Anda di halaman 1dari 25

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Skizofrenia
a. Deifinisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata Skizo yang artinya retak atau pecah

(split) dan Frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang

mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality)

(Hawari, 2014).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang

aneh dan terganggu (Videbeck, 2012).

b. Etiologi Skizofrenia
Menurut Elvira (2015), ada beberapa penyebab skizofrenia,antara lain:
1) Faktor Biologi
Gangguan biologi yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran

ventrikel tiga dan lateral, atropi bilateral lobus temporal medial dan disorientasi

spasial sel pyramid hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal

dorsolateral.Beberapa penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini

tampaknya statis dan telah dibawa sejak lahir (tidak ada gliosis), dan pada

beberapa kasus perjalanannya progesif. Lokasinya menunjukkan gangguan

prilaku yang ditemui pada skizofrenia, misalnya:gangguan hipokampus

dikaitkan dengan impermen memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan

dengan gejala negative skizofrenia.


2) Faktor Biokimia
Beberapa ahli mengatakan skizofrenia disebabkan adanya gangguan

neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine

sentral. Teori lain juga mengatakan adanya peningkatan serotonin di susunan


10

saraf pusat dan adanya kelebihan NE diforebrain limbik (terjadi pada beberapa

penderita skizofrenia).
3) Faktor Genetika
Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan,

kompleks dan poligen. Resiko terjadinya skizofrenia selama kehidupan yaitu

populasi umum 1%, kembar monozigot 40-50%, kembar dizigot 10%, saudara

kandung skizofrenia 10%, orang tua 5%, anak dari salah satu orang tua

skizofrenia 10-15%, anak dari kedua orang tua skizofrenia 30-40%.


c. Gejala Skizofrenia
Gejala skizofrenia menurut hawari (2014) adalah: Gejala-gejala positif

yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:


1) Delusi atau waham yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun

telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional,

penderita tetap meyakini kebenarannya.


2) Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan (stimulus),

misalnya penderita mendengar suara-suara/bisikan-bisikan di telinganya

padahal tidak ada sumber suara/bisikan itu.


3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya

bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.


4) Gaduh gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.


5) Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat dan

sejenisnya.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman

terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan

Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia

adalah

1) Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan

ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi


11

2) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming)


3) Kontak emosional amat miskin miskin sukar diajak bicara, pendiam
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial
5) Sulit dalam berpikir abstrak
6) Pola pikir stereotip
7) Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada

inisiatif,tidak ada spontanitas,monoton,serta tidak ingin apa-apa dan serba

malas.
d. Klasifikasi Skizofrenia Menurut Elvira (2015)

1) Tipe Paranoid

Beberapa gejala paranoid yang sering ditemui

a) Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi,

dan cemburu.
b) Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.

2) Tipe Disorganisasi

Beberapa gejala-gejalanya adalah

a) Afek tumpul, ketolol-tololan, atau tak serasi


b) Sering inkoheren
c) Waham tak sistematis
d) Perilaku disorganisasi seperti menyeringai dan menerisme

3) Tipe Katatonik

Pasien mempunyai paling sedikit satu atau kombinasi beberapa

bentukKatatonik :

a) Stupor katatonik atau mutisme yaitu tidak berespon terhadap lingkungan

atau orang.
b) Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah

atau usaha-usaha untuk menggerakkan fisiknya


c) Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rijit
12

d) Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tak biasa

atau aneh
e) Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira

4) Tipe Tak Terinci

Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis

aktif.Yang menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi

Kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid,

Katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.

5) Tipe Residual

Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih

memperlihatkan gejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, efek datar

atau tak serasi, prilaku esentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis.

e. Penatalaksanaan
Menurut Elvira (2015) penatalaksanaan skizofrenia dapat berupa terapi

biologis, terapi kejang listrik, terapi psikososial.


1) Terapi Biologis
Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam

dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor

antagonis (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-1) dan serotonin-dopamin

antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II (APG II). Yang termasuk obat

APG I adalah fenotiazine (khlorpromazin), butirofenon (haloperidol),

dibenzoxazepin (loxapin), dihidronidol (molindone), difenilbutilpiperidin

(pimozide).sedangkan yang termasuk obat APG II adalah clozapine, risperidon,

olanzapine, quetiapin, ziprasidone.


2 ) Terapi Kejang Listrik
13

Terapi elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada

penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an,electroconvulsive therapy

(ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia. Tetapi terapi ini

telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena berbagai

alasan.

