Anda di halaman 1dari 10

REVIEW ARTIKEL

Manajemen Blok Subarachnoid pada Pasien dengan Obesitas

Pembimbing
dr. Bambang, Sp. An

Disusun oleh :
Lina Lim
112016159

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 6 NOVEMBER 2017 25 NOVEMBER 2017
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA

1
ABSTRAK
Obesitas adalah masalah seluruh dunia, jumlah pasien kelebihan berat
badan dan obesitas meningkat secara signifikan, sehingga ahli anestesi
secara rutin menghadapi pasien obesitas setiap hari dalam praktek klinis
dan menimbulkan situasi yang sulit bagi banyak ahli anestesi. Anestesi
umum, bahkan pada prosedur yang sederhana dapat menjadi sangat rumit
dan berpotensi sulit pada populasi ini. Dibandingkan dengan anestesi
umum, penggunaan anestesi spinal menjadi semakin populer pada pasien
obesitas Keuntungan dari anestesi spinal termasuk intervensi minimal pada
saluran napas, kurangnya depresi kardiopulmoner, kurangnya mual dan
muntah paska operasi, dan masa rawatan di ruang pemulihan dan rumah
sakit yang singkat. Hal ini sangat penting pada pasien obesitas. Ulasan ini
membahas penerapan teknik anestesi subarachnoid pada pasien obesitas.
Studi klinis lebih lanjut diperlukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan
tentang anestesi dan outcome pada pasien obesitas.

Kata Kunci : obesitas, blok sub arakhnoid, spinal, anestesi.

ABSTRACT
Obesity is a worldwide problem, the number of overweight and obese
patients has significantly increased, as result, anesthesiologists routinely
encounter obese patients in their daily clinical practice, thus produced a
difficult situation for many anesthesiologists. General anesthesia, even the
simplest procedures can become very complicated and potentially difficult
in this population. Compare with general anesthesia, the use of spinal
anesthesia becomes more popular for obese patients. The advantages of
spinal anesthesia include minimal airway intervention, less
cardiopulmonary depression, less post-operative nausea and vomiting, and
shorter recovery room and hospital stays. These concerns are particularly
important for the obese patient. This review discusses the application of
subarachnoid block techniques in obesity. Further clinical studies are
needed to fill the knowledge gap about regional anesthesia and outcome in
obese.

Keywords : obesity, sub arachnoid block, spinal, anesthesia.

PENDAHULUAN serta menyebabkan penyakit medis yang kronis


Obesitas adalah suatu gejala dengan akumulasi (kardiovaskular, respirasi, dll) 1,2.
lemak abnormal atau berlebihan dalam jaringan Pada dewasa, Indeks Massa Tubuh
adiposa yang berakibat pada gangguan kesehatan (didefinisikan sebagai rasio berat badan dalam
lebih lanjut. Obesitas merupakan masalah kilogram dan tinggi badan kuadrat dalam meter)
kesehatan di seluruh dunia yang disebabkan atau Body Mass Index (BMI) telah digunakan sebagai
pengaruh lingkungan, genetik dan endokrin. ukuran perbandingan untuk mendefinisikan
Prevalensinya meningkat dan akibatnya underweight (BMI < 18,5kg/m2), normal (BMI =
mempengaruhi hampir semua sistem organ 18,5- 24 18,5kg/m2), overweight (BMI = 25-29
kg/m),

2
Manajemen Blok Subarachnoid pada Pasien dengan Obesitas

obesitas kelas 1 (BMI = 30-34,9 kg/m2), obesitas panduan kasar karena dapat tidak sesuai dengan
kelas 2 (BMI = 35-39,9 kg/m2) dan obesitas morbid derajat kegemukan yang sama pada individu yang
(BMI > 40 kg/m)1,2. berbeda. Nilai BMI diperoleh melalui penghitungan
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health berat badan dalam kilogram di bagi dengan tinggi
Organization, WHO) menjelaskan sebaran obesitas badan dalam meter kuadrat atau dapat dirumuskan
tahun 2010, prevalensi tertinggi obesitas di antara sebagai berikut :1,2
192 negara anggota WHO dilaporkan di Nauru
(laki-laki 84,6%, perempuan 80,5%) dan BMI = Berat badan (kilogram)
Kepulauan Cook (laki-laki 72,1%, perempuan [Tinggi badan (meter)]2
73,4%). Di Amerika Serikat dilaporkan 44,2 %
laki- laki obesitas dan 48,3 % perempuan obesitas Definisi dari WHO adalah:
BMI 18-25 adalah normal
pada tahun 2010. Di negara berkembang seperti
BMI > 25-30 adalah overweight
India, prevalensi obesitas 20,1%, Thailand 28,3%,
BMI> 30 adalah obesitas.
dan
indonesia 9,9%1.
BMI normal berkisar 18.5-24.9, over weight
Dengan tingginya prevalensi kejadian obesitas,
25.0-29.9, obesitas > 30-34,9, dan BMI > 40 kg/m2
ada peluang yang besar pasien obesitas untuk
sebagai extreme obesity1.
dijadwalkan pada semua jenis tindakan
pembedahan umum. Pasien obesitas menimbulkan Tabel 2.1 : Klasifikasi Obesitas4
masalah khusus anestesi termasuk keputusan
BMI (kg/m2) Deskripsi Kelas obesity
pemilihan teknik anestesi yang membawa resiko
< 18,5 Under weight
minimal bagi pasien. Anestesi regional
18,5-24,9 Normal
menawarkan alternatif untuk menghindari kesulitan
25,0-29,9 Over weight
terkait anestesi umum seperti intubasi sulit, depresi
30,0-34,9 Obesity I
kardiopulmonal, mual, dan muntah. Namun,
35,0-39,9 Morbid obesity II
anestesi regional secara umum juga dikaitkan >40 Extreme obesity III
dengan besarnya tingkat kegagalan blok akibat
kesulitan teknik puncture dan anatomi yang tidak Obesitas terbagi atas obesitas android dan
terprediksi pada obesitas3. obesitas ginekoid2.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
1. Tipe android (obesitas sentral)
obesitas, blok subarachnoid serta manajemen blok
Pada obesitas android, umumnya laki-laki,
subarachnoid tersebut dan masalah yang
distribusi lemak terpusat pada badan (sentral)
berhubungan dengan anestesi spinal pada pasien
disebut juga obesitas abdominal. Pada tipe ini
obesitas.
jaringan lemak dominan di tubuh bagian atas
(distribusi trunkal) dan berhubungan dengan
TINJUAN PUSTAKA
peningkatan komsumsi oksigen dan peningkatan
A. DEFENISI DAN KLASIFIKASI
insiden penyakit kardiovaskuler.
Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan
2. Tipe ginekoid (obesitas perifer)
obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau
Pada tipe ini jaringan lemak dominan terdapat
berlebihan dalam jaringan adiposa yang berakibat
di paha, gluteal dan pinggul (lemak secara
pada gangguan kesehatan lebih lanjut. Kelebihan
metabolik kurang aktif sehingga
berat badan (overweight) dan obesitas digolongkan
kurang berhubungan erat dengan penyakit
berdasarkan BMI1. Body Mass Index merupakan
kardiovaskuler). Deposit lemak abdominal lebih
alat ukur yang paling berguna untuk mengukur
aktif dalam metabolisme daripada lemak perifer
tingkat overweight dan obesitas yang sama untuk
(pada panggul, bokong, paha) yang terdapat pada
kedua jenis kelamin dan untuk semua usia dewasa.
Namun, dapat dianggap sebagai

3
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

obesitas ginekoid, umumnya perempuan. Karena Sistem Respirasi


sifat yang lebih aktif metabolismenya, obesitas Akumulasi lemak pada thorak dan abdomen
android berhubungan dengan insidens yang lebih menurunkan luas permukaan dan compliance paru.
tinggi penyakit komplikasi metabolik seperti Penurunan compliance paru ini karena peningkatan
volume darah pulmonal akibat peningkatan volume
disiplidemia, intoleransi glukosa, diabetes mellitus,
darah rata-rata yang diperlukan untuk perfusi lemak
penyakit jantung iskemik, penyakit jantung
tubuh tambahan. Polisitemia akibat hipoksemia
kongestif, stroke dan peningkatan konsumsi O2
kronis juga ikut berperan pada peningkatan volume
dibandingkan dengan obseitas ginekoid2.
darah total2.
Ditinjau dari sisi posisi operasi, posisi supine
B. PATOFISIOLOGI
mengurangi Functional Residual Capacity (FRC)
Efek Distribusi Lemak
karenapergeserandiafragmakearah cephalad. Efek
Obesitas dikaitkan dengan hipertensi,
ini berlebihan pada pasien obes, mengakibatkan
dislipidemia, penyakit jantung iskemik, diabetes
penurunan FRC berat, penyempitan airway,
mellitus (DM), osteoarthritis, penyakit liver
dan peningkatan usaha bernafas. Peningkatan
dan asma. Body Mass Index adalah prediktor untuk
resistensi dan penurunan compliance dinding dada
komorbiditas, prosedur pembedahan, dan
akan menurunkan compliance respirasi total pada
kesulitan anestesi. Distribusi lemak pada pinggang
posisi supine dan mengakibatkan nafas dangkal dan
atau lingkar leher lebih prediktif untuk menentukan
cepat, meningkatkan usaha napas, dan membatasi
komorbiditas kardiorespirasi dari pada BMI. Pada
kapasitas ventilasi maksimal yang secara klinis
obesitas tipe android pembedahan intra abdomen
akan meningkatkan shunting intrapulmonal dan
lebih sulit dilakukan dan hal ini juga berkaitan
konsumsi oksigen yang terjadi pada pasien obesitas
dengan peningkatan penumpukan lemak di sekitar
ketika perubahan posisi dari sitting ke supine2,4.
leher dan saluran napas yang menyulitkan
Penderita obesitas memiliki efisiensi otot
manajemen jalan nafas dan ventilasi paru. Selain
pernapasan dibawah nilai normal. Penurunan
itu, obesitas android dikaitkan dengan risiko
compliance paru berakibat penurunan FRC, Vital
timbulnya komplikasi metabolik dan
Capacity (VC) dan Total Lung Capacity (TLC).
kardiovaskular yang lebih besar5.
Penurunan FRC akan berakibat penurunan
Anatomi yang tidak terprediksi pada obesitas
Exspiratory Reserve Volume (ERV), yang mana
jadi penyulit tersendiri. Menentukan kedalaman
hubungan Antara FRC dan closing capacity terjadi
puncture jarum lumbal yang tepat mungkin akan
lebih cepat2.
lebih sulit pada pasien dengan postur tubuh besar
Penurunan ERV berakibat berkurangnya FRC
atau kelebihan berat badan. Abe dkk melakukan
padaanestesiumumpadapenderita obes, sehingga
penelitian pada 175 pasien yang berusia 21-80
hubungan perbandingan FRC dan closing capacity
tahun dengan BMI antara 11,7-49,3 kg/m2 untuk
menjadi tidak baik. Penurunan FRC dan ERV adalah
mendapatkan hubungan antara berat badan (dalam
hal yang umum terjadi pada fungsi paru pasien
kg) dan tinggi badan (dalam cm) dengan kedalaman
obesitas. Pengurangan FRC (akibat penurunan
puncture pendekatan median di regio lumbal oleh
ERV) dapat berakibat volume paru di bawah closing
jarum percutaneus untuk mencapai kanalis spinalis.
capacity dalam keadaan ventilasi dengan volume
Didapatkan hasil perbandingan kedalaman puncture
tidal normal, berakibat penutupan jalan napas yang
yang sebanding dengan berat badan dan berbanding
kecil, missmatch ventilasi perfusi, shunting right to
terbalik dengan tinggi badan. Dalam aplikasinya,
left dan hipoksemia arterial. Tindakan anestesi
dapat disesuaikan dalam suatu formula rumus6:
umum mengakibatkan penurunan FRC sebanyak
50% pada pasien obesitas, 30 % lebih banyak dari
LP depth (dalam cm) = 1+[17(BB/TB)]
pada akibatnya pada orang normal yang hanya

4
Manajemen Blok Subarachnoid pada Pasien dengan Obesitas

20%. Forced Expiration Volume (FEV) dalam lebih rendah dibandingkan individu normal (50
sedetik dan FVC biasanya dalam batas normal. ml/kg : 70 ml/kg). Sebagian besar volume ini
Expiration Reserve Volume adalah indikator paling terdistribusi ke jaringan lemak. Aliran darah
sensitif sebagai efek obesitas pada fungsi paru2. renal dan lien meningkat. Cardiac output (COP)
meningkat 20-30 ml/kg karena peningkatan berat,
akibat dilatasi ventrikel dan stroke volume yang
meningkat. Peningkatan tekanan pada dinding
ventrikel mengakibatkan hipertrofi, berkurangnya
compliance dan pemburukan pengisian ventrikel
(terjadi penurunan fungsi diastolik dengan seiring
peningkatan tekanan ventrikel kiri dan diastolik
serta udem pulmonal, tetapi ketika dinding
ventrikel kiri gagal mempertahankan dilatasinya,
dapat terjadi disfungsi sistolik [kardiomiopati
obesitas] dan kemudian kegagalan biventrikular)2.

Gambar 2.1 : Efek obesitas, posisi dan anestesi


pada volume paru4.

