Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA


DIAGNOSIS KELUARGA DAN KOMUNITAS
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

Oleh :

Khoirul Fikri

2011730050

UPT. PUSKESMAS PONDOK JAGUNG TANGGERANG SELATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

2017

1
A. KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, Shalawat dan Salam kami panjatkan bagi Nabi
Besar kita Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti kegiatan IKAKOM 2 kami
sebagai Dokter Muda diharapkan agar bisa memahami dan menerapkan ilmu tersebut
dalam praktik kedokteran setelah menyelesaikan masa pendidikan di kepaniteraan.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri
penulis sendiri dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang
lebih sadar bahwa setiap pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya. Bahwa
penting sekali dalam melakukan pekerjaan diperhatikan aspek-aspek yang dapat
melindungi diri sehingga tidak membawa dampak penyakit dimasa mendatang.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada keluarga, dosen-dosen
pembimbing dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu di fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Tanggerang Selatan, Oktober 2017

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB (droplet infeksi) yang
dihirup oleh orang sehat. Sumber penularan adalah penderita yang mengeluarkan
kuman tuberkulosis dengan dahak yang dibatukkan keluar. Berdasarkan cara
penularan ini penyakit TB disebut sebagai airborne disease. Tindakan
pencegahan dan pemberantasan penyakit TB sangat diperlukan, karena:
Setiap tahun jumlah manusia yang meninggal akibat TB ternyata lebih
banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
TB lebih banyak membunuh penduduk usia muda dan dewasa,
dibandingkan dengan penyakit infeksi lain.
Jika tidak diobati, seseorang dengan TB aktif dapat menulari 10-15 orang
dalam satu tahun.
Seperti influenza, TB menyebar melalui udara, saat orang yang terinfeksi
batuk, meludah, berbicara atau bersin.

Peningkatan jumlah kasus tuberculosis di berbagai tempat pada saat ini,


diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu diagnosis tidak tepat, pengobatan
tidak adekuat, program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, infeksi
endemic HIV, migrasi penduduk, mengobati sendiri (self treatment),
meningkatnya kemiskinan, pelayan kesehatan yang kurang memadai. Oleh sebab
itu, usaha untuk mengatasi masalah tersebut terus dilakukan, salah satunya
adalah pelayanan kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluaraga.

Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO, 1947) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan. Sedangkan menurut UU No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah

3
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis, status kesehatan
dipengaruhi oleh faktor perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil, merata dan terjangkau, serta faktor genetik.

Menurut Wonca-WHO tahun 2003, dokter keluarga adalah dokter yang


memberikan pelayanan medis yang komprehensif, kontinu, mengutamakan
pencegahan, koordinatif, kolaboratif, dengan penekanan khusus pada unit individu
sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakatnya. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suammi istri dan anak,
atau ayah dan anak, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun 1992). Menurut (Leavitt,
1982), keluarga adalah sekelompok manusia yang terkait dengan emosi yang sama,
dan biasanya hidup bersama dalam rumah tangga. Tujuannya agar dapat
memberdayakan potensi yang dimiliki keluarga/anggota keluarga untuk
menyembuhkan dan menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga.

1.2 Tujuan Kunjungan kedokteran keluarga


1.2.1 Tujuan Umum :
Diketahuinya status kesehatan, gambaran karakteristik
lingkungan dan kebiasaan sebuah keluarga dan mencari hubungan
dengan terjadinya penyakit dalam keluarga tersebut, serta mencari
faktor resiko dan penanganannya.
1.2.2 Tujuan Khusus :
a) Diketahuinya gambaran besaran pengaruh lingkungan
sekitar, lingkungan rumah, dan perilaku keluarga, dengan
hubungan terjadinya Tuberkulosis paru.
b) Diketahuinya gambaran faktor faktor resiko apa saja yang
bisa menyebabkan tercetusnya Tuberkulosis paru.
c) Mendapatkan penilaian dari universitas sebagai tugas akhir
stase IKAKOM II dalam rangka menjalankan kepaniteraan
stase IKAKOM II

1.3 Manfaat Kunjungan kedokteran keluarga


1.3.1 Mengetahui status pasien yang dipilih sebagai subjek analisa, dan

4
mengetahui kondisi kesehatan terakhir pasien
1.3.2 Dapat melatih dan mempelajari lebih jauh tentang diagnosis
komunitas dan kedokteran kerluarga.
1.3.3 Dapat dijadikan sebagai rujukan subjektif untuk penelitian, diagnosis
komunitas lain, survey daerah, dan referensi keadaan lingkungan
1.3.4 Tinjauan pustaka dapat dijadikan referensi bagi pemda sekitar atau
pejabat dan dinas kesehatan yang berwenang untuk mengevaluasi
faktor resiko terkait masalah lingkungan di daerahnya.

