Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan penanggulangan

HIV (Human Immunodefiency Virus) dan AIDS ( Acquired immunodefiency

Syndrome) di Indonesia adalah masih tingginya persepsi dan deskriminasi

terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Persepsi berasal dari pikiran seorang

individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa penyakit AIDS merupakan

akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Masyarakat beranggapan bahwa orang terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan

hukuman akibat perbuatannya sendiri, masyarakat juga beranggapan bahwa

ODHA adalah orang yang bertanggung jawab terhadap penularan HIV/AIDS. Hal

inilah yang menyebabkan orang dengan HIV/AIDS menerima perlakuan yang

tidak adil, yaitu menerima stigma dan diskriminasi karena penyakit yang diderita.

Stigma terbangun dari suatu persepsi yang telah ada sebelumnya, yang

menimbukan suatu pelanggaran terhadap sikap, kepercayaan dan nilai. Stigma

dapat mendorong seseorang mempunyai prasangka, pemikiran dan perilaku

negatif terhadap ODHA, yang ditunjukkan dengan menjauhi, penolakan oleh

keluarga, teman atau masyarakat, tidak menginginkan menggunakan peralatan

yang sama dengan ODHA. Stigma terjadi bukan saja karna infeksi tetapi sering

dikarenakan prilaku yang dianggap penyebab orang tersebut terinfeksi. Mengingat

HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks bebas, penggunaan narkoba dan

1
2

penyebab kematian, banyak stigma akan memunculkan diskriminasi misalnya

perlakuan negatif dan pembatasan kesempatan yang bisa mempengaruhi seluruh

aspek kehidupan ODHA, mulai dari pergaulan sosial, kesempatan memperoleh

pendidikan dan pekerjaan, pelayanan kesehatan dan bepergian. Hal tersebut justru

menghambat upaya pengendalian HIV/AIDS.

Deskriminasi terjadi ketika pandangan negatif mendorong orang atau

lembaga untuk memperlakukan orang secara tidak adil yang didasarkan pada

prasangka masyarakat akan status HIV seseorang. Tindakan ini terjadi dimana

saja dan kapan saja. Terjadi ditengah keluarga, masyarakat, sekolah, tempat

peribadahan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan kesehatan. Bentuk

diskriminasi yang terjadi yaitu pelecehan baik lisan maupun fisik, penghilangan

kesempatan untuk ODHA seperti ditolak untuk bekerja, penolakan dalam

pelayanan kesehatan, bahkan perlakuan yang berbeda pada ODHA oleh petugas

kesehatan. Stigma dan deskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit

menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri

mereka sendiri, hal ini bisa membuat ODHA menjadi depresi dan keputusasaan

yang membuat sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status.

Terjadinya stigma dan diskriminasi kepada ODHA oleh masyarakat

dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya pengetahuan, persepsi, mitos dan

pandangan agama. Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi

bagaimana seseorang bersikap terhadap penderita HIV/AIDS. Persepsi

masyarakat yang masih banyak percaya bahwa HIV dapat ditularkan melalui

percikan bersin dan batuk dapat mempengaruhi sikap dan prilaku masyarakat
3

terhadap ODHA. Mitos seringkali menjadi landasan bagi masyarakat untuk

menilai sesuatu, dalam permasalahan HIV mitos dalam masyarakat bahwa ODHA

harus dijauhi karna HIV bisa menular lewat pertukaran udara. Pandangan agama

yang memandang AIDS adalah hasil perbuatan seksual diluar hubungan yang

disahkan oleh agama dan penggunaan narkoba yang tidak diperbolehkan dalam

agama islam. Agama memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara pandang dan

pola perilaku manusia, sehingga atas nama agama bisa dijadikan sebagai

justifikasi untuk memberikan sikap dan tindakan seseorang terhadap ODHA.

HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia

berdasarkan WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga 2014 terdapat 34 juta

orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat sebesar 1,2 juta orang meninggal

karena virus tersebut (Rafikasari Diana, 2015), selain itu menurut Tjandra (2015)

hingga akhir 2014 jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di

dunia sebagian besar 36,9 juta orang. Menurut data kemenkes sejak tahun 2005

sampai September 2015, terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 di Indonesia yang

didapat dari layanan konseling dan tes HIV. Jawa Timur menempati urutan kedua

tertinggi setalah DKI Jakarta yaitu 24.104 kasus. Berdasarkan kelompok umur

didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun sebanyak 32% dan terendah pada usia

15-19 tahun sebanyak 3%.

Pada pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan

Oktober 2016 di Pondok Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo dengan

mewawancarai 10 santri yang berumur 10-15 tahun, tentang pengertian

HIV/AIDS, dari 10 santri yang diwawancarai, semuanya mengatakan tidak


4

mengetahui tentang HIV/AIDS, dan 10 santri mengatakan belum pernah

dilakukan penyuluhan kesehatan di Pondok Pesantren Al Hidayah Tanggulangin

Sidoarjo.

Penentuan kesehatan menurut teori Lawrance Green (1981) menyatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan di pengaruhi antara lain,

faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, tindakan, keyakinan, kepercayaan dan

tradisi. Faktor pemungkin, adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

tindakan, atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan antara lain

puskesmas, posyandu dan rumah sakit. Faktor penguat yaitu mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku, kadang meskipun seseorang tahu dan mampu

untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya contohnya, setia pada

pasangan, pemeriksaan papsmear pada wanita yang sudah menikah. Dari ketiga

faktor diatas yang paling berpengaruh terhadap sikap dan perilaku masyarakat

yaitu faktor predisposisi terutama pada pengetahuan.

Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang terhadap

objek dan situasi lingkunganya, kurangnya pengetahuan HIV dan AIDS dalam

proses penularannya baik melalui hubungan seksual dengan penderita tanpa alat

pengaman, tranfusi darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik yang

terkontaminasi, dan antara ibu penderita HIV dan bayinya selama kehamilan,

melahirkan dan menyusui, yang menyebabkan negatifnya prilaku dan sikap

masyarakat pada penderita HIV /AIDS (WHO, 2012). Solusi berupa pencegahan

perlu dilakukan untuk meminimalkan stigma dan diskriminasi yang berupa sikap
5

maupun perilaku masyarakat terhadap ODHA dengan cara menambah

pengetahuan masyarakat dengan cara melakukan promosi kesehatan dengan

pemberian pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS kepada masyarakat.

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Pendidiakn kesehatan dilakukan dengan pemberian penyuluhan kesehatan atau

informasi melalui berbagai media dan teknologi guna mengubah persepsi

masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS (Notoatmodjo, 2011).

Pemberian pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS merupakan kegiatan

yang dilakukan sebagai upaya penanggulangan HIV/AIDS. Pemberian informasi

yang diberikan dengan harapan bahwa dengan pemberian pendidikan kesehatan

tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik termasuk pengetahuan tentang HIV/AIDS

(Notoatmojo,2011).

B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dalam penelitian ini peneliti

membatasi tentang pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan para santri pada

masalah HIV /AIDS.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan diatas maka rumusan masalah

yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan para santri di Pondok

Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo.


6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap

pengetahuan para santri di Pondok Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan santri tentang HIV/AIDS sebelum diberikan

pendidikan kesehatan di Pondok Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo.

b. Mengidentifikasi pengetahuan santri tentang HIV/AIDS sesudah diberikan

pendidikan kesehatan di Pondok Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo.

c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap

pengetahuan para santri di Pondok Pesantren Al Hidayah Tanggulangin

Sidoarjo.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara umum

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian

selanjutnya dalam Ilmu Keperawatan, khususnya menyangkut peran perawat

sebagai educator tentang pengetahuan HIV/AIDS para santri.

2. Bagi subjek yang diteliti

Sebagai masukan dalam upaya mengoptimalkan pendidikan dan

pengetahuan santri tentang HIV/AIDS, serta sebagai implementasi pengembangan

pengetahuan peneliti dalam pembelajaran karya ilmiah, dan juga sebagai masukan

pada lembaga pendidikan dalam pengetahuan tentang HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai