Format Laporan Mandiri Husnul

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

PENYAKIT PADA HEWAN BESAR (SAPI)

PREGNANCY TOXEMIA, PARESIS PURPURALIS, DAN TUMOR

Andi Husnul Khatimah1, Chandra Arsandi2, Try agustianingsih3, Janne Lorens4, Inriyani
Sari5

Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi


Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis: Khatimah.husnul76@yahoo.com

Abstrak
Tujuan praktikum ini adalah untuk memaparkan kasus penyakit pada hewan
besar khususnya sapi, antara lain : Pregnancy Toxemia, Paresis Purpuralis, dan Tumor.
Seekor sapi Freisen Holstein bernama Mocachino yang berumur 6 tahun, BCC 1
dengan anamneses ramabut kasar dan dipenuhi caplak, tidak pernah diberikan obat
cacing, dan di kandangkan dengan beberapa sapi lainnya, memiliki temperature 39o C,
frekuensi nafas 36x/menit, frekuensi nadi 36x / menit, habitus/tingkah laku yang jinak.
Hasil pemeriksaan klinis tidak ditemukan adanya suatu penyakit yang spesifik baik itu
penyakit Pregnancy Toxemia, Paresis Purpuralis, dan Tumor. Hanya saja sapi sangat
kurus, dengan infestasi caplak yang cukup banyak, ada lesi di sekitar mata, serta tulang
pelvis juga tidak seimbang. Tidak terdapat adanya kelainan suatu penyakit serius, serta
bergerak aktif. Pemeriksaan lanjutan (lab) yang disarankan adalah swab pada lesi dan
pemeriksaan mikroskopis serta pemeriksaan fases untuk melihat adanya telur cacing.
Terapi yang dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan sapi tersebut agar ektoparasit
tidak muncul, pemberian obat cacing secara teratur, pemberian vitamin untuk penunjang
kesehatan dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi pada luka.
Kata kunci: Sapi, Pregnancy Toxemia, Paresis Purpuralis, dan Tumor
Pendahuluan
Pregnancy toxemia lebih hewan yang terjadi pada waktu atau
sering terjadi pada sapi atau kambing segera setelah melahirkan yang
pada minggu-minggu terakhir manifestasinya ditandai dengan
kebuntingan. Penyakit ini dapat terjadi penderita mengalami depresi umum,
juga pada ruminansia lain seperti sapi tak dapat berdiri karena kelemahan
dan lebih dikenal sebagai ketosis dan bagian tubuh sebelah belakang dan
terjadi sebelum atau setelah partus tidak sadarkan diri (Hardjopranjoto
(LeValley, 2012). 1995).
Milk fever dapat disebut juga
paresis puerpuralis, hypocalcaemia, Tumor merupakan sekelompok
calving paralysis, parturient paralysis, sel-sel abnormal yang terbentuk dari
dan parturient apoplexy. Milk fever hasil proses pembelahan sel yang
adalah penyakit metabolisme pada berlebihan dan tak terkoordinasi.
Tinjauan Pustaka minggu - minggu akhir
kebuntingan yaitu 70 % dari
1. PREGNANCY TOXEMIA kebutuhan energi untuk
pertumbuhan terjadi di akhir
A. Etiologi kebuntingan. Pada saat anak
tumbuh dengan pesat,
Pregnancy toxemia (ketosis) pengingkatan jumlah ruang dan
merupakan penyakit karena adanya energi menjadi sangat diperlukan
gangguan metabolisme pada akhir disamping protein dan energi
kebuntingan (Dalrymple, 2004). untuk pemeliharaan (Dalrymple,
2004).
B. Penyebab Pada saat yang sama,
kapasitas dari rumen akan
Pregnancy toxemia bukan mengecil karena fetus akan
merupakan penyakit menular dari satu tumbuh serta mengambil ruang
hewan betina bunting ke hewan betina yang lebih pada rumen. Hal ini
lain. Kambing, sapi atau lembu dan menyebabkan betina bunting tidak
sapi yang mengalami penyakit ini menerima cukup karbohidrat
mungkin tampaknya seperti menular (energi) dari makanan yang
karena manajemen nutrisi yang dimakannya. Sehingga tubuh
diberikan selama kehamilan adalah betina bunting akan memecah
sama. Pregnancy toxemia dapat terjadi lemak dan digunakan sebagai
pada induk muda maupun tua. sumber energi untuk dirinya
Kejadian pregnancy toxemia lebih sendiri dan untuk pertumbuhan
tinggi terjadi pad induk tua, gemuk anakanaknya. Apabila hal ini
dan kebuntingan kembar. Penyebab terjadi terus menerus tanpa