Banyak manifestasi sindrom obstruksi jalan


napas selama tidur pada pasien obesitas. Hal ini
dapat diklasifikasikan atas tiga kategori,
- Obstructive sleep apnea (OSA)
Terhentinya aliran udara lebih dali sepuluh
detik yang terjadi lebih dari empat kali dalam 1
jam tidur, adanya usaha respirasi melawan
penutupan glotis, dan disertai penurunan
saturasi oksigen lebih dari 4%.
- Obstructive sleep hypopnea Gambar 2.2 : Hubungan antara obesitas,
Penurunan 50% aliran udara selama >10 detik fungsi kardiovaskuler, dan pulmonal; OSA,
yang terjadi >14 kali selama satu jam tidur, OHS, LV, RV2
berhubungan dengan snoring dan disertai
desaturasi 4%. Obesitas memicu aterosklerosis. Gejala seperti
- Upper airway resistance angina dan sesak napas terjadi hanya saat
Timbulnya respon meningkatkan resistensi beraktifitas, sehingga sering tampak asimtomatis
jalan nafas tanpa peningkatan Apnea hypopnea pada pasien obesitas yang jarang beraktifitas2.
index (AHI). Apnea hypopnea index adalah
jumlah periode apnea dan hypopnea perjam Sistem Lain
yang digunakan untuk menilai derajat beratnya Obesitas dikaitkan dengan patofisiologi
OSA. Berat jika lebih dari 30, ringan jika gastrointestinal. Peningkatan volume asam
antara 5-15 dan sedang jika antara 16-304. lambung,PHlambungyangrendahdanpeningkatan
tekanan intra abdominal meningkatkan risiko
Sistem Kardiovaskuler
terjadinya aspirasi isi lambung. Pada hepar,
Total volume darah meningkat pada penderita
Infiltrasi lemak juga muncul dan dikaitkan dengan
obesitas, akan tetapi perbandingan volume dengan
macrovesikuler fatty liver yang ireversibel dengan
berat badan pada penderita obesitas
penurunan berat badan, akan tetapi dapat menjadi
hepatitis dan sirosis secara progresif jika tidak
diterapi. Infiltrasi lemak ini ini dapat dideteksi

5
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

dengan tes fungsi hepar, namun perluasan infiltrasi anestesi sebelumnya akan berhubungan dengan tipe
tidak berhubungan dengan derajat abnormalitas tes anestesi yang akan dipilih. Mayoritas lebih dari
hepar5,7. 50% pasien akan memilih menurunkan berat badan
Obesitas meningkatkan aliran plasma renal dan sebelum operasi elektif jika diberikan pilihan,
laju filtrasi glomerulus sehingga terjadi hiperfiltrasi daripada menerima resiko anestesi yang besar4.
glomerulus. Kelebihan berat badan meningkatkan Untuk respirasi dilakukan anamnesis yang
reabsorbsi tubular renal dan penyaringan natrium cepat mengenai beratnya gejala gangguan
meningkat akibat aktivasi sistem simpatis dan renin pernapasan, Obesity Hipoventilation Syndrome
angiotensin akibat tekanan pada ginjal. Dengan (OHS) atau Obstructive Sleep Apnea (OSA). Hal
obesitas yang lama, terjadi penurunan fungsi nefron yang perlu ditanyakan antara lain apakah pasien
dan kemudian perburukan ekskresi natrium dan mendengkur saat tidur, sering terbangun pada
peningkatan tekanan darah. Hiperfiltrasi glomerulus malam hari, dan mengantuk pada siang hari.
pada obesitas berkurang sesuai dengan penurunan Beberapa pemeriksaan lanjutan yang dapat
berat badan, yang mana akan menurunkan insiden membantu dalam menilai sistem respirasi antara
glomerulopati yang berlebihan2. lain foto toraks, pemeriksaan darah perifer lengkap
Hipotiroid subklinis terjadi pada 25% kasus untuk melihat adanya polisitemia, tes fungsi paru
obesitas. TSH biasanya meningkat, sehingga (spirometri), dan analisa gas darah, terutama
meningkatkan kecendeungan resistensi hormon melihat adanya hipoksia atau retensi CO 4.
tiroid pada jaringan perifer. Hipotiroid bisa Pasien obes harus dievaluasi adanya2hipertensi
berhubungan dengan hipoglikemia, hiponatremia, sistemik dan pulmonal, tanda gagal jantung kanan
dan metabolisme obat di hepar menjadi lambat. dan atau kiri, dan adanya penyakit jantung iskemik.
Pengurangan kebutuhan tiroksin terlihat pada Kelebihan jaringan lemak menyebabkan tanda
penurunan BMI2. gagal jantung kongestif sulit diungkap. Gangguan
Obesitas meningkatkan risiko resistensi insulin paru-paru kronis, termasuk OSA dan OHS, pada
dan diabetes. Lebih dari 10% pasien obesitas umumnya menyebabkan hipertensi pulmonal pada
menegalami abnormalitas pada test toleransi pasien morbid obese. Regurgitasi katup trikuspid
glukosa yang meningkatkan risiko infeksi luka dan pada pemeriksaan ekokardiografi merupakan
infark miokard selama periode iskemik miokard. infomasi yang paling penting dari hipertensi
Kontrol kadar gula darah perioperatif menjadi pulmonal tetapi harus dikombinasi dengan
penting dan bisa jadi sulit dilakukan. Walaupun gambaran klinis seperti sesak saat aktifitas,
penurunan berat badan preoperatif dapat kelelahan, dan sinkop dimana merupakan refleksi
menurunkan risikonya, akan tetapi rata-rata pasien dari ketidakmampuan meningkatkan COP sebagai
yang akan menjalani pembedahan elektif gagal respon peningkatan aktifitas. Gambaran hipertrofi
mencapai penurunan berat badan yang signifikan2,5. ventrikel kanan seperti gelombang R prekordial
yang tinggi, deviasi aksis ke kanan dan tanda strain
C. MANAJEMEN ANESTESI PADA pada ventrikel kanan mungkin tampak pada
PENDERITA OBESITAS elektrokardiogram (EKG). Sesitifitas dari gambaran
Evaluasi Preoperatif, Anamnesis dan EKG berkorelasi baik dengan tingkat hipertensi
Pemeriksaan Fisik pulmonal. Radiografi toraks dapat menujukkan
Pada kunjungan preoperatif pasien obes harus adanya penyebab dari gangguan paru dan arteri
dilakukan evaluasi secara menyeluruh dengan pulmonal yang prominen4.
perhatian khusus pada penyulit yang dapat terjadi Penilaian sistem kardiovaskular berdasarkan
pada saat anestesi. Riwayat yang jelas dari pasien pada patofisiologi pasien obesitas. Yang harus
dan riwayat anestesi merupakan sumber informasi diperhatikan antara lain penyakit jantung iskemik,
yang berharga. Ekplorasi terhadap problem hipertensi, gejala dan tanda gagal jantung kiri
maupun kanan, serta gejala dan tanda hipertensi
pulmonal. Dalam anamnesis ditanyakan

6
Manajemen Blok Subarachnoid pada Pasien dengan Obesitas

keterbatasan kegiatan fisik sehari-hari, nyeri dada, Investigasi pre operatif8 :


sesak terutama saat beraktivitas. Pemeriksaan fisik 1. Berat badan dan tinggi badan diukur
dapat dijumpai kelainan berupa peningkatan JVP, (bukan diestimasi) dan dicatat untuk
splenomegali, dan edema perifer. Pemeriksaan menghitung BMI.
EKG dan foto toraks dilakukan untuk melihat 2. Darah lengkap.
adanya penyakit jantung iskemik, hipertrofi 3. Urea dan elektrolit.
ventrikel kanan dan kiri, serta kongesti paru. Bila 4. Tes fungsi hati, fungsi hati mungkin
didapati kelainan dapat dilakukan pemeriksaan menurun karena infiltrasi lemak.
lanjutan berupa echocardiography, LV ejection 5. Gula darah untuk mendeteksi DM tipe II.
fraction, bahkan katerisasi arteri pulmonal4. 6. Radiografi toraks
Anamnesis serta pelacakan status anestesi
mengenai riwayat operasi sebelumnya, termasuk D. PERTIMBANGAN ANESTESI BLOK
kemungkinan kesulitan dalam menjaga patensi SUBARACHNOID PADA PASIEN
jalan napas saat pasien teranestesi, harus dilakukan. OBESITAS
Penilaian jalan napas atas harus dilakukan secara Anestesi regional semakin berkembang
hati-hati dan teliti pada pasien dengan morbid dan sangat luas pemakaiannya, mengingat berbagai
obese. Kesulitan ventilasi dengan sungkup muka keuntungan yang ditawarkan antara lain relatif
dan intubasi trakeal harus dipertimbangkan. lebih murah, pengaruh sistemis yang lebih kecil,
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain menghasilkan analgesi yang cukup adekuat dan
penilaian skor Mallampati, jarak tiromental, kemampuan mencegah respon stress. Jika
pergerakan sendi atlantoaksial, lingkar leher yang dilakukan dengan baik pada pasien obesitas,
diukur setinggi kartilago tiroid, kemampuan regional anesesi akan meminimalkan intervensi
membuka mulut dan mobilitas mandibula, inspeksi jalan nafas, depresi kardiopulmonar, tingkat
orofaring dan gigi geligi, serta patensi cavum nasi. komplikasi mual dan muntah postoperatif, dan
Brodsky JB dkk mengatakan bahwa tidak ada masa rawat di PACU dan rumah sakit
hubungan antara obesitas atau peningkatan BMI dibandingakan anestesi umum3,5,6.
dengan masalah intubasi pada pasien morbid obese, Akan tetapi, teknik anestesi regional bisa
tetapi lebih berhubungan dengan lingkar leher dan jadi sulit dilakukan pada pasien obesitas, sehingga
skor Mallampati 3. kegagalan blok tidak jarang mengharuskan
Anamnesa dan pemeriksaan fisik wajib untuk dilakukannya anestesi umum dengan intubasi
menyingkirkan penyakit-penyakit yang endotrakeal. Beberapa hal yang menyulitkan
berhubungan dengan kegemukan, diantaranya8 : dilakukannya regional anestesi pada pasien obesitas
antara lain6,9 :
Tabel 2.2 : Anamnesis dan pemeriksaan Susah memindahkan dan memposisikan
fisik untuk menyingkirkan penyakit yang pasien
berhubungan dengan kegemukan8 Kesulitan teknik melakukan blok
regional, disebabkan :
Hipertensi, penyakit jantung - Penanda anatomi tidak jelas
iskemik, penyakit serebrovaskuler
Kardiovaskuler - Sulit mengidentifikasi celah
dan pembuluh darah tepi, Deep Vein
Trombosis (DVT)
interspinosum
- mungkin membutuhkan USG untuk
Obstruktif sleep apneu, sindroma menemukan penanda tulang
Respirasi
hipoventilasi - jarum konvensional kemungkinan
terlalu pendek dibandingkan jarak dari
Endokrin DM, cushing sindrom kulit ke ruang subarachnoid

Gastrointesinal Hiatus hernia, gallstones

7
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

pasien akan dilakukan operasi section caesarean dengan


- meningkatnya kemungkinan gagal regional anestesi9.
blok yang mengharuskan dilakukan
konversi ke anestesi umum.

Dosis Obat Anestesi Lokal pada Pasien Obesitas


Dosis obat anestesi lokal yang tepat sangat
penting diketahui, karena jika terlalu besar akan
meningkatkan risiko hipotensi dan hipoventilasi,
sebaliknya jika terlalu kecil akan terjadi kegagalan
blok dan kemungkinan untuk anestesi umum
dengan intubasi endotrakeal6.
Ada fakta yang menyatakan dosis obat anestesi
lokal berbeda antara pasien obesitas dan tidak
obesitas. Pada sebuah penelitian dengan anestesi
spinal, 4 ml dari bupivacain 0,5% yang di berikan Gambar 2.3 : Penentuan landmark secara kasasr
pada pasien posisi sitting di interspasium L3-4, dan sederhana9
terdapat hubungan positif yang langsung antara
ketinggian blok dan derajat obesitas. Sebuah Model Geometrik Puncture pada Anestesi Spinal
Berdasarkan Sudut Antara Jarum Spinal
penelitian lain, dengan pemberian 3 ml bupivacaine
dengan Kulit10
0,5% pada interspasium spinal L3-4 atau L4-5,
Sudut insersi jarum spinal dan diameter
didapatkan lebih banyak sebaran ke arah cephalad,
canalis spinalis memiliki peran penting untuk
sebagaimana yang diukur dari level sensoris, yang
menetapkan batas aman dan memperkirakan
cenderung lebih tinggi terjadi pada pasien dengan
panjangnya jarum spinal yang dibutuhkan. Sebuah
berat badan berlebih dibandingkan pasien dengan
penelitian menerangkan sudut yang terbentuk
berat badan normal6.
antara kulit dan jarum spinal menggunakan
Banyak penulis yang merekomendasikan obat
pendekatan geometrik. Pada gambar dibawah dapat
anestesi lokal dengan dosis dan konsentrasi rendah
dilihat bahwa ruang subarachnoid adalah silinder
untuk blok neuraksial pada pasien obesitas, hal ini
dengan diameter A cm, dikelilingi oleh duramater,
berdasarkan pasien obesitas memiliki lebih sedikit
dan jarak dari permukaan kulit ke duramater adalah
volume cairan serebrospinalis dan berkurangnya
B cm. Dengan pendekatan midline dapat di
jarak ruang epidural yang dapat berakibat tingginya
asumsikan sudut cephalad yang dibentuk antara
sebaran obat anestesi lokal3.
kulit dan jarum spinal adalah , dan jarak duramater
yang didorong oleh jarum spinal adalah C cm. Jarak
Menentukan landmark
efektif antara ujung jarum spinal dengan ruang
Pada obesitas ekstrim, petunjuk anatomis tidak
subarachnoid adalah A/sin cm. Jarak yang tersedia
mungkin untuk di identifikasi secara manual.
untuk berhasilnya injeksi spinal melalui ujung
Untuk pemberian anestesi spinal dengan
jarum di dalam ruang subarachnoid adalah A/sin-C
pendekatan lumbar, pasien yang koperatif dapat
cm. Jarak terpendek antara ruang subarachnoid
ditanyakan untuk mengidentifikasi midpoint dari
setelah puncture dural adalah A-C sin cm. semakin
tubuhnya. Jika pasien mampu menempatkan jari
jauh jarak yang tersedia antara ruang subarachnoid
pada pungung atau pinggangnya, secara kasar titik
untuk injeksi melalui ujung jarum spinal, semakin
ini biasanya dekat atau jatuh pada interspasi L2-3
baik peluang untuk berhasilnya injeksi spinal.
atau L3-4. Metode ini dapat dilakukan dan berhasil
Ketika diset kecil, batas untuk berhasilnya injeksi
pada pasien dengan BMI hingga 88 kg/m2 yang
ke ruang subarachnoid secara teori akan semakin
baik.

8
Manajemen Blok Subarachnoid pada Pasien dengan Obesitas

mencapai puncture dural sehingga mamungkinkan


penggunaan jarum khusus yang lebih panjang untuk
penderita extreeme obese9,10.
Daripenelitianlain, Abe dkkmeneliti 175 pasien
yang berusia 21-80 tahun dengan BMI antara 11,7-
49,3 kg/m2 dan mendapatkan hubungan antara berat
badan (dalam kg) dan tinggi badan (dalam cm)
dengan kedalaman canalis spinalis yang dicapai
dengan puncture lumbal jarum percutaneus.
Didapatkan hasil perbandingan kedalaman puncture
Gambar 2.4 Visualisasi puncture geometrik pada yang sebanding dengan berat badan dan berbanding
blok subarachnoid terbalik dengan tinggi badan untuk puncture
pendekatan median dengan sudut sangat kecil.
Walaupun hipotesis tersebut dilakukan pada
Dalam aplikasinya, dapat disesuaikan dalam suatu
pendekatan midline, pada pendekatan lateral atau
formula rumus6 :
paramedian dengan angulasi cephalad bisa jadi
secara teori lebih baik. Bentuk canalis spinalis lebih Kedalaman LP (cm) = 1+[17(BB/TB)]
menyerupai segitiga dari pada oval pada bagian
bawah dan diameter canalis spinalis lumbar antara Penggunaan Alat Bantu USG untuk Spinal
15-25 mm, dengan pertimbangan Anestesi
<15 pada kondisi abnormal dan <12 pada stenosis. Anestesi regional, terutama anestesi spinal
Selain itu, diameter transversal canalis spinalis dengan bantuan USG adalah sebuah pilihan yang
lumbar kira-kira 5-7 mm lebih besar dari pada membantu menurunkan angka kegagalan.
diameter dorsoventral. Akibatnya pendekatan Gambaran USG canalis spinalis lumbal pada
lateral atau paramedian dengan sudut insersi kecil penderita obesitas membantu anestesi spinal dengan
akan lebih mudah mencapai ruang subarachnoid menentukan ruang interspinosum yang benar,
dibandingkan dengan insersi midline. identifikasi midline yang tepat, dan perkiraan
kedalaman duramater. USG sistematik
menggunakan sudut pandang bidang paramedian
dan transversal midline adalah alat yang dapat
membantu anestesi spinal pada penderita obesitas11.
Dalam aplikasinya, jalur puncture jarum
spinal yang tepat ditentukan pada level dimana
pada pandangan paramedian dan midline
memperlihatkan visualisasi ligamentum flafum-
duramater (LF-DM) dan posterior vertebral body
(PVB) terbaik, ketika lintasan jarum untuk puncture
diambil dari sudut transducer kulit yang disediakan
Gambar 2.5 Pendekatan puncture paramedian dari pandangan terbaik pada LF-DM dan PVB11.
blok subarachnoid
KESIMPULAN
Pasien obesitas, dengan jaringan subkutan Obesitas merupakan salah satu penyulit
lebih tebal perlu pertimbangan khusus. Pada anestesi yang prevalensinya memiliki
keadaan ini, jarak B lebih jauh. Akibatnya, semakin kecenderungan untuk meningkat. Pasien obes
kecil diset, semakin jauh B/sin, dan secara mengalami perubahan anatomi, fisiologi, dan
teori, temakin kecil kemungkinan sukses untuk

9
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

biokimia yang berpengaruh saat pasien teranestesi Williams and Wilkins. 2009. Page 754-768
dan pasca pembedahan. Patofisiologi obesitas 3. Maldini B, Goranovi T, Mili M, Gvozdenovi
meliputi sistem respirasi, kardiovaskuler, endokrin, A, Baranovi S, Sacic S, Regional anesthesia in
farmakokinetik, dan farmakodinamik. Dengan Obesse Patient : An Update. Periodicum
pemeriksaan pra-anestesi dapat diperkirakan Biologorum 2011; 113: 2: 251-4
kesulitan yang akan ditemui saat anestesi. 4. Ogunnaike BO, Whitten CW. Evaluation of
the Obese Patient. In : Longnecker DE, Brown
Pemilihan teknik anestesi tergantung kondisi pra-
DL, Newman MF, Zapol WM, editors,
anestesi dan jenis pembedahan dengan
Anesthesiology. New York : Mc Graw Hill
memperhitungkan risiko dan keuntungan masing-
Medical. 2008. Page 374 395
masing teknik.
5. Abe KK, Yamatomo LG, Itoman EM, Nakasone
Anestesi regional menawarkan keuntungan TAF, Kanayama SK, Lumbal Puncture Needle
antara lain relatif lebih murah, pengaruh sistemik Length Determination. American Journal of
yang lebih kecil, menghasilkan analgetik yang Emergency Medicine. 2005; 23: 6: 742-746
cukup adekuat dan kemampuan mencegah respon 6. Aka PT, Brodsky JB, Regional anesthesia and
stres. Jika dilakukan dengan baik pada pasien obesity. http://www.ispcop.org /index.php
obesitas, regional anesesi akan meminimalkan (accessed 10/04/2014)
intervensi jalan nafas, depresi kardiopulmonar, 7. Lotia S, Bellami MC, Anesthesia and Morbid
tingkat komplikasi mual dan muntah postoperatif, Obesity. Continuing Education in Anaesthesia,
dan masa rawat di PACU dan rumah sakit Critical Care & Pain. 2008; 8: 2: 151-6
dibandingakan anestesi umum. Akan tetapi teknik 8. Donnel O, Prasad A, Ultrasound-assisted spinal
anestesi regional spinal pada pasien obesitas juga anesthesia in obese patients. Canadian
mempunyai beberapa kesulitan seperti susahnya Anesthesiologists Society; 2009; 56:982983
memposisikan pasien dan kesulitan tekniknya, 9. Inoue S, Kawaguchi M, Furuya H, Successful
sehingga kegagalan blok tidak jarang Spinal Administration is Related to The Angle
Formed Between The Skin and a Spinal
mengharuskan dilakukannya anestesi umum dengan
Needle : A geometric Model, Anesthesia and
intubasi endotrakeal. Hal itu dapat diatasi dengan
Intensive Care 2011; 39; 4: 770-2
pendekatan penghitungan landmark yang
10. Sardesai A. Perioperatif Management of
mendekati, pemilihan jenis dan dosis analgetik
The Obese Patient. In Core Topics in
anastesi yang akan digunakan, hingga mengunakan Perioperative Medicine edited by Hutsmith J,
alat bantu seperti USG untuk mempermudah Wheelar D, Gupta A. 1th Publication, 2004,
pemberian anestesi regional spinal pada pasien Cambridge University Press. Page 25 32
obesitas. 11. Morgan, Mikhail MS, Murray MJ: Anesthesia
for Patients with Endocrine Disease in
DAFTAR PUSTAKA Anesthesiology, McGraw hill Companies, Inc,
1. WHO 2014 Global Infobase. https://apps. 2002 : 748749
who.int/infobase/Index.aspx (accessed
10/04/2014)
2. Ogunnaike BO, Whitten CW. Anesthesia and
Obesity. In : Barash PG, Cullen FB, Stoelting
RK, Calahan MK, Stock MK, editors, Clinical
Anesthesia. 6th ed. Philadelphia : Lippincott

10

Anda mungkin juga menyukai