Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun oleh :
1. Sari Dewi W 2005.097
2. Irawati Utami 2005.037
3. Ariyatun 2005.086
4. Susi Setyowati 2005.043
5. Vivie Yenianti T.P. 2005.026

AKADEMI PERAWATAN PANTI KOSALA


SURAKARTA
2008
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg paling serikit pada waktu yang berbeda (Brunner dan Suddarth,
2002).
Pada umumnya hipertensi diklasifikasikan berdasarkan nilai diastolik.
Hipertensi ringan : 90-140 mmHg
Hipertensi sedang : 100-114 mmHg
Hipertensi berat : 110-118 mmHg
Hipertensi maligna : > 120 mmHg
Krisis hipertensi adalah tekanan darah yang mengalami kenaikan yang cepat
sehingga menyebabkan kerusakan organ secara cepat perbaikan hanya bisa
didapat dengan tekanan darah.
Menurut klasifikasi baru :
Stage I : 90-98 mmHg
Stage II : 100-108 mmHg
Stage III : 110-118 mmHg
Stage IV : > 120 mmHg
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama :
1. Volume cairan yang mengisi pembuluh darah besarnya ditentukan
oleh curah jantung.
2. Tahanan (resistensi) pembuluh darah tepi (perifer) terhadap aliran
darah yang mengalir.

B. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ utama dalam sirkulasi darah yang berfungsi
sebagai pompa. Ketika menguncup maka darah dipompakan ke aorta dengan
tekanan tang kuat kemudian darah dialirkan ke arteri dan arteriole dengan
tekanan yang lebih ringan, tekanan ini sangat diperlukan agar darah mencapai
seluruh organ dan jaringan serta dapat kembali ke jantung melalui vena
tekanan darah terhadap dinding arteri dapat diukur dengan tensimeter yang
dinyatakan dengan satuan mmHg.
Perbedaan tekanan darah sistolik adalah tekanan darah arteri ketika
jantung menguncup/ konstriksi. Diastolik adalah tekanan darah ketika jantung
mengembang kembali. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan
perifer dari dan volume darah.
Sistem kendali yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah
adalah :
1. Sistem baroreseptor
2. Sistem pengaturan volume cairan tubuh
3. Sistem renin angiotensin
4. Sistem autoregulasi vaskuler
(Barbara Engram, 1999)
C. Patofisiologi
Hipertensi merupakan suatu kelainan/ suatu gejala dari gangguan
mekanisme regulasi tekanan darah. Tubuh mempunyai suatu sistem untuk
mengatur tingginya tekana darah yaitu sistem renin angiostenin aldosteron
(RAAS). Sel-sel tertentu ginjal dapat membentuk hormon renin yang
dilepaskan apabila tekanan darah di glumerolus menurun. Hanya terjadi bila
jumlah darah yang mengatur melalui ginjal berkurang. Misalnya karena
penurunan volume darah atau penyempitan arteri ginjal. Dalam plasma, renin
bergabung dengan menjadi angiostensin I yang oleh enzim ACE (Angiostensi
convertury enzim) dapat menjadi angiostensin II. Zat ini berdaya
vasokontriktif kuat secara langsung dan dapat langsung menstimulasi sekresi
hormon aldortenon dengan sifat retensi garam sehingga volume darah dan
tekanan darah meningkat.
Disamping regulasi hormon masih terdapat beberapa faktor fisiologi
yang dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain :
1. Stroke volume
Yaitu jumlah darah yang dipompa keluar jantung pada setiap kali
konstriksi, semakin besar volume ini semakin tinggi tekanan darah.
Retensi garam meningkatkan volume cairan sehingga volume meningkat.
Maka tekanan atas dinding pembuluh darahpun meningkat.
2. Kekenyalan dinding arteri
Arteri yang dindingnya sudah mengeras karena endapan kolesterol/ lemak
(artherosclerosis) menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada
dinding yang masih elastis.
3. Pelepasan neurohormon
Antara lain adrenalain dari nerodrenalin yang berfungsi menyempitkan
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada saat
emosi meningkat atau berolahraga yang bertenaga, sistem saraf adrenergik
terangsang dan melepaskan neurohormon. Situasi stres dan merokok juga
meningkatkan produksi neurohormon adrenolin (Sandra M Hettina, 2002).

D. Faktor Penyebab Hipertensi


1. Hipertensi primer : penyebab tidak diketahui
2. Hipertensi sekunder disebabkan oleh :
a. Penyakit perenkim ginjal atau vaskuler ginjal
b. Gangguan endokrin diabetes
c. Penyempitan aorta kongenital
d. Neurogenik tumor, enoufalitas, luka bakar, kenaikan volume
intravaskuler dan gangguan psikiatri
3. Faktor resiko lainnya
a. Obesitas
b. Intake lemah dan garam yang tinggi
c. Perokok
d. Stres
e. Penggunaan pil anti hamil

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari hupertensi, yaitu :
1. Sakit kepala
2. Epitaksis
3. Pusing migren
4. Nokturia
5. Finitus
6. Kelemahan/ letih
7. Mual muntah
8. Sesak nafas
9. Sukar tidur
10. Mata berkunang-kunang
11. Rasa berat ditekuk
12. Kenaikan TD dari normal
13. Penurunan kekuatan gengaman tangan dan reflek tendon dalam
14. Frekuensi jantung meningkat
15. Takipnea
16. Perubahan irama jantung
(Sandra M Hettina, 2002)
F. Pathway

Merokok Genetik, lingkungan,


merokok, alkohol, penyakit

Nikotin
Merangsang pusat
vasomotor dalam bentuk
Merangsang impuls
hypotalamus
Melalui saraf simpatik
Katekolamin menuju gangguan simpatis

Melepaskan asetil kolin

Merangsang serabut saraf


ganglion

Merangsang kelenjar
adrenal

Melepaskan epinefrin

Vasokontriksi pada pembuluh


darah Vasokontriksi

Tekanan darah meningkat Peningkatan tekanan Penurunan darah ke


volume darah tetap vaskular serebral ginjal

Jantung memompa darah


dengan tekanan aliran darah Mendesak Mendesak Pelepasan renin
hipotalamus thalamus
Penurunan kontraktilitas
pada otot jantung Mual Kortek Pembentukan
serebrasi angiostensi 1
Darah masuk ke ventrikel
kiri berkurang Nutrisi Menaikkan
kurang dari transmisi Angiostensi II
kebutuhan histomin
Penurunan curah jantung tubuh bradikimin asetil Vasokontriksi
kolin dan prostal perifer
glandin
Meningkatkan
Meningkatkan sekresi aldosteron
sensitivitas
reseptor nyeri Retensi natrium
dan air
Nyeri
G. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi yaitu :
1. Kerusakan pembuluh darah, manifestasi muncul sesuai sistem
organ yang terkena
2. Penyakit jantung koroner dengan angiria
3. Hipertrofi ventrikel kiri
4. Perubahan fatologis ginjal
5. Perdarahan otak/ stroke
6. Infark serebri
(Brunner dan Suddart, 2002)

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hb/ HCl untuk menilai hubungan antara sel-sel dari viskositas
darah sebagai faktor resiko dari hiperkoagulasi, enemia, dll.
2. BUN/ creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
3. Glukosa, hiperglikemia akibat tingginya katekolamin akan
menambah hipertensi.
4. Sistem potasium. Bila ditemukan adanya hipokalamia ini
merupakan tanda adanya aldostenon primer sebagai efek samping
diuretika.
5. Serum kalsium, bila tinggi biasanya signifikan pada hipertensi.
6. Serum trigliserida dan kolesterol bila tinggi merupakan faktor
predisposisi hipertensi.
7. Tiroid. Hipertirordisme menyebabkan vasokontriksi vaskuler
8. WP untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi, apakah
merupakan penyakit parenkim ginjal atau renal kalikulo.
(Brunner dan Suddart, 2002)

I. Terapi
1. Program penurunan BB bagi yang gemuk
2. Diet rendah garam dan rendah lemak
3. Mengubah kebiasaan buruk berdasarkan kesehatan
4. Olahraga teratur
5. Periksa tekanan darah secara teratur
6. Terapi farmakologis
- Diuretik : HCT, lasix
- Beta blocker : propanaol
- Alfa blocker : phentolamin, vrozqazine (minipres)
- Simpatolik
- Vasodilator
- Kalsium antagonis
(Barbara Engram, 1999)

J. Pengkajian
Data subjektif
1. Nyeri kepala, terutama daerah subuksibital ketika bangkit hilang
dalam beberapa jam.
2. Ada episode rasa kaku/ beku, lemas pada satu sisi tubuh.
3. Gangguan penglihatan ganda, pandangan kabur
4. Lemah dan lelah, nafas pendek
5. Riwayat hipertensi, arthreusklerosis CVD
6. Sering berkeringat dan berdebar-debar
7. Episode epitaksis
8. Riwayat perubahan kepribadian, kecemasan, depresi
9. Makanan kesukaan tinggi garam, lemak, kolesterol
10. Mual dan muntah
11. Perubahan berat badan
12. Riwayat penggunaan diuretik, kontrasepsi hormonal
13. Faktor resiko keluarga hipertensi aterosklerosis, penyakit jantung

Data objektif
1 Tekanan darah meningkat
2 HR meningkat, perubahan irama jantung
3 Perubahan suara jantung, aksentuasi pada basis S2 (S2 awal CHF);
subventrofi ventrikel kanan)
4 Murmur, valcular stenosis
5 Takikardia, berbagai jensi elisritmia
6 Perubhana isi denyut nadi ada keterlambatan pada daerah tangan
7 Peregangan vena jugularis congesti vena
8 Nafas cepat
9 Hipotensi postural
10 Aksal dingin, refill kapiler lambat
11 Tampak pucat, banyak keringat
12 Ada tidaknya obesitas
13 Kadang ada edema
14 Suasana perasaan berubah-ubah
15 Perubahan status mental, perubahan orientasi, prines pikir, memori
16 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan refleks
tendon dalam dan perubahan retina mata.
NURSING CARE PLAN

A. Resiko injury (jatuh)


Keadaan dimana individu bisa mengalami injury yang disebabkan karena
interaksi antara kemampuan individu dalam adaptasi (perlindungan)
Tujuan :
Klien mampu meminimalkan resiko jatuh setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari (3 x 24 jam)
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Control Resiko
- Mengubah gaya hidup untuk meminimalkan
resiko
- Berpartisipasi dalam mengantisipasi masalah
kesehatan klien
- Menggunakan sistem dorongan pribadi untuk
mengontrol resiko
- Mengubah status kesehatan klien supaya menjadi
lebih baik
- Memonitor perubahan status kesehatan
- Menggunakan strategi yang efektif dalam
mengontrol resiko

Keterangan :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
Intervensi
1. Memonitor kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sendiri
2. Memonitor vital sign
3. Menjelaskan hasil test diagnostik kepada klien dan keluarga
4. Memonitor ada tidaknya infeksi, jika diperlukan
5. Memonitor tanda dan gejala akan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
6. Memonitor status neurologi

B. Ketidakefektifan penatalaksanaan manajemen terapi


Tujuan :
Klien dapat melaksanakan manajemen terapi yang telah ditetapkan, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari (3 x 24 jam)
Kriteria hasil :
Indikator
1 2 3 4 5
Pengamatan dalam terapi
- Monitor perubahan status penyakit
- Memonitor efek samping dari terapi
- Menunjukkan kemampuan untuk merawat diri
sendiri
- Keseimbangan dalam latihan terapi, bekerja,
waktu luang, istirahat dan asupan nutrisi.

Keterangan :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu

Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien tujuan dari terapi
2. Jelaskan pada pasien betapa pentingnya terapi
3. Memberikan dorongan pribadi pada klien, jika diperlukan
4. Menggunakan waktu yang spesifik untuk kebiasaan klien yang
dapat mengganggu untuk kebiasaan (contoh: jumlah rokok yang
dikonsumsi per hari)
5. Memonitor vital sign
6. Memperkenalkan pada klien, seseorang/ beberapa orang yang telah
berhasil menjalani terapi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, S.C. Bare, B.G., Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan


Suddarth. Alih Bahasa. Monica Ester. Jakarta : EGC. 2002.
2. Potter, R.A. Derry A.G. Fundamental of Nursing; St. Louis. Mosby.2000
3. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Alih Bahasa Budi
Santosa. Prima Medika. 2005.
4. NOC. Nursing Outcomes Classification. 2005.
5. NIC. Nursing Intervention Classification. 2005.
6. Hettina., Sandra M. Pedoman Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Vol.
3. Jakarta. EGC. 2002.
7. Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Medikal Bedah,
Volume I, Alih Bahasa, Suaryati, Samba.

Anda mungkin juga menyukai