Oleh:
04054821618133
Pembimbing:
dr. Linda Trisna, Sp.M(K)
Bedsite Teaching
Oleh:
Bedsite teaching ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya periode 6 November s.d. 11 Desember 2017
2
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Ujan Mas, Sungai Are, Kab. OKU
No. RM : 1032196
Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2017
3
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat trauma ada
Riwayat alergi obat-obatan dan/atau makanan disangkal
Riwayat memakai kacamata disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
d. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat anggota keluarga lainnya memiliki kelainan mata saat
kecil atau keluhan yang sama disangkal
Riwayat alergi pada keluarga disangkal
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
b. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus VOD : 6/6 VOS : 1/300
Tekanan P= N+0 P = 38,3
intraocular
4
KBM Ortoforia
GBM 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
Palpebra Tenang Edema palpebra inferior (+)
Konjungtiva Tenang Mixed Injeksi (+)
Kornea Jernih Keruh (+)
Tampak fluorecent test(+)
diseparuh permukaan kornea
BMD Dangkal Tidak bisa dinilai, tampak
lensa di anterior
Iris Gambaran baik Tidak bisa dinilai, tampak
lensa di anterior
Pupil Bulat, Central, Refleks Tidak bisa dinilai, tampak
Cahaya (+), diameter 3 mm lensa di anterior
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan slit lamp
- Pemeriksaan tonometri
- Pemeriksaan fluorecent test
5. Diagnosis Banding
Glaukoma akut
6. Diagnosis Kerja
Glaukoma sekunder ec luksasi lensa OS
Katarak traumatika OS
5
7. Tatalaksana
- Penatalaksanaan Medikamentosa
Brinzolamid (Azopt) ED 1 gtt/8jam OS
Asetazolamid (Glauseta) tab 250 mg/8 jam
KSR tab 1 tab/24 jam
Levofloxacin (LFX) ED 1 gtt/3 jam
Polivinylpyrrolidone (Protagenta) ED 1 gtt/jam
Timolol (Timol) ED 1 gtt/ 12 jam OS
- Penatalaksanaan Pembedahan
Pro ekstraksi lensa
- KIE
Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi mata dan tentang
prognosisnya sehingga pasien tidak mengalami kecemasan yang
berlebih
Meminta pasien untuk menjaga hygiene diri terutama tangan
Menjelaskan pada pasien untuk tidak menggosok-gosok mata karena
akan memperparah kondisi mata
Menjelaskan pada pasien tentang efek samping obat dan pentingnya
keteraturan penggunaan obat.
8. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : malam
Quo ad sanationam : malam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokuar, dan dapat menyebabkan kebutaan secara
permanen.3,4,5
2.1.2 Epidemiologi
2.1.4 Klasifikasi
Sub akut
Pada glaukoma sudut tertutup sub akut episode peningkatan TIO berlangsung
singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut membaik secara spontan, tetapi
terjadi akumulasi kerusakan pada sudut BMD berupa pembentukan sinekia anterior
perifer.
Kronik
Sejumlah kecil pasien dengan predisposisi penutupan BMD tidak pernah
mengalami episode peningkatan akut TIO tetapi mengalami sinekia anterior perifer
yang semakin meluas disertai peningkatan bertahap dari TIO.
8
Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intumesensi lensa, glaukoma fakolitik
dan fakotoksik pada katarak, glaukoma kapsularis / sindrom eksfoliasi).
Akibat perubahan uvea (uveitis anterior, tumor, rubeosis iridis)
Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus yang disertai
prolaps iris)
Akibat post operasi (pertumbuhan epitel konjungtiva, gagalnya pembentukan
bilik mata depan post-operasi katarak, blok pupil post operasi katarak).
Akibat pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal dalam jangka waktu yang
lama.
4. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolute terlihat kornea keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dengan rasa sakit.
9
2.1.5 Patofisiologi
mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutup pada glaukoma sekunder, sesuai dengan
intraokuler didalam mata dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan
intraokuler.8
Kerusakan saraf optik berupa penggaungan dan degenerasi papil saraf optik diduga
disebabkan oleh:
Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik.
ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam
retina dan berkurangnya akson disaraf optikus. Diskus optikus menjadi atropik,
Kelainan ini dapat berupa mekanik yaitu lensanya dan kimiawi yaitu fokolitik
atau fokotoksik. Dislokasi lensa dapat berupa subluksasi ke depan atau ke belakang.
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa., antara lain. 5,6
pupil sehingga aliran aqueous dari bilik mata belakang ke bilik mata depansehingga
10
menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan dan mata depan. Subluksasi ini juga
dapat mendorong iris ke depan sehingga menyebabkan penutupan sudut bilik mata
glaucoma.
