mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari
terhadap situasi-situasi yang beresiko pada titik titik kritis sepanjang kehidupan seseorang.
Menurut Pratiwi (2011) dalam mengembangkan resiliensi, peran religiusitas juga penting, karena
salah satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi seseorang adalah religiusitas.
seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa
dalam penghayatan atas agama yang dianut. Religiusitas diyakini mampu memberikan
individu yang mengalami kegagalan didalam seleksi kepolisian. Jika religiusitas yang dimiliki
individu tinggi maka akan berpengaruh pula pada kemampuan resiliensinya sehingga akan
terbentuk sikap-sikap positif, begitu juga sebaliknya religiusitas yang rendah akan
Menurut Synder & Lopez (dalam Harmi, 2012) bahwa self-esteem merupakan faktor internal
yang mempengaruhi pembentukan resiliensi seseorang. Individu dengan self-esteem yang tinggi
mampu menghargai diri sendiri, melakukan penilaian baik terhadap diri sendiri dengan
menerima kemampuan yang dimiliknya, menerima segala kekurangan yang dimiliki,
bertanggung jawab atas hidup yang dijalaninya dengan menerima kenyataan baik maupun buruk
yang terjadi dalam kehidupannya. Individu tersebut tidak hanya
memikirkan dirinya sendiri tetapi juga mampu menghargai orang laindan memiliki relasi sosial
atau hubungan yang baik terhadap orang-orang disekitarnya. Hal tersebut akan membentuk
individu yang memiliki resiliensi tinggi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sebagian besar subjek penelitian
memiliki tingkat religiusitas resiliensi yang tinggi. Religiusitas mereka yang tinggi terlihat dari
pemahaman yang dalam tentang agama mereka masing-masing, beberapa dari mereka tekun
melaksanakan ibadah dan melaksanakan kewajiban-kewajiban agama secara rutin dan taat.