pregnancy toxemia yaitu gangguan adanya karbohidrat yang cukup di
konsumsi karbohidrat, kegemukan, dalam makanannya, Metabolisme
deposisi lemak dan beberapa kondisi lemak didalam tubuh menjadi
lain yang secara tidak langsung tinggi untuk mempertahankan
(konsumsi ransum, seperti badai, kehamilan yang menghasilkan
transportasi atau penyakit lain) keton. Maka bendabenda keton
(Dalrymple, 2004). (toksik yang dihasilkan akibat
pemecahan lemak) akan
1. Gangguan Konsumsi Karbohidrat dilepaskan ke dalam pembuluh
darah dan keton yang akan dapat
Pregnancy toxemia menyebabkan keracunan. Apabila
disebabkan oleh gangguan dalam hal ini berlangsung lama dan
penggunaan karbohidrat di dalam tubuh betina bunting tidak dapat
tubuh. Pada betina yang sedang mendetoksifikasi, maka akan
bunting, kebutuhan akan energi terjadi ketosis atau pregnancy
akan semakin meningkat. Hal ini toxemia (Dalrymple, 2004).
terjadi akibat ketidak seimbangan
kebutuhan energi dengan pakan 2. Kegemukan
yang diberikan. Dimana
kebutuhan energi yang mendadak Hal ini juga dapat terjadi
menjadi besar untuk pertumbuhan pada hewan bunting betina yang
anak yang sangat cepat pada terlalu gemuk. Lemak tersebut
akan memakan ruang pada rumen Kejadian induk pregnancy
sehingga rumen mengalami toxemia seringkali terjadi 1-3 minggu
gangguan dalam menampung sebelum kelahiran. Gejala induk yang
makanan. Selain itu perjalanan menderita tampak lesu, lamban dan
suatu penyakit lain juga dapat nafsu makan menurun. Gejala pertama
menyebabkan gangguan metabolik yang umum terlihat pada sapi betina
seperti ketosis. Pregnancy toxemia adalah kehilangan nafsu makan.
atau ketosis terjadi pada dua Sehingga induk menjadi tertekan dan
minggu terakhir kebuntingan memiliki kontrol otot yang lemah
(Dalrymple, 2004). sehingga gemetar ketika bergerak,
induk juga kehilangan
3. Deposisi Lemak ketidakseimbangaan tubuh sehingga
sering sudah duduk susah berdiri dan
Selama kebuntingan, tubuh sering urinasi. Pada awal penyakit,
berusaha mendapat energi dari sapi betina akan menunjukkan hasil
sumber lain ketika suplai positif adanya benda keton dalam urin
karbohidrat rendah. Sumber dan dicirikan dengan memiliki bau
alternatif produksi glukosa dari manis atau busuk. benda keton
substansi nonkabohidrat yang merupakan hasil dari pemecahan
mudah untuk sumber glukosa lemak yang ditemukan dalam darah
fetus. Kejadian pregnancy toxemia dan urin. Biasanya terjadi kematian
sering terjadi bersamaan dengan dalam beberapa hari. Kadangkala juga
permulaan produksi susu. Selama mengakibatkan kebutaan dan
masa akhir kebutingan rata-rata mengertakkan gigi atas dan bawah
30-40 gram/hari glukosa yang (gridding teeth) (Browning, 2008).
dibutuhkan setiap fetus (Browning,
2008). D. Tipe-Tipe Pegnancy Toxaemia
Induk dengan cadangan
lemak cukup dapat menjadi a. Primary Pregnancy toxemia
sumber energi cadangan. Proses
penyimpanan lemak dengan Tipe ini disebabkan
konsekuensi kapasitas hati kekurangan nutrisi secara signifikan
sehingga dapat menyebabkan pada 6 minggu akhir kebuntingan.
hepatic lipidosis atau fatty liver Sering terjadi pada saat musim dingin
dan akhirnya merusak fungsi hati. karena pakan yang dikonsumsi hanya
Ketika induk menghasilkan lemak rumput kering yang hitam
pada jaringan akan menghasilkan danwitchgrass. Sehingga konsumsi
racun tinggi sebagai zat buang rumput hijau menjadi jarang. Diikuti
yang disebut benda keton yang penurunan pemberian pakan tambahan
akan dilepas pada pembuluh darah seperti gandum, disertai cuaca yang
yang menyebabkan peningkatan buruk ataupun disebabkan stress
akumulasi lemak hati (Browning, (misalnya karena pengangkutan,
2008). Ketika ini terjadi terlalu dikejar, dsb). Pemberian hay tidak
cepat tubuh induk tidak dapat dapat mencukupi kebutuhan energi
mendetoksifikasi keton cukup sehingga pencegahan harus menjadi
cepat. fokusnya (Browning, 2008).

C. Gejala b. Fat Ewe Pregnancy toxemia


Tipe ini terkait juga dengan sempit memecak lemak tubuh
cuaca buruk dan keracunan makanan. benda keton masuk pembuluh darah
Dapat juga disebabkan rumen terdesak pregnancy toxemia.
oleh lemak di perut dan anak yang
kembar serta karena management 2. Deposisi Lemak
pemeliharaan yang bermasalah
(Browning, 2008). deposisi lemak hepatic lipidosis
atau fatty liver lemak jaringan
c. Secondary Pregnancy toxemia masuk pembuluh darah pregnancy
toxemia
Tipe ini terjadi disebabkan
akibat ganggguan primer yang dapat F. Patologi Klinik
menyebabkan pregnancy toxemia.
Misalnya laki mengalami abses saat Apabila dilakukan pemeriksaan
bunting di akhir musim dingin darah dan urin maka akan didapatkan
sehingga hewan merasakan kesakitan, hasil hypoglycemia (kekurangan gula
tidak mau bergerak dan tidak mau dalam darah yang menyebabkan
makan. Sulit untuk menilai apakah acetonaemia pada ruminansia dan
hewan tersebut sakit biasa atau terkena pregnancy toxaemia). Dari
pregnancy toxemia. Treatment yang pemeriksaan darah ditemukan pula
digunakan yaitu fokus awal untuk ketonemia sehingga pada urin terjadi
mengobati abses kemudian terhadap ketonuria. Terbaca terjadi
pregnancy toxemia. Setelah beranak, metabolisme acidosis dimana kondisi
maka akan merangsang kortison untuk pengurangan cadangan alkali pada
menurunkan berat badan hewan betina darah atau jaringan dengan atau tanpa
dan menurunkan glukosa darah penurunan pH yang jelas. Selain itu
(Browning, 2008). ditemukan darah dalam urin (uremia)
serta peningkatan BUN (Browning,
d. Starvation Pregnancy toxemia 2008).

Tipe ini terjadi ketika hewan G. Diagnosa


betina dalam kondisi yang kekeringan
yang berkepanjangan atau tidak Untuk keakuratan diagnosa sangat
terawat dengan baik namun tipe ini penting diketahui penyakit gangguan
jarang ditemui (Browning, 2008). metabolit lain yang menjadi
differensial dagnosa yang memiliki
E. Patogenesa gejala yang sama seperti hypocalcemia
atau hypomagnesemia pada darah.
Patogenesa dari pregnancy toxemia Penyakit lain yang memiliki gejala
yaitu sebagai berikut (Browning, gangguan syaraf yang sama yaitu
2008): polioencephalomalacia,enterotoxemia,
rabies, listeriosis dan keracunan.
1. Gangguan Konsumsi Karbohidrat Pemeriksaan laboratorium cepat
dan Kegemukan sangat penting untk diagnosa dan
pengobatan pregnancy toxemia. Selain
Betina bunting kebutuhan hasil uji laboratorium darah dan urin,
energinya tinggi tetapi suplai pakan data recording induk juga sangat
rendah, fetus >1, kapasitas rumen penting. Seringkali kadar glukosa
darah normal dan beberapa kadar baru-baru ini dapat membantu
glukosa tinggi sehingga kadar glukosa memetabolisme glukosa.
bukan menjadi parameter dalam Penambahan cairan elektrolit
diagnosa pregnancy toxemia (dextrose 5%) secara intravena
(Browning, 2008). atau subkutan juga
direkomendasikan.
H. Prognosis Apabila mungkin, penggunaan
USG untuk menentukan banyak
Ramalan didasarkan pada kadar fetus yang sehat. Untuk
acidosis, dehidrasi dan kegagalan hati mempermudah proses kelahiran
dan ginjal yang mungkin terjadi serta dapat memberikan dexamethasone
kematian fetus (Browning, 2008). 15-20mg secara intravena atau
intramuscular.
I. Nekropsi Pada induk yang mati, fetonomy
(pengambilan fetus/caesar)
Pada induk yang mati ketika direkomendasikan diikuti
dinekropsi akan adanya lemak yang pemberian antibiotik procaine
menyelimuti hati sehingga pada penicillin g 20.000 IU/kg untuk
jaringan hati, pembesaran ginjal pencegahan infeksi.
(Browning, 2008). Pemberian vitamin B kompleks
secara intramuskular dan
J. Pengobatan probiotic secara oral dapat
menjadi pertimbangan.
Pengobatan akan berhasil Perawatan harus dihentikan ketika
apabila diagnosa dilakukan pada awal induk menunjukkan kemajuan.
pregnancy pregnancy toxemia. Sedangkan pada induk yang
Pengobatan pada awal munculnya mengalami koma, pengobatan
gejala cukup sederhana, yaitu dengan sangat mahal dan kesembuhannya
memberikan makanan dalam bentuk sangat kecil
yang mudah diubah menjadi energi
(glukosa) (Browning, 2008). 2. MILK EVER
Metode pengobatan pregnancy Hypocalcaemia yaitu suatu
toxemia berdasarkan (Browning, kejadian kelumpuhan yang terjadi
2008): sebelum, sewaktu atau beberapa jam
sampai 72 jam setelah partus.
Pemberian glukosa 5-7g secara Milk Fever adalah penyakit gangguan
intravena 8x/hari metabolisme yang menimpa sapi-sapi
Pemberian propylene glycol betina yang akan atau sedang
secara oral 4 ons/4x/hari bersama melahirkan ataupun dekat
penambahan insulin pada induk sesudah melahirkan. Sebagian
kambing cukup membantu besar penyakit ini menimpa sapi-
Pemberian cairan sodium sapi yang sedang berproduksi. Milk
bicarbonate secara intravena atau Fever merupakan penyakit
oral untuk pengobatan metabolisme yang paling banyak
ketoacidosis. ditemukan pada sapi perah yang baru
Pemberian 20-40 IU protamine saja melahirkan dan terutama yang
zinc insulin secara intramuscular berproduksi tinggi (Subronto, 2001).
A. Hewan Yang Diserang c. Mobilisasi mineral Ca dan P ke
Biasanya kejadian ini dalam colostrum secara tiba-tiba
menyerang sapi pada masa akhir pada saat sapi menjelang
kebuntingan atau pada masa melahirkan. Kadar kalsium turun
laktasi. Kasus ini sering dialami sapi dari normalnya 9-12 mg menjadi
yang sudah melahirkan yang ketiga 3-7 mg dan kadar fosfor turun
kalinya sampai yang ketujuh (Girindra dari normalnya 5-6 mg/dl menjadi
1988). Tetapi di beberapa daerah 1 mg/dl.
ternyata penyakit ini ditemui juga d. Teori defisiensi hormon paratiroid
pada sapi-sapi dara yang produksi merupakan efek dari hormon
tinggi dan terjadi ditengah-tengah tirokalsitonin. Hormon
masa laktasi (Girindra 1988). tirokalsitonin mampu mengatur
Ditinjau dari bangsa sapi, mukosa sel-sel usus dalam
bangsa Jersey paling sering menderita menyerap dan mengatur kadar Ca
penyakit ini disusul kemudian sapi dalam darah. Hormon ini terbiasa
Holstain Frisian dan bangsa sapi yang mengatur penyerapan kalsium
lain. Di negara yang maju peternakan dalam jumlah kecil saja.
sapi perahnya kejadian penyakit e. Adanya gangguan absorbsi Ca
mencapai 3-10% dan kadang-kadang dan ketersediaan mineral tersebut
di dalam satu peternakan dapat berupa dalam darah.
sebagai suatu wabah dengan angka f. Pada sapi yang mengalami
kejadian mencapai 90% dari populasi penurunan nafsu makan maka
sapi perah dikelompoknya. Kasus ini jumlah kalsium yang diserap juga
dapat bersifat habitualis artinya berkurang.
penyakit paresis puerpuralis ini pada g. Absorbsi kalsium yang rendah
induk sapi dapat terulang pada partus mungkin disebabkan oleh PH
berikutnya (Girindra 1988). yang tinggi, kadar lemak pakan
yang tinggi dan kemampuan yang
B. Penyebab Milk Fever rendah dalam menyerap Ca pada
usus sapi tua.
Penyebab milk fever adalah h. Rendahnya kemampuan sapi tua
kekurangan Ca yang akut. Hal ini untuk memobilisasi Ca dari
akan menimbulkan gangguan tulang.
metabolisme mineral, yakni Penyebab yang jelas belum
metabolisme Ca yang bisa berakibat ditemukan, tetapi biasanya ada
kepada seluruh tubuh. Penyebab hubungannya dengan produksi yang
terjadinya milk fever antara lain tinggi secara tiba-tiba pada sapi yang
(Girindra 1988) : baru melahirkan. Sapi yang menderita
a. Adanya gangguan produksi penyakit ini di dalam darahnya
vitamin D. Pengambilan pakan dijumpai adanya hipocalcaemia yaitu
yang berlebihan dalam mineral, penurunan kadar kalsium yang cepat
kalsium dan fosfor akan mampu di dalam serum darah penderita
menurunkan produksi vitamin D. (Hardjopranjoto 1995).
b. Hormon estrogen dan steroid Pada keadaan normal kadar Ca
kelenjar adrenal dapat dalam darah adalah 9-12 mgram
menurunkan absorpsi kalsium persen. Pada keadaan subklinis kadar
dari usus dan mobilisasi mineral Ca dalam darah 5-7 mgram persen dan
tersebut dari tulang. pada kejadian hypocacaemia kadar ion
Ca dalam darah 3-5 mgram persen. meningkat pula. Sedangkan
Girindra (1988) mengatakan bahwa kemampuan mukosa usus untuk
jumlah kalsium yang terdapat dalam menyerap kalsium makin tua
darah dan cairan ekstra sel hanya kira- umurnya makin menurun.
kira 8 gram, sedangkan untuk c. Nafsu makan. Pada kira-kira 8-16
keperluan laktasi dalam satu hari jam sebelum partus induk sapi akan
dibutuhkan 3 x jumlah itu. Jadi menurun nafsu makannya sampai
kekurangan kalsium jelas merupakan pada tidak mau makan sama sekali.
predisposisi kejadian hypocalcaemia Hal ini mengakibatkan persediaan
(Girindra 1988). kalsium dalam pakan yang siap
Pada kasus milk fever kadang- dicerna menjadi menurun,
kadang kenaikan enzima tersebut akibatnya kekurangan kalsium
mencapai 10%. Kemungkinan faktor diambil dari darah sehingga
genetis yang berhubungan dengan kalsium dalam darah menjadi turun
produksi susu yang tinggi merupakan dan diikuti oleh hypocalcaemia.
penyebab lain dari penyakit paresis d. Ransum makanan. Ransum yang
puerpuralis. Pada sapi perah yang baik adalah bila imbangan antara
pernah menderita penyakit ini dapat Ca dan P mempunyai perbandingan
menurunkan anak yang juga 2 dan 1. Ransum pakan semacam
mempunyai bakat menderita paresis ini adalah ransum yang dianjurkan
puerpuralis. Paresis puerpuralis sapi untuk sapi perah menjelang
biasanya terjadi 18-24 jam post partus. partus. Sapi bunting tua yang diberi
Akan tetapi dari laporan bahwa ransum kaya akan Ca dan rendah P
penyakit ini dapt juga terjadi beberapa cenderung mengalami paresis
jam sebelum partus atau beberapa hari puerpuralis sesudah melahirkan
setelah partus. Penyakit ini juga dapat (Girindra 1988).
terjadi pada induk sapi yang
mengalami kelahiran yang sukar C. Gejala Milk Fever
(dystokia) karena kurangnya kekuatan
untuk mengeluarkan fetus. Kasus Penyakit ini ditandai dengan
yang terjadi di lapangan mulai terjadi adanya penurunan kadar kalsium di
sejak dua minggu post partus dan sapi dalam darah, yang normalnya 9-12
benar-benar ambruk baru lima hari mg/dl menjadi kurang dari 5 mg/dl.
(Girindra 1988). Sebanyak 90% kejadian ditemukan
Hardjopranjoto (1995) dalam 48 jam setelah proses kelahiran.
mengatakan bahwa ada beberapa Gejala-gejala yang ditimbulkan
faktor yang mempermudah terjadinya penyakit milk fever antara lain
paresis puerpuralis yaitu : (Girindra 1988):
a. Sapi nampak gusar dalam waktu
a. Produksi susu tinggi. Sapi perah
yang mempunyai produksi susu yang singkat, kemudian kaki
yang tinggi membutuhkan kalsium belakang nampak lemah, sulit
dari darah untuk produksi susu digerakkan, gerakkan rumen
yang tinggi. terhenti dan nafsu makan hilang.