Pada subluksasi ke belakang dapat terjadi rangsangan yang menahun pada badan siliar
akibat tarikan-tarikan zonula ziin atau geseran lensa pada badan siliar.Rangsangan ini
Pada luksais ke depan lensa terletak langsung dalam bilik mata depan dan ini menutup
Dalam keadaan ini lensa terletak langsung dalam bilik mata depan dan ini menutup
Kelainan kimiawi dapat terjadi pada katarak hipermatur dimana protein lensa
dan makrofag menutup sudut bilik mata depan, hal ini disebut glaukoma fakolitik.
Protein lensa yang terlepas dari kapsulnya dapat menyebabkan iridosiklitis, hai ini
2.1.6 Tatalaksana
11
Operasi pengeluaran lensa merupakan cara untuk menghilangkan penyebab utamanya
2.2.1 Definisi
Dislokasi lensa atau Ektopia lentis adalah suatu kondisi lensa mata yang
mengalami kesalahan letak karena zonula Zinni melemah atau rusak. Zonula Zinni
merupakan ratusan string seperti serat yang memegang lensa yang tersuspensi dalam
posisi dan memungkinkan untuk berubah bentuk untuk penglihatan dekat atau
jauh. Lensa mengalami dislokasi dan berada sepenuhnya di luar tempat lensa, di ruang
depan, bebas mengambang di vitreous atau langsung pada retina. Kelemahan zonula
Zinni menyebabkan pergeseran lensa. Lensa menjadi lebih bundar dan mata menjadi
lebih miopik.12,13,14
2.2.2 Etiologi
Ektopia lentis dapat disebabkan berbagai macam faktor antara lain trauma,
gangguan metabolisme sejak lahir (misalnya homosistinuria, kelainan resesif dengan
defek mental dan cirri skeletal. Lensa biasanya bergeser ke bawah), sindrom tertentu
(sindrom Marfan, kelainan dominan dengan abnormalitas skeletal dan jantung dan
resiko diseksi aneurisma aorta. Lensa biasanya bergeser ke arah atas), Sindrom Weill-
Marshecani, katarak hipermatur, peradangan uvea, tumor intraokuler, tekanan bola
mata yang tinggi seperti pada buftalmus.13,14
12
Gambar 3. Pasien dengan ektopia lentis et pupil pada gambar A dan pada gambar B
pasien sama yang telah dilatasi pupil tampak jelas dislokasi lensa inferior.
2.2.3 Klasifikasi
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinni sehingga lensa
berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita
kelainan pada zonula Zinni yang rapuh seperti pada Sindrom Marfan. Pada subluksasi
kadang kadang penderita tidak memberikan keluhan kecuali keluhan myopia atau
astigmat. Hal ini disebabkan karena zonula Zinni putus sebagian maka lensa bebas
mencembung. Selain itu dapat pula ditemukan penurunan penglihatan diplopia,
monokular dan iridodonesis (iris tremulans). 14,15
1. Luksasi Anterior
Trauma atau kelainan kongenital yang mengakibatkan seluruh zonula putus
disertai perpindahan letak lensa ke depan akan memberikan keluhan penurunan tajam
penglihatan yang mendadak. Akibat kedudukan lensa di dalam bilik mata depan akan
terjadi gangguan pengaliran humor akuous sehingga terjadi serangan glaukoma
kongestif. Pasien akan mengeluh rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan
blefarospasme. Pada pemeriksaan akan ditemukan edema kelopak, injeksi siliar,
13
edema kornea dengan pupil lebar disertai terlihatnya lensa di dalam bilik mata
depan.14,16
2. Luksasi Posterior
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior
akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh
ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli 4.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa
mengganggu lapangan pandang. Mata ini akan menunjukkan gejala afakia. Pasien
akan melihat normal dengan lensa + 10.0 D untuk jauh, bilik mata depan dalam dan
iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada di polus posterior dapat menimbulkan
penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis
fakotoksik.14,16
2.2.4 Gejala
2.2.5 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Visus
14
3. Pemeriksaan senter / slit lamp
Pada pemeriksaan dengan senter / slit lamp akan terlihat pada bagian zonula
Zinni yang terlepas, bilik mata dalam dengan iris tremulens, sedang pada bagian
zonula Zinni yang utuh terlihat bilik mata yang dangkal akibat lensa tertarik dan
mencembung pada bagian ini. Perubahan akibat subluksasi akan memberikan penyulit
glaukona atau penutupan pupil oleh lensa cembung.17
2.2.6 Penatalaksanaan
1.Koreksi Optik
Koreksi optik dari kesalahan refraksi yang disebabkan oleh dislokasi lensa seringkali
sulit. Tergantung pada sejauh mana dislokasi, pasien dapat melihat lebih baik dengan
koreksi miopia dengan astigmatik tau koreksi aphakic. Dengan subluksasi sangat
ringan, pasien hanya mungkin miopia dan setelah dikoreksi visus mungkin baik. Dan
jika ada pasien glaukoma penyulit harus diatasi dahulu.18
2. Lensektomi
Lensektomi adalah proses koreksi penglihatan untuk orang penderita ektopia lentis,
yaitu dalam prosedurnya lensa mata akan dihapus dan diganti dengan lensa buatan
khusus denga kemampuan fokus yang jelas. Hal ini digunakan untuk koreksi yang
sangat tinggi, atau ketika operasi laser tidak dianjurkan. Setiap mata dikoreksi pada
hari bedah yang berbeda.18
15
2.2.7 Komplikasi
1. Glaukoma Sekunder
2. Uveitis Posterior
3. Kebutaan
2.2.8 Prognosis
Tergantung pada derajat dislokasi lensa, usia onset, dan komplikasi yang
terkait sekunder, prognosis kebanyakan pasien adalah dubia ad bonam. Pasien yang
memiliki trauma terkait ektopia lentis mungkin memiliki komplikasi yang lebih
mengancam jiwa lainnya (tergantung pada beratnya trauma)18.
16
ANALISIS KASUS
Pasien perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan utama mata kiri nyeri yang
semakin memberat sejak empat hari lalu. Keluhan timbul setelah mata kiri pasien terkena
pentalan kayu. Pasien juga mengeluh mata berair air. Keluhan pasien disebabkan oleh
kerusakan yang terjadi pada kornea dan inflamasi yang terjadi pada struktur-struktur sekitar.
Kerusakan epitel kornea menyebabkan penglihatan kabur. Inflamasi pada palpebra, kornea,
konjungtiva, dan sistem nasolakrimal menyebabkan mata perih, berair, terasa mengganjal, dan
sulit membuka kelopak mata.
Pasien mengeluh pandangan semakin kabur dan keluarga pasien mengatakan bagian
tengah mata berubah menjadi putih. Hal ini dikarenakan terjadi karena adanya dislokasi lensa
dan lensa menjadi keruh. Benturan yang keras menyebabkan putusnya zonula zinii yang
menyebabkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik depan, ke vitreus,
subskleral, ruang interretina, konjungtiva, dan subtenon. Dislokasi ke bilik depan sering
menyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga harus segera diekstraksi. Dislokasi ke
posterior biasanya lebih tenang dan sering tidak menimbulkan keluhan, tetapi dapat
menyebabkan vitreus menonjol ke bilik depan dan menyebabkan blok pupil dan peninggian
TIO.
Pada pemeriksaan ditemukan visus mata kiri menurun 1/300, visus mata kanan normal.
Terdapat peningkatan tekanan intraokular. Tekanan intraokular penting diperiksa karena
dislokasi lensa ke anterior dapat menghambat aliran aquos humour, sehingga tekanan
intraokular meningkat. Kedudukan dan gerakan bola mata normal. Palpebra kiri spasme, kanan
normal. Konjungtiva kiri tampak mixed injection dan kanan tenang. Kornea kiri tampak keruh,
kornea kanan tampak normal. Bilik mata depan, iris, dan pupil kiri sulit dinilai karena tampak
massa lensa berada di bilik mata depan. Bilik mata depan, iris, dan pupil kanan dalam batas
normal. Refleks fundus kiri tidak dapat dinilai dan kanan normal. Papil, makula, dan retina kiri
sulit dinilai dan kanan normal. Pemeriksaan fluorescein test (FT) dilakukan untuk mendeteksi
defek epitel kornea. Hasil pemeriksaan FT didapatkan mata kiri tampak hijau pada setengah
bagian kornea, menunjukkan bahwa telah terjadi defek epitel kornea pada mata kiri pasien.
Pasien didiagnosis dengan glaucoma sekunder ec luksasi lensa. Pasien harus segera
dilakukan ekstraksi lensa untuk mencegah peningkatan tekanan intraokular. Selain
pembedahan, medikamentosa perlu diberikan. Brinzolamid, Asetazolamid, KSR,
Levofloxacin, Polivinylpyrrolidone, dan Timolol. Polivinylpyrrolidone berfungsi sebagai
17
lubrikan untuk mengurangi trauma gesek. Brinzolamid merupakan golongan obat karbonik
andhidrase yang menghambat produksi aquos humour oleh corpus cilliar. Asetazolammid
merupakan obat yang menghambat aktivitas enzim karbonik anhidrase yang merupakan enzim
penting dalam produksi aquos humour. KSR merupakan kalium yang diberikan secara oral
untuk mencegah terjadinya hipokalemia pada pemberian diuretik seperti asetazolamid.
Levofloxacin merupakan obat golongan fluoroquinolon untuk mencegah terjadinya infeksi.
Timolol merupakan obat golongan blocker yang meningkatkan resistensi vaskular periper
sehingga produksi aquos humour menurun.
18
DAFTAR PUSTAKA
15. Nirankari MS, Chaddah MR. Displaced lens. Am J Ophthalmol. Jun 1967;63(6):1719-
23. [Medline].
19
16. Nelson L. Ectopia lentis in childhood. J Pediatr Ophthalmol Strabismus. Jan-Feb
2008;45(1):12. [Medline].
20
LAMPIRAN
21
Pre Ekstraksi Post Ekstraksi
22