Anda di halaman 1dari 4

INFLUENZA

DEFINISI
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh
demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non
produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.

EPIDEMIOLOGI
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat.
Walaupun ringan, penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan
orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut
dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan metabolik endokrin dapat meninggal akibat
penyakit yang dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Salah satu komplikasi yang serius adalah
pneumonia bakterial.
Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan
pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada
umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada
pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi daripada angka-angka
pada keadaan non epidemik.
Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. Diduga bahwa reservoir hewan seperti
babi, kuda dan unggas memegang peran penting sebagai penyebab terjadinya strain virus
influenza yang baru, karena terjadinya rekombinasi gen dengan strain-strain virus influenza
yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini sudah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua
serotipe utama virus influenza A yang total berjumlah 30 buah serotipe. Penyebaran penyakit
ini adalah melalui media tetesan air (droplet), pada waktu batuk dan melalui partikel yang
berasal dari sekret hidung atau tenggorok yang melayang di udara (airborne) terutama di
ruangan-ruangan yang tertutup dan sesak dipenuhi manusia.

ETIOLOGI
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan
dengan complement fixation test. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih
ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C
adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan
gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan
RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo
atau musin.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: antigen S (atau
soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan suatu inti
partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing
tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan mennegang peran pada innunitas
terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang
peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam
dan membran lemak di sebelah luarnya. Berbagai subtipe virus influenza A dapat dilihat di
tabel 1 beserta hospes alamiahnya.
PATOGENESIS
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya di traktus respiratorius.
Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke
dalam saluran napas. Pada dosis infeksius 10 virus/droplet, 50% orang-orang yang terserang
dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus.
Setelah virus berhasil menerobos masuk ke dalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami
replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat
permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus
influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopolisakarida
kuman Gram negatif

GAMBARAN KLINIS
Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek, dan kadang-
kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh
perasaan malas dan rasa dingin. Pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok. Gejala-
gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan gejala spontan.
Setelah episode sakit ini, dapat dialami rasa cape dan cepat lelah untuk beberapa waktu.
Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui mekanisme produksi zat anti dan
pelepasan interferon. Setelah sembuh akan terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus yang
homolog.
Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah influenza juga menyerang paru-paru. Pada
keadaan tersebut, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi napas yang abnormal.
Mortalitas yang tinggi pada pasien usia lanjut yang terserang pneumonia virus interstisial,
disebabkan adanya saturasi oksigen yang berkurang, serta akibat asidosis dan anoksia.
Komplikasi yang mungkin terjadi ini adalah infeksi sekunder, seperti pneumonia
bakterial. Batuk-batuk kering berubah menjadi batuk yang produktif yang kadang-kadang
dapat mengandung bercak-bercak warna coklat. Penyakit umumnya akan membaik dengan
sendirinya tapi kemudian pasien acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada.
Pemeriksaan sinar tembus dapat menunjukkan adanya infiltrat di paru-paru. Infeksi sekunder
ini umumnya akibat Streptokokus pneumonia atau Hemophilus influenzae.
Infeksi sekunder yang berat sekali, dikenal sebagai pneumonia stafilokok fulminans dapat
terjadi beberapa hari setelah seseorang diserang influenza. Pada pasien terjadi sesak napas,
diare, batuk dengan bercak merah, hipotensi, dan gejala-gejala kegagalan sirkulasi. Dari
darah, Stafilokokus aureus sering dapat dibiakkan. Komplikasi yang sangat jarang tetapi yang
dapat juga dijumpai sesudah influenza adalah ensefalomielitis.

DIAGNOSIS
Menetapkan diagnosis pada saat terjadi wabah tidak akan banyak mengalami kesulitan. Di
luar kejadian, wabah diagnosis influenza kadang-kadang terhambat oleh diagnosis penyakit
lain. Diagnosis pasti penyakit influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus maupun melalui
pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi virus diperlukan usap tenggorok atau usap hidung
dan harus diperoleh sedini mungkin; biasanya pada hari-hari pertama sakit. Diagnosis
serologis dapat diperoleh melalui uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi.
Terjadi kenaikan titer sebanyak 4 kali antara serum pertama dengan serum konvalesen atau
satu titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini anti influenza IgM juga digunakan di beberapa
tempat. Diagnosis cepat lainnya dapat juga diperoleh dengan pemeriksaan antibodi fluoresen
yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A. PGR dan RT-PCR sangat berguna untuk
diagnosa cepat virus lainnya yang dapat pula menyerang saluran nafas antara lain adeno-
virus, parainfluenza virus, rinovirus, respiratory syncytial virus, cytomegalovirus, dan
enterovirus. Keterlibatan berbagai jenis virus ini dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan
serologis atau dengan isolasi langsung.

PENATALAKSANAAN
Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat oseltamivir 2x75 mg sehari selama 5 hari akan
memperpendek masa sakit dan mengurangi keperluan antimikroba untuk infeksi sekunder
Zanamivir dapat diberikan lokal secara inhalasi, makin cepat obat diberikan makin baik.
Untuk kasus dengan komplikasi yang sebelumnya mungkin menderita bronkitis kronik,
gangguan jantung atau penyakit ginjal dapat diberikan antibiotik. Pasien dengan
bronkopneumonia sekunder memerlukan oksigen. Pneumonia stafilokokus sekunder harus
diatasi dengan antibiotik yang tahan betalaktamase dan kortikosteroid dalam dosis tinggi.

PENCEGAHAN
Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan virus
yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus
influenza akan berubah, sehingga seorang masih mungkin diserang berulangkali dengan galur
(strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh
melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A
dan B saja karena subtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskulen
Vaksin ini dapat mencegah terjadinya mixing dengan virus sangat patogen H5N1 yang
dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live
attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50
tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3 sampai 4 minggu sebelum
terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan
wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi
dianjurkan hanya untuk beberapa golongan masyarakat tertentu sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.
Golongan yang memerlukan imunoprofilaksis ini antara lain:
1). Pasien berusia di atas 65 tahun
2). Pasien dengan penyakit kronik seperti kardiovaskular, pulmonal, renal, metabolik
(termasuk diabetes melitus), anemia berat dan pasien imunokompromais. Dianjurkan untuk
diberikan vaksin setiap tahun menjelang musim dingin atau musim hujan. Pasien yang sedang
menderita demam akut sebaiknya ditunda pemberian vaksin sampai keadaan membaik
3). Mereka yang melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat yang vital, seperti pegawai yang
bertugas di unit darurat medis di rumah sakit. Mereka mungkin dapat menularkan penyakit ke
pasien yang dirawat. Dosis oseltamivir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu. Bila
bersihan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltamivir diberikan setiap 2 hari sekali. Pencegahan
dengan kemoprofilaksis untuk mereka yang tidak dapat diberikan vaksinasi karena menderita
alergi terhadap protein dalam telur dapat diusahakan dengan pemberian rimantadine 200 mg
dua kali sehari atau amantadine 100 mg setiap 12 jam masing-masing selama 4-6 minggu.
Juga bila tidak tersedia vaksin, cara pencegahan ini dapat diterapkan. Pemberian amantadin
harus hati-hati pada mereka dengan gangguan fungsi ginjal atau yang menderita penyakit
konvulsif. Pada usia lanjut cukup diberikan amantadin 100 mg sekali sehari mengingat
penurunan fungsi ginjal. Juga pada bersihan kreatinin antara 40-60 ml/menit berlaku hal yang
sama. Pada bersihan kreatinin antar 10-15ml/menit dapat diberikan 200 mg amantadin sekali
seminggu.
Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat dapat dicegah dengan meningkatkan
tingkah laku higienik perorangan. Khususnya untuk flu burung tindakan serta surveilens tidak
terbatas pada dunia kesehatan saja tetapi memerlukan kerja sama dan integrasi yang erat
dengan dinas peternakan dan dinas perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai