Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BBLR DENGAN SUSP. IUGR


DI RUANG NICU RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Kelompok
Stase Keperawatan Anak Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:
Ristia Anggarini
13/359170/KU/16493

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2014
INTRA UTERINE GROWTH RETARDATION (IUGR)

A. PENDAHULUAN
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan janin
mengalami hambatan pertumbuhan seperti pseudomature, small for date,
dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan
small for gestational age (SGA).
Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap
bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari presentil
ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth Curves adalah
bayi SGA. Ini dapat terjadi pada bayi yang prematur, matur, ataupun
postmatur.
Bayi baru lahir dengan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) sering
terlihat kurus, pucat dan kulitnya kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis
dan suram daripada tebal dan bersinar. Bayi-bayi dengan PJT kadang-kadang
mempunyai pandangan mata yang lebar. Beberapa bayi tidak mempunyai
penampilan kelainan gizi, tetapi secara keseluruhan kecil.
Retardasi pertumbuhan dalam rahim memiliki definisi berat badan bayi
kurang dari persentil sepuluh untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi
baru lahir berukuran lebih kecil dibandingkan dengan usia kehamilannya.
IUGR ini dapat dideteksi dengan pengukuran rahim dan pemeriksaan USG
ketika kontrol ke dokter. Retardasi pertumbuhan dapat disebabkan karena
rokok, pertambahan berat badan yang kurang pada Ibu, penggunaan obat-
obatan dan alkohol, janin kembar, kelainan tali pusat atau plasenta,
preeklampsia, dan riwayat IUGR sebelumnya. Retardasi mental ini
meningkatkan risiko janin meninggal di dalam kandungan. Karena hal inilah
pentingnya kontrol teratur ke dokter. Apabila Ibu dikatakan mengalami IUGR
maka segera dicari penyebabnya, hentikan hal-hal yang dapat memperburuk
seperti merokok, alkohol, obat-obatan, dan perbaiki gizi Ibu

2
B. DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di
bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth
weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana
janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang optimal.
Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin
dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir
prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (at term, >37
minggu).
Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational
age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak
menimbulkan kematian perinatal.
Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita
distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress
subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus
dan lebih panjang.

3
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan
lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami
perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan
ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus
berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama.
Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.

C. MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan
berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada
bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah
janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor
genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa
Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa
diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat
dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu.
Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan
dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ
janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan
menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung
janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-
bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :
Penurunan level oksigenasi
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

4
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

D. KLASIFIKASI PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT)


Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi
keduanya hampir mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan
pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan
pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan janin tersebut
kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan ultrasonography janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang
normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah
yang disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala,
perut, dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di
mana total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh
gangguan kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH.
Proses patologis berada di organ dalam sampai kepala.
2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di
mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil.
Biasanya gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau
faktor plasenta.
SIMETRIS ASIMETRIS
Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari perut
Ponderal index normal Meningkat

5
Perbandingan kepala, perut dan panjang Meningkat
tangan normal
Etiologi: faktor genetik dan infeksi Insufisiensi plasenta kronik
Jumlah sel-lebih kecil Normal
Ukuran sel normal Kecil
Bayi dengan komplikasi prognosisnya Biasanya tanpa komplikasi baik
buruk prognosisnya

E. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau
abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau
menyebabkan ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin
tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meskipun
beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan PJT
disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal
Tekanan darah tinggi
Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi
Pecandu alkohol dan obat tertentu
Perokok
2. Uterus dan Plasenta
Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian
sel pada plasenta), korioangioma.

6
Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
Twin-to-twin transfusion syndrome
3. Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat
menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah
infeksi yang sering menyebabkan PJT).
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau
triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering
berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris
serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin).
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris
dan asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan
janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional.
Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom,
kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis,
Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat
pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor
lainnya :
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi kongenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf

7
2. Kombinasi Simetris dan Asimetris
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat
3. Asimetris : Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu
kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin
simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain,
lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama
kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi
belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang.
Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya)
plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan
dalam kehamilan. Faktor-faktor lainnya :
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri

F. MORBIDITAS DAN MORTALITAS


Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration,
hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan kelainan
neurologi baik pada bayi cukup bulan atau kurang bulan.
Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi
daripada kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh infeksi
virus, kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau akibat
faktor lingkungan dan sosial ekonomi.

8
G. DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan
kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada
kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di
letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada
pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di
bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai
bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion,
janin letak lintang.
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry
angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan
cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT.
Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran
organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara
ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi
adanya asimetris PJT.Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan
amnion, oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan
biasanya ini menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya,
bagi Anda yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia
kehamilan 9 bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang
tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika
Anda termasuk gemuk, maka pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu
hamil yang tergolong obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya kurang

9
dari 6 kg. Untuk memantau berat badan, terdapat parameter yang disebut
dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari
30 = obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama
kehamilan antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada
trimester awal sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir
pertambahan bobot bisa sekitar 2 kg/bulan.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi
end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan
bahwa adanya PJT.

H. KOMPLIKASI PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak
lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah
tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa
bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya(9).
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC

10
Hipotermi
Perdarahan pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai
sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang
disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2. Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi

I. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien
yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua
adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi
sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan
janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi
optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung
janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik,
penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan
sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus
dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara
klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut
disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal
menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.

11
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang
paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia
dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana
yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada
janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan
kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas
fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring
dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah
300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil
dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah
sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG
setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi
harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan
narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan
untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.

12
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
1. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia
perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi
mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula
darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah
dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan.

J. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk
mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu
hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi;
tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi
dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain
itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit
kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin
untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas,
makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
kehamilan.

13
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep
dokter kandungan.
4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan
agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada
kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan
melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan
28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan
setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan
setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin
besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau
gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.

K. MASALAH KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL


1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
NOC:
respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien:

no kriteria hasil awal target


1 RR dalam batas normal 4 5
2 kedalaman inspirasi 4 5
3 pengembangan dada simetris 4 5

Skala:
1 : severe deviation from normal range
2: substantial deviation from normal range

14
3: moderate deviation from normal range
4: mild deviation from normal range
5: no deviation from normal range

no kriteria hasil awal target


4 penggunaan otot bantu 4 5
pernafasan
5 dipsnea 4 5
6 retraksi dinding dada 4 5

Skala:
1 : severe
2: substantial
3: moderate
4: mild
5: none
NIC:
Monitor Pernafasan
Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot
aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan interkostal
Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur
Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, respirasi
Kussmaul, respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik Biot dan pola taxic
Perhatikan lokasi trakea
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan
Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus
udara, perhatikan perubahan pada SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidal, dan
nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat
Terapi Oksigen:
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

15
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

2. Risiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat dan prosedur invasif
NOC: Kontrol Risiko
setelah perawatan selama niminal 3x24 jam pasien menunjukkan :

no kriteria hasil awal target


1 pasien bebas dari tanda 5 5
gejala infeksi

skala:
1= tidak pernah
2= jarang
3= kadang-kadang
4= sering
5= selalu
NIC:
Proteksi Infeksi
Aktivitas:
1. Kaji tanda-tanda vital dan kondisi umum pasien
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Gunakan teknik aseptik ketika perawatan
4. Dorong pasien memperbanyak istirahat
5. Monitor hasil laboratorium (leukosit)
6. ajarkan keluarga cara mencegah infeksi
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
Tube Care:

16
1. Jaga kepatenan IV line, dan kateter urine
2. Jaga urine bag pada posisinya
3. Kosongkan urine bag sesuai jadwal
4. Ganti tube sesuai protokol
5. Inspeksi area sekitar insersi tube

17
BAYI DENGAN BBLR

Bayi dengan BBLR termasuk dalam bayi baru lahir risiko tinggi yaitu
keadaan di mana neonatus tanpa memperhatikan usia gestasi atau BB mempunyai
kemungkinan morbiditas atau mortalitas yang lebih besar dari rata-rata karena
kondisi yang tumpang tindih pada keadaan normal suatu kejadian yang dikaitkan
dengan kelahiran dan penyesuaian pada keadaan ekstrauterine.

Definisi
Bayi yang lahir dengan BB di bawah 10% pada kurva pertumbuhan
intrauterine, bayi tersebut dapat lahir pada kondisi preterm, term, atau postterm.

Klasifikasi
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem
rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 1500 gram.
3. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501
2500 gram
4. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir
dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
5. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation/IUGR):
ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinenya mengalami retardasi
(terkadang digunakan sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil
untuk masa gestasi).
6. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil ke-90
pada kurva perumbuhan intrauterine.

18
Etiologi
1. Kelainan pada janin.
2. Gangguan fungsi plasenta.
3. Faktor ibu (penyakit vaskuler, keadaan uterus yang buruk, dll).
4. Infeksi ( ibu dan anak).
5. Obat dan merokok, dll.

Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 34
minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak
dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan
untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

19
Masalah yang mungkin muncul
Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ
tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum matangnya
organ-organ tersebut:
1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR
membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.
2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan bayi
sangat rentan terhadap infeksi.
3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya perdarahan
peribentruker.
4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.
5. Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya hiperbiliribinemia.
6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom malabsorbsi.

Faktor risiko BBLR


1. Ibu berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anemia.
3. Malnutrisi.
4. Anak kembar.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam:


Buku Ajar Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and
gynekology. Volume 99. No: 3. Maret 2003.
3. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL,
Casey BM. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of
Obstetrics. Edisi 2003. The University of Texas Southwestern Medical
Centre at Dallas. 2003:743-760
4. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology
and Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
5. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes
Classification Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
6. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
Classification FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
7. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses
: Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

21

Anda mungkin juga menyukai