang bukan untuk berdagang? Orang itu menjawab: Bukan, Abu al-Darda berkata: dan
bukan pula selain itu ?, orang itu menjawab: bukan, Abu al-Darda berkata:
Sesungguhnya kau pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang meniti
jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga.[8]
Hadis yang dikaji dalam makalah ini merupakan salah satu daiantara sekian banyak
hadis Rasulullah Saw. baik dalam bentuk qawliyyah ,filiyyah, maupun taqririyyah
dimana beliau Saw sebagai seorang yang ummy (buta baca tulis) memiliki perhatian
yang sangat besar terhadap ilmu dan pendidikan. Beliau mengangkat derajat dan
sangat memuliakan para pemilik ilmu, kemudian beliau menerapkan nilai-nilai etika
yang harus dipedomani oleh orang yang berilmu. Ini menunjukkan begaimana sunnah
Rasulullah Saw. telah terlebih dahulu menciptakan kaidah paling akurat dan nilai-
nilai pendidikan paling agung, yang kebanyakan manusia bahkan dari alangan kaum
muslimin sendiri- beranggapan bahwa nilai-nilai pendidikan itu adalah hasil ciptaan
alam modern -yang dalam istilah Nashr Hamid Abu Zaid "intaj al-tsaqafy"- yang tidak
diketahui kecuali oleh Barat.[9]
Pada hadis tersebut terkandung anjuran dan pahala yang sangat besar bagi mereka
yang meniti jalan untuk mencari ilmu melalui berbagai media pendidikan, bahkan
Rasulullah Saw memberikan garansi kemudahan mencapai surga bagi mereka yang meniti
jalan untuk mencari ilmu.
Perintah meniti jalan-jalan pendidikan untuk mendapat ilmu juga disinggung oleh al-
Quran salah satunya adalah firman Allah Swt:
????? ????? ?????????????? ???????????? ???????? ????????? ?????? ???? ????? ??????
?? ???????? ????????? ??????????????? ??? ???????? ?????????????? ?????????? ?????
???????? ?????????? ??????????? ???????????
Terjemahannya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.[10]
Pada ayat di atas Allah Swt memberikan penjelasan secara eksplisit tentang tujuan
pendidikan Islam yakni agar dapat mengajarkan kepada kelompok masyarakat tempat
mereka hidup dan bersosialisasi, nilai tujuan tersebut agar masyarakat dapat
menjaga diri mereka baik secara individual maupun kelompok.
Tujuan pendidikan secara filosofis berdasarkan pemahaman dari ayat di atas maupun
hadis Rasulullah Saw yang sedang dikaji memberikan penjelaskan bahwa manusia
sejatinya adalah makhluk yang disempurnakan dengan akal oleh Allah Swt yang
merupakan potensi dasar manusia, dengan potensi dasar tersebut manusia diharuskan
untuk menuntut ilmu melalui proses pendidikan. Oleh karena itu tujuan meninti jalan
ilmu pada hakikatnya adalah agar manusia dapat lebih mengenal dirinya dalam artian
memanusiakan manusia, agar ia benar-benar mampu menjadi khalifah di muka bumi.[11]
Nilai penting lainnya dari memahami hadis di atas adalah bahwa dalam meniti jalan
menuntut ilmu terdapat proses pendewasaan jasmani dan rohani[12] yakni bahwa selain
tujuan filosofis terdapat pula tujuan insidental yaitu meningkatkan kecerdasan
motorik, emosional, intelektual dan spiritual,[13] sebab dalam meniti jalan
menuntut ilmu dibutuhkan ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai
kesulitan-kesulitan dalam belajar, Sebab kesuksesan seorang penuntut ilmu terletak
dalam kesabarannya menghadapi berbagai bentuk kesulitan, kesusahan, dan keletihan
dalam mengarungi proses pendidikan. Seluruh bentuk kesulitan yang dihadapi oleh
penuntut ilmu merupakan proses pendewasaan jasmani dan rohani. Dalam al-Qur'an
Allah Swt mengisahkan tentang perjalanan Nabi Musa alaihi al-salam- bersama
dengan pembantunya untuk mendapatkan ilmu dari Nabi Khidhr alaihi al-salam-
sebagaimana yang Allah firmankan:

