Anda di halaman 1dari 11

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. MOW (Medis Operasi Wanita)/MOW a.

Pengertian MOW (Medis Operatif Wanita) / MOW atau juga dapat disebut dengan sterilisasi.
MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang
menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu
gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2006). Kontrasepsi mantap wanita (kontap
wanita) adalah cara kontrasepsi untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan pada seorang
wanita dari suatu pasangan usia subur (PUS) atas dasar alasan jumlah anaknya telah cukup
dan tidak ingin menambah anak lagi, dengan cara penutupan kedua saluran telur melalui cara
MOW atau mekanik dengan pemasangan cincin atau klip, melalui suatu tindakan
pembedahan minilaparatomi atau laparaskopi. MOW adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga 10 sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi
tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004,) Program
MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya: 1) Program rumah sakit a) Pelaksanaan
MOW pasca operasi /pasca melahirkan b) Mempunyai penyakit ginekologi 2) Reguler: MOW
dapat dilakukan pada masa interval b. Syarat melakukan MOW (Medis Operasi Wanita)
Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002) yaitu sebagai berikut: 1) Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara kontrasepsi
lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen
pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005) 2) Syarat Bahagia Syarat bahagia dilihat dari ikatan
perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang
kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro,2005) 11 3)
Syarat Medik Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi syarat
kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi
mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang
dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode
kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul,
obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil (BKKBN.2006) c.
Teknik melakukan MOW 1) Tahap persiapan pelaksanaan (a) Informed consent (b) Riwayat
medis/ kesehatan (c) Pemeriksaan laboratorium (d) Pengosongan kandung kencing, asepsis
dan antisepsis daerah abdomen (e) anestesi 2) Tindakan pembedahan, teknik yang
digunakan dalam pelayanan MOW antara lain: a) Minilaparotomi Metode ini merupakan
penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik
pada 12 daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat
bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat
dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan
efektif (Syaiffudin,2006). Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan
tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan
dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan
kassa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan
setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006). b) Laparoskopi Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis
Kebidanan dan Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan
efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus
(tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup
banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti
halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan
sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006). 13 3) Perawatan post operasi
(a) Istirahat 2-3 jam (b) Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu (c) Ambulasi dini (d) Diet
biasa (e) Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari
pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan
luka insisi. d. Waktu pelaksanaan MOW Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005)
pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat: 1) Masa Interval (selama waktu selama siklus
menstruasi) 2) Pasca persalinan (post partum) MOW pasca persalinan sebaiknya dilakukan
dalam 24 jam, atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. MOW pasca
persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan
menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai
hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah
mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi. 14 3)
Pasca keguguran Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi. 4) Waktu operasi
membuka perut Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi.
Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat
dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap. e. Indikasi MOW Komperensi
Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan
menganjurkan agar MOW dilakukan pada umur 25 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai
berikut: umur istri antara 25 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 35
tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 40 tahun dengan satu anak atau lebih
sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah
anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005) .
15 Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut: 1) Indikasi medis
umum Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil
lagi. (a) Gangguan fisik Gangguan fisik yang dialami seperti : (1) tuberculosis pulmonum
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex (2)
penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain: Otot jantung yang lemah.
Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya
pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam
kandungan. (b) Gangguan psikis Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti : (1) skizofrenia
(psikosis) adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik
berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi),
gangguan suasana perasaan (afek tumpul, datar, atau tidak serasi), gangguan tingkah laku
16 (bizarre, tidak bertujuan, stereotipi atau inaktivitas) serta gangguan pengertian diri dan
hubungan dengan dunia luar (kehilangan batas ego, pikiran dereistik, dan penarikan autistik).
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan walaupun
defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. (Carlson, 2010) (2) Sering menderita
psikosa nifas yaitu gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan
kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca
persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic
maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi
secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai
kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat
terganggu. (Lia, 2010) 2) Indikasi medis obstetrik (a) toksemia gravidarum yang berulang yaitu
tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan. (Manuaba, 1998) 17 (b) seksio sesarea yang berulang yaitu pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau
suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio caesaria adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2002). (c) histerektomi obstetric adalah pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik
3) Indikasi medis ginekologik Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula
dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi. 4) Indikasi sosial ekonomi Indikasi
sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa
bertambah lama bertambah berat. (a) Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup
dan umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri, misalnya
umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120. 18 (b) Mengikuti
rumus 100 Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang Umur ibu 30 tahun ke atas
dengan anak hidup 3 orang Umue ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang f.
Kontraindikasi MOW Menurut Mochtar (1998) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu
dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi mutlak dan indikasi relative 1) Kontra indikasi mutlak
(a) Peradangan dalam rongga panggul (b) Peradangan liang senggama aku (vaginitis,
servisitis akut) (c) Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan 2) Kontraindikasi relative (a)
Obesitas berlebihan (b) Bekas laparotomi Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009)
yang sebaiknya tidak menjalani MOW yaitu: 1) Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai 2)
Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya 3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol 4) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk
fertilitas dimasa depan 19 5) Belum memberikan persetujuan tertulis. g. Keuntungan Menurut
BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain: 1) Perlindungan terhadap
terjadinya kehamilan sangat tinggi 2) Tidak mengganggu kehidupan suami istri 3) Tidak
mempengaruhi kehidupan suami istri 4) Tidak mempengaruhi ASI 5) Lebih aman (keluhan
lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan
sangat kecil), lebih ekonomis Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) Selain itu
keuntungan dari kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut: 1) Sangat efektif (0.5 kehamilan
per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). 2) Tidak mempengaruhi proses
menyusui (breasfeeding). 3) Tidak bergantung pada faktor senggama. 4) Baik bagi klien
apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius. 5) Pembedahan sederhana,
dapat dilakukan dengan anestesi local. 6) Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek
pada produksi hormon ovarium) 20 h. Keterbatasan Keterbatasan dalam menggunakan
kontrasepsi mantap (Noviawati dan Sujiyati (2009) yaitu antara lain: 1) Peluang kecil untuk
memiliki anak kembali 2) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak
dapat dipulihkan kembali. 3) Klien dapat menyesal dikemudian hari 4) Resiko komplikasi kecil
meningkat apabila digunakan anestesi umum 5) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan. 6) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis
ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi. 7) Tidak melindungi dari IMS,
HIV/AIDS i. Efek Samping 1) Reaksi Alergi 2) Infeksi luka bila terdapat abses 3) Luka pada
kandung kemih 4) Perdarahan Dalam 21 j. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita
dengan Pre dan Post MOW 1) Konseling Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan
seseorang kepada orang lain dan membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu
masalah melalui pemahaman terhadap faktafakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-
perasaan klien. Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan kontap.
Tujuannya ialah untuk membantu calon akseptor kontap memperoleh informasi lebih lanjut
mengenai kontap, dan pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, keinginannya, sikapnya,
kekhawatirannya dan sebagainya, dalam usahanya untuk memahami, dan mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapinya. Kegiatan konseling dengan demikian merupakan
kegiatan penyelenggaraan suatu bentuk percakapan yang dilaksanakan berdasarkan
persyaratan tertentu. Hal ini berarti setiap tenaga konselor perlu mengikuti pendidikan
konseling yang khusus diadakan untuk keperluan kontap ini. Oleh karena pelayanan
konseling merupakan bagian dari pelayanan kontap secara menyeluruh, maka pelayanan
konseling harus diprogramkan dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan konseling kontap
tidak berhenti pada pra tindakan kontap itu saja, tetapi dapat 22 berlanjut pada saat tindakan
itu sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksanakan. Secara khusus dapat
dikatakan bahwa tujuan konseling pra tindakan MOW bertujuan untuk : a) Membantu suami
istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang paling baik digunakan mereka dalam
kurun reproduksinya. b) Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalahpahaman
mengenai kontrasepsi MOW itu sendiri. c) Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontrasepsi
MOW itu sendiri sebagai kontrasepsi bagi dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa
paksaan. d) Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan kontrasepsi MOW itu
sendiri termasuk pengisian permohonan dan persetujuan untuk dilaksanakan MOW pada
dirinya, prosedur operasinya, follow up nya. 5) Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah
: (a) Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan kontap yang
diperolehnya. (b) Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan
pelayanan kontap yang diperolehnya. 23 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling :
a) Konseling pre operatif MOW, terdiri dari : (1) Menyambut klien dengan ramah (2)
Menjelaskan kontrapsepsi yang akan digunakan (3) Menerangkan bahwa tindakan sterilisasi
dilakukan ditempat khusus yang klien tidak akan malu (4) Memberitahu bahwa yang
dibicarakan menjadi rahasia (5) Menanyakan permasalahan, pengalaman klien mengenai alat
kontrasepsi dan kesehatan reproduksinya (6) Menanyakan apakah klien mempunyai
kontrasepsi yang akan dipilih (7) Konselor memberikan informasi yang lengkap tentang
kontrasepsi mantap tetapi ajukan pula metode lain (8) Bantu klien untuk memilih kontrapsepsi
yang tepat (9) Konselor merasakan apa yang klien rasakan untuk memudahkan dan
memahami permasalahan klien (10) Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan
apa yang akan disampaikannya mengenai kontrapsepsi mantap (11) Bantu klien untuk
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan mengenai kontrasepsi mantap (12) Jawab
semua pertanyaan klien secara terbuka dan lengkap 24 (14) Memberitahu klien kapan
kunjungan ulang dan mempersilahkan klien untuk kembali kapan saja apabila klien ada
keluhan b) Konseling post operatif MOW, terdiri dari : (1) Istirahat selama 2-3 hari (2) Hindari
mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu. (3) Dianjurkan untuk
tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu, dan apabila setelah itu masih merasa
kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut. 2) Persiapan untuk calon akseptor KB MOW
Persiapan pasien pra bedah dapat dibagi atas langkah-langkah sebagai berikut: a)
Menerangkan bahwa untuk operasi ini diperlukan izin/persetujuan penderita dan keluarga. b)
Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan c) Diberi pencahar ringan
Dulcolax (R) 2 tablet, apabila operasi akan dilakukan, maksudnya agar usus-usus dalam
keadaan kosong dan tidak mengganggu jalannya operasi. d) Rambut kemaluan dinding perut
dicukur dan dibersihkan dengan sabun. e) Pasien terlebih dahulu diminta untuk BAB atau bila
perlu diklisma untuk merangsang defekasi. 25 f) Melakukan pengosongan kandung kencing.
g) Memasing infus cairan 3) Perawatan pre operasi MOW a) Letakan pasien dalam posisi
untuk pemulihan (1) Tidur miring kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan napas (2)
Letakan lengan atas dimuka tubuh agar mudah melakukan tekanan darah (3) Tungkai bawah
agak tertekuk, bagian atas lebih tekuk daripada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan
b) Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien. c) Cek tanda vital setiap 10
menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam kedua, dan selanjutnya setiap 60 menit pada
jam-jam berikutnya. d) Pantau pula keluhan pasien, perdarahan baik pada luka operasi
maupun dari kemaluan dan suhu badan. e) Minum dan makan lunak dapat diberikan apabila
pasien sudah sadar betul . (Mochtar, 1998) 3) Mobilisasi Mobilisasi pasien MOW yang
bersamaan dengan sectio caesar miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10
jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada 26 hari kedua penderita dapat didudukan
selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam untuk melonggarkan pernapasan
dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih kemudian
posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi powler). Secara berturut-
turut hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca bedah. Mobilisasi
berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli sebaliknya, bila terlalu dini
melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi
secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan
(Mochtar, 1998). Mobilisasi pasien MOW yang dilakukan setelah keguguran duduk dan
mencoba berdiri apabila tidak pusing lagi 4) Perawatan Pasca Operasi MOW Setelah selesai
operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan (check-up) bagi
penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar
rawat khusus maupun setelah tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat. 27 Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran diukur adalah sebagai
berikut : a) Tekanan darah b) Jumlah nadi permenit c) Frekuensi pernapasan permenit d)
Jumlah cairan masuk dan keluar (urin) e) Suhu badan Pemeriksaan dan pengukuran tersebut
sekurangkurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita. 28 k.
Pathways 29 B. Teori Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian logis,
untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien dan pemberi pelayanan kesehatan
(Varney, 1997). Dalam penyusunan karya tugas ilmiah, menurut Helen Varney terdiri 7
langkah berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Asuhan dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
membentuk kerangka yang diaplikasikan ke dalam berbagai situasi. Dalam setiap langkah
dapat dijabarkan sesuai dengan keadaan pasien tersebut (Varney, 1997). Dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien dengan calon akseptor KB MOW, penulis
menggunakan asuhan kebidanan menurut Helen Varney (1997). Penatalaksanaan kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengkoordinasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada pasien (Varney, 1997). 30 Asuhan kebidanan menurut Helen Varney (1997)
antara lain : Langkah I : Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui
anamnesa maupun pemeriksaan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh. Berisi
tanggal dan waktu pengambilan data dikaji untuk menentukan keputusan yang akan dibuat
pada langkah berikutnya, meliputi data subyektif dan objektif. 1. Data Subjektif a. Biodata
Dikaji untuk mengetahui identitas pasien dan penanggungjawab pasien, agar tidak terjadi
kekeliruan dalam memberikan penanganan antara pasien satu dengan yang lainnya
berdasarkan: 1) Nama Dikaji untuk mengetahui nama dan agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberikan pengobatan kepada pasien. 2) Umur Dikaji untuk mengetahui apakah pasien
dalam usia reproduksi atau tidak sebagai pertimbangan penanganan kasus yang akan
diberikan. 3) Agama Dikaji untuk mengetahui agama pasien digunakan dalam pemberian
dukungan spiritual kepada pasien. 31 4) Suku bangsa Dikaji untuk mengetahui asal suku
bangsa pasien, untuk mengetahui apakah ada adat yang tidak boleh dilakukan dalam
penanganan pasien. 5) Pendidikan Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan
penerimaan informasi yang diberikan. 6) Alamat Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal
pasien. 7) Keluhan utama Dikaji untuk mengetahui apa yang di butuhkan pasien, dan juga
untuk mengetahui apa saja yang dirasakan pasien selama ini untuk menegakkan diagnosa.
8) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan dahulu Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit
apa yang pernah diderita pasien sebelumnya yang dapat mempengaruhi keadaan pasien bila
menggunakan KB Medis Operasi Wanita (MOW). b) Riwayat kesehatan sekarang Dikaji untuk
mengetahui sekarang kronologi terjadinya keluhan pasien dan upaya apa saja yang sudah
dilakukan pasien sebelum ketempat pelayanan sampai datang ke tempat 32 pelayanan
kesehatan untuk mengatasi keluhan pasien. c) Riwayat kesehatan keluarga Dikaji untuk
mengetahui adakah riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit yang
sedang diderita pasien saat ini. d) Riwayat perkawinan Diketahui untuk mengetahui adanya
riwayat infertilitas sehubungan dengan kebutuhan pasien akan KB. e) Riwayat obstetri f)
Riwayat haid (1) Menarche Dikaji untuk mengetahui mulai umur berapa menarche datang.
Untuk mengetahui apakah fungsi reproduksi sehat atau tidak. (2) Siklus haid dan lamanya
Dikaji untuk mengetahui apakah siklus haid dan lamanya haid normal apa tidak. (3)
Banyaknya Dikaji untuk mengetahui seberapa banyak darah yang keluar dari jalan lahir. (4)
Dismenorrhea Dikaji untuk mengetahui apakah pasien kesakitan atau nyeri pada perut di saat
menstruasi datang. 33 9) Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu Dikaji untuk
mengetahui berapa kali ibu hamil, berapa kali melahirkan, apakah hamil cukup bulan, apakah
jenis persalinan, siapa penolong persalinan. Jenis kelamin anak, berat badan bayi baru lahir
bagaimana nifas ibu, dan bagaimana keadaan anak sekarang adakah komplikasi persalinan
dalam riwayat kehamilan persalinan maupun nifas yang lain, guna membantu menentukan
diagnosa kebidanan sehubungan dengan kebutuhan alat kontrasepsi. 10) Riwayat KB Dikaji
untuk mengetahui apakah ibu ikut KB, dan jenis KB apa yang pernah dipakai. b. Pola
kebutuhan sehari-hari 1) Pola nutrisi Dikaji untuk mengetahui status gizi dan pola makan
pasien. 2) Pola eliminasi Dikaji untuk mengetahui adakah masalah kebutuhan eliminasi dan
berapakah pasien BAB dan BAK setiap hari. 3) Pola aktivitas Dikaji untuk mengetahui apakah
aktivitas pasien sangat mempengaruhi kondisi pasien. 34 4) Pola istirahat Dikaji untuk
mengetahui apakah pola tidur pasien cukup dan adakah masalah pada pola istirahat pasien.
5) Pola personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan diri
(mandi, gosok gigi, ganti pakaian, potong kuku, cuci rambut). 6) Pola seksual Dikaji untuk
mengetahui adakah masalah pada frekuensi ibu dalam berhubungan seksual dengan
penggunan alat kontrasepsi c. Psikososiospiritual 1) Tanggapan ibu terhadap dirinya Dikaji
untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu merasa cemas, atau takut. Karena akan
menggunakan KB Medis Operasi Wanita (MOW). 2) Tanggapan keluarga terhadap kondisi
ibu Dikaji untuk mengetahui bagaimana pendapat keluarga tentang alat kontrasepsi yang di
butuhkan pasien. 3) Dukungan keluarga Dikaji untuk mengetahui apakah keluarga memberi
dukungan pada ibu tentang penggunaan Medis Operasi Wanita (MOW). 4) Tingkat
pengetahuan ibu terhadap keadaannya Dikaji untuk mengetahui apakah ibu tahu tentang
macam macam alat kontrasepsi khususnya KB Medis Operasi Wanita (MOW). 35 5)
Pengambilan keputusan Dikaji untuk mengetahui siapakah pengambil keputusan pertama dan
kedua sehubungan dengan penggunaan KB Medis Operasi Wanita (MOW). 6) Koping Dikaji
untuk mengetahui apa yang dilakukan ibu bila menghadapi masalah dan siapa yang
membantu dalam pemecahannya. 7) Ketaatan beribadah Dikaji untuk mengetahui apakah
selama sakit ibu masih menjalankan ibadah. 8) Lingkungan yang berpengaruh Dikaji untuk
mengetahui adakah masalah dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi pasien
sehubungan dengan kebutuhan KB Medis Operasi Wanita (MOW). 9) Keadaan ekonomi
Diketahui untuk mengetahui adakah masalah ekonomi pasien yang dapat mempengaruhi
pasien dalam penggunaan KB Medis Operasi Wanita (MOW). 2. Data obyektif a. Pemeriksaan
umum 1) Keadaan umum/ kesadaran Dikaji untuk mengetahui adakah masalah pada pasien
tentang pemeriksaan yang berkaitan dengan kasus. 36 2) Tanda-tanda vital Dikaji untuk
mengetahui kondisi pasien selama dilakukan tindakan untuk menangani kasus, antara lain
suhu, nadi dan mengukur tekanan darah. 3) Tinggi dan berat badan Dikaji untuk
memperhitungkan dosis dalam pemberian resep obat. a) Status present Dikaji untuk
mengetahui kondisi fisik yang mempengaruhi kondisi pasien dalam pemasangan KB Medis
Operasi Wanita (MOW) meliputi : Kepala : Apakah kulit kepala bersih atau tidak, dan rambut
rontok atau tidak Mata : Apakah sklera ikterik atau tidak, dan konjungtiva anemis atau tidak
Hidung : Apakah ada cairan atau tidak Telinga : Apakah ada sekret atau tidak Mulut : Apakah
ada stomatitis, dan caries dentist atau tidak Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid,
dan pembesaran kelenjar limfe atau tidak Dada : Apakah ada benjolan, dan retraksi atau tidak
Abdomen : Apakah ada bekas operasi atau tidak Genetalia : Apakah ada condiloma, atau
penyakit menular 37 seksual lainnya Anus : Apakah ada hemoroid, dan varises atau tidak
Ekstermitas : Apakah ada udema, varises atau tidak, reflek patella baik atau tidak. b) Status
ginekologi Berupa pemeriksaan palpasi abdomen untuk mengetahui ada atau tidak massa,
untuk mengetahui apakah pasien dalam keadaan hamil atau tidak. Juga pemeriksaan
inspekulo yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyakit menular seksual. c)
Pemeriksaan penunjang Dikaji untuk mengetahui adakah kelainan sebagai kontra indikasi KB
Medis Operasi Wanita (MOW). Langkah II: Menginterpretasikan data dengan tepat untuk
mengidentifikasi diagnosa / masalah Data yang telah dikaji diinterpretasikan menjadi diagnosa
dan masalah dengan dasar yang menjadi faktor penunjang : 1. Diagnosa Kebidanan sesuai
dengan standar nomenklatur Kebidanan yaitu; a. Standar Pelayanan Umum ( 2 standar) b.
Standar Pelayanan Antenatal ( 6 standar) c. Standar Pertolongan Persalinan( 4 standar) d.
Standar pelayanan nifas ( 3 standar) 38 e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri
Neonatal (9 standar) Para, abortus, umur pasien, dengan kebutuhan KB MOW Dasar : a. Para
dari pernyataan pasien telah melahirkan berapa kali b. Abortus dari pernyataanan pasien
bahwa pasien tidak. pernah mengalami keguguran c. Dari pernyataan pasien bahwa pasien
ingin menggunakan KB Medis Operasi Wanita (MOW) 2. Masalah Merupakan kesenjangan
yang terjadi pada respon ibu terhadap KB Medis Operasi Wanita (MOW). Masalah yang
muncul didasari oleh pernyataan pasien terhadap KB Medis Operasi Wanita (MOW). Dasar :
diperoleh melalui anamnesa dan hasil pemeriksaan yang dapat menimbulkan keluhan yang
dialami pasien setelah pemasangan KB Medis Operasi Wanita (MOW) Langkah III:
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial/ mungkin timbul agar dapat diantisipasi
penanganannya. Munculnya diagnosa atau masalah potensial yang terjadi kerena pada
pemasangan KB Medis Operasi Wanita (MOW) dapat terjadi infeksi luka. Kemudian cara
mengantisipasi yaitu dengan pemberian konseling kepada pasien untuk personal hygiene dan
melakukan teknik septic maupun antiseptik dalam penggunaan KB Medis Operasi Wanita
(MOW). 39 Langkab IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, berdasarkan
kondisi pasien. Mengidenffikasi perlunya tindakan segera, sesuai kebutuhan pasien, untuk
mengatasi efek samping dalam penanganan Medis Operasi Wanita (MOW) Langkah V :
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya. Merencanakan asuhan yang
diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien yaitu : 1. Awasi kondisi dan tanda-
tanda vital 2. Beritahu ibu tentang kondisinya setelah dilakukan pemeriksaan 3. Beritahu
pasien tentang KB Medis Operasi Wanita (MOW) 4. Beri dukungan mental pada pasien agar
tidak cemas dan takut 5. Beritahu keluarga untuk memberikan dukungan mental 6.
Penatalaksanaan lebih lanjut, penanganan KB Medis Operasi Wanita (MOW). Langkah VI:
Penatalaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman Melakukan tindakan sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya yaitu : 1. Melakukan pengawasan
kondisi dan tanda-tanda vital 40 2. Memberikan informasi pada ibu tentang kondisinya, setelah
dilakukan pemeriksaan 3. Memberitahu ibu tentang penanganan KB Medis Operasi Wanita
(MOW) 4. Memberi dukungan mental pada pasien agar tidak cemas dan takut 5. Memberitahu
keluarga, untuk memberikan dukungan mental kepada ibu, agar ibu tidak cemas 6.
Memberikan konseling baik sebelum maupun setelah tindakan pemasangan KB Medis
Operasi Wanita (MOW) Langkah VII : Mengevaluasi Melakukan evaluasi yang efektif sesuai
dengan tindakan yang telah dilakukan apakah rencana dan tindakan tersebut telah sesuai
atau belum dalam penatalaksanaannya dengan harapan ibu merasa puas dan nyaman
setelah terpasang KB Medis Operasi Wanita (MOW) dan ibu dalam keadaan sehat tidak
mengalami komplikasi. 41 C. Landasan hukum kewenangan bidan dalam asuhan pada pasien
dengan kebutuhan KB Medis Operasi Wanita (MOW) Bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk memberikan pelayanan diantaranya : 1. KepMenKes RI
No.938/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan yaitu standar kompetensi bidan
kompetensi 9 : melaksanakan asuhan kebidanan. 2. Bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan melalui proses pengambilan keputusan dan tindakan dilakukan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. 3. Area
wewenang Bidan dalam pelayanan keluarga berencana tercantum dalam Kepmenkes
1464/Menkes/SK/VII/2010 yaitu bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
harus memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi : a.
Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD, AKBK, MOW,
pemberian suntikan, tablet, kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling. b.
Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi. c. Melakukan pencabutan
AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaannya
berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui
pelayanan KB keliling. d. Dalam keaadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa Bidan 42
berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenagan yang diberikan bila tidak
mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. e. Kewajiban Bidan yang perlu
diperhatikan dalam menjalankan kewenangan ; 1) Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
2) Memberikan informasi. 3) Melakukan rekam medis dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai