Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Disseminated Intravascular Coagulation

1. Definisi
Koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulation, DIC)
adalah defek dalam koagulasi yang ditandai dengan perdarahan dan koagulasi simultan.
(Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden, 2009)

KID adalah keadaan unik yang ditandai pembentukan bekuan darah multipel di
seluruh mikrovaskular. Selanjutnya komponen kaskade bekuan darah dan trombosit
digunakan, dan perdarahan mulai terjadi di orifisium tubuh, di tempat cedera atau pungsi
vena, dan di banyak sistem organ. KID tidak pernah menjadi kondisi primer. KID justru terjadi
sebagai komplikasi utama cedera atau trauma klinis seperti syok, infeksi yang meluas, luka
bakar, infark miokard, atau komplikasi obstetrik.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)

2. Epidemiologi
1. Insideng pastinya tidak diketahui.
2. DIC terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
3. DIC terjadi karena cedera atau penyakit yang mendasarinya.
4. Stres dan steroid adalah faktor pemicu DIC yang mungkin.
5. Angka mortalitasnya tinggi
(Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden, 2009)

3. Etiologi & Faktor Resiko


1. Kanker, termasuk leukemia
2. Cedera pembuluh darah
3. Komplikasi kehamilan (misalnya plasenta yang tertinggal saat melahirkan)
4. Operasi atau anestesi
5. Sepsis (infeksi menyeluruh)
6. Syok atau trauma
7. Hemolisis intravascular
8. Gangguan vaskular
(Shirley E. Otto, 2005)

4. Klasifikasi
Klasifikasi DIC ada 2 yaitu akut dan kronis, yaitu:

DIC akut terjadi ketika paparan menuju darah tiba-tiba ke prokoagulan (misalnya,
faktor jaringan[TF], atau tromboplastin jaringan) menghasilkan koagulasi intravaskular.
Mekanisme hemostatik kompensasi dengan cepat dan sebagai akibatnya sebuah koagulopati
konsumtif yang parah menyebabkan perdarahan berkembang. Kelainan parameter
pembekuan darah dapat segera diidentifikasi dan kegagalan organ sering menyebabkan.

DIC kronis mencerminkan keadaan kompensasi yang terjadi ketika darah secara terus-
menerus atau sesekali terkena sejumlah kecil factor jaringan [TF]. Mekanisme kompensasi
dalam hati dan sumsum tulang tidak berlebihan, dan mungkin ada sedikit jelas indikasi klinis
atau laboratorium dari kehadiran DIC. DIC Kronis lebih sering diamati pada tumor padat dan
aneurisma aorta yang besar.
5. http://emedicine.medscape.com/article/199627-overview

2
6. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan spontan
2. Hipoksia
3. Rembesan pada kulit
4. Ekimosis
5. Nyeri
6. Gejala berdasarkan berat dan luasnya keterlibatan organ
a. Ginjal: oliguria, anuria
b. Sistem saraf pusat: perubahan status mental
c. Kulit: berbintik, lesi nekrotik; sianosis
(Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden, 2009)

1. Perdarahan dari area pungsi, luka, dan membran mukosa pada pasien yang mengalami
syok, komplikasi obstetrik, sepsis (infeksi yang meluas), atau kanker. Jika perdarahan
terjadi di bawah kulit, lesi vaskular akan tampak.
2. Perubahan tingkat kesadaran yang mengindikasikan trombus serebral.
3. Distensi abdomen yang mengisyaratkan terjadi perdarahan saluran cerna.
4. Sianosis dan takipnea (peningkatan frekuensi pernapasan) akibat buruknya perfusi dan
oksigenasi jaringan umum terjadi. Bercak-bercak di kulit menunjukkan iskemia jaringan.
5. Hematuria (darah dalam urine) akibat perdarahan atau oligouria (penurunan pengeluaran
urine) akibat perfusi ginjal yang buruk.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)

7. Patofisiologi

(Shirley E. Otto, 2005)

3
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kadar D-dimer (yang berasal dari fibrin) meningkat (yang mengindikasikan trombosis,
aktivasi prokoagulan)
2. Kadar FDP meningkat (aktivasi fibrinolitik)
3. Kadar antitrombin (AT; sebagai pembentuk antitrombin III) menurun (dibuktikan oleh
konsumsi inhibitor)
4. Prothombin time (PT) memanjang
5. Partial thrombiplastin time (PTT) memanjang
6. Thrombin time (TT) memanjang
7. Kadar fibrinogen menurun
(Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden, 2009)
9. Penatalaksanaan
Pengobatan sulit karena adanya kombinasi perdarahan dan pembekuan. Pencegahan KID
dan identifikasi dini keadaan ini penting untuk dilakukan. Terapi yang dilakukan bertujuan:
Menyingkirkan faktor pencetus.
Terapi heparin dapat mulai diberikan jika terjadi kegagalan organ akibat hipoksia
iminen. Heparin tidak dianjurkan apabila KID disebabkan sepsis atau apabila terjadi
perdarahan sistem saraf pusat.
Penggantian cairan untuk mempertahankan perfusi organ semaksimal mungkin.
Dapat diberikan plasma yang mengandung faktor VIII, sel darah merah, dan
trombosit.

(Elizabeth J. Corwin, 2009)

4
Daftar pustaka

Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri ed 5. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Otto, Shirley E. (2005). Keperawatan Onkologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://emedicine.medscape.com/article/199627-overview

Anda mungkin juga menyukai