Anda di halaman 1dari 25

73 LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN OPT TANAMAN KELAPA SAWIT

Oleh :
Golongan B /Kelompok 3-A
1. Lailatul Fitriyah (151510501014)
2. Putri Dwi Agusetya (151510501176)
3. Fauziyah Nurul Laili (151510501278)
4. Muhammad Bagus D. A (151510501291)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

0
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu dari beberapa komoditas
tanaman perkebunan yang dapat menyumbang devisa Negara. Hal tersebut karena
kelapa sawit yang dihasilkan di Indonesia dalam bentuk buah maupun minyak
mentah mampu menembus pasar global. Permintaan minyak sawit terus mengalami
peningkatan sebab digunakan dalam pembuatan bahan baku minyak goreng,
margarin, sabun, kosmetika, industri farmasi, dan lain sebagainya. Selain buah dan
biji yang diekstrak menjadi minyak, bagian lain dari kelapa sawit juga memiliki
fungsi yang bermanfaat seperti daun dan ampas pembuatan minyak yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai pupuk kompos dan pakan ternak. Peningkatan tersebut
menyebabkan perlunya upaya dalam meningkatkan hasil produksi tanaman kelapa
sawit dengan memperhatikan karakteristik dari tanaman seperti syarat tumbuh dan
morfologi.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis
dan memiliki toleran yang relative tinggi terhadap kondisi lingkungan. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya tanaman kelapa sawit yang lebih dibudidayakan pada
lahan yang marginal seperti di daerah Kalimantan, Sumatra, dan sekitarnya. Kondisi
inilah yang juga menjadikan budidaya tanaman kelapa sawit sekarang lebih banyak
dilakukan, mengingat kondisi tanah di luar Pulau Jawa tidak cocok untuk dijadikan
lahan pertanian sehingga lebih dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti
kelapa sawit. Ketika tanaman kelapa sawit dibudidayakan pada tempat yang sesuai
dengan syarat tumbuhnya maka produktivitasnya akan mengalami peningkatan,
begitu juga sebaliknya apabila tempat yang akan digunakan dalam proses budidaya
tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh maka pertumbuhan dan perkembangan dari
tanaman akan terhambat sehingga produktivitas tidak optimal. Bukan hanya
persyaratan tumbuh saja yang perlu diperhatikan, melainkan pengetahuan dan
pemahaman tentang morfologi semua tanaman termasuk kelapa sawit juga

1
diperlukan. Pengetahuan morfologi tersebut memiliki kaitan yang erat dengan teknik
budidaya, teknik pemeliharaan, hingga teknik pemanenan sehingga tidak terdapat
kesalahan yang mungkin saja akan memberikan pengaruh pada hasil yang diperoleh.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengenali karakteristik morfologi (akar, batang, daun, bunga, buah, dan
biji) tanaman kelapa sawit.
2. Untuk menggambarkan karakteristik morfologi (akar, batang, daun, bunga, buah,
dan biji) tanaman kelapa sawit.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang


memiliki ciri-ciri diameter batang yaitu 50 cm. Tanaman kelapa sawit pada umumnya
memiliki jumlah pelepah sebanyak 40-56 pelepah per tanaman. Tanaman kelapa
sawit dapat menghasilkan produk yang optimal apabila budidaya tanaman kelapa
sawit telah memenuhi syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.. Adanya perkebunan
kelapa sawit dapat memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat sekitar,
meskipun dalam budidayanya tanaman kelapa sawit perlu pembukaan lahan dengan
pembabatan hutan sehingga memberikan perubahan pada ekosistem hutan
(Obidzinski et al., 2012).
Tanaman kelapa sawit memiliki dua jenis bunga dalam satu tanaman namun
tidak terletak dalam satu tandan, yaitu bunga jantan dan betina. Bunga tanaman
kelapa sawit tumbuh pada ketiak daun dan termasuk dalam bunga majemuk yang
mana fungsi dari bunga tersebut sebagai tempat terjadinya proses penyerbukan/
perkembangbiakan tanaman secara generatif (Suhatman dkk, 2016). Bagian-bagian
kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri, kosmetik serta bahan
industri. Salah satu bagian tanaman kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan industri yaitu pelepah kelapa sawit. Pelepah kelapa sawit dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar industri dalam pembuatan aksesoris interior maupun furniture
lainnya. (Andansari dkk, 2013).
Akar tanaman kelapa sawit terdiri dari akar primer dan akar sekunder. Akar
tanaman kelapa sawit membentuk akar primer yang membentuk seperti anyaman
tebal. Akar primer memiliki diameter 2-4 mm, sedangakan akar sekunder memiliki
diameter 0,7-1,2 mm dan kemudian akar primer akan membentuk akar tersier. Akar
tanaman kelapa sawit akan optimal dalam penyerapan unsur hara apabila akar
tanaman kelapa sawit berada pada kedalaman 5-35 cm. Akar tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh dan berkembang kesamping sampai dengan diameter 6 meter. Hal ini

