Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pneumonia adalah proses infalmasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, benda-benda asing

(Muttaqin,2012:98). Peradangan akut yang biasanya berasal dari suatu

infeksi, disebut Pneumonnia (Price dkk,2005:804). Pneumonia merupakan

sauatusindrom (kelainan) yang disebabkan agen infeksius seperti virus,

bakteri Mycoplasma, dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru-paru

yang disertai eksudasi dan konsolidasi (NANDA,2012:339). Pneumonia

menurut WHO adalah penyakit infeksi dengan gejala batuk dan disertai

dengan sesak napas.

Pneumonia yang didapat dari komunitas merupakan penyakit

umum dengan sekitar 3-4 juta kasus terdiagnosis setiap tahunnya di USA.

Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paaling mematikan di USA dan

menempati urutan ke-6 penyebab kematian. Mortalitas diperkirakan kira-

kira 14% dari pasien-pasien yang dirawat di rumahsakit dan kurang dari

1% pasien pada pasien rawat jalan (Lawrence dkk, 2002 : 100). Di

Kabupaten Ponorogo pada tahun 2010 jumlah penderita pneumonia yang

ditemukan dan ditangani sebanyak 286, pada tahun 2011 penderita

pneumonia keseluruhan sebanyak 971 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten


2

Ponorogo tahun 2011). Berdasarkan data penderita Pneumonia di ruang

mawar RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo, diperoleh 17 kasus Pneumonia

selama 3 bulan terakhir ini, yakni bulan Oktober s/d Desember 2013.

Beberapa keadaan yang dapat mengganggu mekanisme pertahanan

tubuh sehingga timbul infeksi paru misalnya kesadaran menurun, usia tua,

trakeostomi, pipa endotrakeal, nyeri akibat operasi terutama setelah

operasi abdomen atau trauma pada dada atau abdomen, penyakit

neuromuskular, deformitas pada dada kifoskoliosis yang berat dan PPOM

sehingga mengurangi kemampuan batuk efektif. Infeksi virus pada saluran

pernapasan menyebabkan nekrosis, deskuamasi, peningkatan sekret dan

jumlah bakteri patogen dalam sekret, serta menyebabkan gangguan pada

gerakan silia dan mukus (Muttaqin,2012:99).

Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di

udara. Aspirasi organisme dari nasofaring (penyebab pneumonia

bakterialis yang paling sering) atau penyebaran hematogen dari fokus

infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran

pernapasan, masuk ke bronkiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi

peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang berupa protein

dalam alveoli dan jaringan interstisial (Muttaqin,2012:98). Bakteri

pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli ke alveoli di

seluruh segmen/lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat

pembesaran eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru. Alveoli dan

septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin
3

serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar.

Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal, dan berwarna merah. Pada

tingkat lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit, dan

relatif sedikit eritrosit. Bakteri pneumokokus difagositosis oleh leukosit

dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli dan

menelan leukosit bersama bakteri pneumokokus di dalamnya. Paru masuk

dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan.

Secara perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat-fibrin

dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal

kembali tanpa kehilangan kemampuannya dalam melakukan pertukaran

gas (Muttaqin,2012:99). Sebagian besar pasien yang menderita pneumonia

yang mengalami onset demam akut atau sub-akut : batuk dengan atau

tanpa produksi spektrum dan sesak napas. Gejala lain ya ng sering di

jumpai adalah kekakuan, berkeringat, menggigil, rasa tak enak di dada,

pleuritis, kelelahan, mialgia, anoreksia, sakit kepala, terdapat suara napas

ronkhi dan nyeri perut (Lawrence dkk, 2002:106).

Sementara itu banyaknya masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang ditimbulkan akibat Aspirasi organisme dari nasofaring

(penyebab pneumonia bakterialis yang paling sering) terutama masalah

keperawatan yang muncul pada penderita pneumonia paru yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan napas. Maka perlunya dilakukan intervensi

keperawatan fisiotherapi dada. Fisiotherapi dada yang termasuk

didalamnya adalah batuk efektif, perkusi vibrasi dada, dan latihan


4

pernapasan karena tindakan ini bertujuan untuk membuang sekret,

memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan

(Muttaqin, 2012:255). Tindakan Fisioterapi dada dapat dilakukan selama

30-60 menit setelah pemberian bronkodilator dan waktu terbaik untuk

melakukan tindakan fisioterapi dada adalah pada pagi hari dan sebelum

tidur. Jika perlu, lakukan sebelum makan dan sebelum tidur

(Tamsuri,2008: 73).

Berdasarkan data dan uraian diatas, serta mengingat prevalensi dan

dampak kesehatan yang ditimbulkan penyakit Pneumonia , maka penulis

tertarik untuk membahas kasus dengan judul Asuhan Keperawatan

Intervensi fisiotherapi dada pada klien dengan Pneumonia dalam upaya

mengatasi bersihan jalan napas sebagai karya tulis ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan Karya Tulis ini penulis hanya membatasi

permasalahan sesuai dengan judul yaitu Apakah Fisiotherapi Dada dapat

mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada penderita Pneumonia

di Ruang Mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah ingin membahas tentang : Upaya

mengatasi bersihan jalan napas dan meningkatkan efisiensi otot-otot


5

pernapasan pada klien dengan Pneumonia melalui fisiotherapi dada di

Ruang Mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

D. Manfaat

Dengan penulisan karya tulis ilmiah ini semoga bermanfaat bagi :

1. Pasien

Pasien mendapatkan Tindakan Keperawatan yaitu Fisiotherapi dada

secara tepat, cepat, dan efisien untuk mengatasi bersihan jalan napas

dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan

Asuhan Keperawatan yang berfokus pada Tindakan Fisiotherapi Dada

yang menderita Pneumonia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah referensi kepustakaan sebagai sarana memperkaya

ilmu pengetahuan khususnya tentang Tindakan Fisiotherapi dada

pada Pneumonia.

4. Bagi Penulis

a) Penulis mampu mengerti dan memahami masalah yang ditulis dan

karya tulis, sehingga dapat melakukan perawatan secara

komprehensif pada klien Pneumonia.

b) Sebagai salah satu syarat Menyelesaikan pendidikan DIII

Keperawatan.
6

5. Bagi Rumah Sakit

Sebagai evaluasi untuk menggambarkan penerapan teori dalam bentuk

pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk peningkatan kualitas

atau mutu asuhan keperawatan pada penderita Pneumonia.

E. Keterbatasan Studi Kasus

Dalam penulisan Karya Tulis ini penulis hanya membatasi

permasalahan sesuai dengan judul yaitu Intervensi Fisiotherapi Dada

pada pasien Pneumonia dalam upaya mengatasi bersihan jalan napas di

ruang Mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo Tahun 2014.

F. Keterbatasan Studi Kasus

Dalam penulisan Karya Tulis ini penulis hanya membatasi

permasalahan sesuai dengan judul yaitu Intervensi Fisiotherapi Dada

pada pasien Pneumonia dalam upaya mengatasi bersihan jalan napas di

ruang Mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo Tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai