Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tambang bawah tanah adalah suatu sistim penambangan mineral atau batubara dimana
seluruh aktivitas penambangan tidak berhubungan langsung dengan udara terbuka.

Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah: development
(pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap development, semua yang digali
adalah batuan tak berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan masuk dan
penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain.
Sedang tahap production adalah pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri. Tempat
bijih digali disebut stope (lombong). Disini uang mulai bisa dihasilkan.
Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang terowongan
yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk mengalirkan udara ke
semua sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas tim ventilasi tambang.

1
Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti memastikan agar
semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun yang ditimbulkan oleh
peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk memaksa agar udara mengalir ke terowongan,
digunakanlah fan (kipas) raksasa dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-penyangga
terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah dikembangkan.
Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga keselamatan
semua pekerja. Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode
penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah, geologi,
lingkungan, dll) endapan mineral dan batuan yang akan ditambang, dengan memperhatikan
batasan tentang keamanan, teknologi dan ekonomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa metode-metode yang digunaakan dalam penambangan mineral Emas?
2. Bagaimana kerja sistem penyanggaan dalam penambangan mineral Emas ?
3. Jelaskan aktivitas penambangan di Indonesia

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mengetahui metode-metode tambang bawah tanah yang di pakai dalam


penambangan mineral Emas.
2. Mengetahui kerja dari sistem penyanggaan mineral Emas
3. Mengetahui aktivitas- aktivitaa penambangan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Penambangan Emas


Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas
(ekstraksi). Bijih emas dikategorikan dalam 4 ( empat ) kategori :

1. Bijih tipis dimana kandungannya sebesar 0.5 ppm


2. Bijih rata-rata ( typical ) dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam galian
terowongan terbuka yakni kandungan 1 -5 ppm
3. Bijih bawah tanah/harrdrock dengan kandungan 3 ppm
4. Bijih nampak mata ( visible ) dengan kandungan minimal 30 ppm

Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi
sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).

Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas.


Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua type yaitu :

1. Endapan primer / Cebakan Primer

Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam
retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses
magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena
proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan
kandungan utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein
dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.

2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder

Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses
pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas,
1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan emas primer pada
atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer.

Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan
tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga

3
atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran
emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada
cebakan emas sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan
primernya (Boyle, 1979).

Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi, transportasi dan


sedimentasi yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer menghasilkan
endapan emas letakan/aluvial (placer deposit). Cebakan emas primer dapat ditambang secara
tambang terbuka ( open pit ) maupun tambang bawah tanah ( underground minning ).
Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.

3. Cebakan Primer

Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses


pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada
penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan dengan
teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting ( di Indonesia
disebut lubang tikus ).

Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground), dengan membuat


lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran
(shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan
menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan
dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar
rendah maupun yang berkadar tinggi. Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses
peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi,
sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi
atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).

4
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan )
dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum


diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering, yaitu
suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan
penambangan ( development works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya
cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari
ukuran cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.

Cara penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian
umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum

5
diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha,
Pongkor-Bogor; Gunung Peti, Cisolok-Sukabumi; Gunung Subang, Tanggeung-Cianjur;
Cikajang-Garut; Cikidang, Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo;
Selogiri-Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado; Batu Gelas, RataTotok-Minahasa;
Bajuin-TanahLaut; Perenggean-Palangka Raya; Ketenong-Lebong; dan lain-lain.

Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan langsung


menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila cebakan bijih tersebut
tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagian-
bagian yang miskin.

Proses yang dilakukan dalam penambangan metode Underground skala tambang


rakyat:

1. Pembangunan lubang masuk ke tambang

.
Lubang masuk dibuat sangat sederhana dengan diameter umumnya hanya
dapat untuk akses 1 orang saja.
2. Pembangunan akses menuju badan bijih.
Akses menuju badan bijih dibuat sesuai lokasi badan bijih yang menjadi
target. Terdapat 2 cara untuk menuju badan bijih berdasarkan lokasi dari cebakan,
yaitu:
a. Menggunakan drift ( lubang masuk horizontal, nembak ), jika lokasi
badan bijih relatif sejajar dengan jalan masuk utama.

6
b. Menggunakan shaft ( lubang masuk vertikal, nyumur ), jika lokasi
badan bijih relatif di bawah jalan masuk utama.

Seperti halnya lubang masuk ke tambang, akses menuju badan bijih dibuat
secara sederhana, dengan lokasi kerja yang hanya cukup untuk dipakai satu orang
saja dengan diameter sekitar 1 1,5 meter. Lubang masuk tersebut dibuat tanpa
penyangga atau hanya dengan penyangga sederhana untuk daerah yang
diperkirakan rawan runtuh.

3. Penggalian bijih emas


Penggalian bijih emas dilakukan dengan mengikuti arah kemenerusan bijih.
Alat yang dipakai untuk keperluan pemberaian batuan berupa alat gali manual,
seperti belincong.
Pengangkutan bijih emas dari dalam tambang menuju ke luar tambang
dilakukan secara manual. Jalur pengangkutan menggunakan jalan masuk utama.
Khusus untuk akses menggunakan shaft, pengangkutan dibantu dengan sistem
katrol.

Penambangan metode Underground yang baik dilakukan dengan ketentuan:

Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah, dan
dapat dibuat datar/horizontal, miring/inclined maupun tegak lurus/vertikal sesuai
dengan kebutuhan. Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
disarankan diameter > 100 cm.
Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil ( kemiringan < 30 o ) dan
diusahakan tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam. Lubang bukaan
harus dijaga dalam kondisi stabil/tidak runtuh, bila diperlukan dapat dipasang suatu
sistem penyanggaan yang harus dapat menjamin kestabilan lubang bukaan ( untuk
lubang masuk dengan kemiringan > 60o disarankan untuk selalu memasang
penyangga ). Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 ( kayu jati,
kihiang, rasamala, dll ). Ukuran diameter/garistengah kayu penyangga yang
digunakan disarankan tidak kurang dari 7 cm. Jarak antar penyangga disarankan
tidak lebih dari 0.75 x diameter bukaan ( tergantung kelas kayu penyangga yang
digunakan dan kekuatan batuan yang disangga ).
Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan minimal 2
m3 /menit, bila perlu dapat menggunakan blower / kompresor untuk men-supply

7
kebutuhan oksigen ke dalam lubang. Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk
mencegah air masuk, dan paritan diarahkan menuju ke kolam pengendap dengan
pengendapan dilakukan bertahap, bila perlu dapat menggunakan pompa air
submersible untuk membuang genangan air dari dalam lubang.

4. Cebakan Sekunder
Cebakan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas aluvial
merupakan emas yang diendapkan bersama dengan material sedimen yang terbawa
oleh arus sungai atau gelombang laut adalah karakteristik yang umum mudah
ditemukan dan ditambang oleh rakyat, karena kemudahan penambangannya.
Cebakan emas aluvial dicirikan oleh kondisi endapan sedimen bersifat lepas dengan
kandungan logam emas berupa butiran, dapat ditambang dan diolah dengan cara
pemisahan emas secara fisik, menggunakan peralatan sederhana.
Cebakan emas aluvial dengan sebaran berada pada permukaan atau dekat
permukaan mudah dikenali, dengan karakteristik bersifat lepas, dan emas sudah
dalam bentuk logam (native), cukup diolah dengan cara pemisahan secara fisik.

Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas prinsip :

Butir emas sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami
proses pengolahan. Berdasarkan lokasi keterdapatan, pada umumnya kegiatan
penambangan dilakukan pada lingkungan kerja berair seperti sungai-sungai dan
rawa-rawa, sehingga dengan sendirinya akan memanfaatkan air yang ada di tempat
sekitarnya.

Karakteristik dari endapan emas aluvial akan menentukan sistem dan peralatan
dalam melakukan kegiatan penambangan. Berdasarkan karakteristik endapan emas
tersebut, metode penambangan terbuka yang umum diterapkan dengan
menggunakan peralatan berupa :

1. Pendulangan

8
Pendulangan ( panning )
Penambangan dengan cara pendulangan banyak dilakukan oleh pertambangan
rakyat di sungai atau dekat sungai. Cara ini banyak dilakukan oleh penambang
perorangan dengan menggunakan nampan pendulangan untuk memisahkan
konsentrat atau butir emas dari mineral pengotornya.

2. Tambang semprot ( hydraulicking )

Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa untuk
memberaikan batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau

9
dipompa ke instalasi konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan
pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber
air yang cukup, umumnya berlokasi di atau dekat sungai.

Beberapa syarat yang menjadikan endapan emas aluvial dapat ditambang


menggunakan metode tambang semprot antara lain :

1. Kondisi/jenis material memungkinkan terberaikan oleh semprotan air


2. Ketersediaan air yang cukup
3. Ketersediaan ruang untuk penempatan hasil cucian atau pemisahan bijih
Metode penambangan ini umum diterapkan diberbagai daerah operasi
pertambangan rakyat di Indonesia, seperti di Sungai
Kahayan,Bukitrawi,Palangkaraya-Kalimantan Tengah; Tanoyan,Bolaang
Mongondow-Sulawesi Utara; Bombana-Sulawesi Tenggara; Tobohon,Kotabunan-
Sulawesi Utara, Way Kanan-Lampung, dll.

3. Dredging

Dredging adalah teknik penambangan yang dilakukakan bila endapan placer


terletak di bawah permukaan air, misalnya di lepas pantai, sungai, danau atau
lembah yang tersedia banyak air. Pada tambang ini banyak dilakukan pada
pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dengan menggunakan kapal
keruk (dredge) atau dengan dragline yang dikombinasi dengan pengolahan di atas
pontoon (floating washing plants).

10
Alat-alat yang dipakai pada penambangan kapal keruk berdasarkan alat
galinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Multy bucket dredge, kapal keruk yang alat galinya berupa rangkaian
mangkok (bucket)
b. Cutter suction dredge, alat galinya berupa pisau pemotong yang menyerupai
mahkota.
c. Bucket wheel dredge, alat galinya dilengkapi dengan timba yang berputar
(bucket wheel)
Meskipun metode ini sebagian besar telah digantikan oleh metode
modern, dredging masih banyak dilakukan oleh penambang skala kecil dengan
menggunakan kapal keruk hisap. Ini adalah mesin kecil yang mengapung di
atas air dan biasanya dioperasikan oleh beberapa orang. Sebuah rangkaian
dredging hisap terdiri dari mesin pompa hisap, kotak konsentrator, dan
kompresor yang didukung oleh ponton. Pada selang isap dikendalikan oleh
penambang bekerja di bawah air (penyelam). Para penyelam menggunakan
kompresor untuk mencukupi kebutuhan oksigen.

2.2 Sistem Penyanggaan Tambang bawah tanah mineral Emas

Pada dasarnya setiap metode tambang bawah tanah bersifat spesifik. Meski
demikian, pada prakteknya sangat susah secara menyeluruh memenuhi kondisi
idealnya. Dilain pihak, bijih juga memungkinkan mempunyai kondisi yang cocok untuk
aplikasi beberapa metode, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap metode-metode
tambang bawah tersebut.
Setiap metode mempunyai aplikasi yg spesifik, tetapi karakteristik bijih dan
country rock tidak senantiasa ideal Karakteristik bijih dan country rock kadang
memungkinkan aplikasi dua atau lebih metode. Eksploitasi mineral dimana seluruh
ekstraksinya dilakukan di bawah permukaan bumi disebut dengan istilah underground
mining (tambang bawah tanah), atau deep mining (tambang dalam). Metode
tambang bawah tanah diterapkan apabila kedalaman cebakan atau eksploitasi material
tidak dapat dilakukan dari permukaan

11
Pemilihan metode yang cocok, mencakup aspek:

Menentukan perlu tidaknya penyangga, dan penyangga yang mestinya dipakai


Merancang konfigurasi bukaan dan urutan ekstraksi dikaitkan penyebaran bijihnya.

Akibat adanya kegiatan penggalian pada lubang bukaan :

a. Kesetimbangan tegangan pada daerah lubang bukaan tersebut akan terganggu.


b. Lapisan atau masa batuan disekitar cenderung untuk menutup (convergence)

2.2.1 TUJUAN PENYANGGAAN:

1. Mengontrol masa batuan disekitar lubang bukaan, yaitu :


a.menahan perpindahan tegangan pada dindin lubang bukaan
b. menyangga batuan yang potensial untuk runtuh atau memperkecil
deformasi massa batuan
2. Untuk menjaga tempat penambangan
3. Untuk menjaga para pekerja dari runtuhan batuan yang ada diatas atau
sampingnya
4. Untuk menjaga pekerja bila terjafi banjir atau hal-hal yang tidak diinginkan
5. Untuk tempat berpijak atau lantai bagi para pekerja terutama untuk stope yang
sudah tinggi

2.2.2 BAHAN - BAHAN PENYANGGAAN :

1. Kayu (Timber)

12
keuntungan penyangga kayu :

a. Ringan, mudah dibentuk dan dipasang


b. Akan retak disepanjang seratnya mudah di deteksi
c. Sisa potongan dapat digunakan sebagai pasak,dll
Kerugian penyangga kayu :

a. Kelembapan dapat mempengaruhi kekuatannya


b. Mudah lapuk dan mudah terbakar
c. Kekuatan mekaniknya tergantung struktur serat dan cacat alami

2. Semen atau beton

13
Keuntungan penyangga semen atau beton :

a. Mempunyai kuat tekan yang tinggi


b. Tahan terhadap pengaruh cuaca
c. Bahan-bahan mudah didapat

Kerugian penyangga semen atau beton :

a. Mempunyai kuat tarik rendah


b. Dapat hancur tiba-tiba, tanpa ada tanda
c. Hancuran beton tidak dapat digunakan lagi

3. Besi atau baja (steel)

Keuntungan penyangga besi atau baja :

a. Homogen dan memiliki sifat elastisitas yang


tinggi
b. Tidak dipengaruhi oleh kelemban
c. Lebih tahan lama dari penyangga kayu

Kerugian penyangga besi atau baja :

a. harganya yang mahal

14
2.2.3 Dasar Pemilihan Material

Pemilihan material dapat dilihat dari 2 faktor yaitu :

a. Faktor ekonomis
b. Faktor teknis

Apabila kedua faktor ini bertolak belakang, maka dapat dipertimbangkan faktor :

1. Ongkos pembuatan dan pemeliharaan


2. Umur atau lama penyanggaan itu diperlukan
3. Beban yang harus disangga
4. Dimana bukaan harus disangga

2.2.4 Macam macam Penyanggaan :

Ada dua macam penyanggaan lubang bukaan, Natural support dan Artificial support.

1. Natural support adalah penyangga yang dibuat dari batuan itu sendiri dan
dibentuk sepertipilar yang biasanya dibuat dari batuan yang berkadar rendah (barren
rock).Pembuatan pilar ada 2 yaitu:

a. Random pilar atau irangular yaitu pilar yang bentuk letak satu sama lain tidak
seimbang. Biasanya dapat ditemui pada tambang rakyat dan tambang kecil
b. Reguler pilar yaitu bentuk letak pilar satu sama lain saling teratur. Dapat
berbentuk bulat, persegi empat, dan empat persegi panjang (rib pilar) Sedangkan

2. Artificial support adalah penyangga buatan dimana material yang digunakan


dapat berupa kayu (timber), semen atau beton, besi atau baja, material pengisi (filling
support) seperti broken ore, waste, tailing dsb. Penyuntikan dengan semen (cemen
grouting) dan pemasangan pasak (rock bolting).
2.2.5 Fungsi Penyanggaan

Penyanggaan sendiri berfungsi untuk mengontrol masa batuan disekitar lubang bukaan,
seperti :

15
1. Menahan perpindahan tegangan pada dinding lubang
bukaan
2. Menyangga batuan yang potensial untuk runtuh
atau memperkecil deformasi masa batuan.
2.2.6 Sifat Penyanggaan

Berdasarkan sifat penyanggaan, jenis penyangga dapat dibagi menjadi penyangga

aktif dan penyangga pasif.

1. Penyangga aktif :

Bersifat memperkuat batuan tersebut secara langsung (reinforcement)

a. Hidraulic props

Tiang penyangga yang pada dasarnya terdiri dari dua silinder, dimana silinder
yang satu bergerak didalam silinder yang lainnya dengan mekanismenya
menggunakan siatem hidraulic.

Umumnya digunakan untuk penyangga sementara pada lubang-lubang


produksi, lubang bukaan untuk pelayanan dan penambangan.

b. Powered Roof Support (PRS)

Penyangga yang diterapkan pada tambang batubara bawah tanah metode "long
wall" fully mechanized.