1.4 Metode
Metode yang dipakai adalah studi kasus dimana mahasiswa diharapkan untuk
langsung mengunjungi rumah daripada pasien dan mengambil beberapa
keterangan berikut dengan bukti-bukti seperti foto untuk diteliti dan dikaji dalam
sebuah laporan kasus yang sedemikian akan dilakukan pembahasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TUBERKULOSIS

2.1. Etiologi
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh
M.bovis atau M.africanum.

5
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penularan TB, antara lain:
Agent : jumlah dan virulensi
Host : imunitas, status gizi, kebiasaan merokok, tingkat pendidikan dan
perilaku
Lingkungan : sanitasi lingkungan buruk, kebersihan lingkungan kurang, dsb.

2.2. Patogenesis
Penularan TBC paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara di sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap, kuman dapat bertahan hidup berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel ini terhisap orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau
jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5um.
Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian oleh makrofag keluar
dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk
sarang tuberculosis pneumonia kecil, disebut sarang primer atau afek primer atau
sarang Ghon. Sarng primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila
menjalar sampai ke pleura akan menyebabkan efusi pleura. Kuman ini dapat
masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi
limfadenopati reginal kemudian bakteri masuk kedalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

2.3. Gejala Klinis


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum

6
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Gejala mata: conjunctivitis phlyctenularis, tuberkel koroid (hanya terlihat
dengan funduskopi
TBC kulit/skrofuloderma

2.3. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum Suhu, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
pernapasan.
Antropometri TB, BB, IMT
Pemeriksaan fisik khusus Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Pemeriksaan Imaging rongent toraks
Pemeriksaan Laboratorium
Uji Tuberkulin
Uji laboratorium yang digunakan adalah hitung sel darah, LED, enzim
hepar, urinalisis, asam urat, dll.
Pemeriksaan Mikrobiologik dan serologi

3.4. Diagnosis

7
Diagnosis TB menular ditegakan berdasarkan gejala batuk berdahak lebih
dari 3 minggu dan ditemukan 2 kali BTA dan pemeriksaan mikroskopis dahak 3
kali (sewaktu, pagi, sewaktu). Tanda pasti penderita TB ditetapkan dengan
pemeriksaan kultur, sayangnya biaya mahal dan memerlukan waktu 6 - 8
minggu. Pemeriksaan 3 kali identik dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan ini
lebih cepat dan lebih murah. Pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan
mikroskpis dahak yang telah di buat sediaan apus dan diwarnai dengan Ziehl
Neelsen. Bila kuman Basil tahan asam dijumpai 2 kali dari 3 pemeriksaan dahak
penderita disebut penderita BTA psitif/menular. Apabila dari 3 kali pemeriksaan
BTA negatif sedangkan secara klinis mendukung sebagai TB, perlu dilakukan
pemeriksaan rontgen. Diagnosis yang didasarkan pada pemeriksaan radiologi
(foto rontgen) belum merupakan diagnosa pasti, pada beberapa orang yang
sebelumnya menderita TB dan sekarang sudah sembuh, dapat mempunyai
gambaran foto rontgen thorax mungkin berguna pada penderita-penderita suspek
yang belum pernah diobati sebelumnya dengan hasil pemeriksaan dahaknya
negatif.

3.5. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberculosis memiliki dua prinsip dasar, yaitu pengobatan TB
paru memerlukan minimal 2 macam obat yang basilnya peka terhadap obat
tersebut dan salah satu daripadanya harus bakterisid dan penyembuhan penyakit
membutuhkan pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya,
perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk meneliminasi basil yang
persisten. Berdasarkan prinsip tersebut, program pengobatan tuberculosis dibagi
menjadi 2 fase, yaitu fase bakterisidal awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan).
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar dapat
mencegah pekembangan resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah menerapkan
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course Strategy) dimana
terdapat petugas tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi pasien minum
obat untuk memastikan kepatuhannya. WHO juga menetapkan resimen
pengobatan standar yang membagi pasien menjadi 4 kategori.

8
Regimen Pengobatan Tuberkulosis
Regimen Pengobatan
Kategori Pasien TB
Fase awal Fase Lanjutan

TBP sputum BTA (+) dan kasus baru


TBP sputum BTA (-) dan kasus baru 6 HE
4HR
1 dengan kerusakan parenkim luas 2 SHRZ (EHRZ)
Kasus baru dengan kerusakan 4H3R3
berat pada TB ekstra paru berat.
TBP sputum BTA (+) dengan
riwayat pengobatan sebelumnya. 5H3R3E3
2 Relaps 2SHZE/ 1HRZE
5HRE
Kegalalan pengobatan,
pengobatan tak selesai.
TBP sputum BTA (-) dan kasus baru
6HE
3 (diluar kategori 1) 2HRZ/ 2H3R3Z3 2HR/ 4H
Kasus baru TB esktra paru sedang- 2H3R3 / 4H
berat
Tidak dapat diaplikasikan
Kasus kronis (masih BTA positif (mempertimbangkan
4 setelah pengobatan ulang yang menggunakan obat-obatan lini
supervisi) kedua)

Dosis Obat 2
Dosis Harian Dosis Berkala 3xseminggu
Nama Obat
BB <50 kg (mg) BB >50kg (mg) (mg)
Isoniazid (H) 300 400 600
Rifampisin (R) 450 600 600
Pirazinamid (Z) 1000 2000 2000-3000
Etambutol (E) 750 1000 1000-1500
Streptomisin (S) 750 1000 1000

9
2.6. Prognosis
Dalam perjalanan penyakit TBC, sistem imunitas tubuh merupakan factor
yang sangat berperan penting dalam proses penyembuhan. Jika sistem imunitas
tubuh baik, maka penyakit TBC dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas atau
meninggalkan sedikit bekas. Jika sistem imunitas buruk, maka prognosis
penyakit TBC semakin buruk karena dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi. Diagnosis dini dan tindakan yang tepat terhadap penyakit TBC dapat
menentukan prognosis yang baik.

Hasil Pengamatan Terhadap Keluarga

Jenis Pengamatan : Kunjungan


Cara Pengamatan : Wawancara dan laporan
Waktu Pelaksanaan : 18 Oktober 2017
Lokasi : Kp. Priyang Rt 06/ Rw 02 Pondok Jagung
Serpong Utara

BAB II

10
PEMBAHASAN

A. STATUS KESEHATAN PASIEN


I. Identitas Penderita
Nama : Tn. Irfan
Usia : 32 tahun
Kedudukan dalam keluarga : Suami
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Perkawinan : Menikah

II. Riwayat Penyakit


1.Keluhan Utama :
Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
2. Keluahan tambahan:
Demam, keringatan malam hari, sesak napas, cepat lelah
3.Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas 3 bulan yang lalu dengan keluhan batuk-
batuk lebih dari 3 minggu dan batuk darah. Batuk berdahak dengan
dahak berwarna hijau. Pasien mengalami demam dan berkeringat
terutama pada malam hari, sedikit sesak napas dan merasa cepat lelah
pada saat beraktivitas. Pasien telah menjalani pengobatan selama 3
bulan dan saat ini, pasien masih dalam tahap pengobatan. Selama 3
bulan masa pengobatan, pasien pernah berhenti berobat selama 1
bulan. Walaupun telah mendapat terapi selama 3 bulan, pasien masih
mengeluhkan gejala-gejala yang telah disebutkan.

4.Riwayat Penyakit Terdahulu :


Riwayat penyakit dahulu disangkal.

5.Riwayat Penyakit Keluarga :


Sebelumnya dikeluarganya ada yang seperti ini yaitu kakak, dan sudah
dikatakan sembuh sejak lebih dari 1 tahun yang lalu.

6.Riwayat Alergi :
Riwayat alergi disangkal

11
7.Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya pasien berobat ke klinik sebanyak 2 kali dengan
didiagnosis sebagai penyakit thyfoid.

8.Riwayat Psikososial :
Pasien makan nasi sehari 3 kali dan dengan porsi yang tidak terkontrol
Pasien jarang berolahraga, sering begadang dan minum kopi dan
merokok.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda Vital
-
Tekanan Darah : 130/70 mmHg (normal)
-
Frekuensi Nadi : 88 kali/menit (normal)
-
Frekuensi Nafas : 18 kali/menit (normal)
-
Suhu : 36,40 C (normal)
3. Keadaan gizi
-
Berat Badan : 59 Kg
-
Tinggi Badan : 172 cm
-
BMI : BB (kg)/ TB(m)2
59/(1,72)2 = 19,9
Kesan : Gizi normal

b. Pemeriksaan Klinis :
Kepala : normocepal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah rontok.
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya (+/+),
pupil isokor.
Hidung : septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-.
Telinga : bentuk normotia, serumen -/-, otorhea -/-.
Mulut : mukosa bibir lembab (+), lidah kotor (-), tremor (-), stomatitis
(-), sianosis (-), perdarahan gusi (-).
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).
Paru
normochest, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-).
vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung
ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula sinistra.
BJ I dan II murni reguler, gallop (-), murmur (-).
Abdomen
bising usus (+) normal. nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan limpa
tidak teraba.

12
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-.
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-.

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sputum BTA positif


Pemeriksaan darah lengkap
Fungsi hati dan ginjal
Rontgen paru

V. Diagnosa Kerja

Diagnosis kerja : TBC paru pada orang dewasa


Diagnosis banding : Kanker Paru, Pneumonia, Abses paru
Diagnosis keluarga :
Fungsi keluarga yang terganggu: fungsi biologis, fungsi kesehatan,
fungsi ekonomi, fungsi psikologis, fungsi pendidikan.
Faktor yang mempengaruhi: faktor ekonomi, faktor lingkungan
Faktor yang dipengaruri: kesehatan, status gizi, lingkungan.

VI. Penatalaksanaan

Medika mentosa
Terapi medika mentosa yang diberikan oleh Puskesmas, yaitu obat anti
tuberculosis (OAT) dalam bentuk tablet Fixed Dose Combination (FDC),
yang terdiri dari INH 75 mg, Rifampisin 150 mg, Pirazinamid 400 mg,
dan Ethambutol 275 mg. Obat ini diminum 3 kali sehari.
Edukasi
Pasien dianjurkan untuk istirahat yang cukup, makan makanan yang
bergizi dan berperilaku hidup bersih dan sehat, patuh terhadap pengobatan
yang diberikan, serta selalu kontrol kesehatan ke puskesmas.

13
VII. Prognosis

Prognosis dari penyakit TB paru yang diderita pasien ini adalah dubia karena
perjalanan penyakit dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku dari
pasien, keluarga dan masyarakat, serta dipengaruhi oleh lingkungan dimana
pasien tinggal.

B. PROFIL KELUARGA DAN STRUKTUR


Profil Keluarga

Jumlah Anggota 3 orang


Keluarga inti
Nama Suami :
Irfan (pasien) 32 tahun, kepala
keluarga
Istri :
aminah 30 tahun
Anak :
indra 4 tahun
Pekerjaan Ayah Karyawan swasta
Ibu Ibu Rumah Tangga
Anak Pelajar
Kewarganegaraan WNI
Tempat tinggal Rumah Sendiri dengan Sudah tinggal dirumah
3 pintu dengan dapur tersebut semenjak 6
tahun lalu.
(kampung Priyang)

Agama Islam
Pendidikan terakhir Ayah SMA
Ibu SMP
Pendapatan Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,-/bulan

Genogram Keluarga

AYAH

14 IBU

ISTRI
ANAK ISTRI ADIK
KAKAK
ANAK PASIEN ANAK
Menderita Tuberkulosis paru

Laki Laki (Almarhum)


Laki Laki (Hidup)

Perempuan (Almarhum)

Perempuan (Hidup)

Aspek Perumahan
a. Luas tanah : 12 m x 14 m.
b. Luas bangunan : 4 m x 10 m, 1 ruang keluarga,1 tempat tidur, kamar mandi
dibelakang (terpisah), tempat mencuci dan dapur didalam.
c. Lantai : keramik
d. Atap : genteng.
e. Ventilasi : Kurang (jendela hanya satu), rumah cenderung berdebu karena
sempit.
f. Pencahayaan : Kurang (sinar matahari tidak dapat masuk kedalam rumah).

15
g. Kelembaban : lembab.
h. Kebisingan : tidak bising.
i. Pembuangan sampah : ada.
j. Sumber pengadaan air : Pompa air listrik dengan satu penampungan air.
k. Saluran air dialirkan ke got didepan rumah.
l. Kebersihan dan kerapihan : cukup.

C. FUNGSI
1. Fungsi Biologis
Pola asuh yang diterima ayah : otoriter
Pola asuh yang diterima ibu : demokratis
Pola asuh yang diterapkan pada anak : otoriter-demokratis
2. Fungsi Psikologis
Tercipta rasa aman sesama anggota keluarga untuk saling melindungi
3. Fungsi Sosial
Orang tua merawat dengan penuh kasih sayang dalam tumbuh
kembang anak
Orang tua sebagai figur dalam hal baik bagi anak
Orang tua sebagai aktor dalam mensosialisasikan berbagai perilaku
Orang tua mensosialisasikan berbagai aturan ketika berhubungan
dengan orang lain
Orang tua membiasakan anak untuk bertanggung jawab pada
pekerjaannya

4. Fungsi Ekonomi
Menengah ke bawah, kebutuhan seluruh anggota keluarga terpenuhi

5. Fungsi Adaptasi
Belum ada perubahan bentuk keluarga
Tidak ada disfungsi anggota keluarga
Lingkungan hidup keluarga dengan tetangga baik.
Perilaku kesehatan keluarga kurang baik ( ditemukan rokok)

D. PATIENT CENTERED DIAGNOSTIC

1. Diagnosis Holistik

Pasien yang berusia 32 tahun dengan diagnosa Tuberkulosis Paru.


Hubungan yang terjadi dalam keluarga cukup harmonis. Dari segi fungsi
psikologis, pasien tidak mengalami depresi, tidak mengalami anxietas, dan
tidak mengalami stress. Fungsi sosial keluarga pasien masih baik. Pasien cukup

16
aktif dalam acara yang diselenggarakan bersama masyarakat sekitar dan masih
bersosialisai dalam masyarakat lewat berbagai macam bentuk kegiatan walau
intensitasnya berkurang dikarenakan sakit yang diderita. keluarga ini
mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Pasien masih bekerja.
Dari hasil pekerjaan, pasien dan keluarganya sudah cukup untuk memenuhi
kegiatan sehari-hari. Untuk biaya pengobatan sendiri pasien termasuk ke dalam
peserta BPJS. Interaksi antara pasien dengan keluarga lain cukup harmonis,
tetapi kurang perhatian oleh anaknya karena sudah berkeluarga sendiri. Tingkat
pendidikan pasien kurang cukup untuk mengerti betul tentang kondisinya saat
ini, oleh karena itu pasien berusaha mencari informasi agar bisa merubah pola
hidupnya agar keluhan dari penyakitnya dapat diobati dengan tuntas.
Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga masih menjunjung budaya
setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.

2. Diagnosis Biologis

Pasien berusia 32 tahun menderita TBC paru pada orang dewasa .

3. Diagnosis Psikologis

Interaksi yang terjadi dalam keluarga ini cukup baik. Fungsi psikologis
pasien diukur menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress
Scale). Pada penilaian menggunakan kuesioner DASS, pasien tidak mengalami
depresi, tidak mengalami anxietas, dan tidak mengalami stress. Tidak terjadi
konflik yang berarti dalam keluarga pasien. Pasien masih dapat melaksanakan
kehidupannya dengan baik, tampak ceria, sangat ramah dan akrab dengan orang
baru.

4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Pasien tidak ikut mengurus organisasi yang ada di masyarakat, tetapi tetap
ikut aktif dalam acara yang diselenggarakan bersama masyarakat sekitar. Dapat
berinteraksi dengan orang lain. Tidak memiliki masalah di lingkungan keluarga
maupun masyarakat. Dari segi ekonomi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan

17
sehari-hari. Untuk biaya pengobatan sendiri pasien termasuk ke dalam peserta
BPJS. Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga masih menjunjung
budaya setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.

E. DIAGNOSIS KELUARGA
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
Keluarga inti Perhatian Pasien Derajat
dengan 1 anak keluarga bisa memiliki kakak kesehatan
Kakak pernah
menjadi kurang yang memiliki kurang optimal,
menderita TBC
dalam riwayat TBC makan tidak
paru
kesehatan teratur,
aktivitas
keluarga
terganggu

Pengaruh penyakit pada keluarga Pengaruh keluarga pada penyakit


Bila ada anggota keluarga yang menderita Keluarga sebagai unit terkecil dalam
Tuberkulosis paru maka terjadi masalah masyarakat sehingga penyakit dalam
kesehatan dalam keluarga dikarenakan keluarga merupakan masalah masyarakat
Tuberkulosis paru keseluruhan
Ketidaknyamanan dalam lingkungan Keluarga adalah pusat pengambilan
keluarga keputusan kesehatan yang penting yang
dapat membantu proses penyembuhan
penyakit
Mempengaruhi produktivitas keluarga Keluarga merupakan wadah atau saluran
yang efektif untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan

18
F. PENATALAKSANAAN
Gejala Klinis Batuk, demam, keringatan malam hari, sesak napas, cepat
lelah
Diagnosis Tuberkulosis paru pada dewasa
Terapi 1. Minum obat yang teratur
2. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
3. Terapi: (OAT) dalam bentuk tablet Fixed Dose
Combination (FDC) : INH 75 mg, Rifampisin 150 mg,
Pirazinamid 400 mg, dan Ethambutol 275 mg. Obat ini
diminum 3 kali sehari.
Yang Dilakukan 1. Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap
Dokter Keluarga pasien, keluarga dan lingkungan
2. Lakukan edukasi terhadap keluarga mengenai Diabetes
Melitus (penyebab, gejala, terapi, serta pencegahannya)
3. Penyuluhan mengenai Tuberkulosis paru pada para warga
Rujukan -
Pencatatan dan Isi :
Pelaporan a. Genogram
b. Family Folder
Rekam Medis :
a. Identitas pasien
b. Pemeriksaan fisik
c. Diagnosis / masalah
d. Tindakan / pengobatan
e. Pelayanan lain yang telah diterima pasien
Tindakan Promotif Lakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas
kesehatan tentang diagnosis dini dan cara pengobatan pasien
Tuberkulosis Paru dan pencegahannya.
Tindakan Preventif 1. Meningkatkan gizi dan kebersihan.
2. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.

19
3. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita
yang tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai
anggota keluarga yang menderita TB Paru BTA positif.

BAB III
KESIMPULAN & SARAN

4.1. Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang tidak hanya
berdampak pada masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial ekonomi.
Penyebaran dan penularan TB berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap, Perilaku
masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu, upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif, serta peran serta dari keluarga dan masyarakat dalam
pemberantasan TB harus dilakukan agar rantai penularan dapat diputuskan
sehingga TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

4.2. Saran
Mahasiswa
Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan
baik pada keluarga maupun lingkungannya.
Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga
untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga
tersebut.
Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif
kesehatan masyarakat khususnya penyakit menular dan penyakit yang
tergolong berat.
Penderita
Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang
dipercaya, sehingga mengurangi beban pikirannya.
Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.

20
Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat
terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Departemen Kesehatan


Indonesia; 2007.
2. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Jakarta: FK UI; 2007.
3. Program penanggulangan TB.2006. Diunduh dari www.pdpersi.co.id, 12 Juli
2010.
4. Aditama, Tjandra Yoga. Tuberkulosis, diagnosis, terapi dan masalahnya edisi
V. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia; 1990.
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan terapi edisi V.
Jakarta: FK UI; 2008.

21
LAMPIRAN KEGIATAN

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai