Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Investasi, khususnya investasi asing sampai hari ini merupakan faktor

penting untuk menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan

masuknya investasi asing dalam kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan.

Faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan

investor dalam menanamkan modalnya, antara lain : Pertama faktor Sumber Daya

Alam, Kedua faktor Sumber Daya Manusia, Ketiga faktor stabilitas politik dan

perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha, Keempat faktor

kebijakan pemerintah, Kelima faktor kemudahan dalam peizinan.

Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter. Krisis

moneter ini diawali dengan terdefresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat. Defresiasi nilai tukar rupiah makin tajam sehingga krisis

moneter yang terjadi tersebut berlanjut menjadi krisis ekonomi yang dampaknya

terasa hingga saat ini. Pertumbuhan ekonomi berjalan sangat lambat.1

Salah satu cara untuk membangkitkan atau menggerakkan kembali

perekonomian nasional seperti sediakala sebelum terjadinya krisis ekonomi adalah

kebijakan mengundang masuknya investasi di Indonesia. Investasi, khususnya

investasi asing sampai hari ini merupakan faktor penting untuk menggerakkan dan

mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya investasi asing dalam

kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan.


1
Hs, Salim ., S.H., M.S , Dan Sutrisno Budi, S.H., M. Hum . Hukum Investasi Di

Indonesia. (Mataram : Rajawali Pers) 2007. Hlm.77.

1
Masuknya perusahaan asing dalam kegiatan investasi di Indonesia

dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor-sektor usaha dan industri

yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta nasional, baik

karena alasana teknologi, manajemen, maupun alasan permodalan. Modal aing

juga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung dapat lebih merangsang

dan menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha, serta dapat dimanfaatkan

sebagai upaya menembus jaringan pemasaran internasional melalui jaringan yang

mereka miliki. Selanjutnya modal asing diharapkan secara langsung dapat

mempercepat proses pembangunan ekonomi Indonesia.2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penanaman modal asing dalam rangka investasi di

indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Bagaimana penanaman modal asing dalam rangka investasi di

indonesia?

D. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Penanaman Modal Asing

Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam

bentuk, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung atau foreign direct

investment (FDI). Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modal dengan

instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi

langsung yang dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan

2
Ibid,..

2
bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi

perusahaan.

Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25

tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang

dimaksud dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

berpatungan dengan penanam modal dalam negeri3

Dibanding dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA)

lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya permanen (jangka

panjang), banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan

manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting

bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah

untuk penyediaan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana

yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu

membuka lapangan kerja baru.

Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk

memperluas usahanya atau membuka usaha baru yang hal ini berarti membuka

lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk

memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar utang bank.

Selain itu proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen.

2. Jenis-jenis Investasi

3
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

3
Jenis investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan

investasi portofolio (portofolio investment). Investasi luar negeri langsung

biasanya dianggap bentuk lain dari pemindahan modal yang dilakukan oleh

perusahaan orang-orang dalam suatu negara dalam aktifitas ekonomi negara lain

yang melibatkan beberapa bentuk partisipasi modal di bidang usaha yang mereka

investasikan. Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal

secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang

ditanam di negara penyimpan modal dengan cara investasi.

Menurut Nindyo Pramono bahwa investasi langsung investor

mengendalikan manajemen, biasanya dilakukan oleh perusahaan trans-nasional

dan periode waktunya panjang karena menyangkut barang-barang. Modal

investasi langsung lebih tertarik pada besar dan tingkat pertumbuhan pasar, tenaga

kerja dan biaya produksi serta infrastruktur. Sedangkan pada investasi portofolio,

investor hanya menyediakan modal keuangan dan tidak terlibat dalam

manajemen. Investornya adalah investor institusional, bersifat jangka pendek dan

mudah dilikuidasi dengan cara menjual saham yang dibeli.4

Dari beberapa pandangan dan pengertian di atas terlihat bahwa investasi

langsung adalah adanya keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi

yang dilakukannya, baik dalam permodalan, pengokohan, dan pengawasan.

