PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
RINA INDRIANI MUSLIMIN
NIM. 112040058
= 4.309 m3 / shift
Sebelumnya perlu dicari terlebih dahulu
Efisiensi Kerja ( Work utilization ) :
Perbandingan waktu produktif dengan total waktu per shift.
U = 100 P/S
Kesiapan alat bor ( drill availability ) :
Perbandingan waktu bor jalan dengan total waktu yang disediakan (jalan
+ berhenti)
A = 100 T1 / (T1 + T2)
Keterangan ; U = Efisiensi kerja, %
P = Waktu produktif, jam
S = Total waktu per shift, jam
A = Kesiapan alat, %
T1 = Total waktu jalan, jam
T2 = Total waktu berhenti, jam
Contoh perhitungan jumlah alat bor yang diperlukan :
Produksi peledakan = 2.600.000 ton / tahun
Density batu gamping = 2,54 ton / m3
Kapasitas bor = 4.309 m3 / shift = 10.945 ton / shift
Jumlah hari produksi = 250 hari / tahun
Produksi per shift ( hari ) = 250 hari / tahun
Produksi per shift = 2.600.000 ton / tahun x 250 hari / tahun
= 10.400 ton / shift
Pemboran dilakukan 8 jam / shift; kerja 1 shift / hari
10.400 ton / shift
JUMLAH ALAT BOR = ------------------------------
10.945 ton / shift
= 0,95 = 1 unit
INVESTASI ALAT BOR
Meliputi : - Pembelian alat bor
- Periode depresiasi
- Bunga dari modal
Penentuan bunga dan periode depresiasi tergantung pada kebijakan perusahaan
yang biasanya dipengaruhi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga di Bank
Faktor Anuitas ( A) adalah factor yang digunakan untuk menghitung anuitas
sepanjang layanan alat.
i
A = -------------------
[ 1 (1+ i)-n ]
Keterangan : A = Faktor anuitas
i = Laju suku bunga, %
n = Periode depresiasi, tahun
Contoh menghitung biaya investasi
Diameter lubang tembak = 102 mm (4)
Produksi lubang tembak = 31,300 drm / tahun
Harga alat bor = US$ 158,500
Periode depresiasi = 5 tahun
Laju bunga = 15 %
Faktor anuitas = 0,2983
BIAYA INVESTASI :
158,500 x 0,2983
---------------------------- = US$ 1.51 / drm
31,300
BIAYA PERAWATAN
Biaya perawatan meliputi : - suku cadang
- material untuk servis
- upah mekanik
Biaya perawatan tersebut tergantung pada :
- jenis batuan
- produksi lubang pertahun
- prosedur servis
- keterampilan mekanik
- upah mekanik
Perawatan alat bor dapat dikerjakan oleh team mekanik perusahaan atau
kontrak servise dari luar. Apabila dikerjakan oleh mekanik perusahaan, maka
pengupahan sesuai dengan gaji bulanan mekanik tersebut.
Misal :
Gaji total team mekanik = US$ 11,500 / tahun
Produksi lubang tembak = 31,300 drm / tahun
Jadi upah mekanik = Gaji total team mekanik : Produksi lubang tembak
= US$ 0,37 / drm
Apabila dikontrakan, biayanya sesuai dengan perjanjian. Biaya yang
dikeluarkan untuk kontrak servis per tahun dikonversikan ke produksi lubang
tembak per tahun.
BIAYA KOMPONEN BOR
Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :
Jumlah batuan yang dibongkar Sifat abrasi batuan
Rock drillability
Sirkulasi dari komponen bor
Specific drilling
M
Keperluan batang bor ; Nr = ----------------------------
( Ar x Y1 )
M
Keperluan kopling ; Nc = ----------------------------
( Ac x Y1 )
M
Keperluan shank adpt ; Ns = ----------------------------
( As x Y1 )
keterangan :
M = jumlah batuan yang dibongkar, m3
Y1 = Hasil batuan per meter pemboran, m3 / drm
Tinggi jenjang = 20 m
Diameter lubang tembak = 102 mm
Hasil batuan per lubang = 293 m3
Sistem penembakan = Listrik
Detonator / lubang tembak = 1 buah
Harga detonator = US$ 3,30 / buah
Harga Blasting Mechine = US$ 3.600,00
Umur Blasting Mechine = 5 tahun
Produksi per tahun = 416.700 m3
BIAYA DETONATOR = Harga detonator x Hasil batuan per lubang
= US$ 0,01 / m3
BIAYA BLASTING MECHINE
3.600 X 0,2983
= ---------------------------------- / 13,3 = US$ 0,003
31.300
B. BIAYA OPERASI
1. Bahan Habis Pakai
a. Alat bor, US$ / round
b. Mata bor, US$ / round
c. Komponen bor, US$ / round
d. Total biaya habis pakai, US$ / round
Total biaya habis pakai
Biaya material habis pakai, US$ / jam = ---------------------------------
Jam kerja
2. Perawatan dan servis
Biaya perawatan dan servis, US$ / jam
3. Biaya Bahan Bakar
a. Tramming, US$ / jam
b. Pemboran, US$ / jam
Biaya pemboran / jam = Pemboran x waktu pemboran
Biaya Bahan Bakar = Tramming + Biaya pemboran
4. Biaya Tenaga Kerja
Total Biaya Operasi
= Biaya material habis pakai + Perawatan dan servis + Bahan Bakar +
Tenaga Kerja
1/3
Densitas batuan standar
AF2 = ----------------------------------------------------------- .(3)
Densitas batuan yang akan diledakan
Setelah mengetahui harga KB dapat ditentukan ukuran Burden (B), Spasi (S),
Steming(T), Subdrilling(J) dan lain-lain
Burden (B)
Adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang bebas yang
panjangnya tergantung pada karakteristik batuan , Muatan dan jenis bahan peledak
dan lain-lain. Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal agar fragmentasi
batuan hasil peledakan, vibrasi, airblast, dsb. dapat memuaskan.
Menurut Konya (1983)
B = [ (2(SGe/SGr) + 1,5)} De .(4)
Ash memperkenalkan hubungan Kb dengan burden dan diameter lubang tembak,
sbb.;
Kb = 12 B/ De .(5)
Hubungan diameter lubang ledak dengan tinggi jenjang
Pemilihan diameter lubang tembak harus mempertimbangkan tiga hal yaitu :
(1) fragmentasi batuan, (2) dampaknya terhadap lingkungan meliputi vibrasi, air-
blast dan flyrock, dan (3) ekonomi peledakan. Efek ukuran lubang tembak terhadap
factor-faktor diatas dapat diprediksi. Umumnya, makin besar diameter lubangtembak
kemungkinan terjadinya vibrasi, air-blast, dan flyrock sangat besar dan biasanya
fragmentasi juga sulit dikontrol. Untuk mengatasi persoalan diatas , perlu perkiraan
yang akurat tentang hubungan antara diameter lubang tembak dengan burden
sebelum diperoleh Standard Operation Procedure yang baku. Hubungan kedua
parameter tersebut dinamakan stiffness Ratio, yaitu tinggi jenjang dibagi dengan
burden atau L/B
Stiffness Fragmentas
Airblast Flyrock Vibrasi Keterangan
Ratio i
Potensi terjadinya
backbreak dan toe.
1 Jelek Berpotensi Berpotensi Berpotensi
Harus dihindari dan
dirancang ulang
Sebaiknya dirancang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
ulang
Terkontrol dan
3 Baik baik baik baik
fragmentasi memuaskan
Tidak menguntungkan
4 sempurna sempurna sempurna sempurna lagi bila Stiffness Ratio
lebih dari 4
Tabel
Stiffness Ratio dan Pengaruhnya
Kedalaman lubang tembak (H)
Kedalaman lubang tembak tidak boleh lebih kecil dari ukuran burden untuk
menghindari terjadinya overbreaks dan cratering. Menurut Ash, kedalaman lubang
tembak berdasarkan pada hole depth ratio (Kh) yang harganya antara 1,5 4,0. Hal
ini serupa dengan Stiffness Ratio. Hubungan kedalaman lubang tembak dengan
burden adalah sbb :
Kh = H / B ..(6)
Dimana ; Kh = Hole depth Ratio
H = Kedalaman lubang tembak
Diameter lubang tembak, inch
2 4 6 8 10 12
10
20
30
40
50
60
Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang tembak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah. Maksudnya supaya batuan dapat meledak secara fullface dan
untuk menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toes) pada lantai jenjang
lantai bagian bawah. Tonjolan yang terjadi akan menyulitkan peledakan berikutnya
dan pada waktu pemuatan dan pengangkutan.
Panjang subdriling diperoleh dengan menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang
besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai Kj
sebesar 0,3. Hubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan sbb :
Kj = J / B ..(7)
Dimana ; Kj = Subdrilling Ratio
J = subdrilling
Steming (T)
Steming adalah lubang tembak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak,
tetapi biasanya diisi oleh abu hasil pemboran atau kerikil (lebih baik) dan dipadatkan
diatas bahan peledak. Steming berfungsi untuk : (1) menentukan stress balance
dalam lubang tembak, (2) mengurung gas hasil proses kimia bahan peledak, dan (3)
mengontrol kemungkinan terjadinya airlast dan flyrock. Untuk mendapatkan stress
balance dapat ditentukan T = B. Steming ini disebut dengan collar.
Untuk menghitung panjang steming perlu ditentukan dulu steming ratio (Kt), yaitu
perbandingan panjang steming dengan burden. Biasanya Kt standar yang dipakai
0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock, dan stress balance. Apabila Kt
kurang dari satuakan terjadi cratering atau backbreaks, terutama pada system collar
priming. Untuk menghitung steming dipakai persamaan :
Kt = T / B .(8)
Dimana : Kt = Steming Ratio
T = steming, ft
Spacing (S)
Adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris dan diukur
sejajar terhadap bidang bebas. Ukuran spacing tergantung pada burden, kedalaman
lubang tembak, letak primer, delay dan arah umum struktur batuan. Yang perlu
diperhatikan adalah kemungkinan adanya interaksi energi antara lubang tembak
yang berdekatan Menurut Konya untuk menentukan ukuran spacing berdasarkan
system penyalaan terlihat pada tabel . toleransi deviasi ukuran spacing dilapangan
sekitar 15 % dari hasil perhitungan masih dapat diterima.
Persamaan Menentukan Spacing
Sistem penyalaan L/B <4 L/B4
Serentak S = (L + 2 B) / 3 S=2B
Tunda (delay) S = (L + 7 B) / 8 S = 1,4 B
Powder Factor
Adalah suatu bilangan yang menyatakan jumlah material yang diledakan atau
dibongkar oleh bahan peledak dalam jumlah tertentu dan dinyatakan dalam ton / lbs
atau m3 / kg . Powdwer factor dipengaruhi oleh pola peledakan dan bidang bebas.
A x l x dr W
PF = ------------------------ = ----------------, ton / lbs
de x PC x N E
1. STUDI LITERATUR
2. PENGAMATAN
3. PENGAMBILAN DATA
4. PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
5. PEMBUATAN LAPORAN
K.RENCANA DAFTAR ISI
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah