PENDAHULUAN
1
Barat, Ria, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Riau,
Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawwesi Tengah).
Bila dilihat perkelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak
umur <1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden
diare tercatat sebanyak 5.1% . Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare
pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan [MenKes]), Survei morbiditas diare
pada tahun 2013) angka morbiditas menurut kelompok umur terbesar adalah
8-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok 12-17 bulan sebesar 14,43%,
kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil
pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06%.(Riskesda, 2013).
Berdasarkan profil Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia 2011.
Padatahun2009 dilaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia
dengan jumlah penderita sebanyak 5,756 atau sebesar 1,74 %, tahun 2010
sebanyak 4,204 atau sebanyak 1,74%. data terakhir pada tahun 2011 kejadian
diare sebanyak 3,003 atau sebanyak 0,40% Dari hasil data kejadian diare
tahun 2009 2011 terjadi penurunan angka kejadiannya(Zulkarnaen, 2014).
Sumatera Utara menduduki peringkat ke empat dengan prevalensi diare
sebesar (5,6%) setelah Aceh, Papua. Bahkan, setiap tahunnya yakni di tahun
2011 dan 2012, kasus diare di Kota Medan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, kasus kejadian diare di Kota Medan sepanjang tahun
2011 sebanyak 29.375 kasus, sedangkan di tahun 2012, angka diare sebanyak
29.769 kasus. Secara global, kasus diare yang terjadi di Sumatera Utara
memang cendrung mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2011, kasus
diare di Provinsi Sumut sebanyak 215.651 kasus dengan rincian 212.729 kasus
mendapat pelayanan di sarana kesehatan dan 215.651 kasus ditemukan oleh
kader. Dikota Padang diare merupakan termasuk dalam sepuluh penyakit
terbanyak yaitu sebesar (4,0%). Pada tahuun 2012 dari 846.731 penduduk kota
padang diperkirakan kasus diare sebanyak 347.985 penderita dan untuk
kelompok umur balita kasus diare terdapat sebanyak 2.531 penderita. Dari 10
Puskesmas dikota padang angka kejadian diare tertinggi pada bayi tercatat
dipuskesmas ambacang, dengan angka kejadian 800 kasus, dimana bayi laki-
2
laki lebih banyak 410 kasus dibanding bayi perempuan 390 kasus. (Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, 2012)
Diare merupakan penyebab kurang gizi pada anak anak. Diare
menyababkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga megurangi asupan
gizi dan diare dapat megurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam
keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak anak yang mengalami
diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan meyebabkan
kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan
gangguan pertumbuhan anak. Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan
penangan yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian terutama
pada balita (Widoyono, 2012).
Banyak halyang menjadi penyebab diare seperti infeksi, alergi
malabsorbsi, keracunan, imunodefesiensi. Tetapi yang sering ditemukan
dilapangan yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi, bakteri yang sering
menimbulkan diare adalah bakteri E.coli. Menurut Soegeng (dalam
Hikmawati, 2012)
Dinegara berkrmbang, 75% masyarakatnya memberikan susu botol kepada
balita. Indonesia juga sebagai negara berkembang juga merupakan salah satu
konsumen susu botol. Ada beberapa hal yang menyebabkan botol susu
terkontaminasi bakteri. Dijelaskan bahwa bakteri E.coli masuk dalam tubuh
melalui tangan atau alat-alat seperti botol susu,dot, dan peralatan yang
tercemar oleh bakteri penyebab diare. (Paramitha, 2010).
Pengetahuan sangat berpengaruh dalam pencegahan diare
dimanaPengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Jadi semakin baik pengetahuan yang dimiliki
seseorang maka dalam pencegahan diare akan semakin baik.
Penelitian ini didukung oleh Irawati & Wahyuni (2011), pengetahuan
dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
dengan keyakinan tersebut, dengan pengetahuan kesehatan lingkungan yang
baik diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
mencapai kondisi lingkungan yang sehat, sehingga dapat memutuskan rantai
3
penularan penyakit melalui lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat
agartidak mudah tertular penyakit.
Penelitian Zulkifli (2013), hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang
memiliki pengetahuan kurang berpeluang anak balitanya menderita diare lebih
tinggi sebesar 38,9%, sedangkan ibu dengan pengetahuan baik berpeluang
anak balitanya menderita diare lebih rendah yaitu 14,9%.
Berdasarkan data dari wilayah kerja puskesmas kecamatan Alasa
kunjungan diare umur <1 tahun tercatat 35 orang bertempat tinggal di desa
Banuasibohou I, 15 orang di desa Ombolata, dan 25 orang di desa Hilinaa
(Data Puskesmas Alasa, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pencegahan
diare pada balita di Desa Banuasi bohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias
Utara Tahun 2017.
4
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk
penerapan berbagai konsep yang pernah dipelajari sehingga selain
berguna dalam pengembangan, pemahaman, penalaran, juga berguna
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai
kajian ilmiah penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan IbuTerhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di Desa
Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun
2017.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Klien
Dapat mengetahui apa Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan Ibu Terhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di
Desa Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara
Tahun 2017.