?????? ????? ?????? ????????? ??? ???????? ?????? ???????? ???????? ????????????? ?
??? ???????? ???????
Terjemahannya:
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti
(berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan; atau Aku akan berjalan
sampai bertahun-tahun".[14]
Pada ayat di atas menjelaskan betapa seorang Nabi Allah Swt Musa alihi al-salam-
yang bergelar kalim al-rahman (teman dialog bagi Allah Swt) terus berusaha meniti
jalan dengan kesabaran menuju ilmu hingga sampai ke tempat pendidikan pertemuan
dua buah lautan dimana beliau akan mendapatkan proses pendidikan lanjutan dari
Allah Swt. melalui gurunya yang bernama Khidhr alaihi al-salam-.
Adapun tentang gambaran dimudahkannya seorang peniti jalan dalam menuntut ilmu
menuju ke surga, al-Nawawy menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan hal itu adalah
hendaknya seseorang menyibukkan dirinya menuntut ilmu-ilmu yang disyariatkan (al-
ulum al-syariyyah) dengan syarat dia menuntut ilmu hanya mengharap rida Allah
Swt, para ulama mempersyaratkan adanya niat yang ikhlas karena Allah Swt dalam
menempuh proses pendidikan yang melelahkan sebab mayortitas manusia meremehkan
keikhlasan dalam belajar utamanya para pemula.[15] Sebab kemudahan meniti jalan ke
surga bagi para peniti jalan menuntut ilmu diukur berdasarkan kadar keihlasannya
dalam menjalani proses pendidikan yang melelahkan tersebut.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa makna dari kata thariqan dan ilmandalam
hadis tersebut adalah bahwa setiap manusia hendaknya memanfaatkan seluruh media
pendidikan yang dapat membantu untuk mendapatkan ilmu utamanya ilmu agama secara
bertahap dan berkesinambungan dengan tetap mengedepankan keikhlasan dan kesabaran
dalam meniti proses pendidikan baik formal maupun non-formal, dan kemudahan meniti
jalan menuju surga dapat dipahami bahwa ilmu dapat membantu memberika kemudahan
dalam mengamalkan amal-amal saleh yang dapat dengan mudah pula menghantarkan menuju
surga Allah Swt.
?????????? ?????????????? ???? ??????? ???? ????? ?????????? ???? ??????????? ????
????? ?????????? ????? ????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ????
? ????????? ??????? ????? ??????????? ??????????? ?????????????? ???????????????? ?
???? ????????? ????????? ???? ????????? ????????? ???? ??????? ???? ????????? ?????
?? ??? ??????? ??????? ???????????? ???? ??????? ?????? ??????? ????? ??????? ?????
??? ????? ??????? ?????????? (???? ??? ????)
Artinya : Menceritakan kepada kami Al-Qanabi dari Malik dari Abi Zinad dari
AlAraj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : Setiap bayi itu
dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu
melihat dari yang cacat?. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana
pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil? Nabi menjawab: Allah lah yang
lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan. (H.R. Abu Dawud)
Setiap anak dilahirkan atas fitrohnya yaitu suci tanpa dosa, dan apabila anak
tersebut menjadi yahudi atau nasrani, dapat dipastikan itu adalah dari orang
tuanya. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang
harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu
bisa tumbuh berkembang dalam pedndidikan yang baik dan benar.
Rasulullah Bersabda:
Hamid bin Abdirrahman berkata, aku mendengar Muawwiyah berkata, aku mendengar
Rasulullah saw Bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang
yang baik, maka Allah akan memberikan kepadanya pengetahuan dalam Agama,
sesungguhnya aku adalah orang yang membagi sementara Allah adalah sang pemberi,
umat ini tidak akan pernah berhenti menegakkan perintah Allah, dan tidak akan
medhoroti mereka, orang-orang yang menentangnya sampai datang hari kiamat. (HR.
Bukhori, Bab Siapapun yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah pahamkan ia
dalam masalah agama).
Hadis di atas menerangkan kepada kita bahwa kehendak Allah untuk menjadikan kita
baik,itu digantungkan dengan kepahaman kita menyangkut agama. Ilmu agama adalah
ilmu yang berkaitan dengan akhlak, maka dengan semakin tinggi pemahaman seseorang
terhadap masalah agama maka akan semakin baik pula akhlak dan perilakunya yang
puncaknya bisa mengantarkannya menjadi orang yang takut kepada Allah semata. Kalau
dewasa ini kita sering melihat seseorang yang dalam pengetahuan agamanya namun dia
justeru makin tenggelam dalam kesesatan, itu dikarenakan ia salah dalam
mengaplikasikan ilmunya. Dia hanya pandai beretorika namun hampa dari pengamalan.
Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata, Bahwa yang dikatakan orang Alim
bukanlah orang yang banyak ilmunya, namun yang dinamakan orang alim adalah orang
yang bias mengamalkan ilmunya. Rasulullah memberikan peringatan kepada kita dengan
sabdanya barangsiapa makin tambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, maka
ia semakin bertambah jauh dari Allah swt. Bahkan Allah dengan tegas mengatakan
bahwa yang disebut ulama hanyalah orang yang takut kepadaNya semata. Innama
Yakhsyallaha min ibaadihil ulama

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tatalaku orang dalam
usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan Islam adalah
usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang telah di gariskan dalam al-quran dan as-sunnah/al-hadits.
Al-quran merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan secara
khusus, kelebihan dalam al-quran terletak pada metode yang menakjubkan dan unik
sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-quran mampu
menciptakan individu yang beriman dan senantiasa meng-Esakan Allah, serta mengimani
hari akhir.
Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT,
pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui
Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya. Al-Hadits sebagai dasar
Islam tidak terlepas dari fungsi itu sendiri terhadap al-quran, fungsi as-sunnah
terhadap al-quran adalah sangat penting.

[1] Hasan Langgulung, Asas-asa Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987),
h. 3

[2] Bakhtiar, Adam. Paradigma Pendidikan Islam.


[3] Abdurahman Masud, hal. 69
[4] Ahmad Tafsir, Op. Cit. hal. 22.
[5] Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995), h. 25.
[6].Arifin, M.Ed.Op.Cit. h. 33
[7] Muhmidayeli, Membangun Paradigma Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana UIN
Suska Riau, (Pekanbaru, 2007), h. 215.
[8] Abu Abd Allalh Muhammad bin Yazid al-Qazwiny Ibn Majah, Sunan Ibn Majah
(Riyad: Maktabah al-Maarif, T.Th), 56.
[9]Yusuf al-Qardawy, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,terj. Abad Badruzzaman
(Yogya karta: Tiara Wacana, 2001), 192-193.

[10] Al-Qur-an: 9 (al-Taubah) : 122


[11] Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21
(Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003), 136.
[12] Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Andi Offset,
1993), 28.
[13] Suharsono. Melejitkan IQ, IE & IS (Jakarta: Insani Press, 2001), 108.
[14] Al-Qur-an: 18 (Al-Kahfi): 60.
[15] Yahya bin Sharaf al-Nawaiy, al-Minhaj Sharh Sahih Muslim bin al-Hajjaj, vol.
17 (Kairo: Matbaah al-Misriyyah, 1349 H / 1930 M), 21.

Anda mungkin juga menyukai