Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Hernia

Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang

normal melalui lubang kongenital atau didapat (Mansjoer, 2000).

Hernia atau herniae adalah penonjolan isi suatu rongga melalui

jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Dimana

dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu

berupa cincin (Rizal, 2007).

Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian

usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis

inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang

merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam

skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan (Jong, 2004).

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.

Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian

lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas

cincin, kantong dan isi hernia (Karnadihardja, 2005).

10
11

2. Patofisiologi Hernia

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama

adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis

pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga

pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang

dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan

faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika

cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis

ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum

karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga

menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan

maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan

ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan

dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan

kembali.

Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau

berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan

terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi

hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala

obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang

akan menyebabkan kurangnya suplai oksige nyang bisa menyebabkan

Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia

terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
12

abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa

menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala

illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri

yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.

(Manjoer, 2000, Syamsuhidayat, 1998).

3. Klasifikasi Hernia

Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:

a. Hernia eksterna yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol

secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti

hernia inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral

dan hernia epigastrika.

b. Hernia intraparietal yaitu kantong hernia berada didalam dinding

abdomen.

c. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga

abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang

didapat.

d. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat

keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi

jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau

gejala obstruksi usus.


13

e. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak

dapat kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan

isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia

akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami

obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi.

f. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan

vaskularisasi. (Stead, 2003).

4. Tipe tipe Hernia

a. Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis adalah penonjolan dari organ atau sebagian

dari organ tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih

banyak pada lelaki ketimbang perempuan. Berbagai faktor penyebab

berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus

yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi

hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu (Mansjoer,

2000).

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik,

hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites sering disertai hernia

inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian- bagian


14

yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu

tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan

lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup

sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

milio inguinalis dan milioforalis setelah apendektomi (Ester, 2001).

b. Hernia Skrotalis

Hernia skrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis

dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian

anterior dan lateral, yang dapat mencapai skrotum, hernia ini disebut

juga hernia inguinalis indirect (Samsudin, 2006).

c. Hernia Femoralis

Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan

kantong di bawah ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare

di medial dan vena femoralis dilateral. Hernia ini sering ditemukan

pada wanita dibanding laki laki dengan perbandingan 2:1 dan pada

umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anak anak. Pintu

masuk dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi

hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong

sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar

dari fosa ovalis di lipat paha.


15

Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intra

abdominal yang kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke

dalam kanalis femoralis yang akanmenjadi pembuka jalan terjadinya

hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas

dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Penderita dengan

hernia femoralis sering mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan yang

dapat di palpasi dalam lipat paha. Nyerinya bersifat nyeri tumpul dan

jika telah terjadi obstruksi dapat menimbulkan muntah dan gangguan

konstipasi. Hernia femoralis sering terjadi inkaserata dan biasanya

terjadi dalam 3 bulan atau lebih. Apabila sudah terjadi inkaserata

maka penderita akan merasakan nyeri yang begitu hebat dan dapat

terjadi shok. Pembengkakan sering muncul di bawah ligamentum

inguinal (Schwart, 2000).

d. Hernia Umbilikalis

Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia

umblikalis lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan

kehamilan berulang ulang merupakan prekusor umum. Asites sering

mengekserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum

terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik, suatu kasus

dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus

peritoneal secaradarurat.

Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara

spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm


16

atau kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia

yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak

dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun.

Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo.

Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis

superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka

ditangani dengan protesis (Schwart, 2000).

e. Hernia Paraumbilikalis

Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah

di garis tengahdi tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi

kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga

dibutuhkan operasi koreksi (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

f. Hernia Sliding

Kondisi spingter kardia membesar, yang memungkinkan satu

bagian lambung melewati rongga torak. Pada hernia sliding lambung

atas dan pertemuan gastroesofagus berubah tempat kedalam torak.

Refluk tampak disebabkan oleh pemajanan sfingter esophagus bawah

(SEB) pada tekanan rendah di toraks. Masalah utama berkenaan

dengan hernia sliding adalah terjadinya refluk. Pada hernia sliding,

SEB tetap dibawah diafragma sehingga refluks tidak menjadi masalah

(Brunner & Suddarth, 2002).