2. Bagi Perawat
Dapat menambah pengetahuan dalam hal Pencegahan Diare
Pada Balita.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumber informasi dan bahan masukkan kepada pihak Pendidikan
Program Studi D-III Akademi Keperawatan Gunungsitoli, untuk
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat Mencegah
Diare Pada Balita.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
dibidang yang sama.
5
1.5 Ruang Lingkup
Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pengetahuan IbuTerhadap Pencegahan Diare Pada Balita
Di Desa Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun
2017.
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian ini sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh peneliti yang lain
tetapi penelitiannya memiliki berbagai persamaan dengan penelitian ini.
Adapun penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian ini antara lain
yaitu :
1. Anik Purwanti (2013) meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu tentang
penyakit diare pada balita di desa nglebak tawangmangu karanganyar
desain penelitian yang digunakan rancangan deskriptif kuantitatif sampel
dalam penelitian ini 36 ibu, pengambilan sampel dengan sampel sampling
jenuh. Tujuannya yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
diare pada balita di desa nglebak tawangmangu karanganyar pada tingkat
baik cukup dan kurang
2. RULY DWI KUSUMAWATI (2012) meneliti tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita
Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta,
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian
deskriptif korelatif, menggunakan rancangan cross sectional.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pencegahan
diare pada balita didesa Banuasi bohou I kecamatan Alasa Kabupaten Nias
Utara tahun 2017 dengan menggunakan desain penelitian Deskriptif
Analitik dengan pendekatan cross sectional.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Diare
2.1.1.1 Defenisi Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi
feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2011, p.224).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang
terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi
dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari
dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Aziz, 2010, p.101).
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa
darah atau lendir ( Suraatmaja, 2007).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari).
7
b. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan
yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah
(sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih
banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang
memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan
makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan
makanan, penyimpanan bahan mentah dan perlindungan
bahan makanan terhadap debu.
c. Faktor lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk
(2009) diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan
diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang
sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci
tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi
lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga
kebersihannyaKlasifikasi Diare
8
b. Status Gizi
Diare dapat menyebabkan gizi kurang dan memperberat
diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan
yang baik merupakan komponen utama penyembuhan diare
tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena
dehidrasi dan malnutrisi (Purnawati, 2008).
c. Laktosa Intoleran
Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah
dihidrolisis menjadi monosakarida oleh enzim laktose,
namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa menurun
atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa
terganggu dan laktosa pun tidak dapat dicerna. Laktosa
yang tidak dapat dicerna tersebut akan masuk ke usus besar
dan di dalam usus besar ini akan difermentasi oleh mikro
flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa
macam gas. Adanya beberapa gas ini menyebabkan diare.
9
2.1.1.5 Klasifikasi Diare
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), jenis diare dibagi
menjadiempat yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan
dengan cepat, kemungkinanterjadinya komplikasi pada
mukosa.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah
penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare
(diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau
penyakit lainnya.
2.1.2 Pengetahuan
2.1.2.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan
indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2009. p.50).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita.
Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang
kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena
10
kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan
dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm.3-4).
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor
pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010, p.12).
11
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu
12
kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
13
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2007) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi.
2.1.3 Balita
2.1.3.1 Defenisi Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di
bawah lima tahun (Muaris. H, 2008).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita
adalah istilah umum bagi anak usia 13 tahun (batita) dan anak
prasekolah (35 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara
14
dan berjalan sudah bertambah baik. Namunkemampuan lain
masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut
golden age atau masa keemasan.
15
penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum
ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar
mengeksplorasiketerampilan-keterampilan lain. Seperti
melempar, menendang, berlaridan lain-lain.
16
sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini(asah) (Evelin
dan Djamaludin. N. 2010).
17
yang hangat dengan orang lain.Orang tua harus
menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-
anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah
meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan memberi
hukuman pada anak sepanjang haltersebut dapat diarahkan
melalui metode pendekatan berlandaskan kasihsayang
(Almatsier, 2007).
18
2.1 Kerangka Konseptual
Yang menjadi kerangka konseptual adalah : Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di
Desa Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun 2017.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Umur
3. Pekerjaan
Pencegahan Diare
PENGETAHUAN
Diare Pada
Balita
Tingkat Pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
19
2.2 Kerangka Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengetahuan : Pencegahan Diare
1. Pendidikan pada Balita
2. Umur
3. Pekerjaan
20
2.4 Pertanyaan Penelitian
Adapun beberapa pertanyaan penelitian pada penelitian ini, antara lain:
1. Apakah faktor umur dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
2. Apakah faktor Pendidikandapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
3. Apakah faktor Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
4. Apakah faktor Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
5. Apakah faktor Budaya dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik adalah
survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dan faktor efek (Soekidjo
Notoatmodjo 2010, h. 37).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banuasi bohou I Kecamatan Alasa
Kabupaten Nias Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari waktu pengajuan judul hingga seminar
Karya Tulis Ilmiah.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo 2010, h. 115).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ibu di Desa Banua
sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara yang mempunyai
anak balita.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo 2010, h. 115).
Teknik pengambilan yang digunakan adalah teknik accidental
sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan atau aksidental
(Notoatmodjo 2010, h. 125). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh Ibu yang mempunyai anak balita.
22
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan dikemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono
2007, h.61). Pada penelitian ini telah ditentukan 2 variabel, yaitu variabel
independen dan variabel terikat atau dependen.
3.4.1 Variabel Independent (bebas)
Menurut Sugiyono (2007, h. 61), variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Yang menjadi variabel independent pada penelitian ini adalah:
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu : faktor umur,
jenis kelamin, pendidikan, trauma dan konflik, fisik dan lingkungan.
3.4.2 Variabel Dependent (terikat)
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono 2007, h. 61).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kecemasan
pada klien yang terpasang cairan intravena.
23
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
Variabel Definisi Skala
Alat Ukur Hasil Ukur
No. Penelitian Operasional Ukur
Variabel Independent
1. Umur Umur klien Kuesioner Interval a. 19-35
pada saat tahun
waktu b. 36-55
penelitian. tahun
24
Variabel Dependent
Tingkat Pengetahuan Observasi Ordinal a. Baik
pengetahua ibu terhadap (HRS-A) b. Cukup
n ibu pencegahan c. kurang
terhadap diare pada
pencegahan balita
diare pada
balita
25
3.7 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan
observasi. Kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi sedangkan
observasi diisi oleh peneliti. Kuesioner yang dibagikan kepada responden
berisi pertanyaan, skala ROM dan Alat ukur HRS-A.
3.8 Analisa Data
3.8.1 Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data terlebih dahulu data harus
diolah dengan tujuan mengubah data menjadi bentuk informasi yang
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, dalam proses
data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh:
1. Editing
Dilakukan dengan pengecekan data yang telah terkumpul, bila
terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data,
diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden,
sehingga dalam pengolahan data memberikan hasil dalam
menyelesaikan masalah yang diteliti.
2. Coding
Kegiatan memberikan jawaban secara angka atau kode atu
pemberian kode numerik terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi
sesuai kode petunjuk.
3. Transfering
Memindahkan jawaban/kode ke dalam media pengolahan atau
kegiatan memasukkan data ke komputer. Untuk mempermudah
analisa data, pengolahan data, dan pengambilan kesimpulan
maka hasilnya dimasukkan dalam distribusi frekuensi.
4. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan dalam
bentuk distribusi frekuensi dengan memberikan skor terhadap
jawaban-jawaban responden pada kuesioner. Tabulasi datanya
menggunakan manual, software, SPSS, Ms. Excel.
26
5. Saving
Menyimpan data yang telah diolah.
3.8.2 Teknik Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui proposal masing-
masing variabel yang diteliti (variabel independen dan variabel
dependen).
2. Analisa Bivariat
Data yang dianalisis dengan bivariat untuk mengetahui
pengaruh setiap variabel independen terhadap dependen dimana
bila didapatkan value<0,05 maka pengaruh dinyatakan
bermakna. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada klien
yang terpasang cairan intravena (Iman santoso 2013, h.6).
a. Ho ditolak jika p (0,05), maka terdapat pengaruh variabel
independen dengan variabel dependen.
b. Ho diterima p> (0,05), maka tidak terdapat pengaruh
variabel independen dengan variabel dependen.
= +
Keterangan :
Y= Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
= Variabel independen
= konstanta (nilai Y apabila X=0)
= Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
( )( 2 ) ( )( )
=
( 2 ) ( ) 2
( ) ( )( )
=
( 2 ) ( ) 2
27
Uji yang digunakan pada analisis multivariat ini
menggunakan uji regresi linear sederhana. Analisis yang
bertujuan untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen
apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen apakah positif atau negatif.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interpretasi Koefisien
Nilai R2
Korelasi
0.00 0.199 sangat rendah
0.20 0.399 Rendah
0.40 0.599 Sedang
0.60 0.799 Kuat
0.80 1.000 sangat kuat
Sumber : Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta
3.9 Jalannya Penelitian
Penelitian ini dimulai dari pengajuan judul bulan November 2017
sampai pada sidang penelitian bulan Juni 2017. Kegiatan ini dimulai dari:
1. Pengajuan judul
2. Penyiapan ijin lokasi
3. Penyusunan proposal
4. Pembuatan kuesioner
5. Pengumpulan data
6. Analisa data
7. Konsultasi laporan penelitian
8. Seminar hasil penelitian, dan
9. Penggandaan hasil penelitian.
28
Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti dan lokasi penelitian
ini dilakukan Di DesaBanua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias
Utara Tahun 2017.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dion, Yohannes dan Betan, Yasinta. (2013). Asuhan Keperawatan
Keluaga Konsep Dan Praktik. Cetakan Pertama. Nuha Medika : Yokyakarta.
30