Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PROMOSI KESEHATAN OSTEOARTRITIS (OA)

Topik : Osteoartritis (OA)

Pokok Bahasan : Pencegahan Osteoartritis (OA)

Hari / Tanggal : Senin, 25 Oktober 2017

Waktu : 10.00 WIB (30 menit)

Penyaji : Desy Ilham Cahya Puspita

Tempat : Kelurahan Makamhaji

1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu-ibu dan bapak-bapak warga
Desa Makamhaji diharapkan mampu mengenali penyakit osteoartritis dan cara
pencegahannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada warga Desa Makamhaji
diharapkan mereka mampu
a. Menjelaskan tentang definisi osteoarthritis.
b. Menjelaskan tentang penyebab osteoarthritis.
c. Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari osteoarthritis.
d. Menjelaskan tentang cara perawatan osteoarthritis.
e. Menjelaskan tentang cara pencegahan osteoarthritis.

1
3. Materi Penyuluhan
a. Definisi osteoarthritis
b. Penyebab osteoarthritis
c. Tanda dan gejala osteoarthritis
d. Cara perawatan osteoarthritis
e. Cara pencegahan osteoarthritis

4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

5. Media
a. Lembar Balik
b. Leaflet

6. Evaluasi
a. Peserta dapat menjelaskan definisi osteoarthritis.
b. Peserta dapat mengetahui penyebab osteoarthritis.
c. Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala osteoarthritis.
d. Peserta dapat mengetahui cara perawatan osteoarthritis.
e. Peserta dapat mengetahui cara pencegahan osteoarthritis.

2
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN PESERTA


PENYULUHAN

1 5 Menit Pembukaan:
1. Memperkenalkan diri. Menyambut salam
2. Menjelaskan tujuan dari Mendengarkan
penyuluhan.
3. Melakukan kontrak waktu. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi pe- Mendengarkan
nyuluhan yang akan
diberikan.

2 15 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tentang definisi Memperhatikan
osteoarthritis.
2. Memberikan kesempatan Memperhatikan dan bertanya
pada peserta untuk bertanya.
3. Menjelaskan tentang Memperhatikan
penyebab osteoarthritis.
4. Memberikan kesempatan Memperhatikan dan bertanya
pada peserta untuk bertanya
5. Menjelaskan tanda dan Memperhatikan
gejala dari osteoarthritis.
6. Memberi kesempatan Memperhatikan dan bertanya
peserta bertanya.
7. Menjelaskan cara perawatan Memperhatikan
osteoarthritis.

3
8. Memberi kesempatan Memperhatikan dan bertanya
peserta bertanya.
9. Menjelaskan mengenai Memperhatikan
tindakan pencegahan agar
terhindar dari osteoarthritis.
10. Memberi kesempatan Memperhatikan dan bertanya
peserta bertanya

3 5 Menit Evaluasi :
Menanyakan pada peserta Menjawab dan menjelaskan
tentang materi yang diberikan pertanyaan
dan reinforcement kepada
peserta bila dapat menjawab
dan menjelaskan kembali
pertanyaan atau materi

4 5 Menit Teriminasi :
1. Mengucapkan terimakasih
kepada peserta
2. Membagikan leaflet
3. Mengucapkan salam

4
MATERI PENYULUHAN
PENCEGAHAN OSTEOARTRITIS

A. Pengertian
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan
meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau
hanya mengalami inflamasi ringan (Koentjoro, 2010).
American College of Rheumatology (2011) mengartikan osteoarthritis
sebagai sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan
gejala sendi. Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri
merupakan gejala khas pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri
semakin berat bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa
nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan
rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat (Sumual, 2012).
Terdapat 4 kelainan radiografi utama pada osteoarthritis, yaitu:
penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang bawah rawan sendi,
pembentukan kista dibawah rawan sendi dan pembentukan osteofit, sendi
yang dapat terkena osteoarthritis antara lain:
1. Osteoarthritis sendi lutut.
2. Osteoarthritis sendi panggul.
3. Osteoarthritis sendi-sendi kaki.
4. Osteoarthritis sendi bahu.
5. Osteoarthritis sendi-sendi tangan.
6. Osteoarthritis tulang belakang (Nur, 2009).
Namun adapula yang membagi klasifikasi osteoarthritis berdasarkan
primer dan sekunder. Pembagian osteoarthritis berdasarkan patogenesisnya
dibagi menjadi osteoarthritis primer yang disebut juga osteoarthritis idiopatik
adalah osteoarthritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada

5
hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. Sedangkan osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis yang didasari
oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan
imobilisasi yang lama. Osteoarthritis primer lebih sering ditemukan dari pada
osteoarthritis sekunder (Arissa, 2012).

B. Penyebab
Faktor risiko timbulnya osteoartritis meliputi usia, jenis kelamin, ras,
genetik, nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi, kelainan
anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan jenis
pekerjaan.
1. Usia
Usia adalah faktor risiko utama timbulnya OA, dengan prevalensi
dan beratnya OA yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Lebih dari 80% individu berusia lebih dari 75 tahun terkena OA.
Bukti radiografi menunjukkan insidensi OA jarang pada usia di bawah 40
tahun. OA hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada
usia di atas 60 tahun. Meskipun OA berkaitan dengan usia, penyakit ini
bukan merupakan akibat proses penuaan yang tak dapat dihindari.
Perubahan morfologi dan struktur pada kartilago berkaitan dengan
usia termasuk penghalusan dan penipisan permukaan artikuler; penurunan
ukuran dan agregasi matriks proteoglikan; serta kehilangan kekuatan
peregangan dan kekakuan matriks. Perubahan-perubahan ini paling sering
disebabkan oleh penurunan kemampuan kondrosit untuk mempertahankan
dan memperbaiki jaringan, seperti kondrosit itu sendiri sehingga terjadi
penurunan aktivitas sintesis dan mitosis, penurunan respon terhadap
anabolic growth factor, dan sintesis proteoglikan yang lebih kecil dan tidak
seragam.
2. Jenis Kelamin
Wanita berisiko terkena OA dua kali lipat dibanding pria. Walaupun
prevalensi OA sebelum usia 45 tahun kurang lebih sama pada pria dan

6
wanita, tetapi di atas 50 tahun prevalensi OA lebih banyak pada wanita,
terutama pada sendi lutut. Wanita memiliki lebih banyak sendi yang
terlibat dan lebih menunjukkan gejala klinis seperti kekakuan di pagi hari,
bengkak pada sendi, dan nyeri di malam hari.
Meningkatnya kejadian OA pada wanita di atas 50 tahun
diperkirakan karena turunnya kadar estrogen yang signifikan setelah
menopause. Kondrosit memiliki reseptor estrogen fungsional, yang
menunjukkan bahwa sel-sel ini dipengaruhi oleh estrogen. Penelitian yang
dilakukan pada beberapa tikus menunjukkan bahwa estrogen
menyebabkan peningkatan pengaturan reseptor estrogen pada kondrosit,
dan peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan sintesis
proteoglikan pada hewan percobaan.
3. Ras
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika
tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika
Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar
dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita
OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia. Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA
dibandingkan kulit putih.
4. Genetik
Faktor genetik juga berperan pada kejadian OA lutut. Sebuah studi
menunjukkan bahwa komponen yang diturunkan pada penderita OA
sebesar 50% hingga 65%. Studi pada keluarga, saudara kembar, dan
populasi menunjukkan perbedaan antar pengaruh genetik menentukan
lokasi sendi yang terkena OA. Bukti lebih jauh yang mendukung faktor
genetik sebagai predisposisi OA adalah adanya kesesuaian gen OA yang
lebih tinggi pada kembar monozigot dibanding kembar dizigot.
5. Nutrisi
Orang yang jarang mengkonsumsi makanan bervitamin D memiliki
peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut. Penelitian faktor nutrisi

7
sebagai etiopatologi OA membuktikan adanya peningkatan risiko kejadian
OA lutut pada individu dengan defisiensi vitamin C dan E. Pada orang
Asia, penyakit Kashin-Beck, salah satu jenis OA, dapat disebabkan oleh
makanan yang terkontaminasi oleh jamur. Hipotiroidisme terjadi pada
sebagian penderita OA karena defisiensi selenium.
6. Obesitas
Kegemukan (obesitas) adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya
osteoarthritis lutut. Efek obesitas terhadap perkembangan dan progresifitas
OA terutama melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat
badan. Tiga hingga enam kali berat badan dibebankan pada sendi lutut
pada saat tubuh bertumpu pada satu kaki. Peningkatan berat badan akan
melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makin besar Indeks Massa
Tubuh (IMT), risiko menderita OA lutut akan semakin meningkat.
Penderita OA dengan obesitas memiliki gejala OA yang lebih berat.
Obesitas tidak hanya mengawali timbulnya penyakit OA, tetapi juga
merupakan akibat lanjut dari inaktivitas para penderita OA. Selain melalui
peningkatan tekanan mekanik pada tulang yang menyebabkan kerusakan
kartilago, obesitas berhubungan dengan kejadian osteoartritis secara tidak
langsung melalui faktor-faktor sistemik.
7. Penyakit Komorbid
Faktor metabolik juga berkaitan terhadap timbulnya OA, selain
faktor obesitas. Hal ini didukung dengan adanya kaitan antara OA dengan
beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemia, dan
penyakit jantung koroner.
8. Menisektomi
Menisektomi merupakan suatu tindakan operasi yang dilakukan di
daerah lutut dan merupakan salah satu faktor risiko penting pada
timbulnya OA lutut. Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang
telah menjalani menisektomi. OA campuran antara patellofemoral dan

8
tibiofemoral sering terjadi pada individu yang pernah menjalani
menisektomi.
9. Kelainan Anatomis
Kelainan lokal pada sendi lutut yang dapat menjadi faktor risiko OA
lutut antara lain genu varum, genu valgus, Legg Calve Perthes disease,
displasia asetabulum, dan laksiti ligamentum pada sendi lutut. Kelemahan
otot kuadrisep juga berhubungan dengan nyeri lutut, disabilitas, dan
progresivitas OA lutut. Selain karena kongenital, kelainan anatomis juga
dapat disebabkan oleh trauma berat yang menyebabkan timbulnya
kerentanan terhadap OA.
10. Riwayat Trauma Lutut
Trauma lutut akut, terutama kerusakan pada ligamentum cruciatum
dan robekan meniskus pada lutut merupakan faktor risiko timbulnya
OA lutut, dan berhubungan dengan progresifitas penyakit. Perkembangan
dan progresifitas OA pada individu yang pernah mengalami trauma lutut
tidak dapat dicegah, bahkan setelah kerusakan ligamentum cruciatum
anterior diperbaiki. Risiko berkembangnya OA pada kasus ini sebesar 10
kali lipat.
11. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2
jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap
hari), mengangkat benda berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih
setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merup akan
faktor risiko terjadinya OA lutut.
Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-hari juga
berisiko mengalami OA lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang
berlangsung lama akan menyebabkan disuse atrophy yang akan
meningkatkan kerentanan terjadinya trauma pada kartilago. Pada
penelitian terhadap hewan coba, kartilago sendi yang diimobilisasi
menunjukkan sintesis aggrecan proteoglikan pada kartilago yang

9
mempengaruhi biomekanisnya, berhubungan dengan peningkatan MMP
yang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
12. Kebiasaan Olahraga
Olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan
risiko OA yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat
menjadi suatu faktor penentu lokasi pada individu yang mempunyai
predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya
OA. Atlet olahraga yang cenderung mengalami benturan keras dan
membebani lutut seperti sepak bola, lari maraton, dan kungfu
meningkatkan risiko untuk menderita OA lutut.
13. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus, misalnya tukang pahat, pemetik kapas, berkaitan dengan
peningkatan risiko OA tertentu. Terdapat hubungan signifikan antara
pekerjaan yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut.
Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama
yang sering menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut, seperti
penambang, petani, dan kuli pelabuhan.

C. Tanda dan Gejala


Tanda
1. Krepitus
2. Keterbatasan rentag gerak
3. Pemendekan
4. Perubahan gaya berjalan, misalnya trendelenburg
5. Deformitas fleksi dan rotasi eksternal pada sendi pinggul
6. Perubahan radiograf ; kehilangan ruang sendi, pembentukan osteofit,
deformitas varus pada lutut, subluksasi, sklerosis subkondral
Gejala
1. Nyeri pada saat bergerak dan beristirahat
2. Kekakuan

10
3. Penurunan mobilitas atau jarak berjalan karena nyeri, kaku, dan deformitas

D. Cara Perawatan
Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang
terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3
hal, yaitu :
1. Terapi Non Farmakologis
a. Edukasi.
b. Terapi fisik dan rehabilitasi.
c. Penurunan berat badan.
d. Istirahat dan tidur yang cukup
e. Mengurangi beban kerja
f. Massase (Pijatan)
g. Kompres atau rendam air hangat
h. Penggunaan tongkat pada tangan yang berlawanan dengan sendi yang
terkena akan mengurangi berat yang ditopang sendi tersebut.
i. Penyediaan bantuan, seperti alat bantu shoehorn dengan gagang
panjang dan stoking.
2. Terapi Farmakologis
a. Analgesik oral non-opiat
b. Analgesik topical
c. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
d. Steroid intraartikuler
e. Chondroprotective
3. Terapi Bedah
a. Malaligment, deformitas lutut
b. Arthroscopic debridement dan joint lavage
c. Osteotomi
d. Artroplasti sendi total

11
E. Pencegahan
1. Menghindari beberapa factor pencetus (misalnya : makanan yang
meningkatkan asam urat, udara dingin, dan jatuh).
2. Untuk mencegah kekambuhan dianjurkan minum 2 liter/hari (6-8 gelas
sehari), menghindari minuman beralkohol.
3. Mengurangi berat badan sesuai IMT dan olahraga secara teratur
4. Makan makanan yang sehat dan bergizi, hindari lemak jenuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

American College of Rheumatology. 2011. Arthritis & Rheumatism. Vol 63, No


10. https://www.rheumatology.org/Portals/0/Files/2011_abstract.pdf
Diakses tanggal 16 September 2017

Arrisa. 2005. Seri Kesehatan Umum Penyakit Akibat Kerja Berbagi Penyakit
Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penaggulangannya. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo

Aru, W Sudoy., Bambang Setiyohadi.,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2


Edisi 4. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UI

Kneale, Julia., Peter Davis. 2011. Keperawatan Ortopedik dan Trauma Edisi 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Koentjoro,S.L. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan


Derajad Osteoartritis Lutut menurut Kellgren dan Lawrence. Semarang :
Universitas diponegoro

Nur, M. 2009. Pengaruh Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Osteoartritis


terhadap Perkembangan Industri Olahraga. Jember : Universitas Jember

Sumual,AS., Danes, VR., Lintang F. 2013. Pengaruh Berat Badan terhadap Gaya
Gesekan dapat Timbulnya Osteoartritis pada Orang diatas 45 tahun di
RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado. Manado : Universitas
Samratulangi

13

Anda mungkin juga menyukai