3
dikarenakan tanaman kelapa sawit memiliki batang laterar, yang mana akan aktif
membela (Hormaza et al, 2012). Selain berfungsi sebagai tempat penyerapan unsur
hara, akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyokong tanaman kelapa sawit
apabila mengalami pertumbuhan batang yang terus meningkat. Hal ini terjadi karena
akar tanaman kelapa sawit membentuk seperti anyaman tebal yang terdiri dari akar
primer dan sekunder yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
sehingga akar tanaman kelapa sawit dapat menyokong batang tanaman kelapa sawit
(Fauzi dkk, 2012).
Buah tanaman kelapa sawit membentuk suatu gerombolan dalam satu tandan
yang terdapat pada setiap ketiak pelepah daun. Buah kelapa sawit berdasarkan
cangkang dan ketebalan daging buahnya dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
dura, tenera, dan pisifera. Dura merupakan buah yang memiliki cangkang tebal,
daging buahnya tipis dan memiliki rendemen minyak 15-17%. Tenera merupakan
buah yang memiliki cangkang agak tipis, dagig buahnya tebal dan memiliki
rendemen minyak 21-23%. Pisifera merupakan buah yang memiliki cangkang sangat
tipis, daging buahnya tebal dan memiliki rendemen minyak 23-25%. Kelapa sawit
jenis pisifera memiliki rendemen sedikit sebab tandan buah selalu gugur sebelum
masak, hal ini yang menyebabkan rendemen minyak jenis pesifera sedikit (Amri dkk.,
2015).
Menurut Dussert et al (2013), buah kelapa sawit terdiri dari 4 bagian penting
yakni eksoskarp, mesoskarp, edoskarp dan kernel. Eksoskarp merupakan bagian kulit
buah yang biasanya berwarna merah dan permukaannya licin. Mesoskarp merupakan
serabut buah yang mengandung banyak minyak. Endoskarp merupakan cangkang
yang melindungi inti sawit (kernel). Kernel merupakan inti dari sawit bisa dikenal
dengan biji buah kelapa sawit. Mesoskarp dan kernel ini merupakan bagian yang
banyak mengandung minyak, namun harga minyak yang paling mahal adalah dari
bagian kernel yang biasa dimanfaatkan untuk kosmetik. Kernel selain menyimpan
minyak juga mengandung proporsi yang signifikan dari asam linoleat. Buah kelapa

4
sawit yang telah diekstraksi akan menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau
crude palm oil (CPO).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan acara Morfologi Tanaman Kelapa
Sawit dilakukan pada Hari Selasa, 31 Oktober 2017 pukul 15.10 WIB selesai dan
bertempat di Agrotechnopark Jubung, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Alat tulis dan pensil warna
2. Kamera

3.2.2 Bahan
1. Tanaman Kelapa sawit
2. Lembar Kerja

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menentukan tanaman kelapa sawit yang akan dijadikan objek pengamatan.
3. Melakukan pengamatan morfologi tanaman kelapa sawit.
4. Mengamati, menggambar, dan mendokumentasikan morfologi tanaman kelapa
sawit.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Morfologi Akar
2. Morfologi Batang

5
3. Morfologi Daun
4. Morfologi Bunga
5. Morfologi Buah dan Biji

3.5 Analisis Data


Data yang telah diperoleh saat pelaksanaan praktikum dilapang kemudian
akan dianalisis menggunakan analisis data deskrptif kualitatif.

6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data Hasil Praktikum Identifikasi Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
No Gambar Keterangan

1 Batang Batang kelapa sawit umumnya tidak


bercabang, berbentuk silinder dan tidak
berkambium. Batang berfungsi sebagai
tempat melekatnya daun, bunga, dan
buah. Batang juga memiliki fungsi
sebagai organ penimbun makanan yang
memiliki pembuluh dengan fungsi untuk
mengangkut air dan unsur hara mineral
dari akar

2 Daun Daun muda berwarna kuning pucat,


daun tua berwarna hijau tua dan segar.
Fungsi daun : sebagai tempat fotosintesis

7
3 Bunga -Bunga betina lebih besar dan mekar
terbungkus oleh seludang daun
-Bunga jantan berbentuk lebih panjang
dan lancip
-Bunga majemuk
Fungsi : untuk penyerbukan

4 Buah Berwarna merah keoranyean/hitam


tergantung varietasnya dan licin
berbentuk oval
Bagian dari buah
-Eksokarp : kulit buah berwarna
kemerahan dan licin
-Mesokarp : serabut buah mengandung
banyak minyak
-Endokarp : cangkang pelindung inti
-Inti sawit : biji untuk perbanyakan
generatif
5 Akar Merupakan akar serabut dengan susunan
serabut primer, sekunder, tersier dan
kuartener.
Akar kelapa sawit tumbuh menyamping
Fungsi akar : menyerap unsur hara,
mineral dalam tanah,

8
Proses identifikasi morfologi tanaman kelapa sawit yang dilakukan sesuai
dengan hasil praktikum diatas yaitu bagian tanaman kelapa sawit terdiri dari batang,
daun, bunga, buah, dan akar. Pengidentifikasian morfologi tanaman kelapa sawit
perlu diketahui agar dapat menentukan perlakuan-perlakuan yang tepat untuk
pemeliharaan kelapa sawit.

4.2 Pembahasan
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memerlukan
penyinaran normal dengan intensitas lama penyinaran sekitar 5-7 jam perhari,
sehingga untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit dianjurkan untuk
menggunakan jarak tanam 9 m X 9 m, dengan tujuan agar semua tanaman sawit akan
mendapatkan penyinaran yang cukup. Menurut Kiswanto dkk (2008) menyatakan
bahwa tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropis dengan curah hujan
sekitar 1.500-4.000 mm setahun, dengan curah hujan 1.500-4.000 mm setahun maka
akan mempengaruhi proses pembungaan dan produksi buah sawit. Morfologi
tanaman kelapa sawit terdiri dari batang, daun, bunga, buah, dan akar.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dan pada batang kelapa
sawit memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki kambium dan tidak bercabang.
Pembentukan batang kelapa sawit akan mengalami pelebaran tanpa terjadi
pemanjangan internodia dan pembentukan batang ini terjadi pada awal pertumbuhan
setelah fase muda. Batang kelapa sawit sendiri memiliki fungsi sebagai tempat
merekatnya daun, bunga dan buah serta batangnya juga berfungsi untuk mengangkut
unsur hara dan makanan bagi tanaman melalui sistem pembuluh. Pertumbuhan tinggi
batang/tahun pada kelapa sawit dapat mempengaruhi umur ekonomis tanaman kelapa
sawit, apabila pertambahan tinggi batang semakin rendah maka akan semakin
panjang juga umur ekonomis tanaman kelapa sawit.
Daun kelapa sawit memiliki ciri-ciri yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Keberadaan daun-daun tersebut
terdapat pada bagian pelepah tanaman yang memiliki panjang sekitar kurang lebih 9

9
meter dengan jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helaidan pelepah
daun pada batang kelapa sawit tersusun seperti melingkari batang dan membentuk
spiral.pohon kelapa sawit yang tumbuh dengan normal biasanya akan memiliki
sekitar 40-50 pelepah daun. Menurut Hannum dkk (2014) menyatakan bahwa ketika
kebutuhan tanaman akan air telah tercukupi maka akan mendorong pertumbuhan
pelepah baru, sehingga akan dapat terbentuknya daun-daun baru pada tanaman sawit
dan daun-daun baru yang telah tumbuh tersebut berguna untuk memproduksi energi
dan bahan makanan bagi tanaman.
Tanaman kelapa sawit akan mampu untuk memunculkan bunga pada saat
umur tanaman sekitar 12-14 bulan dan bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
satu pohon tetapi pada tandan yang berbeda antara bunga jantan dan bunga betina.
Biasanya bunga tanaman sawit akan muncul dari bagian ketiak pelepah daun dan
pada setiap ketiak pelepah daun hanya mampu menghasilkan satu infloresen (bunga
majemuk). Penyerbukan bunga yang terjadi pada tanaman kelapa sawit dapat
dilakukan dengan penyerbukan silang ataupun dengan penyerbukan sendiri, karena
tanaman kelapa sawit memiliki bunga jantan dan bunga betina sendiri.
Buah kelapa sawit merupakan buah batu dengan memiliki 4 bagian dari buah
yaitu eksokarp (kulit buah), mesokarp (serabut buah yang mengandung minyak),
endokarp (cangkang pelindung inti), dan inti buah atau kermel yang dapat digunakan
untuk perbanyakan generatif. Proses pembentukan buah pada tanaman kelapa sawit
terjadi pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. Hasil buah
kelapa sawit yang di peroleh dari satu tandan dapat mencapai hingga lebih dari 2000
buah. Buah-buah sawit inilah yang sering dimanfaatkan oleh manusia untuk di olah
menjadi minyak nabati.
Kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan
berbentuk serabut yang biasanya akar tersebut akan tumbuh kearah samping. Akar
yang tumbuh kesamping akan berkembang menyamping hingga samapi panjang 6
meter dengan pola perakaran yg tidak beraturan. Akar pada tanaman kelapa sawit
terdiri dari akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuartener yang mana

10
pembentukan akar tersebut dimulai dari akar primer yang membentuk cabang akar
sekunder, dan akar sekunder akan membentuk akar tersier, lalu akar tersier akan
membentuk cabang akar kuartener. Akar-akar ini akan berkembang dan akan aktif
untuk mencari unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, dari akar primer, akar
sekunder, akar tersier, dan akar kuartener yang paling aktif untuk mencari unsur hara
adalah akar tersier dan akar kuartener yang terdapat pada kedalaman 5-35 cm,
sementara akar primer dan akar sekunder akan berfungsi untuk membentuk
percabangan akar baru.

11
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran tentang morfologi tanaman kelapa sawit merupakan kegiatan yang
perlu dilaksanakan, karena dengan mengertinya morfologi tanaman sawit akan
dapat menentukan perlakuan yang tepat untuk pemeliharaan tanaman kelapa sawit.
2. Morfologi tanaman kelapa sawit memiliki persamaan dengan morfologi tanaman
perkebunan pada umumnya yaitu meliputi batang, daun, bunga, buah, dan akar.

5.2 Saran
Berjalannya praktikum kali ini sudah berjalan sesuai dengan instruksi asisten,
namun akan lebih baik lagi apabila selama kegiatan pengidentifikasian morfologi
tanaman kelapa sawit di dampingi oleh asisten, sehingga proses pengidentifikasian
yang dilakukan oleh para praktikan jadi lebih tepat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amri, N., M. Basyuni dan L. A. P. Putri. 2015. Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu
Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera,
dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara.
Peronema Forestry Science. 4(2): 1-13.

Andansari, D., D. Cahyadi, dan H. A. Marlang. 2013. Pemanfaatan Limbah Pelepah


Kelapa Sawit Untuk Bahan Dasar Pembuatan Produk Fungsional Bergaya Etnik
Dayak di Kalimantan Timur. Seminar Nasional, 8(1): 44-49.

Dusssert, S., C. Guerin., M. Andersson., T. Joet., T. J. Tranbarger., M. Pizot., G.


Sarah., A. Omore., T. Durand-Gasselin and F. Morcillo. 2013. Comparative
Transcriptome Analysis of Three Oil Palm Fruit and Seed Tissues That Differ
in Oil Content and Fatty Acid Composition. Plant Physiology. 162(1): 1337-
1358.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit.


Depok: Penebar Swadaya.

Hannum, J., C. Hanum, dan J. Ginting. 2014. Kadar N, P daun dan Produksi Kelapa
Sawit Melalui Penempatan TKKS pada Rorak. Agroekoteknologi, 2(4) : 1279-
1286.

Hormaza, P., E. M. Fuquen, and H. M. Romero. 2012. Phenology of The Oil Palm
Interspesific Hybrid Elaeis Oleifera x Elaeis Guineensis. Scientia Agricola,
69(4): 275-280.

Kiswanto, J. H. Purwanta, dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa


Sawit. Lampung : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.

Obidzinski, K., R. Andriani., H. Kamarudin and A. Andrianto. 2012. Environmental


and Social Impacts of Oil Palm Plantations and their Implications for Biofuel
Production in Indonesia. Ecology and Society. 17(1): 1-19.

Suhatman, Y., A. Suryanto, dan L. Setyobudi. 2016. Studi Kesesuaian Faktor


Lingkungan Dan Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) Produktif. Produksi Tanaman, 4(3): 192-198.

13
LAMPIRAN

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai