Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi


hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare
dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak
terjadi pada bayi dan balita. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit
sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit melalui tinja. Penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan
infeksi. Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak anak
karena daya tahan tubuhnya masih lemah (Widoyono, 2012).
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas
dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama
di negara-negara berkembang, jumlahnya mendekati satu dalam lima orang,
ini menyebabkan kematian pada anak-anak melebihi AIDS dan malaria.
Hampir satu triliun dan 2,5 myliar kematiankarena diare dalam dua tahun
pertama kehidupan. Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di
dunia. Tercatat 1,8 myliar orang meninggal stiap tahun karena penyakit diare
(termasuk kolera), banyak yang mendapat komplikasi seperti malnutrisi,
retardasi pertumbuhan, dan kelainan imun. Jumlah kematian anak di seluruh
dunia sebanyak 6.9 juta anak pada tahun 2011. Dari jumlah kematian tersebut
didapat 18% kematian akibat dari penyakit diare. Kelompok umur yang
tertinggi terkena diare di seluruh dunia yaitu umur dibawah 5 tahun. Menurut
data anak yang meninggal di seluruh dunia pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta
anak ada sebanyak 3,9 juta anak dibawah 5 tahun yang terkena diare. (World
Health Organiation, 2009).
Angka prevalensi diare di Indonesia masih berfluktuasi. Berdasarkan data
Riskesdas (2013), prefalensi Diare klinis antara lain 9,0% (NAD, Sumatera

1
Barat, Ria, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Riau,
Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawwesi Tengah).
Bila dilihat perkelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak
umur <1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden
diare tercatat sebanyak 5.1% . Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare
pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan [MenKes]), Survei morbiditas diare
pada tahun 2013) angka morbiditas menurut kelompok umur terbesar adalah
8-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok 12-17 bulan sebesar 14,43%,
kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil
pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06%.(Riskesda, 2013).
Berdasarkan profil Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia 2011.
Padatahun2009 dilaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia
dengan jumlah penderita sebanyak 5,756 atau sebesar 1,74 %, tahun 2010
sebanyak 4,204 atau sebanyak 1,74%. data terakhir pada tahun 2011 kejadian
diare sebanyak 3,003 atau sebanyak 0,40% Dari hasil data kejadian diare
tahun 2009 2011 terjadi penurunan angka kejadiannya(Zulkarnaen, 2014).
Sumatera Utara menduduki peringkat ke empat dengan prevalensi diare
sebesar (5,6%) setelah Aceh, Papua. Bahkan, setiap tahunnya yakni di tahun
2011 dan 2012, kasus diare di Kota Medan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, kasus kejadian diare di Kota Medan sepanjang tahun
2011 sebanyak 29.375 kasus, sedangkan di tahun 2012, angka diare sebanyak
29.769 kasus. Secara global, kasus diare yang terjadi di Sumatera Utara
memang cendrung mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2011, kasus
diare di Provinsi Sumut sebanyak 215.651 kasus dengan rincian 212.729 kasus
mendapat pelayanan di sarana kesehatan dan 215.651 kasus ditemukan oleh
kader. Dikota Padang diare merupakan termasuk dalam sepuluh penyakit
terbanyak yaitu sebesar (4,0%). Pada tahuun 2012 dari 846.731 penduduk kota
padang diperkirakan kasus diare sebanyak 347.985 penderita dan untuk
kelompok umur balita kasus diare terdapat sebanyak 2.531 penderita. Dari 10
Puskesmas dikota padang angka kejadian diare tertinggi pada bayi tercatat
dipuskesmas ambacang, dengan angka kejadian 800 kasus, dimana bayi laki-

2
laki lebih banyak 410 kasus dibanding bayi perempuan 390 kasus. (Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, 2012)
Diare merupakan penyebab kurang gizi pada anak anak. Diare
menyababkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga megurangi asupan
gizi dan diare dapat megurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam
keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak anak yang mengalami
diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan meyebabkan
kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan
gangguan pertumbuhan anak. Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan
penangan yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian terutama
pada balita (Widoyono, 2012).
Banyak halyang menjadi penyebab diare seperti infeksi, alergi
malabsorbsi, keracunan, imunodefesiensi. Tetapi yang sering ditemukan
dilapangan yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi, bakteri yang sering
menimbulkan diare adalah bakteri E.coli. Menurut Soegeng (dalam
Hikmawati, 2012)
Dinegara berkrmbang, 75% masyarakatnya memberikan susu botol kepada
balita. Indonesia juga sebagai negara berkembang juga merupakan salah satu
konsumen susu botol. Ada beberapa hal yang menyebabkan botol susu
terkontaminasi bakteri. Dijelaskan bahwa bakteri E.coli masuk dalam tubuh
melalui tangan atau alat-alat seperti botol susu,dot, dan peralatan yang
tercemar oleh bakteri penyebab diare. (Paramitha, 2010).
Pengetahuan sangat berpengaruh dalam pencegahan diare
dimanaPengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Jadi semakin baik pengetahuan yang dimiliki
seseorang maka dalam pencegahan diare akan semakin baik.
Penelitian ini didukung oleh Irawati & Wahyuni (2011), pengetahuan
dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
dengan keyakinan tersebut, dengan pengetahuan kesehatan lingkungan yang
baik diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
mencapai kondisi lingkungan yang sehat, sehingga dapat memutuskan rantai

3
penularan penyakit melalui lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat
agartidak mudah tertular penyakit.
Penelitian Zulkifli (2013), hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang
memiliki pengetahuan kurang berpeluang anak balitanya menderita diare lebih
tinggi sebesar 38,9%, sedangkan ibu dengan pengetahuan baik berpeluang
anak balitanya menderita diare lebih rendah yaitu 14,9%.
Berdasarkan data dari wilayah kerja puskesmas kecamatan Alasa
kunjungan diare umur <1 tahun tercatat 35 orang bertempat tinggal di desa
Banuasibohou I, 15 orang di desa Ombolata, dan 25 orang di desa Hilinaa
(Data Puskesmas Alasa, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pencegahan
diare pada balita di Desa Banuasi bohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias
Utara Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
penelitian adalah Adakah Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan
ibu terhadap pencegahan diare pada balita di Desa Banuasi bohou I
Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun 2017
1.3 Tujuan Penelitian
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi
pengetahuan ibu terhadap pencegahan diara pada balita di Desa Banua
sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun 2017
1.1.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi
pengetahuan ibu terhadap pencagahan diara pada balita di Desa Banua
sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun 2017

1.4 Manfaat Penelitian

4
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk
penerapan berbagai konsep yang pernah dipelajari sehingga selain
berguna dalam pengembangan, pemahaman, penalaran, juga berguna
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai
kajian ilmiah penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan IbuTerhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di Desa
Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun
2017.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Klien
Dapat mengetahui apa Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan Ibu Terhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di
Desa Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara
Tahun 2017.
2. Bagi Perawat
Dapat menambah pengetahuan dalam hal Pencegahan Diare
Pada Balita.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumber informasi dan bahan masukkan kepada pihak Pendidikan
Program Studi D-III Akademi Keperawatan Gunungsitoli, untuk
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat Mencegah
Diare Pada Balita.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
dibidang yang sama.

5
1.5 Ruang Lingkup
Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pengetahuan IbuTerhadap Pencegahan Diare Pada Balita
Di Desa Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun
2017.
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian ini sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh peneliti yang lain
tetapi penelitiannya memiliki berbagai persamaan dengan penelitian ini.
Adapun penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian ini antara lain
yaitu :
1. Anik Purwanti (2013) meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu tentang
penyakit diare pada balita di desa nglebak tawangmangu karanganyar
desain penelitian yang digunakan rancangan deskriptif kuantitatif sampel
dalam penelitian ini 36 ibu, pengambilan sampel dengan sampel sampling
jenuh. Tujuannya yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
diare pada balita di desa nglebak tawangmangu karanganyar pada tingkat
baik cukup dan kurang
2. RULY DWI KUSUMAWATI (2012) meneliti tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita
Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta,
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian
deskriptif korelatif, menggunakan rancangan cross sectional.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pencegahan
diare pada balita didesa Banuasi bohou I kecamatan Alasa Kabupaten Nias
Utara tahun 2017 dengan menggunakan desain penelitian Deskriptif
Analitik dengan pendekatan cross sectional.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Diare
2.1.1.1 Defenisi Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi
feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2011, p.224).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang
terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi
dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari
dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Aziz, 2010, p.101).
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa
darah atau lendir ( Suraatmaja, 2007).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari).

2.1.1.2 Etiologi Diare


Menurut Warman (2008) diare disebabkan oleh:
a. Faktor infeksi
Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang
dan mengakibatkan infeksi adalah bakteri E.coli,
Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella,Yersinia
enterocolitica, virus Enterovirus echovirus, human
Retrovirua seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh cacing
(Askaris), Giardia calmbia, Crytosporidium, jamur
(Candidiasis).

7
b. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan
yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah
(sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih
banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang
memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan
makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan
makanan, penyimpanan bahan mentah dan perlindungan
bahan makanan terhadap debu.
c. Faktor lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk
(2009) diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan
diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang
sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci
tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi
lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga
kebersihannyaKlasifikasi Diare

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada bayi


Pada garis besarnya kejadian diare dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu:
a. Pemberian ASI
Pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai berusia 6
bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap
berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang
mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, dengan adanya
zat anti kekebalan dari ASI, maka bayi ASI eksklusif dapat
terlindung dari penyakit diare (Roesli, 2007, p.3).

8
b. Status Gizi
Diare dapat menyebabkan gizi kurang dan memperberat
diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan
yang baik merupakan komponen utama penyembuhan diare
tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena
dehidrasi dan malnutrisi (Purnawati, 2008).
c. Laktosa Intoleran
Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah
dihidrolisis menjadi monosakarida oleh enzim laktose,
namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa menurun
atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa
terganggu dan laktosa pun tidak dapat dicerna. Laktosa
yang tidak dapat dicerna tersebut akan masuk ke usus besar
dan di dalam usus besar ini akan difermentasi oleh mikro
flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa
macam gas. Adanya beberapa gas ini menyebabkan diare.

2.1.1.4 Upaya Pencegahan Diare


Menurut Depkes RI (2011), penyakit diare dapat
dicegah melalui promosi kesehatan antara lain :
a) Meningkatkan kegunaan ASI
b) Memperbaiki praktik pemberian makanan pendamping ASI
c) Penggunaan air bersih yang cukup
d) Makan makanan bersih dan bergizi
e) Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan
f) Penggunaan jawaban yang benar dimana pembuangan
kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang
benar
g) Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
h) Memberi imunisasi campak
i) Pemberian kaporit pada sumurgali 2 minggu sekali

9
2.1.1.5 Klasifikasi Diare
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), jenis diare dibagi
menjadiempat yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan
dengan cepat, kemungkinanterjadinya komplikasi pada
mukosa.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah
penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare
(diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau
penyakit lainnya.

2.1.2 Pengetahuan
2.1.2.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan
indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2009. p.50).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita.
Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang
kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena

10
kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan
dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm.3-4).
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor
pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010, p.12).

2.1.2.2 Tingkat Pengetahuan


Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2009) :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.

11
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu

12
kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Dewi &


Wawan, 2010p.11)
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra
yang dikutip Notoatmodjo (2008), pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2007) pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam
(2008), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus
dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam
(2007), usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan
menurut Hurlock (2009) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam dalam berfikir dan bekerja.

13
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2007) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi.

2.1.2.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010,p.18)


Menurut Arikunto (2012) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.
c. Kurang : Hasil presentase >65%.
(kategori) banyak jawaban yg benar dikurang jumlah
soal dikali 100

2.1.3 Balita
2.1.3.1 Defenisi Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di
bawah lima tahun (Muaris. H, 2008).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita
adalah istilah umum bagi anak usia 13 tahun (batita) dan anak
prasekolah (35 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara

14
dan berjalan sudah bertambah baik. Namunkemampuan lain
masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut
golden age atau masa keemasan.

2.1.3.2 Karakteristik Balita


Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori
yaitu anak usia 1 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah
(Uripi, 2009). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan
ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih
besar.

2.1.3.3 Tumbuh Kembang Balita


Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda,
namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama,
yakni (Hartono, 2008):
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian
bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala
hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha menegakkan
tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai

15
penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum
ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar
mengeksplorasiketerampilan-keterampilan lain. Seperti
melempar, menendang, berlaridan lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala


kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran
dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak.
Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ
tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya.
Hal ini ditandai oleh:
1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
3) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
5) Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti
rambut, kuku, dan sebagainya. Penambahan ukuran-
ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis. Sebaliknya,
berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara
proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati
penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses
pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang
terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya
gangguan atau hambatan proses pertumbuhan (Hartono,
2008).

2.1.3.4 Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang


Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki
kebutuhan yang harusterpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a.
Kebutuhan akan gizi (asuh); b.Kebutuhan emosi dan kasih

16
sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini(asah) (Evelin
dan Djamaludin. N. 2010).

a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).


Usia balita adalah periode penting dalam prosestubuh
kembang anakyang merupakan masa pertumbuhan dasar
anak. Pada usia ini,perkembangan kemampuan berbahasa,
berkreativitas, kesadaran sosial,emosional dan inteligensi
anak berjalan sangat cepat. Pemenuhankebutuhan gizi
dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik danbiologis
balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat
berartimakanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi
yang sesuaikebutuhannya, berdasarkan tingkat usia.
Berimbang berarti komposisizat-zat gizinya menunjang
proses tumbuhkembang sesuai usianya.Dengan
terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan
otaknyaakan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya
pun akan berkembangsebagai dampak perkembangan
bagian otak yang mengatur sistemsensorik dan
motoriknya.Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis
yangbaik, akan berdampak pada sistem imunitas tubuhnya
sehingga dayatahan tubuhnya akan terjaga dengan baik dan
tidak mudah terserangpenyakit (Sulistyoningsih,2011).

b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).


Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua
mengekspresikan perhatian dankasih sayang, serta
perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak.Orang
tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada
padaanak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosiatau
kasih sayangakan menjadikan anak tumbuh cerdas secara
emosi, terutama dalamkemampuannya membina hubungan

17
yang hangat dengan orang lain.Orang tua harus
menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-
anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah
meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan memberi
hukuman pada anak sepanjang haltersebut dapat diarahkan
melalui metode pendekatan berlandaskan kasihsayang
(Almatsier, 2007).

c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).


Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua
memberikan rangsangantertentu pada anak sedini mungkin.
Bahkan hal ini dianjurkan ketika anakmasih dalam
kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak
dapatberjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi
kegiatan merangsangmelalui sentuhan-sentuhan lembut
secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari
anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal
huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong
munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian,
kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi
dini secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan
majemuk (multiple intelligences) anak. Kecerdasan
majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal),
kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis
(Sulistyoningsih, 2011).

18
2.1 Kerangka Konseptual
Yang menjadi kerangka konseptual adalah : Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di
Desa Banua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun 2017.

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Umur
3. Pekerjaan
Pencegahan Diare

PENGETAHUAN

Diare Pada
Balita

Tingkat Pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

19
2.2 Kerangka Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengetahuan : Pencegahan Diare
1. Pendidikan pada Balita
2. Umur
3. Pekerjaan

Gambar 2.2. Kerangka Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian


Menurut Setiadi 2017, hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
penelitian. Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Jadi hipotesis didalam
penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan, duga, atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat
benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.
Sumber hipotesis bisa dari hasil kajian teoritis atau melalui proses
menghubung-hubungkan sejumlah bukti empiris dan juga bisa hasil
perenungan atau reka-reka rasional. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa
hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari
suatu penelitian. Oleh sebab itu hipotesis harus memiliki landasan teoritis,
bukan hanya sekedar suatu dugaan yang tidak mempunyai landasan ilmiah,
melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan
Berdasarkan uraian kerangka berpikir yang telah dijelaskan, maka
hipotesis penelitian dapat disimpulkan dari asumsi diatas adalah sebagai
berikut:
H0 : tidak ada hubungan factor-faktor pengetahuan terhadap pencegahan diare
pada balita
Ha : ada hubungan factor-faktor pengetahuan terhadap pencegahan diare pada
balita.

20
2.4 Pertanyaan Penelitian
Adapun beberapa pertanyaan penelitian pada penelitian ini, antara lain:
1. Apakah faktor umur dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
2. Apakah faktor Pendidikandapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
3. Apakah faktor Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
4. Apakah faktor Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?
5. Apakah faktor Budaya dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
terhadap pencegahan diare pada balita ?

21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik adalah
survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dan faktor efek (Soekidjo
Notoatmodjo 2010, h. 37).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banuasi bohou I Kecamatan Alasa
Kabupaten Nias Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari waktu pengajuan judul hingga seminar
Karya Tulis Ilmiah.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo 2010, h. 115).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ibu di Desa Banua
sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara yang mempunyai
anak balita.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo 2010, h. 115).
Teknik pengambilan yang digunakan adalah teknik accidental
sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan atau aksidental
(Notoatmodjo 2010, h. 125). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh Ibu yang mempunyai anak balita.

22
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan dikemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono
2007, h.61). Pada penelitian ini telah ditentukan 2 variabel, yaitu variabel
independen dan variabel terikat atau dependen.
3.4.1 Variabel Independent (bebas)
Menurut Sugiyono (2007, h. 61), variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Yang menjadi variabel independent pada penelitian ini adalah:
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu : faktor umur,
jenis kelamin, pendidikan, trauma dan konflik, fisik dan lingkungan.
3.4.2 Variabel Dependent (terikat)
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono 2007, h. 61).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kecemasan
pada klien yang terpasang cairan intravena.

23
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
Variabel Definisi Skala
Alat Ukur Hasil Ukur
No. Penelitian Operasional Ukur
Variabel Independent
1. Umur Umur klien Kuesioner Interval a. 19-35
pada saat tahun
waktu b. 36-55
penelitian. tahun

2. Pendidikan Pendidikan Kuesioner Ordinal


adalah a. SD
jenjang b. SMP
pendidikan c. SMA
yang telah d. Pergurua
diperoleh. n Tinggi

3. pekerjaan Pekerjaan kuesioner interval a. Ada


adalah b. Tidak ada
kebutuhan
yang harus
dilakukan
terutama
untuk
menunjang
kehidupan
nya dan
keluarganya

24
Variabel Dependent
Tingkat Pengetahuan Observasi Ordinal a. Baik
pengetahua ibu terhadap (HRS-A) b. Cukup
n ibu pencegahan c. kurang
terhadap diare pada
pencegahan balita
diare pada
balita

3.6 Aspek Pengukuran


1. Umur.
Untuk mengukur umur klien maka peneliti memberikan lembar
kuesioner, dimana pada lembar tersebut terdapat format Identitas Klien,
klien mengisi kolom umur sesuai dengan usia klien. Rentang umur yang
digunakan oleh peneliti adalah rentang umur menurut Erik H. Erikson,
antara lain :
a. 20-30 tahun
b. 19-35 tahun
c. 36-55 tahun
2. Pendidikan. Untuk mengukur tingkat pendidikan klien, pada lembar
terdapat kolom yang dapat ditandai dengan tanda centang () sesuai
dengan tingkat pendidikan yang telah didapatkan klien.
3. Pekerjaan
4. Tingkat pengetahuan ibu terhadap pencagahan diare pada balita. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran dari tingkat pengetahuan maka peneliti
melakukan observasi dengan menggunakan tabel HRS-A. Dengan hasil
pengukuran sebagai berikut :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.
c. Kurang : Hasil presentase >65%.

25
3.7 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan
observasi. Kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi sedangkan
observasi diisi oleh peneliti. Kuesioner yang dibagikan kepada responden
berisi pertanyaan, skala ROM dan Alat ukur HRS-A.
3.8 Analisa Data
3.8.1 Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data terlebih dahulu data harus
diolah dengan tujuan mengubah data menjadi bentuk informasi yang
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, dalam proses
data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh:
1. Editing
Dilakukan dengan pengecekan data yang telah terkumpul, bila
terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data,
diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden,
sehingga dalam pengolahan data memberikan hasil dalam
menyelesaikan masalah yang diteliti.
2. Coding
Kegiatan memberikan jawaban secara angka atau kode atu
pemberian kode numerik terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi
sesuai kode petunjuk.
3. Transfering
Memindahkan jawaban/kode ke dalam media pengolahan atau
kegiatan memasukkan data ke komputer. Untuk mempermudah
analisa data, pengolahan data, dan pengambilan kesimpulan
maka hasilnya dimasukkan dalam distribusi frekuensi.
4. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan dalam
bentuk distribusi frekuensi dengan memberikan skor terhadap
jawaban-jawaban responden pada kuesioner. Tabulasi datanya
menggunakan manual, software, SPSS, Ms. Excel.

26
5. Saving
Menyimpan data yang telah diolah.
3.8.2 Teknik Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui proposal masing-
masing variabel yang diteliti (variabel independen dan variabel
dependen).
2. Analisa Bivariat
Data yang dianalisis dengan bivariat untuk mengetahui
pengaruh setiap variabel independen terhadap dependen dimana
bila didapatkan value<0,05 maka pengaruh dinyatakan
bermakna. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada klien
yang terpasang cairan intravena (Iman santoso 2013, h.6).
a. Ho ditolak jika p (0,05), maka terdapat pengaruh variabel
independen dengan variabel dependen.
b. Ho diterima p> (0,05), maka tidak terdapat pengaruh
variabel independen dengan variabel dependen.
= +
Keterangan :
Y= Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
= Variabel independen
= konstanta (nilai Y apabila X=0)
= Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
( )( 2 ) ( )( )
=
( 2 ) ( ) 2
( ) ( )( )
=
( 2 ) ( ) 2

27
Uji yang digunakan pada analisis multivariat ini
menggunakan uji regresi linear sederhana. Analisis yang
bertujuan untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen
apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen apakah positif atau negatif.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interpretasi Koefisien
Nilai R2
Korelasi
0.00 0.199 sangat rendah
0.20 0.399 Rendah
0.40 0.599 Sedang
0.60 0.799 Kuat
0.80 1.000 sangat kuat
Sumber : Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta
3.9 Jalannya Penelitian
Penelitian ini dimulai dari pengajuan judul bulan November 2017
sampai pada sidang penelitian bulan Juni 2017. Kegiatan ini dimulai dari:
1. Pengajuan judul
2. Penyiapan ijin lokasi
3. Penyusunan proposal
4. Pembuatan kuesioner
5. Pengumpulan data
6. Analisa data
7. Konsultasi laporan penelitian
8. Seminar hasil penelitian, dan
9. Penggandaan hasil penelitian.

28
Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti dan lokasi penelitian
ini dilakukan Di DesaBanua sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias
Utara Tahun 2017.

1.10 Hambatan dan Keterbatasan Peneliti


Adapun beberapa hambatan dan keterbatasan peneliti dalam melakukan
penelitian ini yaitu :
1. Waktu penelitian, peneliti terbatas dalam waktu penelitian yang
disebabkan oleh kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Komunitas II
bersamaan dengan jadwal penelitian yang telah ditentukan di Desa Banua
sibohou I Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara Tahun 2017.
2. Beberapa responden kurang mengerti dengan kuesioner yang telah
dibagikan oleh peneliti, sehingga peneliti harus mendampingi dan
membacakan kuesioner kepada responden dengan menjelaskan setiap
item pernyataan.

29
DAFTAR PUSTAKA
Dion, Yohannes dan Betan, Yasinta. (2013). Asuhan Keperawatan
Keluaga Konsep Dan Praktik. Cetakan Pertama. Nuha Medika : Yokyakarta.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan


Tekhnik Analisa Data. Edisi I. Salemba Medika : Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan . Rineka


Cipta : Jakarta.

zulkarnaen. (2014). Angka Kejadian Diare Di Sumatra Utara Pada Tahun


2013/2014. From : http://Sumutpos.Co/2013/03/55020/Medan-Tertinggi-Kasus-
Diare. 04 Maret 2014.

Saputra, Andy (2012). Pengertian Balita Dan Perannya, From :


Http://Fourseasonnews.scrib.Com/2012/05/Pengertian-Balita.html, 02 Aril 2014.

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku


Manusia. Nuha Medika : Yogyakarta

Widoyono. (2012). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan


& Pemberantasan. Erlangga Medical Series : Jakarta.
Wikipedia. (2014). Pengertian Ibu Dan Peran Ibu, From :
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Ibu, 03 April.

30

Anda mungkin juga menyukai