Anda di halaman 1dari 3

PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BRADFORD

TUJUAN
1. Menentukan kadar protein yang ada pada sampel dengan menggunakan metode bradford
TEORI
Protein adalah polimer biologi berbentuk rantai molekul panjang yang tersusun atas molekul
molekul kecil asam amino yang saling berikatan dengan ikatan peptida. Asam amino sendiri
merupakan molekul dengan gugus karboksil (-COOH) dan amino (-NH2) terikat dengan gugus
acak (-R). Perbedaan gugus acak menentukan jenis asam amino serta menentukan protein yang
terbentuk. Gugus pada asam amino tersebut dapat berupa senyawa aromatik, rantai panjang
karbon, sulfida, amina, dan sebagainya (Underwood 2001).
Metode Bradford adalah salah satu metode dalam penentuan kadar protein suatu bahan.
Prinsip kerjanya didasarkan pada peningkatan secara langsung zat warna Coomasie Brilliant
Blue G250 (CBBG) oleh protein yang mengandung residu asam amino dengan rantai samping
aromatik (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) atau bersifat basa (arginin, histidin, dan leusin).
Reagen CBBG bebas berwarna merah kecoklatan (Imaks 465 nm), sedangkan dalam suasana basa
reagen CBBG akan berbentuk anion yang akan mengikat protein membentuk warna biru (Imaks
595 nm). Jumlah CBBG yang terikat pada protein proporsional dengan muatan positif yang
ditemukan pada protein (Stoscheck 1990).
Pengukuran absorbansi dapat digunakan alat spektrofotometer UV Vis, yaitu alat yang
digunakan untuk analisis kuantitatif farmasi yang memiliki prinsip radiasi pada rentang panjang
gelombang 200 700 nm yang dilewatkan melalui suatu larutan senyawa.
Keuntungan dari metode ini adalah pereaksi yang digunakan sangat sederhana dan mudah
disiapkan, nilai akurasi dan presisi data yang didapatkan cukup tinggi serta untuk menjamin
keakuratan data sampel yang berada di luar jangkauan dapat dilakukan uji ulang yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja. Hal itu membuat keefektifan kerja sangat cepat (Watson
2009).
ALAT DAN BAHAN
- Spektrofotometer - Etanol 95%
- Gelas kimia - Asam Fosfat 85%
- Gelas ukur - Bovine Serum Albumin (BSA)
- Tabung reaksi - Reagen Bradford : Sebanyak 10 mg
- Pipet volumetrik Coomassie Brilliant Blue G-250,
- Pipet tetes dilarutkan ke dalam 5 mL etanol
- Autopipet 95%. Setelah itu ditambahkan 10 mL
- Labu Erlenmeyer asam fosfat 85%. Terakhir larutan
- Alumunium foil diencerkan dengan aquades sampai
- Bulb 100 mL
- Spatula. - Larutan NaCl
- Coomassie Brilliant Blue G-250
CARA KERJA
1. Pembuatan kurva standar.
- Enam tabung reaksi dibersihkan dan dikeringkan, kemudian diberi label masing-masing
tabung ke-1, 2, 3, 4, 5, 6.
- Tabung ke-1 diisi 100 L larutan NaCl (Larutan Blanko). Tabung ke-2 diisi campuran
BSA 10 L dan NaCl 90 L. Tabung ke-3 diisi campuran BSA 20 L dan NaCl 80
L.Tabung ke-4 diisi campuran BSA 30 L dan NaCl 70 L. Tabung ke-5 diisi campuran
masing-masing BSA dan NaCl 50 L. Tabung ke- 6 diisi 100 L larutan BSA saja.
- Tambahkan sebanyak 5 mL reagen Bradford ke dalam masing-masing tabung reaksi.
- Kocok hingga homogen
- Dibiarkan kurang lebih 15 menit dengan penutup alumunium foil
- Diukur nilai absorbasinya larutan tersebut dengan panjang gelombang 595 nm di
spektrofotometer.
2. Penentuan konsentrasi protein sampel.
- Larutan sampel protein 100 L dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan sebanyak 5 mL reagen Bradford ke dalam masing-masing tabung reaksi.
- Kocok hingga homogen
- Dibiarkan kurang lebih 15 menit dengan penutup alumunium foil
- Diukur nilai absorbasinya larutan tersebut dengan panjang gelombang 595 nm di
spektrofotometer.
SOAL
1. Jelaskan tentang kelebihan dan kelemahan Bradford dalam mengukur kadar protein!
2. Sebutkan metode pengukuran kadar protein lain yang ada!

DAFTAR PUSTAKA
Stoschechk CM. 1990. Increased uniformity in the response of the coomasie blue protein assay
to different proteins. Analytical Biochemistry 18(4) 111-116.

Underwood AL. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta (ID): Erlangga.

Watson dan David, G., 2009, Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi, Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Winny, R., Syarief, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 100-110, 370-374.

Anda mungkin juga menyukai