Anda di halaman 1dari 7

1

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI

MATA PELAJARAN : DINAMIKA PERKEMBANGAN RANCANGAN


UNDANG-UNDANG TENTANG
KEAMANAN NASIONAL
DOSEN : BRIGJEN POL. DR. BAMBANG USADI, MM
PESERTA DIDIK : KOMBES POL. AWANG JOKO RUMITRO, SIK, M.Si

ISI RESUME

1. INTISARI PERKULIAHAN

Di dalam batang tubuh UUD 1945, Keamanan Nasional telah secara eksplisit
dijelaskan dengan istilah pertahanan dan keamanan negara. Pada masa lalu
istilah pertahanan dan keamanan menjadi satu frase yaitu pertahanan
Keamanan Negara. Namun berhubung di dalam implementasinya telah
menimbulkan kekeliruan, maka seiring reformasi yaitu melalui Ketetapan MPR No
V/MPR/2000 tentang pemantapan persatuan dan kesatuan, pada bab iv tentang
arah kebijakan disebutkan bahwa arah kebijakan untuk mengadakan rekonsiliasi
dalam usaha memantapkan persatuan dan kesatuan Indonesia salah satunya
adalah dengan mengefektifkan TNI sebagai alat negara yang berperan dalam
bidang pertahanan dan Polri sebagai alat negara yang berperan di bidang
keamanan, serta mengembalikan jati diri TNI dan Polri sebagai bagian dari rakyat.
Usaha mewujudkan sistem Keamanan Nasional yang kuat sudah pasti
memerlukan pemahaman yang mendasar tentang dinamika perkembangan
konsepsi keamanan. Sebagai sebuah konsep, keamanan telah mengalami evolusi
pemaknaan yang luas dan berkembang mengikuti perkembangan dinamika
perubahan zaman. Dalam kajian keamanan, pengertian konsep keamanan
setidaknya dapat dilihat dari dua pendekatan yakni pendekatan tradisional dan non-
tradisional. Secara umum, keduanya sama-sama berkutat mendebatkan wilayah
cakupan keamanan (refferent object of security).
Secara filosofis, negara membutuhkan suatu pengaturan yang jelas
mengenai pola penanggulangan ancaman yang membahayakan kedaulatan dan
keselamatan negara. Oleh karena itu, penataan secara holistic mengenai upaya
untuk memperjuangkan kepentingan nasional sangat perlu, khususnya penataan
2

dalam menghadapi ancaman yang serius terhadap eksistensi kedaulatan negara,


sehingga dapat membahayakan Keamanan Negara.
Keamanan Nasional, sebuah Konsep dan Sistem Keamanan bagi Bangsa
Indonesia (2010) menekankan beberapa poin yang dinilai penting pengaturan yang
jelas menyangkut Kamnas:
a. Pengerahan aktor negara, baik yang bersifat koersif maupun nonkoersif,
serta keterlibatan semua aktor keamanan nasional harus diatur secara jelas
dan tegas di dalam sistem keamanan nasional dalam bentuk peraturan
perundang-undangan;
b. Keamanan nasional sebagai salah satu fungsi pemerintahan diemban oleh
aktor negara yang memiliki otoritas politik dan aktor negara yang memiliki
otoritas operasional;
c. Penggunaan kekuatan koersif rentan terhadap kemungkinan adanya abuse
of power yang justru mengancam keamanan rakyat itu sendir
d. Perlu pengaturan bahwa dalam keadaan tertentu yang genting dan
mendesak otoritas operasional dibenarkan berinisiatif untuk mengambil
tindakan awal;
e. Sistem keamanan nasional perlu mengatur keberadaan Dewan Keamanan
Nasional sebagai fasilitas staf Presiden yang lintas fungsi dan lintas sektor
untuk membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan Keamanan
Nasional serta memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.
Pelibatan semua unsur dalam pembangunan sistem Keamanan Nasional tentunya
akan menimbulkan kendala tersendiri secara konstitusional. Apabila kembali
melihat kepada norma dalam batang tubuh UUD 1945 maka istilah dan konsep
Keamanan Nasional sesungguhnya tidak dikenal di dalamnya. Konstitusi kita hanya
mengenal sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata)
sebagai sistem keamanannya, yang dijabarkan dalam pasal 30 ayat (2) UUD 1945
yang berbunyi usaha Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh tentara nasional Indonesia
dan kepolisian negara republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung.
3

2. PETA PEMIKIRAN / MAPPING


4

3. REFERENSI TAMBAHAN
MENJAGA KEWENANGAN AGAR TIDAK HILANG
Sikap Polri yang masih enggan membahas RUU Kamnas dalam pandangan
penulis adalah bagian dari upaya untuk menjaga eksistensi Polri sebagai institusi
utama dalam penyelenggaraan Keamanan Dalam Negeri (Kamdagri) sebagaimana
ditegaskan dalam UU No. 2/2002 tentang Polri.
Ada sejumlah kewenangan Polri yang berpotensi tereduksi yang mejadi
yang sejak pembahasan awal RUU Kamnas terus berkembang dan menjadi dasar
dan latar belakang penolakan Polri membahas RUU Kamnas. Ada sepuluh potensi
kewenangan Polri yang akan tereuksi dalam RUU Kamnas, yakni: Penyusunan
kebijakan dan pengajuan anggaran; Posisi Polri di bawah kementerian;
Pemberantasan terorisme; Penanganan konflik sosial; penangan pengacau
keamanan; Pembinaan keamanan lingkungan; Posisi Polri di Forum Muspida;
Posisi Polri di Kominda; Akses Bantuan Hibah dan Kerja sama Pemda; Akses politik
dan ekonomi (lihat Tabel 1) Dari sepuluh potensi kewenangan yang tereduksi
tersebut, penulis membaginya ke dalam tiga bagian yakni: Pertama, Kewenangan
yang menyangkut hubungan Polri dengan pemerintah pusat; Kedua, Kewenangan
Polri yang berkaitan dengan aktor keamanan lain, dan Ketiga, kewenangan Polri
yang berhubungan dengan Pemerintah lokal.
Pada Bagian kewenangan Polri yang menyangkut hubungan Polri dengan
pemerintah pusat ada dua kewenangan yakni: Posisi Polri di bawah Presiden dan
penyusunan kebijakan program dan pengajuan anggaran. Terkait dengan posisi
Polri di bawah Presiden ini akan terus terkoreksi oleh dinamika politik kenegaraan
yang ada. Dalam pandangan aktor keamana lainnya, sebagai salah satu aktor
keamanan Polri seharusnya berada di bawah
otoritas politik dalam pengelolaan kebijakan dan program serta pengajuan
anggaran setiap tahunnya. Selama ini, atau setidaknya paska pemisahan Polri dari
TNI, pembuatan kebijakan dan anggaran dilakukan oleh pimpinan Polri sendiri dan
diajukan langsung ke DPR tanpa melalui mekanisme politik sebagaimana yang
terjadi pada TNI yang melalui mekanisme otoritas sipil di Kementerian Pertahanan.
5

4. PENDAPAT PESERTA DIDIK


Agar proses otonomi daerah dapat berjalan sesuai keinginan masyarakat,
maka perlu ada pengawasan secara bersama baik mulai dari perencanaan sampai
pada pelaksanaannya. Seperti tertuang dalam Keppres No.10 tahun 1986 tanggal
17 Pebruari 1986 tentang kerja sama, integrasi, sinkronisasi dan pengamanan
pelaksanaan program-program pembangunan di daerah otonom (peran Muspida).
Untuk itu, organisasi Polri pada satuan kewilayah mempunyai tanggung jawab
besar dalam pengamanan program-program pembangunan di daerah otonom.
Lembang, Juli 2017

Penulis,

AWANG JOKO RUMITRO, SIK, M.Si


NO. SERDIK : 201703001011
6

DAFTAR PUSTAKA

Baroto, Wisnu. 2003. Ketahanan dan pertahanan negara. Jakarta: Elex Media Komputindo
Zubaidi, H. Achmad, dkk. 2002. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Yogyakarta:
Paradigma.
Bandoro (Ed)., Perspektif Baru KeamanaN Nasional, Yogyakarta : Kanisius, 2005.
Indria Samego, Dr., Sistem Pertahanan Keamanan Negara : Analisis Potensi Dan
Problem, Jakarta : The Habibie
Moh. Mahfud MD, Prof., Dr., SH.,SU., Demokrasi dan Konstitusi Indonesia Studi tentang
Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Aneka Cipta, 2003.
7

DAFTAR ISI

1. INTISARI PERKULIAHAN .............................................................................1

2. PETA PEMIKIRAN ........................................................................................3

3. REFERENSI TAMBAHAN .............................................................................4

4. PENDAPAT PESERTA DIDIK .......................................................................5

Anda mungkin juga menyukai