Penyangga ini tidak hanya berfungsi menyangga atap, tetapi juga untuk
mendorong conveyor bergerak maju dengan tenaga hidraulic.

c. Penyangga Aktif (Baut batuan /Rock Bolt


d. Fungsi penahan

Penjangkaran baut batuan harus pada massa batuan yang relatif keras dan
stabil yang berada diatas lapisan berpotensial runtuh.

e. Fungsi penguat (reinforcement)

16
Baut batuan tidak dapat mencegah terjadinya pecah batuan tetapi dapat
memperbaiki kekuatan dan integritas

Keuntungan Baut Batuan

1. Lebih fleksibek, dapat digunakan pada bentuk geometri yang bervariasi


2. Memberikan reaksi penyanggaan yang cepat setelah pemasangan
3. Pemasangan dapat sepenuhnya dengan mekanisasi, sehingga relatif lebih cepat,
sehingga produktifitas kerja lebih meningkat
4. Tahan terhadap korosi dan relatif lebih murah
5. Kerapatan(jumlah baut batuan per satuan luas) dengan mudah disesuikan dengan
kondisi batuan lokal.
6. Dapat dikombinasikan dengan penyangga seperti wire mesh dan penyangga pasif.

2. Penyangga pasif :

Bersifat mendukung batuan yang akan runtuh dan membatasi pergerakan batuan
tersebut (rigid) yaitu dengan bahan material seperti,

1. Penyangga kayu,

a. Cribbing (pack)

Pada pemasangan dilubang produksi (long wall) susunan cribbing


dikombinasikan dengan batang besi yang disebut chock release. mempunyai
bentuk penampang yang lebar umumnya dipakai didaerah yang memerlukan
pemerkuatan tinggi, seperti dilubang produksi dan perempatan (junction)

b. Three piece set

Digunakan pada lubang bukaan yang berbentuk persegi panjang dan terdiri dari
tiga bagian utama yaitu, bagian atas cap, samping dn tiang (post)

c. Square set

17
Penyangga ini umumnya digunakan pada lubang vertikal (raise/winze)

d. Five piece set

3. Penyangga besi

a. Two piece arch dan three piece arch

Penyangga ini bentuknya seperti busur dan umumnya digunakan


didaerah lubang-lubang utama.

b. Rolled steel joist (I - beam)

penyangga ini biasanya dipasang untuk lubang yang bentuknya empat


persegi panjang dan umumnya digunakan pada lubang-lubang produksi

4. Penyangga beton (concrete)

Campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-kadang ditambah CaCl2
(calcium clorida) yang berfungsi mempercepat waktu pengerasan (curing time)

Beton tambak (shotcrete) ada dua tipe dasar yaitu:

a. Shotcrete campuran kering, dimana campuran semennya kering dan air


ditambahkan pada saat penyemprotan (di nozzle)
b. Shotcrete campuran basah, pada dasarnya memiliki komponen yang
sama pada campuran kering, tetapi airnya sudah dicampurkan kedalam
"Mixer"
c. Shot crete Campuran kering, akselerator dapat ditambahkan pada saat
pencampuran.
d. Shotcrete Campuran basah, akselerator harus ditambahkan pada saat
penyemprotan (nozzle)

2.3 Aktivitas Penambanga di Indonesia


Di negeri ini, ada banyak pertambangan emas yang tersebar di seluruh Nusantara,
seperti di:
1. Tambang Emas Desa Pujon, Kapuas, Kalimantan Tengah

18
Pujon adalah sebuah desa terpencil yang letaknya di Kecamatan
Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Meski
letaknya cukup jauh dari perkotaan, ada banyakpilihan transportasi untuk
menuju desa ini. Selain menjadi tempat transit bagi para penambang
batubara dan petani kelapa sawit, Desa Pujon merupakan desa yang terkenal
akan hasil tambang emasnya yang sangat banyak.
Tak heran hampir sebagian besar warga di sini berprofesi sebagai
penambang emas. Pun karena saking banyaknya bijih emas yang ditemukan
di dalam hutan, desa ini sampai dijuluki Desa Emas. Jika menyempatkan
diri berkunjung kedesa ini, kita akan melihat hamparan luas berwarna putih
terang seperti padang pasir, area ini adalah lokasi pembuangan limbah pasir
dari
aktivitaspenambanganemasyagrutindikerjakanwargahampirsetiapharinya.
2. Tambang EmasGosowong, Halmahera
Lokasi penambangan emas di Indonesia yang kedua terletak di
Gosowong, Halmahera. Kegiatan penambangan di Gosowong sendiri
dikelola oleh BUMN di bawah naungan PT Aneka Tambang yang bekerja
sama dengan Newcrest. Selain emas, di sini juga terdapat pertambangan
perak.Dalam rentang waktu hampir 20 tahun sejak pertambangan pertama
kali dibuka, diperkirakan sudah ada sekitar 20 juta ons bijih emas yang
diangkat dari perut bumi.
3. Tambang Emas Cikotok, Jawa Barat
Cikotokmerupakansebuahdesakecil yang terletak di KecamatanBayah,
KabupatenLebak Selatan, ataukuranglebih 130 km di Selatan
Rangkasbitung, ProvinsiBanten. Meski ukurannya tidak terlalu luas,
sesungguhnya desa ini memliliki potensi tambang yang sangat luar biasa.
Adalah logam mulia berjenis emas yang bisa dengan mudah ditambang di
sini. Tambang emas Cikotok sendiri bermula dari ditemukannya endapan
emas dan batubara di kawasan Bayah, Cimandiri, Cikotok, dan sekitarnya
oleh ahli geologi asal Belanda pada tahun 1839 sebelum akhirnya diadakan
eksplorasi besar-besaran dan diadakan penambangan di wilayah Pasir
Gombong dan Cikotok. Sayangnya produksi dihentikan ketika Jepang
menduduki Indonesia. Nah, sejak 5 Juli 1968, bersama dengan perusahaan

19
pertambangan lain, PN Tambang EmasTjikotok kemudian menjadi bagian
dari PN Aneka Tambang dengan nama Unit Pertambangan Emas Cikotok.

4. Tambang Emas BatuHijau, Sumbawa

Daerah Indonesia Timur memang mahsyur akan hasil tambangnya


yang melimpah. Salah satunya adalah tambang emas yang berlokasi di Batu
Hijau, Pulau Sumbawa.

Tambang ini sendiri sudah dibuka sejak tahun 2000 lalu. Pada tahun
2005, pemerintah mencatat sebanyak 2.77 juta ton tembaga yang memiliki
rata-rata 0,69g/ton emas terkumpul dari tambang ini.Sayangnya, Tambang
Emas Batu Hijau masih dikelola pihak asing

5. Tambang Emas Martabe, Tapanuli Selatan

Masih berlokasi di wilayah Indonesia Timur, tambang emas yang satu


ini terletak di daerah Martabe, Tapanuli Selatan. Menurut data yang
dikumpulkan pihak pengelola tambang, kegiatan penambangan di Martabe
sudah menghasilkan sebanyak 3 juta ons emas dan 32 juta ons perak sejak
mulai dibuka pada tahun 2013. Bahkan tambang ini dipercaya masih
mengandung 7.86 juta ons emas serta 73,48 juta ons perak. Luar biasaya.

6. Tambang EmasKencana, Maluku Utara

Berbeda dengan tambang emas di Gosowong yang cukup terbuka,


penambangan emas di daerah Kencana, Maluku Utara, dilakukan di bawah
tanah. Kabarnya, kegiatan pertambangan di Kencana sudah mengahsilkan
sebanyak 4.63 juta ons emas murni.

7. Tambang Grashberg, Puncak Jaya

Dari sekian banyak lokasi penambangan emas di Tanah air, barangkali


daerah tambang yang satu ini adalah yang paling terkenal karena akhir-
akhir ini banyak diberitakan di berbagai media.

20
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dengan memperhatikan karakteristik bahan galian, metode penambangan yang
umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) adalah metode
Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu
dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.
Cara penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan
penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas
seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di
Indonesia, seperti di Ciguha, Pongkor-Bogor; Gunung Peti, Cisolok-Sukabumi;
Gunung Subang, Tanggeung-Cianjur; Cikajang-Garut; Cikidang, Cikotok-Lebak;
Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo; Selogiri-Wonogiri; Punung-Pacitan;
Tatelu-Menado; Batu Gelas, RataTotok-Minahasa; Bajuin-TanahLaut; Perenggean-
Palangka Raya; Ketenong-Lebong; dan lain-lain.
Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan
langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila
cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar
yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.
2. Sistem penyanggaan dalam penambangan emas yaitu kayu, besi atau baja dan beton

3. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di


Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa,
Pulau Sulawesi, nusa tenggara dan papua.

Perusahaan pertambangan yang mengeksploitasi cadangan emas di Indonesia antara


lain:

1. PT Aneka Tambang, merupakan BUMN


2. PT Freeport Indonesia
3. PT Newmont Nusa Tenggara

21

Anda mungkin juga menyukai