Menurut Sidik Jatmika, kebaikan dari investasi langsung adalah tidak

mendatangkan beban yang harus dibayar dalam bentuk bunga, deviden dan/atau

pembayaran kembali, dapat mengkombinasikan keahlian, teknologi dan modal,


4
http://www.indietours.com/component/content/article/57-penanaman-

modal/551-2-pmdn-penananaman-modal-dalam-negeri-.html (diakses tanggal 5 oktober 2017)

4
dapat mengatasi masalah transfer uang, adanya penanaman kembali dari

keuntungan investasi yang belum ada dan dapat menciptakan alih teknologi dan

keterampilan.

3. Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Berkembang

Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi

negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima, yaitu:

1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang

berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan

ekonomi.

2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan

struktur produksi dan perdagangan.

3. Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun

transformasi struktural.

4. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan

struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih

produktif.

5. Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai

membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing

akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat

mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.

Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang yang enggan

melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya

alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya

5
investor asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut.

Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru,

pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan

membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga

tekanan pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat

diatasi. Inilah keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran investor asing.

Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi

terampil, sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan

meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing

cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.

Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat

diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu

dalam industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja,

serta keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan

tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga

tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha setempat untuk

bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca

pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara

dan swasta domestik negara tuan rumah.5

Penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari cita-cita hukum

ekonomi Indonesia yaitu menggagas dan menyiapkan konsep hukum tentang

http://www.danareksaonline.com/PerencanaanKeuangan/JenisInvestasi/tabid/146/language/id-

ID/Default.aspx (diakses pada 5 oktober 2017)

6
kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diharapkan adalah kehidupan

ekonomi berbangsa dan bernegara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan dalam

keadilan sosial, sebagaimana yang dicita-citakan Pancasila. Dan Indonesia sebagai

negara berdaulat sekaligus sebagai negara berkembang mempunyai pola tertentu

terhadap konsep hukum dalam kegiatan ekonomi, meliputi konsep pencapaian

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Konsep ekonomi

kekeluargaan yang Pancasilais, konsep ekonomi kerakyatan untuk membela

kepentingan rakyat.

Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga

perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan

ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia. Dan untuk mendukung investasi

di Indonesia maka perlu pembentukan hukum ekonomi dengan perangkat

peraturan membutuhkan kajian yang bersifat komprehensif dan pendekatan secara

makro dengan informasi yang akurat demi multidisipliner dari berbagai aspek

antara lain :

a. Ekonomi dan social

b. Sosiologis dan budaya

c. Kebutuhan-kebutuhan dasar dan pembangunan.

d. Praktis dan operasional dan kebutuhan ke depan

e. Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan

kepatutan dalam kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab.6

4. Faktor-Faktor Pendorong Investasi


6
Rokhmatussadyah, Ana, S.H., M.H Dan SURATMAN, S.H., M.Hum. Hukum

Investasi Dan Pasar Modal. (Malang: Sinar Grafika). 2009. Hlm 128.

7
Secara teoritis ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa

investor-investor dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang yakni,

The Product Cycle Theory dan The Industrial Organization Theory of Vertical

Organization. The Product Cyrcle Theory yang dikembangkan oleh Raymond

Vermon ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui

tiga fase :

1. Fase permulaan atau inovasi

2. Fase perkembangan proses dan,

3. Fase standardisasi. Dalam setiap fase tersebut sebagai tipe perekonomian

negara memiliki keuntungan komparatif (Comparative advantage).

The Industrial Organization Theory of Vertical Integration merupakan

teori yang paling tepat untuk diterapkan pada new multinasionalism dan pada

investasi yang terintegrasi secara vertikal. Pendekatan teori ini berawal dari

penambahan biaya-biaya untuk melakukan bisnis diluar negeri (dengan investasi)

harus mencakup biaya-biaya lain yang harus dipikul lebih banyak daripada biaya

yang diperuntukkan hanya untuk sekedar mengekspor dari pabrik-pabrik dalam

negeri. Oleh karena itu perusahaan itu harus memiliki beberapa kompensasi atau

keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian teknis manajerial keadaan

ekonomi yang memungkinkan adanya monopoli.7

Menurut teori ini, investasi dilakukan dengan cara integrasi secara vertikal

yakni dengan penempatan beberapa tahapan produksi di beberapa lokasi yang

berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya adalah untuk mendapatkan

7
Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia,(Jakarta: Kencana ),
2010.hlm. 18

8
keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain.

Di samping itu motivasi yang lain adalah untuk membuat rintangan perdagangan

bagi perusahaan-perusahaan lain, artinya dengan investasinya di luar negeri ini

berarti perusahaan-perusahaan multinasional tersebut telah merintangi persaingan-

persaingan dari negara lain sehingga monopoli dapat dipertahankan.

Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal asing

langsung (foreign direct investment) maupun investasi portofolio adalah untuk

mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih

menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.8

Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu :

a. Iklim investasi yang kondusif

b. Prospek pengembangan di negara penerima modal

Dilihat dari kedua faktor di atas, maka tampaknya arus modal asing justru

lebih banyak mengalir ke negara-negara maju daripada ke negara-negara

berkembang. Aliran modal ke negara-negara berkembang masih dipengaruhi

faktor-faktor sebagai berikut :

1) Tingkat perkembangan ekonomi negara penerima modal

2) Stabilitas politik yang memadai

3) Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor

4) Aliran modal cenderung mengalir ke negara-negara dengan tingkat

pendapatan per kapita yang tinggi


8
Ibid,....

9
Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi

relokasi investasi ke negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya iklim

investasi di Indonesia dewasa ini. Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor

yang dituding menjadi penyebab dari terjadinya tidak kondusifnya iklim investasi

yaitu :

a) Instabilitas Politik dan Keamanan

b) Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan

c) Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi

Daerah serta belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara

pelaksanaan otonomi daerah

d) Kurangnya jaminan kepastian hokum

e) Lemahnya penegakkan hokum

f) Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi

g) Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan

h) Masih maraknya praktek KKN

i) Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang

disintegrasi dan tidak berjalannya hukum secara efektif makin

memerosotkan daya saing Indonesia dalam menarik investor untuk

melakukan kegiatannya di Indonesia.

j) Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.

Elscom Monthly Journal juga mencatat beberapa faktor yang

mempengaruhi tidak menariknya iklim investasi di Investasi di Indonesia adalah

sebagai berikut :

10
1) Masalah\ keamanan, sosial, dan politik

2) Lemahnya peraturan perundang-undangan supremasi hukum dan jaminan

kepastian hokum

3) Banyaknya masalah ketenagakerjaan

4) Implementasi otonomi daerah yang belum jelas

5) Kebijakan pemerintah yang tidak mendorong investasi seperti

inkonsistensi kebijakan yang dikeluarkan

Selain faktor disadvantage di atas, iklim investasi di Indonesia bertambah

tidak kondusif lagi karena stabilitas politik dan sosial serta jaminan keamanan dan

penegakkan hukum di dalam negeri yang masih rawan. Masalah yang paling

sering dikeluhkan oleh investor adalah masalah penegakkan hukum.

Hal ini yang juga sering dikeluhkan oleh banyak investor adalah masalah

perizinan dan birokrasi yang masih dianggap bertele-tele dan memakan biaya

yang besar. Namun hal tersebut mulai mengalami perbaikan dan peningkatan

sejak dikelarkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing.9

Masalah daya tarik investasi di daerah, faktor kelembagaan yang menjadi

daya tarik investasi didaerah. Kelembagaan ini menyangkut pelayanan, kebijakan

pemerintah derah dan kepastian hukum untuk mengetahui daya tarik investasi

kabupaten atau kota. Peraturan yang tumpang tindih, panjangnya rantai birokrasi,

pungutan liar, merupakan beban yang besar bagi pengusaha. Dari segi peraturan

9
http://sumitro-pedro.blogspot.co.id/2011/06/penanaman-modal-asing.html, diakses pada
5 oktober 2017

11
yang diterbitkan pemerintah derah tak jarang tumpang tindih dengan peraturan

yang dikeluarkan pemerintahan diatasnya.

Karena itu suatu daerah yang potensi alamnya sangat melimpah sangat

mungkin tidak menarik bagi pelaku usaha atau bagi investor karena adanya

berbagai kebijakan tumpang tindih tersebut. Oleh karena itu faktor daya tarik bagi

investor datang dari potensi ekonomi suatu daerah, namun faktor kelembagaan

juga harus dibenahi. Potensi sumber daya alam di berbagai daerah di Indonesia

yang tersedia masih memerlukan pemodal untuk pengelolaannya, oleh karenanya

upaya yang dilakukan adalah menarik banyak investor agar berminat

menanamkan modalnya dan perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Pada pelaksanaan penanaman modal di daerah, seringkali timbul kendala-

kendala yang dikeluhkan oleh para investor, yaitu tidak efisiennya pengurusan

perizinan usaha. Investor seringkali dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-

belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan disertai dengan biaya

tambahan yang cukup besar, oleh sebab itu pemerintah pada akhirnya perlu untuk

mengeluarkan Keppres mengingat cukup banyaknya kendala yang dihadapi oleh

para investor yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha atas kegiatan

investasi yang dilakukan di daerah.10

Masalah ini timbul setelah berlakunya kebijakan otonomi daerah, dimana

pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi, kabupaten dan kota diberikan

kewenangan dalam bidang penanaman modal. Pelaksanaan otonomi daerah telah

menimbulkan ekses negatif bagi kegiatan usaha dan penanaman modal. Banyak

10
Ilmar, Aminuddin.Hukum Penanaman Modal di Indonesia.(Jakarta: Kencana.), 2007.
Hlm.88.

12
investor asing yang mengeluh karena banyak pungutan liar yang tidak jelas

landasan hukumnya. Berbagai peraturan daerah yang tumpang tindih dengan

peraturan pusat sehingga membebani dunia usaha, di samping praktek korupsi

yang hampir merata di seluruh daerah.

Dengan sistem perpajakkan yang baru, pemerintah propinsi dan

kabupaten/kota dapat menggunakan instrumen pajak untuk meningkatkan daya

tarik investor dan pekerja-pekerja produktif. Jika daerah mengenakan tarif pajak

terlalu tinggi, sumber daya manusia dan investor yang ada cenderung hengkang

mencari lokasi yang tarif pajaknya lebih rendah. Sebaliknya daerah yang memiliki

potensi tertentu tetapi belum tereksploitasi dengan baik akan cenderung

memberikan intensif perpajakkan dan kemudahan-kemudahan untuk menarik arus

investasi dan sumber daya manusia produktif.11

Pemberlakuan otonomi daerah telah menimbulkan adanya kecenderungan

pemerintah daerah untuk menguasai aset-aset dan sumber daya yang ada di

daerahnya dengan alasan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Akibatnya pengeluaran peraturan-peraturan daerah seringkali menjadi tumpang

tindih, sehingga menimbulkan permasalahan baru bagi dunia usaha khususnya

investor yang akan melakukan usahanya di daerah. Hal ini berarti dengan

berlakunya otonomi daerah, pemerintah telah dianggap menghambat investasi

karena masih banyaknya biaya tambahan dan berbagai pungutan atau retribusi

daerah. Masih ada perebutan kewenangan antar pemerintah pusat dan pemerintah

11
Ida Bagus Rahmadi Supancana,Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi diIndonesia,
(Bogor: Ghalia Indonesia),2006. Hlm. 183.

13
daerah dalam hal pemberian izin penanaman modal. Investor masih enggan

berhubungan dengan pemerintah daerah.

Sistem perekonomian dan perdagangan yang terbuka menimbulkan iklim

yang lebih kondusif untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dinamis, sehingga

dapat meningkatkan laju perdagangan dan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih

tinggi, maka untuk mencapai keadaan ini diperlukan iklim yang memungkinkan,

keadaan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Arus perdagangan yang dapat berkembang dengan semakin mengurangi

hambatan-hambatan baik dalam bentuk tarif (yang memang semakin

menurun) serta hambatan non tarif yang masih cukup banyak.

2) Kebebasan arus modal baik dalam bentuk direct investment, investasi

portofolio, pinjaman komersial maupun bantuan finansial multilateral

tanpa hambatan administratif, atau hambatan lainnya yang berlebihan.

3) Kebebasan arus migrasi tenaga kerja, baik tingkat buruh maupun tingkat

tenaga ahli tanpa resistensi yang berlebihan dari pihak sindikat buruh di

negara maju yang memprotes adanya pendatang baru maupun relokasi

usaha dari negara maju ke negara berkembang.

4) Kebebasan arus teknologi tanpa hambatan yang diambil oleh perusahaan

pemilik teknologi secara berlebihan ataupun hambatan yang diambil oleh

pemerintah dari negara pemilik teknologi yang menghendaki agar

teknologi yang ada tidak menyebar keluar wilayah negara yang

bersangkutan.

14
Tuntutan negara-negara maju yang belum dapat diterima oleh negara-

negara berkembang meliputi 2 (dua) hal yaitu :

a) Negara berkembang tidak menerapkan kebijakan yang menentukan

investor asing untuk mengekspor sebagian dari produksinya sebagai syarat

memperoleh izin investasi (export performance requirement).

b) Menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk

menggunakan dari input produksinya dari sumber dalam negeri (domestic

content requirement).12

Sementara itu, negara berkembang mempunyai perspektif bahwa investasi

merupakan masalah perdagangan semata. Keputusan mengenai investasi

mencakup masalah makro ekonomi, stabilitas sosial, maupun pembangunan

regional. Dengan demikian sulit diterima bahwa sebuah kebijakan yang

menyangkut masalah yang cukup luas disubordinasikan ke dalam masalah

perdagangan. Bagi negara berkembang perundingan di bidang investasi, berarti

sama dengan melayani tuntutan dan kehendak negara maju.

Hal tersebut menunjukkan bahwa investor asing menginginkan adanya

kewajiban timbal balik antar negara penanam investasi dengan negara penerima

investasi, adanya pengaturan standar sehingga aktivitas perusahaan menjadi

kondusif, adanya sikap saling menghargai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

dan adanya keharmonisan kebijakan dibidang pajak dan insentif lainnya antara

negara penerima investasi.

12
Hartono, Sunaryati.Beberapa Masalah Transnasional Dalam PenanamanModalAsing di
Indonesia.(Bandung: BinaCipta,) 1972. Hlm.53.

15
Menurut Harvey Goldstein, Presiden Direktur Harvest International Inc.,

sebuah perusahaan konsultasi investasi, menyimpulkan ada beberapa kondisi yang

bisa menyumbang iklim investasi yang kondusif, salah satunya adalah dengan

diundangkannya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah, disamping itu juga

faktor lainnya yaitu :

1) Struktur legal dan penegakkan hokum

2) Stabilitas mata uang, tingkat suku bunga dan iklim perekonomian mikro

3) Stabilitas politik

4) Hukum investasi yang baru, daya tarik investasi yang bisa dibandingkan

dengan negara-negara lain, tax holiday, dan lain-lain.\

5) Pemberantasan KKN di kalangan eksekutif dan lembaga-lembaga

Pemerintah

6) Perbaikan di sektor pertambangan agar lebih menarik bagi penanaman

modal luar negeri

7) Pengembangan lebih lanjut prasarana telekomunikasi Peningkatan sistem

fiskal dan pajak

8) Penekanan pada Pemerintahan yang bersih dan pelayanan umum,

termasuk peningkatan koordinasi antar departemen13

5. Analisis Masalah Penanaman Modal Asing Di Indonesia

1. Faktor Eksternal

13
Harjono, Dhaniswara K..Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada) . 2007. Hlm. 109

16
Beberapa faktor eksternal baik secara langsung maupun secara tidak

langsung memang mempengaruhi penurunan PMA di Indonesia. Gejala tersebut

mengkhawatirkan pemerintah Indonesia, karena adanya penurunan keunggulan

komparatif khusus dan berdampak negatif terhadap pembangunan ekonomi

nasional.

Faktor secara tidak langsung adalah bahwa dalam beberapa tahun terakhir,

telah terjadi perubahan struktur dana internasional. Pertama, telah terjadi

pengalihan dana pinjaman kepada equity. Kedua, peningkatan penggunaan

berbagai instrumen finansial tradisional maupun bentuk yang baru, yaitu

portofolio investment, debt equity swaps, bonds, structured project finance, dan

lain-lain.