17

g. Hernia Hiatal

Hernia hiatal adalah esophagus masuk abdomen melalui

lubang diafragma, dan mengosongkan diri pada ujung bawah keadaan

bagian atas lambung. Normalnya, lubang dalam diafragma

mengelilingi esofagus dengan kencang, dan lambung berada

separuhnya dalam abdomen. Pada kondisi yang disebut hernia hiatal

lubang diafragma yang melewati esofagus menjadi membesar dan

bagian atas lambung cenderung untuk menggerakkan ke atas bagian

bawah torak. Hernia hiatal lebih sering terjadi pada wanita daripada

pria. Regurgitasi dan disfungsi motorik menyebabkan manifestasi

mayor hernia hiatal. Komplikasi hernia hiatal meliputi obstruksi,

strangulasi, dan terjadinya volvulus (Brunner & Suddarth, 2002).

h. Hernia Richter

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernia

yang pertama kali ditemukan pertama kali oleh Richter (1778) ini

jarang ditemukan, kebanyakan ditemukan pada hernia femoralis atau

obturatoria. Biasanya sebagian dinding usus antemesenterial

mengalami inkaserasi karena pintu hernia kecil dengan tepi keras dan

tajam. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan

hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosa pada waktu laparatomi.

Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi

perforasi usus yang pada hernia femoralis tampak seperti abses di

daerah inguinal (Brunner & Suddarth, 2002).


18

i. Hernia Omfalokel

Protrusi visera abdominal kedasar korda umbilical kantong

tertutup peritoneum tanpa kulit (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

j. Hernia Usus

Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan,

lapisan otot atau aponeurosis. Peritoneum parietale dan jaringan

preperitoneal, kantong hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4

yaitu:

1) Hernia reponibel tanpa inerserasi dan strangulasi

2) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan

3) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan

4) Hernia strangulate, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai

gangrene karena peradaran darah terganggu (Sjamsuhidayat &

Jong, 1997).

5. Faktor faktor Penyebab Hernia

Penyebab terjadinya hernia antara lain :

a. Kongenital / Herediter

Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga

(Mansjoer, 2000). Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis,

pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka,

sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis

belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia
19

ini hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya

prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal

terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain,

seperti anulus inguinalis yang cukup besar (Karnadihardja, 2005).

b. Didapat (akquisita)

Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas,

kelemahan umum, lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan

dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, gangguan proses

kencing, kehamilan, mengejan saat miksi, mengejan saat defekasi,

pekerjaan mengangkat benda berat (Mansjoer, 2000).

1) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam

penyelidikan penyelidikan epidemiologi. Angka angka

kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmojdo, 2003).

Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly

congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat

di jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada

wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan

pintu masuk pada annulus internus yang cukup lebar sehingga

dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan

pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu

yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal


20

adalah, adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian

tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut

karena usia (Karnadihardja, 2005).

Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur, karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan didalam rongga

perut, dan kelemahan otot dinding perut karena jaringan penunjang

berkurang kekuatannya (Jeffry, 2008).

Kriteria obyektif :

a) Anak : 0 14 tahun

b) Remaja : 15 24 tahun

c) Dewasa muda : 25 40 tahun

d) Dewasa : 41 65 tahun

e) Orang tua : > 65 tahun (Auliana, 2001).

2) Pekerjaan

Hernia dapat disebabkan oleh pekerjaan mengangkat benda

berat yang menyebabkan tekanan intra abdominal yang tinggi dan

dalam waktu yang lama (Mansjoer, 2000). Pekerjaan

memungkinkan keterpaparan individu terhadap suatu penyakit

tertentu dalam lingkungan pekerjaan yang mungkin tidak

didapatkan pada lingkungan pekerjaan lainnya.

Kategori pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan :


21

a) Pekerjaan ringan : Pegawai kantor, guru, dokter, pengacara,

pelayanan toko, pengangguran / pensiunan, pekerjaan rumah

tangga dengan mesin / pembantu.

b) Pekerjaan sedang : Pekerja industry, pekerja bangunan, pekerja

perkebunan, nelayan, angkatan bersenjata yang tidak aktif

dilapangan.

c) Pekerjaan berat : Buruh tani, tukang kayu, tentara lapangan,

tukang besi, atlit, penarik gerobak, buruh bangunan (Auliana,

2001).

Pekerjaan mengangkat benda berat dalam kurun waktu yang

lama dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000). Lama bekerja

adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja

disuatu tempat (Handoko, 2002).

Lama bekerja menurut (Handoko, 2002) dikategorikan menjadi

3 yaitu :

a) Lama bekerja kategori baru : 0 1 tahun

b) Lama bekerja kategori sedang : 1 3 tahun

c) Lama bekerja kategori lama : > 3 tahun

3) Jenis Kelamin

Hernia lebih banyak ditemukan pada laki laki dari pada

wanita. Pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus

yang cukup melebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia (Ester, 2001).


22

4) Penyakit lain

Salah satu penyebab hernia adalah batuk kronik dan hipertropi

prostat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen yang terus

menerus sehingga dapat menyebabkan terjadinya hernia (Mansjoer,

2002).

Batuk kronis adalah batuk yang tidak menghilang. Batuk

kronis bukan suatu penyakit tetapi gejala dari penyakit penyakit

lain. Batuk kronis yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen

sehingga secara kronis mendesak keluar organ dalam perut. Orang

yang mempunyai penyakit batuk kronis, pola makan, pola makan

kurang serat sehingga buang air besar tidak lancar (Jakartaspot,

2006).

Batuk kronis, hypertrophy prostat, ascites bisa meningkatkan

tekanan intra abdomen yang terus menerus sehingga dapat

menyebabkan terjadinya hernia (Zahra, 2009).

5) Mengejan

Mengejan saat miksi dan defekasi dapat meningkatkan tekanan

intra abdominal yang tinggi, sehingga bila terjadi terus menerus

dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000).

6) Obesitas

Obesitas/kegemukan adalah keadaan patologis dengan

terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari pada yang

diperlukan untuk fungsi tubuh (Manjoer, 2000). Kegemukan


23

merupakan salah satu penyebab terjadinya hernia, karena terjadi

peningkatan tekanan intra abdominal sehingga dapat mendorong isi

hernia masuk melalui pintu yang sudah terbuka (Manjoer, 2000).

Seseorang dikatakan dikatakan obesitas apabila mempunyai

Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI)

(Supariasa, 2001).

IMT : Berat Badan (kg)

(Tinggi Badan (m)2)

Dengan kriteria :

a) Normal, jika nilai IMT untuk laki laki < 25 Perempuan <

23

b) Obesitas, jika nilai IMT untuk laki laki > 25 Perempuan >

23

6. Manifestasi Klinis

Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di

inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat

beban berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada

inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum,

atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan

atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat.

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.


24

Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin

hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong,2004).

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan

isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu satunya adanya benjolan

di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau

mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang

dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau

paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium

sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri

yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Tanda klinis

pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia (Jong, 2004).

7. Pemeriksaan Fisik

Pada hernia dapat dilakukan beberapa tes antara lain :

a. Tes invaginasi

Adalah dimana penderita disuruh tidur terlentang dan masukkan jari

telunjuk dari arah skrotum masuk annulus inguinalis eksternus, lalu

penderita disuruh mengedan (+) bila dirasakan adanya penonjolan dan

implus diujung jari.

b. Tes Ziemen

Adalah posisi penderita tidur terlentang, kemudian gunakan 3 jari dan

dimasukkan ketiga tempat sekaligus yaitu : annulus inguinalis


25

eksternus, fosa femoralis dan trigonum hasselbach. Penderita

kemudian disuruh mengedan, rasakan di jari mana terdapat implus

c. Tumb tes

Adalah posisi penderita tidur terlentang kemudian jempol pemeriksa

diletakkan di annulus inguinalis internus, penderita disuruh mengedan

lihat apakah terjadi penonjolan atau tidak (Long, 1999).