b. Akhirnya sapi menjadi lumpuh.
b. Umur. Produksi susu secara
normal, grafiknya akan meningkat Kelumpuhan ini bisa terjadi
mulai laktasi keempat sampai beberapa hari sebelum ataupun
umur-umur berikutnya dan diikuti sesudah melahirkan.
c. Berbaring terus menerus dengan
dengan kebutuhan kalsium yang
posisi seperti sapi yang
sehat, tetapi lehernya dilipat dan terlihat hati-hati dan bila dipaksa
kepalanya diletakkan disisi akan jatuh, bila jatuh usaha bangun
tubuhnya. dilakukan dengan susah payah dan
d. Reaksi terhadap lingkungan tak mungkin tidak akan berhasil.
sempurna. b. Stadium 2 (stadium berbaring/
e. Tak bisa menelan dan ludah keluar recumbent). Sapi sudah tidak
dari mulut. mampu berdiri, berbaring pada
f. Bola mata setengah tertutup. sternum dengan kepala mengarah
g. Temperatur tubuh menurun sampai ke belakang hingga dari belakang
35 c. seperti huruf S. Karena dehidrasi
h. Sapi nampak seperti tidur nyenyak. kulit tampak kering, nampak lesu,
i. Dan konstipasi. pupil mata normal atau membesar
Hardjopranjoto (1995) dan tanggapan terhadap rangsangan
mengatakan gejala pertama yang sinar jadi lambat atau hilang sama
terlihat pada penderita adalah induk sekali. Tanggapan terhadap
sapi mengalami sempoyongan waktu rangsangan rasa sakit juga
berjalan atau berdiri dan tidak adanya berkurang, otot jadi kendor,
koordinasi gerakan dan spincter ani mengalami relaksasi,
jatuh. Biasanya hewan itu selalu sedang reflek anal jadi hilang
berusaha untuk berdiri. Bila pada dengan rektum yang berisi tinja
stadium ini induk sapi dapat diadakan kering atau setengah kering. Pada
pengobatan gejala paresis tidak akan stadium ini penderita masih mau
muncul. makan dan proses ruminasi
Subronto (2001) mengatakan meskipun berkurang intensitasnya
bahwa gambaran klinis milk fever masih dapat terlihat. Pada tingkat
yang dapat diamati tergantung pada selanjutnya proses ruminasi hilang
tingkat dan kecepatan penurunan dan nafsu makan pun hilang dan
kadar kalsium di dalam penderita makin bertambah
darah. Dikenal 3 stadia gambaran lesu. Gangguan sirkulasi yang
klinis yaitu stadium prodromal, mengikuti akan terlihat sebagai
berbaring (rekumbent) dan stadium pulsus yang frekuen dan lemah,
koma. rabaan pada alat gerak terasa dingin
a. Stadium 1 (stadium prodromal). dan suhu rektal yang bersifat
Penderita jadi gelisah dengan subnormal.
ekspresi muka yang tampak c. Stadium 3 (stadium koma).
beringas. Nafsu makan dan Penderita tampak sangat lemah,
pengeluaran kemih serta tinta tidak mampu bangun dan berbaring
terhenti. Meskipun ada usaha untuk pada salah satu sisinya (lateral
berak akan tetapi usaha tersebut recumbency). Kelemahan otot-otot
tidak berhasil. Sapi mudah rumen akan segera diikuti dengan
mengalami rangsangan dari luar kembung rumen. Gangguan
dan bersifat hipersensitif. Otot sirkulasi sangat mencolok, pulsus
kepala maupun kaki tampak jadi lemah (120 x/menit), dan suhu
gemetar. Waktu berdiri penderita tubuh turun di bawah normal. Pupil
tampak kaku, tonus otot alat-alat melebar dan refleks terhadap sinar
gerak meningkat dan bila bergerak telah hilang. Stadium koma
terlihat inkoordinasi. Penderita kebanyakan diakhiri dengan
melangkah dengan berat, hingga
kematian, meskipun pengobatan secara intra vena jugularis atau vena
konvensional telah dilakukan. mammaria selama 10-15 menit.
Prognosa terhadap kasus Campuran berbagai sediaan kalsium
hypocalcaemia yaitu fausta-infausta. seperti Calphon Forte, Calfosal atau
Fausta jika kejadian hypocalcaemia Calcitad-50 (Girindra 1988).
cepat ditangani (95% sembuh) dan
infausta jika penanganan yang lambat Bila kasus ini disertai
dan pengobatan pertama yang tidak hipomagnesemia sebaiknya disuntik
menunjukkan perubahan ke arah dengan kombinasi kalsium
kondisi yang membaik. Kecepatan boroglukonat dan magnesium
dan ketepatan diagnosis serta boroglukonat yang terdiri dari kalsium
pengobatan sangat membantu boroglukonat 200 gram, magnesium
kesembuhan . kesembuhan spontan boroglukonat 50 gram dan aquades
hampit tidak dimungkinkan (Girindra sampai 1000 ml selanjutnya dibuat
1988). larutan steril. Dosis pemberian yaitu
Pemeriksaan penunjang yang 200-500 ml secara intravena. Pada
perlu dilakukan terhadap sapi ini kasus paresis puerpuralis yang disertai
adalah melakukan pemeriksaan ketosis maka pengobatan dilakukan
darah. Darah dapat diambil lewat dengan pemberian kalsium
vena jugularis. Darah yang diambil boroglukonat ditambah dekstrose 5%
diperiksa terhadap kadar kalsium sebanyak 250-500 ml secara intravena
darah. Kalsium dalam serum dapat (Girindra 1988).
diukur dengan metoda sangat
sederhana sampai metoda yang E. Pencegahan
mutakhir. Yang termasuk sederhana
Pencegahan terhadap kejadian
ialah dengan metoda Clark & Collib
milk fever sangat dipengaruhi oleh
yang menggunakan KmnO4 untuk
jumlah kalsium yang dapat diserap
titrasi. Lainnya ialah dengan metoda
dan bukan pada unsur fosfor atau
kolorimetri sederhana, berdasarkan
imbangan Ca:P. Pemberian kalsium
intensitas warna yang kemudian
hendaknya sekedar untuk memelihara
dibandingkan dengan warna standar
fungsi faali (2.5 g/100 lb). Yang ideal
(Girindra 1988).
jumlah Ca dalam pakan sehari adalah
D. Pengobatan 20 gram saja (Girindra 1988).
Banyak sapi yang mengalami
Pengobatan dengan injeksi
milk fever oleh pemberian kalsium
preparat-preparat Ca secara
yang tinggi, tidak terganggu oleh
intravenous 500 cc, dengan larutan
pembatasan pemberian unsur
calsium gluconate 20 %. Pengobatan
tersebut. Di daerah yang cukup
dilakukan dengan cara menyuntikkan
kandungan kalsiumnya dalam pakan
garan kalsium. Sediaan kalsium yang
sehari-hari pemberian mineral blok
dipakai antara lain: Larutan kalsium
yang mengandung kalsium-fosfat
khlorida 10% disuntikkan secara intra
tidak dianjurkan untuk sapi yang
vena, pemberian yang terlalu banyak
bunting sarat. Setelah melahirkan
atau terlalu cepat dapat mengakibatkan
pemberian garam kalsium harus
heart block. Larutan kalsium
ditingkatkan. Pemberian vitamin D2
boroglukonat 20-30% sebanyak 1:1
20-30 juta IU/hari 3-8 hari pre partus
terhadap berat badan disuntikkan
mampu menurunkan kejadian milk
fever. Vitamin D3 sebanyak 10 juta Pengaruh lingkungan, yaitu
IU yang disuntikkan intravena sekali adanya zat kimia yang terserap
saja 28 hari sebelum malahirkan dapt oleh darah dan menjadi racun
pula menurunkan kejadian milk fever bagi jaringan tubuh.
tanpa diikuti deposisi kalsium dialat- Faktor genetik (keturunan)
alat tubuh (Girindra 1988). Radiasi matahari yang
menembus hingga ke bagian
3. TUMOR dalam tubuh dan mengubah
karakteristik kulit akibat
Tumor merupakan sekelompok jaringan kulit yang tidak dapat
sel-sel abnormal yang terbentuk dari menahannya (Sudono, 2003)
hasil proses pembelahan sel yang
berlebihan dan tak terkoordinasi. Gejala-gejala Penyakit Tumor
Berdasarkan pertumbuhannya, tumor
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu Munculnya benjolan yang
tumor jinak dan tumor ganas atau yang bertumbuh dan membesar pada
populer dengan sebutan kanker. bagian tubuh tertentu
Tumor dan kanker seringkali dianggap Terjadinya penebalan jaringan.
sama. Namun, ada perbedaan di antara Pendarahan atau keluarnya zat
keduanya. Tumor jinak hanya tumbuh cair dari tubuh.
dan membesar secara lokal dan tidak Sakit atau luka lama yang tidak
menyerang jaringan tubuh didekatnya sembuh-sembuh.
serta tidak mengalami metastatis Kehilangan berat badan secara
(penyebaran ke organ tubuh lain cepat (Sudono, 2003).
disekitarnya) (Sudono, 2003).
Terapi dan Pencegahan Tumor
obat alami peyakit tumor
Berbeda dengan tumor ganas yang Pertumbuhan kanker saat ini
tumbuh tak terkendali, menyerang dapat ditiadakan atau dihambat.
jaringan tubuh disekitarnya, dan Pembentukan kembali sel tumor
mengalami metastatis melalui sistem menjadi sel jaringan normal belum
peredaran darah dan limfa. Tumor dapat dilaksanakan. Penanganan
ganas inilah yang dikenal dengan Terapeutik yang terpenting seperti
kanker. Dunia kedokteran belum operasi dan penyinaran dapat
mengetahui penyebab pasti suatu menghilangkan sel kanker dari
individu dapat menderita tumor tapi organisme. Tidaklah dapat dihindari
secara umum dipercaya bahwa proses bahwa jaringan yang sehat akan ikut
terbentuknya tumor berkaitan dengan dibuang atau disinari (Mutschler,
3 faktor utama yaitu faktor genetik 1991).
(keturunan), karsinogenik (onkogen),
dan co-karsinogen (co-onkogen). Operasi atau penyinaran
Tumor yang awalnya jinak jika tidak merupakan penanganan yang merusak,
diobati secara benar, akan meradang yang terpaksa harus dilakukan, karena
dan berubah menjadi tumor ganas tumor ganas yang tidak ditangani akan
alias kanker (Sudono, 2003). dapat menyebabkan kematian
(Mutschler, 1991).
A. Penyebab Terjadinya Tumor
Pengobatan yang terbaik pada
tumor atau kutil yang telah menyebar
secara meluas di badan sapi adalah Data dalam bentuk tabel rekam
dengan vaksin yang dibuat dari tumor medis pasien (LAMPIRAN)
tersebut (Mutschler, 1991).
Diskusi
Tumor yang masih kecil dapat Dari hasil praktikum didapatkan
dihilangkan menggunakan gunting anamneses bahwa Sapi tersebut
bengkok yang disucihamakan terlebih merupakan sapi yang dikandangkan di
dahulu dengan cara direbus dan diolesi peternakan Universitas Hasanuddin,
alcohol. Luka bekas gunting kemudian hewannya aktif bergerak, tidak
diobati dengan yodium tincture, dan terdapat kelainan saat berjalan maupun
tumornya dibakar. Disebabkan kutil berlari.
tersebut menular, sapi yang menderita Dilihat dari pemeriksaan secara
tersebut harus dipisahkan dari sapi- klinis seperti pada pemeriksaan fisik,
sapi yang sehat dan kandangnya harus sapi yang bernama mocachino tidak
didesinfektan (Mutschler, 1991). mengalami suatu penyakit yang
Juga khemoterapeutika yang spesifik baik itu penyakit Pregnancy
digunakan saat ini untuk kanker, ialah Toxemia, Paresis Purpuralis, dan
sitostatika, hanya menyebabkan Tumor.
pemusnahan atau perusakan sel tumor. Jika sapi mengalami kasus
Umumnya kerja obat obat ini kurang Pregnancy Toxemia, sapi akan terlihat
spesifik sehingga pada saat yang sama lesu, inkoordinasi, sering urinasi, dan
akan menimbulkan kerusakan parah bau urin yang sangat khas (berbau
pada sel yang sehat (Mutschler, 1991). keton).
Secara teori penggunaan obat Pada paresis purpuralis, sapi
antikanker untuk memerangi penyakit akan mengalami kelumpuhan terutama
mikrometastasis adalah pertimbangan ekstremitas belakang, ketidak
yang masuk akal. Namun kemoterapi mampuan berdiri, atau ambruk.
belum terbukti sebagai pengobatan Terjadi pada saat bunting tua atau
yang efektif untuk tumor mammae. setelah partus. Dan saat pemeriksaan
Namun terapi dengan menggunakan lab akan terlihat sapi kekurangan
radiasi maupun senyawa kalsium.
antiestrogenik merupakan suatu cara Pada kasus Tumor ditandai
yang efektif untuk dilakukan dengan adanya benjolan atau jaringan
(Mutschler, 1991). abnormal di bagian tubuh sapi.
Berstruktur keras dan biasanya terdiri
Antiestogen, pada karsinoma dari jaringan ikat.
yang bermetastasis atau tidak dapat Namun data hasil pemeriksaan
dioperasi, dapat ditangani dengan Mocachino, menunjukkan kondisinya
hormone atau antagonis hormone, jika normal dan tidak mengalami gejala
di dalam jaringan tumor dibuktikan seperti pada gejala penyakit
adanya reseptor hormone dan adanya Pregnancy Toxemia, Paresis
ketergantungan kepada hormone. Purpuralis, dan Tumor. Hal ini dilihat
Antiestrogen Tamoksifen dan dari tidak adanya gejala klinis yang
Aminoglutetimida termasuk senyawa spesifik, suhu tubuh 39oC, frekuensi
yang terpenting (Mutschler, 1991). Nadi 36x /menit, frekuensi nafas
36x/menit, merupakan kondisi tubuh
Hasil Praktikum yang normal, hanya saja sapi terlihat
sangat kurus, dengan lesi di mata kiri,
serta tulang pelvis yang tidak LeValley, S. 2012. Pregnancy
seimbang, yang di duga pernah Toxemia (Ketosis) in Ewes and
mengalami trauma fisik. Does. Colorado State University
Kesimpulan Extension
Dari hasil diskusi diatas
disimpulkan bahwa Mocachino (sapi) Mutschler, Ernst., 1991. Dinamika
tidak mengalami atau tidak menderita Obat. Buku, Edisi Ke-5.
penyakit Pregnancy Toxemia, Paresis Penerbit ITB: Bandung.
Purpuralis, ataupun Tumor.
Subronto. 2001. Ilmu Penyakit Ternak
Sapi dapat mengalami sakit pada II. Gadjah Mada University
beberapa tempat secara bersamaan Press. Yogyakarta.
maka harus diperhatikan perwatan dan
kesinambungan pengobatan dan Sudono, Adi., dkk., 2003. Beternak
diperhatikan obat yang akan diberikan Sapi Perah Secara Intensif.
agar tidak timbul reaksi antar obat jika Agromedia Pustaka: Jakarta.
harus diberikan bersamaan pada
kondisi infeksi yang berbeda di sapi
yang sama.
Selain itu kegiatan dan nutrisi
dari hewan harus selalu tejaga agar
manfaat yang sebenarnya ingin dicapai
tidak berubah menjadi malapetaka
bagi si hewan.

Daftar Pustaka

Browning, M.L, Correa J.E. 2008.


Pregnancy Toxemia (Ketosis) in
Goats. Alamaba : Alabama
A&M And Auburn Universities.
www.aces.edu/urban-UNP-
106.pdf

Dalrymple, E.F. 2004. Pregnancy


Toxemia In A Ferret. Can Vet J.
2004 February; 45(2): 150152.
Canadian Veterinary Medical
Association

Girindra, A. 1988. Biokimia Patologi


Hewan. PAU-IPB. Bogor.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu


Kemajiran Pada Ternak.
Airlangga University Press.
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai