Anda di halaman 1dari 2

Manusia Indonesia sanggup berdebat sengit soal makanan, dibanding

mempersoalkan sikap politikus yang berpindah haluan secepat kilat. Perbedaan


tajam antar mazhab dalam memperlakukan beberapa jenis makananmisalnya
cara mengaduk bubur ayam atau kapan kita harus makan kulit ayamseakan-
akan tidak bisa didamaikan lagi. Saya jadi bertanya-tanya, kapan kita
sanggup luwes untuk urusan lidah, sebagaimana kita lentur menerima kehadiran
politikus yang suka meloncat dari satu kubu ke kubu lain.

Saya membayangkan masa depan gemilang menanti masyarakat Indonesia jika


respons kita pada perdebatan kuliner bisa didekati seperti kita mempelakukan
politikus. Betapa nikmatnya jika perdebatan bubur diaduk atau engga,
soto wajib dicampur nasi atau dipisah, serta kulit ayam itu wajib disisain
buat dimakan terakhir atau harus disantap duluan bisa diakhiri secara
musyarawah mufakat.

Untuk selangkah mencapai tujuan mulia tersebut, VICE Indonesia menghubungi


tiga pesohor dari latar belakang dan profesi berbeda. Kami meminta mereka
membahas posisi yang dianut menyangkut tiga perdebatan kuliner sengit: soal
cara makan bubur, soto, dan kulit ayam. Kami selalu berharap konflik
kebudayaan yang terus memisahkan kita ini dapat berakhir di masa mendatang.
Arman Dhani - Penulis

Dari tiga perdebatan kuliner paling sengit itu, kamu masuk kategori
mana?
Tim bubur tidak diaduk kalau soto yang dicampur. Nasi dan kuah soto itu harus
disatuin. Di Jakarta kan kan dipisah tuh kuah soto sama nasinya, kalau di Jawa
Timur dicampur. Jadi nasi, terus topping itu di atas, baru disiram kuah. Saya
juga tim makan kulit ayam terakhir.

Apa filosofi yang melatari pilihanmu?


Bubur itu kalau dicampur tampilan visualnya jelek banget. Jadi kayak muntahan
bayi. Kayak enggak enak banget. Terus akhirnya kalau enggak diaduk dan enggak
diapa-apain jadinya kan kita bisa ngerasain satu per satu secara detail, misalnya
buburnya gimana, kalau dicampur kacang gimana, kalau dicampur ayam gimana.
Terus dikasih kerupuk gimana, jadi rasanya detail. Tapi alasan utamanya sih
karena kalau dicampur visualnya jelek dan menghilangkan selera makan jadinya.

Anda mungkin juga menyukai