id/2014/10/makalah-sistem-
pendidikan-islam-dalam.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi. Pertama pendidikan dari sudut pandangan
masyrakat dimana pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada
generasi muda yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan
kata lain agar suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa
tersalurkan dari generasi ke generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis
dari zaman ke zaman. Kedua pendidikan dari sudut pandang individu dimana pendidikan
berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri
setiap individu sebab individu bagaikan lautan yang penuh dengan keindahan yang
tidak tampak, itu dikarenakan terpendam di dasar laut yang paling dalam. Dalam diri
setiap manusia memiliki pelbagai bakat dan kemampuan yang apabila dapat
dipergunakan dengan baik, maka akan berubah menjadi intan dan permata yang
keindahannya dapat dinikmati oleh banyak orang dengan kata lain bahwa setiap
individu yang terdidik akan bermanfaat bagi manusia lainnya.[1]
Dari kedua sudut pandang pendidikan di atas kemudian datanglah Islam yang secara
komprehensif memadukan kedua sisi bentuk pendidikan yang berlandaskan al-Qur'an dan
as-Sunnah, dimana Islam mendidik individu menjadi manusia yang beriman, berakhlak
yang mulia dan beradab yang kemudian melahirkan masyarakat yang bermartabat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan sistem pendidikan Islam. Makalah ini akan
membahas sistem pendidikan Islam perspektif hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Sistem Pendidikan Islam?
2. Bagaimanakah Sistem Pendidikan Islam Dalam Hadits?
3. Hadits Tentang Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Quran
Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-Quran, maka dalam
mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut
secara cerdas ke dalam bahasa manusia, agar Al-Quran bisa lebih kontekstual dengan
keadaan zaman, karena Al-Quran memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek,[5]
Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Quran merupakan sumber ajaran yang
tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran yang termaktub
didalamnya sudah dipastikan memuat ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-ayat
yang sifatnya temporal itu harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga
pendidikan Islam seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas
dalam dataran praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-
asas Islam sebagaimana yang digariskan Al-Quran, sebagaimana ungkapan HM.Arifin
mengenai Al-Quran bahwa Al-Quran mengandung dan membawa nilai-nilai yang
membudayakan manusia,hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Quran mengandung motivasi
kependidikan bagi umat manusia.[6]
Al-Hadits
Selain Al-Quran dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan pola kehidupan juga
menggunakan hadits nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai sumber kedua
sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan terhadap Al-Quran. Terlebih dalam dataran
praktek hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits
selain merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap persoalan
yang muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari sosok agung
dalam Islam, Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep pendidikan Islam, hadits
merupakan landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam,
terlebih dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.
Seiring dengan kemajuan zaman dan perbedaan budaya, maka tuntutan dan persoalan
umat menjadi rumit dan berkembang, sedang Al-Quran dan Hadist sudah tidak turun
lagi untuk menjawab persoalan umat sebagaimana pada masa kerasulan Muhammad SAW.
Maka kita harus meyakini lebih dalamlagi bahwa Al-Quran dan Hadist merupakan
sumber hukum yang tak terbatas waktu, kalaupun secara tekstual itu menunjukan hukum
periodik namun secara prinsip Al-Quran dan Hadist berlaku tanpa batas waktu, ini
yang menuntut kecerdasan dan pemahaman untuk lebih memahami pesan dan hukum dari
kedua sumber ajaran Islam tersebut, Sehingga pendidikan Islam selain tetap mengacu
pada kedua sumber tersebut juga, tetap terbuka terhadap unsur lain dalam menentukan
rujukan seperti halnya Ahmad Tafsir menambahkan Akal sebagai sumber filosofis
pendidikan Islam.
Dengan demikian dasar-dasar Pendidikan Islam paling tidak yaitu terdiri dari Al-
Quran, Sunah dan ijtihad, walaupun sebenarya ijtihad disini hanya pemahaman dan
penerjemahan terhadap kedua sumber utama tersebut, namun seperti yang dijelaskan
tadi perlunya ijtihad digunakan karena semakin banyaknya permasalahan yang
berkembang sekarang ini dalam bidang pendidikan, sehingga ijtihad bisa menjadi
sumber lain dalam penyelenggaran pendidikan, karena diperlukannya pemikiran-
pemikiran baru yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga perlu adanya terobosan ilmiah sebagai penunjang dalam pengembangan
Pendidikan Islam secara sistematis.
Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan mendasar untuk
memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini. Jadi dengan pengembangan sistem
pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru yang baik merupakan suatu keharusan,
dengan catatan sesuai dengan konsep dasar landasan pendidikan islam yaitu Al-Quran
dan Hadis,karena dengan membuka diri kepada sesuatu yang baru yang baik, sejalan
dengan dialektika pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah
pengetahuan, namun justru mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan
ditemukan.[7]
?????? ????? ?????? ????????? ??? ???????? ?????? ???????? ???????? ????????????? ?
??? ???????? ???????
Terjemahannya:
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti
(berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan; atau Aku akan berjalan
sampai bertahun-tahun".[14]
Pada ayat di atas menjelaskan betapa seorang Nabi Allah Swt Musa alihi al-salam-
yang bergelar kalim al-rahman (teman dialog bagi Allah Swt) terus berusaha meniti
jalan dengan kesabaran menuju ilmu hingga sampai ke tempat pendidikan pertemuan
dua buah lautan dimana beliau akan mendapatkan proses pendidikan lanjutan dari
Allah Swt. melalui gurunya yang bernama Khidhr alaihi al-salam-.
Adapun tentang gambaran dimudahkannya seorang peniti jalan dalam menuntut ilmu
menuju ke surga, al-Nawawy menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan hal itu adalah
hendaknya seseorang menyibukkan dirinya menuntut ilmu-ilmu yang disyariatkan (al-
ulum al-syariyyah) dengan syarat dia menuntut ilmu hanya mengharap rida Allah
Swt, para ulama mempersyaratkan adanya niat yang ikhlas karena Allah Swt dalam
menempuh proses pendidikan yang melelahkan sebab mayortitas manusia meremehkan
keikhlasan dalam belajar utamanya para pemula.[15] Sebab kemudahan meniti jalan ke
surga bagi para peniti jalan menuntut ilmu diukur berdasarkan kadar keihlasannya
dalam menjalani proses pendidikan yang melelahkan tersebut.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa makna dari kata thariqan dan ilmandalam
hadis tersebut adalah bahwa setiap manusia hendaknya memanfaatkan seluruh media
pendidikan yang dapat membantu untuk mendapatkan ilmu utamanya ilmu agama secara
bertahap dan berkesinambungan dengan tetap mengedepankan keikhlasan dan kesabaran
dalam meniti proses pendidikan baik formal maupun non-formal, dan kemudahan meniti
jalan menuju surga dapat dipahami bahwa ilmu dapat membantu memberika kemudahan
dalam mengamalkan amal-amal saleh yang dapat dengan mudah pula menghantarkan menuju
surga Allah Swt.
?????????? ?????????????? ???? ??????? ???? ????? ?????????? ???? ??????????? ????
????? ?????????? ????? ????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ????
? ????????? ??????? ????? ??????????? ??????????? ?????????????? ???????????????? ?
???? ????????? ????????? ???? ????????? ????????? ???? ??????? ???? ????????? ?????
?? ??? ??????? ??????? ???????????? ???? ??????? ?????? ??????? ????? ??????? ?????
??? ????? ??????? ?????????? (???? ??? ????)
Artinya : Menceritakan kepada kami Al-Qanabi dari Malik dari Abi Zinad dari
AlAraj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : Setiap bayi itu
dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu
melihat dari yang cacat?. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana
pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil? Nabi menjawab: Allah lah yang
lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan. (H.R. Abu Dawud)
Setiap anak dilahirkan atas fitrohnya yaitu suci tanpa dosa, dan apabila anak
tersebut menjadi yahudi atau nasrani, dapat dipastikan itu adalah dari orang
tuanya. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang
harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu
bisa tumbuh berkembang dalam pedndidikan yang baik dan benar.
Rasulullah Bersabda:
Hamid bin Abdirrahman berkata, aku mendengar Muawwiyah berkata, aku mendengar
Rasulullah saw Bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang
yang baik, maka Allah akan memberikan kepadanya pengetahuan dalam Agama,
sesungguhnya aku adalah orang yang membagi sementara Allah adalah sang pemberi,
umat ini tidak akan pernah berhenti menegakkan perintah Allah, dan tidak akan
medhoroti mereka, orang-orang yang menentangnya sampai datang hari kiamat. (HR.
Bukhori, Bab Siapapun yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah pahamkan ia
dalam masalah agama).
Hadis di atas menerangkan kepada kita bahwa kehendak Allah untuk menjadikan kita
baik,itu digantungkan dengan kepahaman kita menyangkut agama. Ilmu agama adalah
ilmu yang berkaitan dengan akhlak, maka dengan semakin tinggi pemahaman seseorang
terhadap masalah agama maka akan semakin baik pula akhlak dan perilakunya yang
puncaknya bisa mengantarkannya menjadi orang yang takut kepada Allah semata. Kalau
dewasa ini kita sering melihat seseorang yang dalam pengetahuan agamanya namun dia
justeru makin tenggelam dalam kesesatan, itu dikarenakan ia salah dalam
mengaplikasikan ilmunya. Dia hanya pandai beretorika namun hampa dari pengamalan.
Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata, Bahwa yang dikatakan orang Alim
bukanlah orang yang banyak ilmunya, namun yang dinamakan orang alim adalah orang
yang bias mengamalkan ilmunya. Rasulullah memberikan peringatan kepada kita dengan
sabdanya barangsiapa makin tambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, maka
ia semakin bertambah jauh dari Allah swt. Bahkan Allah dengan tegas mengatakan
bahwa yang disebut ulama hanyalah orang yang takut kepadaNya semata. Innama
Yakhsyallaha min ibaadihil ulama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tatalaku orang dalam
usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan Islam adalah
usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang telah di gariskan dalam al-quran dan as-sunnah/al-hadits.
Al-quran merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan secara
khusus, kelebihan dalam al-quran terletak pada metode yang menakjubkan dan unik
sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-quran mampu
menciptakan individu yang beriman dan senantiasa meng-Esakan Allah, serta mengimani
hari akhir.
Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT,
pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui
Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya. Al-Hadits sebagai dasar
Islam tidak terlepas dari fungsi itu sendiri terhadap al-quran, fungsi as-sunnah
terhadap al-quran adalah sangat penting.
[1] Hasan Langgulung, Asas-asa Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987),
h. 3