2. Faktor Internal

a. Faktor kelangkaan perangkat hukum dan peraturan

Pada umumnya, masalah perangkat hukum dan peraturan PMA ini sangat

kontroversial antara pihak host country dan pihak investor asing, karena adanya

perbedaan pendekatan untuk mencari keuntungan. Pemerintah negara penerima

akan mempertimbangkan situasi dalam negeri dan kepentingan nasional secara

keseluruhan di satu pihak, investor asing menuntut hukum dan peraturan PMA

yang paling menguntungkan ketika perusahaan PMA beroperasi di suatu negara.

b. Faktor kualitas Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas berperanan

penting dalam pembenahan usaha bagi investor asing ketika ingin menanam

modalnya di suatu negara, karena faktor ini telah menjadi salah satu kunci sukses

17
dalam rangka keberhasilan usaha. Sumber Daya Manusia di Indonesia sering

disamakan dengan tenaga kerja yang murah atau tenaga kerja yang terampil yang

mudah didapat.

c. Faktor Kekurangan Infrastruktur

Persoalan ketidakcukupan infrastruktur dari sejak lama terus ramai

dibicarakan, tetapi hingga kini kasus tersebut belum terpecahkan secara tuntas.

Gambaran tentang infrastruktur Indonesia yang masih suram dan diperkirakan

akan terus mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dan juga

peningkatan PMA di masa mendatang.

d. Faktor ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy)

Faktor ekonomi biaya tinggi mencakup banyak aspek, yaitu tingkat bunga

kredit perbankan yang tinggi, belum berkembangnya pasar modal, prosedur-

prosedur yang tumpang tindih, tindakan korupsi birokrat, fasilitas keuangan yang

tidak efisien, produktivitas tenaga kerja yang rendah, dan sebagainya.14

14
Dhaniswara K.Harjono,Hukum Penanaman Modal(,Jakarta: Rajawali Pers),2006.hlm. 25

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peranan penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara

sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima, yaitu : Pertama, sumber dana

eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang

sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua,

pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur

produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam

memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan

modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar

terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi

negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun

industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat

membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik

elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.

Peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan

kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan

cita-cita hukum ekonomi Indonesia. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

investasi yang dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan

modalnya, antara lain :

a) Faktor Sumber Daya Alam, seperti tersedianya hasil hutan, bahan tambang,

gas dan minyak bumi maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan.

19
b) Faktor Sumber Daya Manusia, dalam hal ini berkaitan dengan tenaga kerja

siap pakai.

c) Faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam

berusaha.

d) Faktor kebijakan pemerintah, ebijakan langkah-langkah deregulasi dan

debirokratisasi yang diambil oleh Pemerintah dalam rangka menggairahkan

iklim investasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dhaniswara K.Harjono,Hukum Penanaman Modal(,Jakarta: Rajawali

Pers),2006.hlm. 25

Harjono, Dhaniswara K..Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada) . 2007. Hlm. 109

Hartono, Sunaryati.Beberapa Masalah Transnasional Dalam

PenanamanModalAsing di Indonesia.(Bandung: BinaCipta,)

1972. Hlm.53.

Hs, Salim ., S.H., M.S , Dan Sutrisno Budi, S.H., M. Hum . Hukum

Investasi Di Indonesia. (Mataram : Rajawali Pers) 2007.

Hlm.77.

Ida Bagus Rahmadi Supancana,Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi

diIndonesia,(Bogor: Ghalia Indonesia),2006. Hlm. 183.

Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia,(Jakarta:

Kencana ), 2010.hlm. 18

Ilmar, Aminuddin.Hukum Penanaman Modal di Indonesia.(Jakarta:

Kencana.), 2007. Hlm.88.

Rokhmatussadyah, Ana, S.H., M.H Dan SURATMAN, S.H., M.Hum.

Hukum Investasi Dan Pasar Modal. (Malang: Sinar Grafika).

2009. Hlm 128.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

21
http://sumitro-pedro.blogspot.co.id/2011/06/penanaman-modal-asing.html,

diakses pada 5 oktober 2017

http://www.danareksaonline.com/PerencanaanKeuangan/JenisInvestasi/tabid

/146/language/id-ID/Default.aspx (diakses pada 5 oktober 2017)

http://www.indietours.com/component/content/article/57-penanaman-

modal/551-2-pmdn-penananaman-modal-dalam-negeri-.html

(diakses tanggal 5 oktober 2017)

22

Anda mungkin juga menyukai