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas

lateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke

anulus inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat

masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia

inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah

hernia inguinalis medialis (Samsudin, 2006).

9. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat timbul adalah :

a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini

disebut hernia inguinalis ireponibel. pada keadaan ini belum ada

gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering

menyebabkan keadaan ireponibel adalah omentum, karena mudah

melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar
26

karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan

ireponibel daripada usus halus.

b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya

usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi

usus diikuti dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan

ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata

akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan

obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan

kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi

gelisah.

Komplikasi lain :

a. Perlekatan/ hernia akreta

b. Hernia irreponibel

c. Jepitan vaskularisasi terganggu iskhemi

gangrene nekrosis

d. Infeksi

e. Obstipasi obstruksi / konstipasi

f. Hernia inkarserata illeus

g. Hematoma skrotalis

h. Hidrokel (Carpenito, 2001).


27

10. Terapi Hernia

Terapi farmakologi dimulai dengan pemberian antacid (Mylanta,

Maalox, Gaviscoon). Bila manifestasi berat dan menetap, klien

diberikan antagonis reseptor histamine seperti ranitidine (Zantac) atau

famotidin (Pepcid). Obat- obatan lain, Bethanchol (Urecholine) adalah

obat koligernik yang meningkatkan sekresi asam lambung (harus

diberikan sebelum makan). Metoklopramid (raglan) yang meningkatkan

tekanan SEB dengan merangsang otot polos saluran gastrointestinal dan

meningkatkan kecepatan pengosongan lambung (Ester, 2001).

11. Penatalaksanaan

Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun

tindakan definitif berupa operasi.

a. Tindakan konservatif antara lain:

1) Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam

waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.

2) Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi

konservatif dengan:

a) Obat penenang (valium)

b) Posisi trandelenburg

c) Kompres es
28

b. Tindakan Operatif:

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan

herniorapi serta herniograpi.

1) Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya,

kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan

2) Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

3) Herniografi: membuat plasty di abdomen sehingga LMR (Locus

Minorus Resisten) menjadi kuat.

c. Penanganan pasca operasi:

1) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya

hematoma.

2) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan

lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.

3) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta

mengejan.

4) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.

5) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat

menaikkan tekanan intra abdomen.

Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka

dilakukan perawatan luka dan penderita makan dengan diit tinggi

kalori dan protein ( Romi, 2006 ).


29

B. Kerangka Teori

Faktor Penyebab : Tipe tipe hernia :


1. Kongenital/ herediter a. Hernia inguinalis
2. Didapat (Akquisita) b. Hernia skrotalis
a. Umur Hernia c. Hernia femoralis
b. Jenis kelamin d. Hernia
c. Pekerjaan paraumbilikalis
d. Penyakit lain e. Hernia sliding
e. Mengejan f. Hernia hiatal
f. Obesitas g. Hernia richter
h. Hernia omfalokel
i. Hernia usus

Komplikasi :
a. Perlekatan / hernia akreta
b. Hernia irreponibel
c. Infeksi
d. Obstipasi
e. Hernia inkarserata illeus
f. Hematoma skrotalis
g. hidrokel

Sumber : Mansjoer (2000), Capernito (2001)

Bagan 2.1 Kerangka Teori


30

C. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Penyebab :
1. Kongenital / herediter

2. Didapat / akquisita
Hernia
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan berat
d. Penyakit lain
e. Mengejan
f. Obesitas

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


31

D. Hipotesa Penelitian

Ha dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara faktor usia dengan kejadian hernia di RSUD

Kebumen.

2. Ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan kejadian hernia di RSUD

Kebumen.

3. Ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kejadian hernia di

RSUD Kebumen.

4. Ada hubungan antara faktor penyakit lain dengan kejadian hernia di

RSUD Kebumen.

5. Ada hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian hernia di RSUD

Kebumen.

6. Ada hubungan antara faktor mengejan dengan kejadian hernia di RSUD

Kebumen.

Anda mungkin juga menyukai