3) Terapi psikososial
Terapi psikososial terdapat dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi

keluarga.Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik.Pada

terapi ini, beberapa penderita berkumpul dan saling komunikasi dan therapist

berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah didalamnya.para peserta

terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami.

Peserta diposisikan pada situasi social yang mendorong peserta untuk

berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam

kemampuan berkomunikasi.
Terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.Terapi ini

digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal

bersama keluarganya.Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-

ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penderita kambuh kembali.


Keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan

perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara konstruktif

dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-

sama.Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara

untuk menghadapinya.
2. Konsep Halusinasi
a. Definisi halusinasi
Halusinasi adalah penginderaan yang tidak berdasarkan atas sumber

rangsang atau kenyataan objektif (melihat, mendengar, maupun merasakan


14

sesuatu yang sesungguhnya tidak ada) (Junaidi, 2012).Halusinasi dapat

didefinisikan sebagai terganggunya presepsi sensori seseorang, dimana tidak

ada stimulus (Yosep, 2009).


b. Etiologi halusinasi
Menurut Yosep (2009) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan

stres.
b) Faktor sosiokultural
Sesorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya

pada lingkungannya.
c) Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam

tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti buffofenondan dimetytranferase (DMP).


d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.klien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang

tua skizofrenia cendrung mengalami skizofrenia.


2) Faktor Presipitasi
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga

delirium, intoxikasi alkohol, dan kesulitan tidur dalam jangka waktu

yang lama.
b) Dimensi emosional
15

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi


c) Dimensi intelektual
Dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan

halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.


d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan

comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata

sangat membahayakan sehingga klien asyik dengan halusinasinya.


e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas beribadah dan jarang

berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri.


c. Tanda dan gejala
Menurut Prabowo (2014) tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai

berikut:
1) Bicara,senyum dan ketawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata, yang cepat dan respon

verbal yang lambat


3) Menarik diri dari orang lain
4) Tidak dapat membedakan antara yang keadaan yang nyata atau tidak nyata
5) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
6) Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan

berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya


7) Curiga, bermusuhan, merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan
8) Sulit berhubungan dengan orang lain
9) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
10) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
11) Tampak tremor dan berkeringat, prilaku panik, agitasi dan kataton
d. Rentang respon halusinasi
Skema 1
Rentang respon halusinasi

Adaptif maladaptif
- pikiran logis - distorsi pikiran - gangguan pikir/delusi
- presepsi akurat - ilusi - halusinasi
- emosi konsisten - reaksi emosi - sulit merespon emosi
dengan pengalaman - prilaku aneh/tidak - prilaku disorganisasi
- Prilaku sesuai biasa
- Berhubungan sosial - menarik diri - isolasi sosial
16

Sumber : Prabowo, 2014

e. Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,

diantaranya:
1) Halusinasi pendengaran (akustik, auditorik): gangguan stimulus dimana

pasien mendengar suara-suara terutama suara orang, biasanya pasien

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang

dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu


2) Halusinasi penglihatan (visual): stimulus visual dalam bentuk beragam

seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau

panorama yang luas dan kompleks


3) Halusinasi penghidu (olfaktori): gangguan stimulus pada penghidu, yang

ditandai dengan bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah,

urine, feces
4) Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik): gangguan stimulus yang ditandai

dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat
5) Halusinasi pengecap (gustatorik): gangguan stimulus yang ditandai dengan

merasakn sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan


6) Halusinasi sinestetik: gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan

fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan

dicerna atau pembentukan urine

f. Tahapan, karakteristik, dan prilaku yang ditampilkan


Tabel 1
Tahapan, karakteristik, dan perilaku yang ditampilkan
17

Fase/tahap Karakteristik Perilaku pasien

Fase I : Comforting - Mengalami ansietas, - Tertawa dan tersenyum


Menyenangkan atau memberi rasa bersalah dan yang tidak sesuai
rasa aman, tingkat ansietas ketakutan
sedang, secara umum - Menggerakkan bibir
halusinasi merupakan suatu - Mencoba berfokus tanpa suara
kesenangan pada pikiran yang
dapat menghilangkan - Pergerakan mata yang
ansietas cepat

-Pikiran dan - Respon verbal yang


pengalaman sensori lambat
masalah ada dalam
kontrol kesadaran non - Diam dan dipenuhi
psikotik sesuatu yang
mengasyikkan

Fase II : Condeming - Pengalaman sensorik - Peningkatan denyut


Menyalahkan, tingkat menakutkan jantung, pernafasan dan
kecemasan berat secara tekanan darah
umum, halusinasi - Merasa dilecehkan - Perhatian dengan
menyebabkan rasa antipasti oleh alam sensorik lingkungan kurang
tersebut - Penyempitan
kemampuan konsentrasi
- Mulai merasa - Kehilangan
kehilangan kontrol kemampuan
membedakan halusinasi
- Non psikotik dan realita

Fase III : Controling


Tingkat kecemasan berat, - Klien menyerah dan - Perintah halusinasi
mengontrol/mengendalikan, menerima pengalaman ditaati
pengalaman sensori tidak sensorinya - Sulit berhubungan
dapat ditolak lagi - Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
atraktif - Rentang perhatiannya
- Psikotik hanya beberapa
detik/menit

Tahap IV : Conquering
Tingkat kecemasan panik, - Pengalaman sensori - Prilaku panik
menakutkan, dan dikuasai menjadi ancaman - Resti mencidrai :
oleh halusinasi - Halusinasi dapat bunuh diri/membunuh
berlangsung selama orang lain
beberapa jam atau hari - Reflexi isi halusinasi :
18

Pengalaman sensori amuk, agitasi, menarik


menjadi ancaman diri, atau katatonik
- Halusinasi dapat - Tidak mampuk
berlangsung selama beresponterhadap
beberapa jam atau hari petunjuk yang kompleks
(jika tidak ada
intervensi)
- psikotik

Sumber: Depkes RI (2000) dalam Dermawan (2013)


g. Tindakan keperawatan pasien halusinasi
Menurut Dermawan (2013), tindakan keperawatan halusinasi terdiri

dari:
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2) Tindakan keperawatan
a) Membantu pasien mengenal halusinasinya
Cara membantu pasien mengenali halusinasi, dapat melakukannya

dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang

didengar/dilihat),waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi halusinasi,

situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat

halusinasi muncul.

b) Melatih pasien mengontrol halusinasi


Membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, dapat

melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan

halusinasi, keempat caratersebut adalah:


(1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri

terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.

Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang

muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Kalau ini dapat


19

dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak

mengikuti halusinasi yang muncul.


Kemungkinan halusinasi muncul tetap ada namun dengan

kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk mengikuti apa yang

ada dalam halusinasinya.


Tahapan tindakan keperawatan meliputi:
(a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
(b) Memperagakan cara menghardik
(c) Meminta pasien memperagakan ulang
(d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan prilaku pasien
(2) Bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan cara becakap-cakap

dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain

maka terjadi distraksi. Fokus perhatian pasien akan beralih dari

halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.

Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi

adalah dengan menganjurkan pasien untuk brcakap-cakap dengan

orang lain.
(3) Melakukan aktifitas terjadwal
Mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur.beraktivitas secara

terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri

yang sering kali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang

mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya

dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur

malam, tujuh hari dalam seminggu.


Tahapan intervensinya sebagai berikut:
(a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi
(b) Mendiskusikan aktivitas yang bias dilakukan pasien
(c) Melatih pasien melakukan aktivitas
(d) Menyusun jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan aktivitas

yang dilatih
20

(e) Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun tidur pagi

sampai malam, tujuh hari dalam seminggu


(f) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan

terhadap prilaku pasien yang positif


(4) Menggunakan obat secara teratur
Pasien diharapkan mampu mengontrol halusinasi dan juga

harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan

program.Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali

mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk

mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien

perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.


Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh

menggunakan obat:
(a) Jelaskan guna obat
(b) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
(c) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar

obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis).


h. Mengukur halusinasi pendengaran
Halusinasi pendengaran dapat diukur dengan menggunakan auditory

hallucination rating scale yang disusun oleh Gillian Haddock dari Universitas

Manchester tahun 1994. Skala ini terdiri dari 11 komponen yang terdiri dari:
1) Frekuensi
Seberapa sering saudara mendengar suara?(setiap hari, sepanjang hari,

dsb).
0 : Tidak mendengar suara atau suara terdengar kurang dari sekali

seminggu.
1 : Mendengar suara minimal satu kali seminggu.
2 : Suara terdengar minimal satu kali sehari.
3 : Suara terdengar minimal satu jam.
4 : Suara berakhir beberapa jam pada satu waktu.
2) Durasi
Kapan anda mendengar suara, berapa lama suara itu berakhir, misalnya:

beberapa detik, beberapa menit, beberapa jam, sepanjang hari?

0 : Tidak mendengar suara sama sekali.


21

1 : Suara berakhir beberapa detik.


2 : Suara berakhir setelah beberapa menit.
3 : Suara berakhir minimal satu jam.
4 : Suara berakhir beberapa jam pada satu waktu.
3) Lokasi
Saat anda mendengar suara, dari mana kira-kira suara tersebut berasal?

Dari dalam pikiran atau diluar pikiran, jika suara terdengar dari luar pikiran,

dari mana kira-kira suara tersebut?


0 : Tidak ada suara sama sekali.
1 : Suara berasal dari dalam pikiran saja.
2 : Suara dari luar pikiran, tapi dekat telinga dan kepala. Suara-suara

didalam pikiran juga ada.


3 : Suara-suara berasal dari dalam pikiran atau dekat dengan telinga dan

diluar pikiran jauh dari telinga.


4 : Suara berasal dari luar, jauh dari kepala/pikiran.
4) Kekuatan suara
Seberapa kuat suara yang anda dengar? Apakah lebih kuat dari suara

anda sendiri, sama kuat, lebih pelan, atau hanya berbisik?


0 : Tidak ada suara sama sekali.
1 : Lebih pelan dari suara sendiri, berbisik.
2 : Sama kuatdengan suara sendiri.
3 : Lebih kuat dari suara sendiri
4 : Sangat kuat, sepeti berteriak

5) Keyakinan arah datang suara


Apa penyebab suara tersebut menurut anda?
Apakah suara tersebut disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan

diri anda atau karena orang lain atau faktor lain?

Bila pasien menyebut faktor luar:

Berapa banyak anda yakin bahwa suara-suara tersebut disebabkan

oleh(tambahkan keterangan pasien) pada skala 0-100 dengan 0

adalah tidak yakin sama sekali dan 100 sangat yakin sekali.
0 : Tidak ada suara sama sekali.
1 : Yakin bahwa suara murni berasal dari dalam diri
2 : Yakin kurang dari 50% bahwa suara berasal dari luar diri.
3 : Yakin 50% atau lebih (tapi kurang dari 100%) bahwa suara

berasal dari luar diri.


22

4 : Yakin 100% suara berasal dari luar diri.


6) Jumlah halusinasi negatif dalam suara
Apakah suara yang didengar berisi hal-hal negatif atau yang tidak

menyenangkan?
Bisa anda berikan contoh apa yang dikatakan suara tersebut?
Berapa lama suara tersebut mengatakan hal yang tidak menyenangkan

tersebut?
0 : Tidak ada isi yang tidak menyenangkan.
1 : Kadang-kadang ada isi yang tidak menyenangkan
2 : Sedikit isi halusinasi adalah hal yang tidak menyenangkan

(kurang dari 50%)


3 : Mayoritas halusinasi berisi hal yang tidak menyengkan (lebih

dari 50%)
4 : Semua suara berisi hal yang tidak menyenangkan.
7) Tingkat isi negatif halusinasi
(nilai dengan mengunakan kriteria skala, jika perlu tanyakan pada

pasien untuk lebih ditail).


0 : Tidak terkandung hal negatif dan tidak menyenangkan.
1 : Beberapa tingkatan berisi kata-kata negatif, tetapi tidak berupa

komentar pribadi yang berkaitan dengan diri sendiri atau keluarga

misalnya kata-kata menyumpah atau komentar yang tidak diarahkan

untuk diri sendiri.


2 : Kekerasan verbal, mengomentari prilaku misal seharusnya tidak

melakukan itu atau mengatakan itu.


3 : Kekersan verbal pribadi, yang berkaitan dengan konsep diri missal

anda pemalas jelek, gila , penghalang


4 : Ancaman pribadi misalnya mengancam untuk menyakiti diri atau

keluarga, instruksi ekstrem atau perintah untuk menyakiti diri sendiri

atau orang lain dan melakukan kekerasan verbal.


8) Jumlah keresahan/stres
Apakah suara itu menyebkan stres?
0 : Suara tidak menyebabkan stressama sekali.
1 : Kadang-kadang menimbulkan stres, tapi sebagian besar tidak

menimbulkan stres.
2 : Sama jumlahnya yang menimbulkan stres dan tidak.
3 : Mayoritas suara menyebabkan stres.
4 : Suara tersebut selalu menyebkan stres
23

9) Intensitas kekerasan
Kapan suara itu meresahkan, bagaimana suara-suara itu membuat resah?
Apakah suara-suara itu menyebabkan keresahan yang minimal sedang

atau berat pada anda?


Apakah suara-suara itu lebih meresahakan dari padasebelumnya?
0 : Suara-suara ini tidak meresahkan sama sekali.
1 : Suara-suara ini sedikit meresahkan.
2 : Suara ini membuat resah hingga sampai tingkat sedang.
3 : Suara ini sangat meresahkan.
4 : Suara-suara luar biasa meresahkan, sehingga anda merasa lebih

buruk
10) Gangguan dalam hidup karena suara-suara tersebut
Seberapa mengganggunya suara-suara tersebut dalam kehidupan anda?
Apakah suara-suara ini menyebabkan anda berhenti dari perkerjan

atau kegiatan lainnya?


Apakah suara-suara ini menggangu anda dalam berhubungan dengan

teman atau keluarga?


Apakah suara-suara ini menghambat anda untuk merawat diri anda

sendiri, misalnya mandi, mengganti pakaian.


0 : Tidak ada gangguan terhadap kehidupan, mampu mempertahankan

hidup mandiri tanpa masalah dalam keterampilan hidup sehari-hari.

Mampu menjaga hubungan sosial dan keluarga (jika ada).


1 : Suara-suara ini menyebabkan gangguan minimal dalam hidup,

seperti gangguan konsentrasi meski mampu mempertahankan

aktifitas siang hari dan hubungan sosial dan keluarga dan untuk

mempertahankan hidup mandiri tanpa dukungan.


2 : Suara menyebabkan gangguan jumlah sedang terhadap kehidupan,

menyebabkan gangguan beberapa aktifitas siang hari dan keluaga

atau kegiatan sosial. Pasien tidak berada dirumah sakit meskipun

begitu pasien dapat hidup didukung dengan akomodasi atau

menerima bantuan tambahan dengan keterampilan hidup sehari-

sehari dan hubungan sosial.


24

3 : Suara menyebabkan gangguan berat pada kehidupan sehingga

rawat inap biasanya diperlukan. Pasien mampu mempertahankan

beberapa kegiatan sehari-hari perawatan diri dan hubungan selama

berada dirumah sakit. Pasien mungkin juga di dukung akomodasi

tapi mengalami gangguan berat hidup dalam hal kegiatan

keterampilan hidup sehari-hari dan hubungan sosial.


4 : Suara menyebabkan gangguan hidup yang lengkap membutuhkan

harian rawat inap. Pasien tidak mampu mempertahankan kegiatan

sehari-hari dan hubungan sosial. Perawatan diri juga sangat

terganggu.
11) Kemampuan mengontrol suara
Apakah anda bisamengontrol suara-suara yang muncul?
Apakah anda bisa memberhentikannya atau menyatukannya dengan

suara anda?
0 : Subjek percaya mereka bisa mengontrol suara-suara itu dan bisa

selalu menyatukan atau menghentikan suara-suara itu..


1 : Subjek percaya mereka bisa memiliki kontrol atas suara dalam

mayoritas kejadian.
2 : Subjek percaya mereka bisa mengontrol suara-suara itu lebih dari

suara mereka sekitar setengah dari waktu.


3 : Subjek percaya mereka bisa mengontrol suara-suara itu tapi hanya

sekali. Mayoritas subjek tidak dapat mengontrol suara-suara tersebut.


4 : Subjek tidak bisa mengontrol ketika suara itu muncul dan tidak dapat

mengabaikan atau menyatukan mereka secara bersamaan.


3. Terapi modalitas
Terapi modaliatas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan jiwa

yang bervariasi yang bertujuan mengubah prilaku klien gangguan jiwa dengan

prilaku maladaptifnya menjadi prilaku adaptif.


Ada beberapa jenis terapi modalitas menurut Yosep (2011), antara lain:
a. Terapi kognitif
Teknik kognitif terapi dapat diterapkan dalam bidang pendididkan, ditempat

kerja, dalam kegiatan konsumen dan olah raga.dalam situasi tersebut kognitif
25

behavioral terapi dapat menolong seseorang dalam pertumbuhan prestasinya

dengan meningkatkan kopingnya.Hal ini dapat digunakan oleh perawat

diberbagai bagian dan berbagai lapangan kesehatan untuk meningkatkan respon

koping dan merubah prilaku maladaptif.


b. Logoterapi
Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga

dimensi: fisik, psikologis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan kita

harus memperhitungkan ketiganya, konsep dasar logoterapi mengajarkan

kepada klien agar bersifat positif dalam kondisi yang paling sulit

sekalipun.Prinsipnya perawat tetap memberikan stimulasi bahwa seburuk

apapun kondisi lingkungan tetap ada kebaikan yang bisa kita petik atau ada

pesan yang tersirat bagi manusia untuk hidup lebih baik.Bila kondisi

lingkungan tersebut mengancam hidup maka saatnya dengan logoterapi

mengalihkan diskusi kealam transedental berupa harapan kehidupan yang lebih

baik dialam kekal.


c. Terapi keluarga
Pentingnya perawatan dilingkungan keluarga dapat dipandang dari

berbagai segi yaitu: keluarga merupakan konteks dimana individu memulai

hubungan interpersonal. Jika keluarga dipandang sebagai suatu system, maka

gangguan jiwa pada satu anggota keluarga akan mengganggu semua system

atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

gangguan jiwa pada anggota keluarga. Dapat disimpulkan betapa pentingnya

peran keluarga pada peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian

kembali setelah selesai program perawatan. Oleh karna itu keterlibatan keluarga

dalam perawatan sangat menguntungkan dalam proses pemulihan pasien.


d. Terapi lingkungan
Lingkungan merupakan kondisi dimana berpengaruh besar terhadap

proses penyembuhan terutama pasien dengan gangguan jiwa. Terapi lingkungan


26

adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui

manipulasi unsur yang ada dilingkungan dan berpengaruh terhadap proses

penyembuhan.
e. Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan oleh

sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang

dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa

yang terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Di RSJ Indonesia).


f. Terapi psikoreligius
Terapi psikoreligius merupakan suatu pengobatan dalam praktek

keperawatan khususnya keperawatan jiwa yang menggunakan pendekatan

keagamaan antara lain doa-doa, zikir, ceramah keagamaan untuk

meningkatkan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem

kehidupan yang merupakan stressor psikososial guna peningkatan integrasi

kesehatan jiwa (Hawari, 2010).


Penerapan terapi psikoreligius di RSJ menurut Yosep (2011) meliputi:
1) Psikiater, psikolog, perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup

tentang agamanya/kolaborasi dengan agamawan atau rohaniwan


2) Psikoreligius tidak diarahkan untuk merubah agama kliennya tetapi

menggali sumber koping


3) Memadukan milieu therapyyang religius seperti: kaligrafi, ayat-ayat

alquran, faslitas ibadah, buku-buku, musik misalnya lagu pujian/rohani

untuk pasien nasrani


4) Dalam terapi aktivitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk

pasien rehabilitasi
5) Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat kehidupan

dunia dan sebagainya


6) Sebelum teori psikoanalisa, para sufi telah mempelopori metode

pengkajian yang mendalam dengan komunikasi yang menyentuh

perasaan, menguak konflik-konflik alam bawah sadar pasiennya,


27

mendeteksi was-was, kemarahan, takabur, kesombongan, ria, dengki,

menjadi lebih sabar, wara, zuhud, tawakal, ridho, syukur, cinta ilahi.
g. Program perencanaan pulang
Perancanaan pulang merupakan bagian penting dari program pengobatan

klien yang dimulai dari segera setelah klien masuk RS. Hal ini merupakan

suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama antara tim kesehatan,

keluarga, klien dan orang yang penting bagi klien, adapun tujuan

perencanaan pulang adalah meningkatkan perawatan berkelanjutan bagi

klien, membantu rujukan klien pada pelayanan yang lain, membantu klien

dan keluarga memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan klien.


4. Konsep zikir
a. Definisi zikir
Zikir berasal dari kata dzakar-yadzkuru-dzikran memiliki beragam arti

seperti menyebut, mengingat, mengerti, menuturkan, mengenal dan mengenang

(Dalimunte, 2008). Ditinjau dari segi bahasa, zikir berarti ingat didalam hati

atau menyebut dengan lidah. Sedangkan di dalam syariat Islam, zikir

(dzikrullah) berarti menyebut dan mengucapkan nama Allah SWT baik dengan

lidah (lisan) maupun dengan hati (qalbu). Hal ini bertujuan untuk

mengagungkannya, mengingat seluruh ketentuan Allah mengenai aspek

kehidupan manusia serta mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya

(Rasyid, 2009).
Berikut beberapa ayat Al-Quran yang memerintahkan hambanya untuk

berzikir, yang artinya:


1) Berzikirlah kamu sekalian kepada-Ku serta janganlah mengkufuri

(mengingkari) nikmat-Ku (QS. Al-Baqarah:152)


2) Orang-orang yang beriman dan selalu berzikir kepada Allah, hatinya

akan tenang. Ingatlah, hanya dengan mengingat zikir (mengingat) kepada

Allah-lah hati akan menjadi tentram (QS. Ar-Raad:28).


28

b. Klasifikasi zikir
Menurut Syawqi, (2006) zikir kepada Allah memiliki banyak jenis,

yaitu:
1) Zikir seluruh indra, seperti firman Allah yang artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran,

penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur (QS.An-Nahl: 78). Bersyukur

kepada Allah merupakan salah satu bentuk zikir, dan dalam ayat ini zikir

dihubungkan dengan indra.


2) Zikir dalam bentuk sholat, seperti firman Allah yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

sembahyang pada hari jumat, bersegeralah kamu mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli.Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.Apabila telah ditunaikan sembahyang, bertebaranlah kamu

dimuka bumi ini dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-

banyak supaya kamu beruntung (QS. Al-jumuah:8-9).


Ayat diatas zikir bermakna sholat dan berinteraksi sesama

manusia.Selain itu pada ujung ayat juga terdapat perintah untuk berzikir

kepada AllahSWT.Sholat adalah pangkal ibadah sebagai bentuk

komunikasi antara hamba dengan Tuhan-nya.


3) Zikir dengan lisan, seperti firman Allah dan hadist rasulullah yang artinya:
a) Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau

menganiaya diri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun atas

dosa-dosa mereka, dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain

Allah? Dan mereka tidak perbuatan kejinya itu, sedang mereka

mengetahui (QS. Ali-Imran:135)


b) Hendaklah lidahmu selalu basah dengan zikir kepada Allah
(HR. Al-Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Hakim)
4) Zikir dalam jiwa, seperti firman Allah SWT dan hadist rasulullah yang

artinya:
29

a) Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam jiwamudengan merendahkan diri

dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan

petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (QS. Al-

Araf:205)
b) Allah berfirman. Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku

dan Aku selalu bersamanya bila ia mengingat-Ku dalam jiwanya.

Akupun mengingatnya dalam jiwa-Ku.


5) Zikir dengan hati, seperti firman Allah SWT yang artinya:
Orang-orang yang beriman dan selalu berzikir kepada Allah, hatinya

akan tenang.Ingatlah, hanya dengan mengingat zikir (mengingat) kepada

Allahlah hati akan menjadi tentram(QS. Ar-Rad:28)


6) Zikir dengan merenungkan ciptaan Allah SWT, seperti firman Allah yang

artinya:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

langit dan bumi (seraya berkata) ya tuhan kami, tiadalah engkau

menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami

dari dari siksa neraka(QS.Ali-Imran:191)


7) Zikir dengan amal dan anggota tubuh, seperti firman Allah SWT yang

artinya:
wahai sekalian manusia,ingatlah nikmat-nikmat Allah kepadamu

(QS.Al-fathir:3)
8) Zikir paling agung adalah wahyu Allah (Alquran dan hadist), seperti

firman Allah SWT yang artinya:


a) Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhmya

kami benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr:9)


b) Dan kami turunkan kepadamu Alquran agar kamu menerangkan kepada

umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya

mereka memikirkannya(QS. Al-Naml:44).


30

9) Zikir Al-Matsurat yaitu zikir dengan menggunakan kumpulan doa-doa

yang dikumpulkan oleh ulama Hasan Al-Banna berisi rangkaian doa yang

diambil dari Al-Quran sesuai dengan tuntunan rasulullah SAW. Dan

diamalkan atau dibaca setiap hari pada pagi hari dan sore hari setelah

sholat subuh dan setelah sholat magrib.Seperti firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah


c. Manfaat zikir
Metode zikir termasuk bagian dari meditasi terapi secara islami yang

dapat digunakan untuk meningkatkan dampak positif terhadap kejiwaan.

Banyak ayat-ayat di Al-Quran dan hadist rosul yang memerintahkan umat

islam untuk selalu berzikir kepada Allah. Maka akan banyak sekali manfaat dan

hikmah yang didapat dari zikir tersebut. Berikut manfaat zikir menurut Rasyid,

(2009):
1) Memperoleh rahmat, perlindungan dan ridho dari Allah SWT serta

membersihkan dosa
2) Memperoleh ketentraman, kekuatan, kelapangan dan ketenangan hati
3) Menghilangkan kesedihan hati
4) Menguatkan organ tubuh
5) Mencerahkan wajah dan menyinari hati
6) Mati dalam keadaan khusnul khotimah
7) Mendapat peringkat ulul albab dari Allah
d. Aplikasi zikir dalam dunia kesehatan
Zikir merupakan bentuk dari meditasi transedental, karna merupakan

perkembangan dari respon relaksasi dengan ritme yang teratur disertai sikap

pasrah kepada objek transedensi yaitu tuhan, sehingga menimbulkan peraaan

bahagia serta menghambat efek stres (Maimunah, 2011). Zikir dipilih karna

pelafalan kata-kata yang diyakini akan lebih berefek pada tubuh dibanding kata-

kata yang tidak ada artinya. Umat islam meyakini bahwa melalui zikir dapat

menyembuhkan jiwa dan berbagai penyakit.


31

Aktivitas zikir dapat mempengaruhi otak, dan selanjutnya melalui otak

akan terjadi perbaikan fungsi organ-organ yang lainnya (Saleh, 2010). Zikir

merupakan salah satu aktivitas yang dapat menurunkan hormon-hormon stres

dan dapat meningkatkan produksi hormon endorphine alami (Handayani,

2014).Bacaan zikir mampu menenangkan, membangkitkan percaya diri,

kekuatan, perasaan aman, tentram dan bahagia. Secara medis juga diketahui

orang yang terbiasa berzikir mengingat Allah secara otomatis otak akan

berespon terhadap pengeluaran endorphine yang mampu menimbulkan

perasaan bahagia dan nyaman. Hormonendorphine adalah zat kimia seperti

morpin yang diproduksi oleh tubuh sendiri.Hormon ini diproduksi oleh system

saraf pusat dan kelenjar hipofisis.Endorphine juga mampu menimbulkan

perasaan bahagia, nyaman, menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana

hati seseorang sehingga membuat orang berenergi (Suryani, 2013).


Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, (2005)dewan pengurus institut

pendidikan dan riset kedokteran Islam di Amerika Serikat tentang pengaruh

zikir (Al-Quran) terhadap manusia secara fisiologis maupun psikologis. Lalu

didapatkan hasil bahwa 97% responden baik muslim maupun nonmuslim, baik

yang mengerti bahasa Arab maupun tidak, menunjukkan perubahan-perubahan

fisiologis dimana terjadi penurunan tingkat ketegangan syaraf secara spontan.

Perubahan fisiologis ini tampak dalam bentuk perubahan arus listrik pada otot-

otot, perubahan pada kompetensi kulit terhadap konduksi listrik, perubahan

sirkulasi darah serta perubahan jumlah atau kecepatan jantung dan jumlah darah

yang beredar dikulit serta tingkat suhu kulit.


Zikir membuat tubuh rileks sehingga mengaktifkan kerja system syaraf

parasimpatik dan menekan kerja system syaraf simpatis sehingga terjadi

keseimbangan antara kerja dari kedua system syaraf otonom tersebut.


32

(Maimunah, 2011). Hal ini mempengaruhi kondisi tubuh seperti mengalihkan

perhatian dari rasa takut, cemas, tegang, dapat memperbaiki sistem kimia tubuh

sehingga tekanan darah menurun, pernapasan jadi lebih tenang dan teratur,

metabolisme tubuh menurun, memperlambat denyut jantung, denyut nadi, dan

aktivitas otak (Handayani, 2014).


B. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep

ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang

suatu topik yang akan dibahas (Setiadi, 2013).

Skema 2
Kerangka Konsep

Kelompok Eksperimen

Sebelum Intervensi Sesudah

Tingkat Halusinasi Terapi zikir Al- Tingkat Halusinasi


Pendengaran Matsurat Pendengaran

Kelompok Kontrol

Sebelum Sesudah

Tingkat Halusinasi Tingkat Halusinasi


Pendengaran Pendengaran

C. Hipotesa

Hipotesis dalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya

melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Jadi hipotesis dalam penelitian berarti
33

jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya

akan dibuktikan dalam penelitian (Setiadi, 2013).

1. Hipotesis Nol (Ho)


Terapi psikoreligius: zikir Al-Matsurat tidak efektif terhadap penurunan skor
halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia di RSJ Tampan.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terapi psikoreligius: zikir Al-Matsurat efektif terhadap penurunan skorhalusinasi

pendengaranpada pasien skizofrenia di RSJ Tampan.

Anda mungkin juga menyukai