Anda di halaman 1dari 69

STRATEGI PENINGKATAN PENJUALAN PRODUK TIANG PANCANG

BETON PRACETAK DI PT WIJAYA KARYA BETON WILAYAH


PENJUALAN I MEDAN

GELADIKARYA

Oleh :

WAHYU TRI KRISNO


NIM : 097007103

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : Strategi Peningkatan Penjualan Produk Tiang


Pancang Beton Pracetak di PT Wijaya Karya Beton
Wilayah Penjualan I Medan.
Nama : Wahyu Tri Krisno
NIM : 097007103
Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng


Ketua

Dr. Ir. Nazaruddin, MT


Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF

Anggaran belanja untuk infrastruktur mengalami peningkatan di Tahun


2013. Anggaran tersebut menunjukkan potensi kebutuhan bahan-baku dan bahan
pendukung proyek-proyek konstruksi yang harus dipenuhi tepat waktu, dengan
kuantitas dan kualitas sesuai standar pemesanan. Salah satu bahan baku dalam
proyek infrastruktur adalah komponen beton pracetak.
PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan masih menjadi pemimpin pasar
dalam industri komponen pracetak dalam negeri. Kondisi penjualan yang fluktuatif
tentunya tidak diharapkan perusahaan. Agar penjualan dan daya saing perusahaan
mampu memenuhi target, peranan pemasar sangatlah besar, terutama dalam
merumuskan strategi bauran pemasaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukenali dan menganalisis
elemen-elemen bauran pemasaran dan kualitas pelayanan yang mempengaruhi
keputusan pembelian tiang pancang beton, serta menyusun strategi yang dapat
ditempuh oleh PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan guna meningkatkan
perolehan pesanan tiang pancang beton. Populasi penelitian ini adalah para
pimpinan perusahaan dan atau para manajer proyek yang menjadi pelanggan PT
Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan, dengan jumlah sampel 75 perusahaan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor produk, harga, distribusi, promosi dan
kualitas pelayanan mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton
sebesar 84,3%. Dari kelima faktor tersebut, faktor produk merupakan faktor yang
paling dominan mempengaruhi.

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

STRATEGI PENINGKATAN PENJUALAN PRODUK TIANG


PANCANG BETON PRACETAK DI PT WIJAYA KARYA BETON
WILAYAH PENJUALAN I MEDAN
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, Oktober 2013

Yang Membuat Pernyataan

Wahyu Tri Krisno

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Wahyu Tri Krisno lahir di Semarang, 7 Februari 1970, anak ketiga dari tiga

bersaudara dari orang tua pasangan Bapak Alm. Ngadijo dan Ibu Kasihatin.

Menikah dengan Chatarine A. Pasaribu (Almh) dan dikarunia seorang putra

bernama Sebastian Shane Krisno.

Riwayat Pendidikan

SD Tarsisius Semarang 1977 1983


SMP Masehi 3 Semarang 1983 1986
SMA Negeri 1 Semarang 1986 1989
Politeknik Universitas Diponegoro Semarang 1989 1992
Universitas Amir Hamzah Medan 2005 2007

Riwayat Pekerjaan

Tahun 1993 1994 : Staf Teknik - Pelaksana Distribusi UPPB Sumut


Tahun 1994 1995 : Pelaksana Pusat Pengendalian Dokumen
PT Wika Beton
Tahun 1995 1997 : Pjs. Kepala Seksi Quality Assurance UPPB
Sumut
Tahun 1997 2001 : Sales Engineer Madya II Wilayah Penjualan I
PT Wika Beton
Tahun 2001 2008 : Sales Engineer Madya I Wilayah Penjualan I
PT Wika Beton
Tahun 2008 kini : Kepala Seksi Pelaksanaan Wilayah Penjualan I
PT Wika Beton

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Tuhan Y.M.E., yang telah

memberikan Kasih dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Geladikarya ini dengan judul : Strategi Peningkatan Penjualan Produk Tiang

Pancang Beton Pracetak Di PT Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan I

Medan .

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

program studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)

sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

dan Ketua Komisi Pembimbing.

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT, selaku Sekretaris Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan

Anggota Komisi Pembimbing.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis dari

mulai menjadi mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


6. Seluruh Anggota Keluarga yang tak henti-hentinya memberikan dukungan

moril maupun materiil dalam penyusunan Geladikarya ini.

7. Pimpinan dan Staf PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara, khususnya Angkatan Eksekutif XV.

Akhirnya atas bantuan, bimbingan dan pengarahan serta dorongan yang

diberikan semoga mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis

menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Geladikarya ini, dan

penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan Geladikarya ini.

Demikianlah Geladikarya ini disusun dan semoga apa yang penulis sajikan

dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah bekal ilmu

pengetahuan.

Medan, Oktober 2013

Wahyu Tri Krisno

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... i


RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 4
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 6
2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi ......................................... 6
2.2 Pengertian Pemasaran ........................................................... 9
2.3 Bauran Pemasaran.................................................................. 10
2.4 Kualitas Pelayanan ................................................................. 13
2.5 Keputusan Pembelian ............................................................ 16
2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................. 17
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............... 18
3.1. Kerangka Konseptual ............................................................. 18
3.2. Hipotesis ................................................................................ 19
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................ 21
4.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 21
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 21
4.3. Definisi Operasional Variabel................................................ 21
4.4. Populasi dan Sampel .............................................................. 23
4.5. Jenis Data ............................................................................... 24
4.6. Uji Instrumen Penelitian ........................................................ 25
4.7. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 27

Universitas Sumatera Utara


4.8. Analisis Data .......................................................................... 29
4.9. Dasar Penentuan Rumusan Strategi ....................................... 31
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 32
5.1 Sejarah Berdiri Perusahaan ................................................... 32
5.2 Visi, Misi dan Sasaran Strategis Wika Beton ........................ 33
5.3 Sasaran Mutu dan Kebijakan Strategis Wika Beton .............. 33
5.4 Jenis Usaha ............................................................................ 34
5.5 Struktur Organisasi ................................................................ 36
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 37
6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 37
6.1.1 Hasil Uji Normalitas ..................................................... 37
6.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................... 39
6.1.3 Hasil Uji Heterokedastisitas.......................................... 40
6.2 Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 41
6.2.1 Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi ............ 41
6.2.2 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ............................ 42
6.2.3 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ..................... 43
6.2.4 Persamaan pada Model Regresi .................................... 45
6.3 Rumusan Strategi ................................................................... 48
6.4 Implikasi Hasil Penelitian ...................................................... 50
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 54
7.1 Kesimpulan ............................................................................ 54
7.2 Saran ...................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 56
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Halaman
No Keterangan
1.1 Perkembangan Perolehan Pesanan Tiang Pancang Beton di PT
PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan 2009 Agustus 2013 2
4.1 Rangkaian Kegiatan Penelitian 21
4.2 Definisi Operasional Variabel 22
4.3 Penentuan Jumlah Sampel Tiap Provinsi 24
4.4 Hasil Uji Validitas 26
4.5 Hasil Uji Reliabilitas 27
6.1 Nilai VIF untuk Uji Multikolinearitas 39
6.2 Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi 42
6.3 Hasil Uji F 43
6.4 Hasil Uji t 44

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Halaman
No Keterangan
2.1 Tingkatan Strategi pada Perusahaan Disversifikasi 7
3.1 Kerangka Konseptual 18
6.1 Histogram Hasil Uji Normalitas 38
6.2 Hasil Uji Normalitas Normal P Plot 38
6.3 Scatterplot Uji Heterokedastisitas 41
6.4 Hubungan Harga dengan Kualitas Produk 52

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF

Anggaran belanja untuk infrastruktur mengalami peningkatan di Tahun


2013. Anggaran tersebut menunjukkan potensi kebutuhan bahan-baku dan bahan
pendukung proyek-proyek konstruksi yang harus dipenuhi tepat waktu, dengan
kuantitas dan kualitas sesuai standar pemesanan. Salah satu bahan baku dalam
proyek infrastruktur adalah komponen beton pracetak.
PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan masih menjadi pemimpin pasar
dalam industri komponen pracetak dalam negeri. Kondisi penjualan yang fluktuatif
tentunya tidak diharapkan perusahaan. Agar penjualan dan daya saing perusahaan
mampu memenuhi target, peranan pemasar sangatlah besar, terutama dalam
merumuskan strategi bauran pemasaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukenali dan menganalisis
elemen-elemen bauran pemasaran dan kualitas pelayanan yang mempengaruhi
keputusan pembelian tiang pancang beton, serta menyusun strategi yang dapat
ditempuh oleh PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan guna meningkatkan
perolehan pesanan tiang pancang beton. Populasi penelitian ini adalah para
pimpinan perusahaan dan atau para manajer proyek yang menjadi pelanggan PT
Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan, dengan jumlah sampel 75 perusahaan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor produk, harga, distribusi, promosi dan
kualitas pelayanan mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton
sebesar 84,3%. Dari kelima faktor tersebut, faktor produk merupakan faktor yang
paling dominan mempengaruhi.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan belanja infrastruktur yang cukup signifikan dari

tahun ke tahun, pemerintah melakukan penambahan alokasi anggaran

infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2013.

Dari alokasi belanja modal sebesar 216,1 triliun rupiah, sebesar 203,7 triliun

rupiah merupakan anggaran belanja untuk infrastruktur. Angka itu lebih tinggi

dari keseluruhan belanja pegawai untuk kegiatan produktif. Penambahan ini

membuat alokasi anggaran infrastruktur tahun 2013 menjadi yang tertinggi

dibandingkan tahun-tahun terdahulu. Anggaran belanja infrastruktur dalam APBN

Perubahan tahun 2012 adalah sebesar 174,9 triliun rupiah. Sementara itu, dalam

APBN tahun 2011 anggaran belanja infrastruktur hanya sebesar 128,7 triliun

rupiah. (http://terkini.bbc.web.id/artikel/read/2012/11/05/58/713628). Kenaikan

anggaran infrastruktur dalam APBN, tentunya akan meningkatkan kebutuhan

bahan-bahan untuk proyek konstruksi.

Pembangunan infrastruktur di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) saat ini

mengalami peningkatan, baik infrastruktur seperti jalan dan jembatan, gedung

perkantoran, pusat perbelanjaan sampai pembangunan dermaga dan pelabuhan.

Alokasi anggaran untuk pembangunan jalan dan jembatan di Propinsi Sumatera

Utara Pada Tahun 2011 dan 2012 mencapai 1,4 trilyun (Dinas Bina Marga

Sumatera Utara, 2012). Anggaran tersebut menunjukkan potensi kebutuhan

bahan-baku dan bahan pendukung proyek-proyek konstruksi yang harus dipenuhi

tepat waktu, dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pemesanan.

Universitas Sumatera Utara


PT Wika Beton adalah anak perusahaan dari PT Wijaya Karya Tbk yang

bergerak dibidang industri beton pracetak-prategang (prestressed precast concrete).

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Wika Beton antara lain : a) Tiang Listrik b)

Tiang Pancang c) Sheet Pile untuk dinding penahan tanah d) Bantalan Jalan Rel

Kereta Api e) Pipa Beton f) Pipa Beton dan g) Produk Beton Pracetak lainnya yang

sifatnya berdasarkan pesanan. Sementara itu pengguna jasa yang utama dari produk

PT Wika Beton diantaranya adalah PT PLN, PT Pelindo, PT Telkom, PT KA

Indonesia, BUMN jasa konstruksi, serta perusahaan swasta baik nasional maupun

asing yang bergerak dibidang jasa konstruksi.

Untuk industri komponen beton pracetak dalam negeri, sampai dengan tahun

2012 PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan sebenarnya masih menjadi

pemimpin pasar. Namun dalam realisasinya, dari tahun 2009 sampai dengan tahun

2011, perolehan pesanan tiang pancang beton mengalami penurunan. Tabel 1.1

menunjukkan posisi perolehan pesanan tiang pancang beton PT Wika Beton Wilayah

Penjualan I Medan mulai tahun 2009 sampai dengan bulan Agustus tahun 2013.

Tabel 1.1 Perkembangan perolehan pesanan tiang pancang beton di


PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan 2009 Agustus 2013
Target Realisasi
Tahun
Rp (Juta) Batang Rp (Juta) Batang
2009 120.532 38.059 174.269 42.586
2010 176.788 46.530 166.195 53.520
2011 176.788 47.874 164.403 47.255
2012 206.949 63.237 285.905 78.667
2013 147.362 52.678 134.091 40.095
Sumber : PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan, 2013

Realisasi perolehan pesanan tiang pancang PT Wika Beton mengalami

penurunan di tahun 2010 dan 2011, di tahun 2012 mengalami peningkatan, dan

Universitas Sumatera Utara


kembali menurun di Agustus 2013. Kondisi penjualan yang fluktuatif tentunya tidak

diharapkan perusahaan. PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan dalam

memasarkan tiang pancang beton mengutamakan kualitas yang tinggi, dan masa

penyelesaian pemesanan tepat waktu sesuai kontrak.

Agar penjualan dan daya saing perusahaan mampu meningkat, peranan

pemasar sangat penting, terutama dalam merumuskan strategi bauran pemasaran.

Menurut Wibowo (1998) bauran pemasaran merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pelanggan jasa konstruksi. Kuntjara (2007) menyatakan bahwa

permasalahan kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap minat beli

konsumen. Dari kedua hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini melakukan

penggabungan faktor bauran pemasaran dan kualitas pelayanan sebagai faktor

yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwa dengan adanya

peningkatan anggaran infrastruktur, hal ini menunjukkan tingginya potensi

kebutuhan bahan-baku dan bahan pendukung proyek-proyek konstruksi yang

harus dipenuhi tepat waktu, dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar

pemesanan. Namun kondisi penjualan tiang pancang beton di PT Wika Beton

Wilayah Penjualan I Medan masih berfluktuatif dan hal ini tentunya tidak diharapkan

perusahaan, karena akan mengganggu operasional perusahaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan tercapai tujuan penelitian sebagai

berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Untuk menemukenali dan menganalisis elemen-elemen bauran pemasaran

dan kualitas pelayanan yang mempengaruhi keputusan pembelian tiang

pancang beton di PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan.

b. Menyusun strategi yang dapat ditempuh oleh PT Wika Beton Wilayah

Penjualan I Medan guna mempertahankan peningkatan perolehan pesanan

tiang pancang beton.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Memberi masukan pada pihak manajemen PT Wika Beton dalam

merumuskan strategi agar perusahaan dapat menentukan kebijakan bauran

pemasaran dan kualitas pelayanan yang tepat, sehingga daya saing produk

tiang pancang beton semakin meningkat.

b. Bagi program Magister Manajemen USU, sebagai referensi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen

pemasaran.

c. Bagi peneliti sendiri berguna untuk menambah dan memperluas

pengetahuan dalam bidang pemasaran.

d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian yang terkait dimasa yang akan datang.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih fokus dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka

penelitian dibatasi pada :

Universitas Sumatera Utara


a. Data perolehan pesanan tiang pancang beton tahun 2009 sampai Agustus

2013 di PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan I Medan, karena pada

periode ini penjualan tiang pancang beton mengalami fluktuasi.

b. Produk yang dibahas terbatas produk tiang pancang beton.

c. Wilayah pemasaran yang dikaji yaitu wilayah Sumbagut meliputi provinsi

Sumut, Nangroe Aceh Darussalam, Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau.

d. Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan penjualan tiang pancang beton dan yang menjadi kajian

adalah faktor bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi,

promosi serta faktor kualitas pelayanan. Kelima faktor tersebut diduga

sebagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi

Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian

integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan

eksistensinya (tantangan perubahan lingkungan ekonomi, sosial budaya,

teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

Strategi menurut Porter (2001) adalah sekumpulan tindakan atau

aktivitas yang berbeda untuk menghantarkan nilai yang unik. Sedangkan David

(2006) mengatakan strategi terdiri dari aktivitas-aktivitas yang penuh daya

saing serta pendekatan-pendekatan bisnis untuk mencapai kinerja yang

memuaskan (sesuai target). Jauch dan Glueck (1988) menyatakan bahwa

strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang

mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dari

yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat

dicapai melalui pelaksanaan yang tepat.

Strategi yang disusun dapat kita bedakan menjadi beberapa tingkatan

tergantung pada jenis perusahaan yang melakukannya, apakah perusahaan

tunggal (single business) atau perusahaan terdiversifikasi (diversified

company). Tingkatan strategi pada perusahaan tunggal meliputi : strategi

bisnis, strategi fungsional dan strategi operasional, sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 2.1. Sedangkan tingkatan strategi pada perusahaan

Universitas Sumatera Utara


terdiversifikasi meliputi : strategi korporat, strategi bisnis, strategi fungsional

dan strategi operasional, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Strategi
Bisnis

Strategi Fungsional
(SDM, Pemasaran
Keuangan, Operasional)

Strategi Operasional

Sumber : Umar, 2004


Gambar 2.1 Tingkatan Strategi pada Perusahaan Tunggal

Strategi
Korporat

Strategi Bisnis

Strategi Fungsional
(SDM, Pemasaran,
Keuangan, Operasional)

Strategi Operasional

Sumber : Umar, 2004


Gambar 2.2 Tingkatan Strategi pada Perusahaan Disversifikasi
Perbedaan rumusan untuk setiap tingkatan strategi dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Strategi Korporat.

Universitas Sumatera Utara


Strategi korporat menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan

mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

dan manajemen berbagai bisnis lini produk untuk mencapai

keseimbangan portofolio produk dan jasa (Hunger dan Wheelan,

2003).

b. Strategi Bisnis.

Strategi bisnis atau sering disebut strategi unit bisnis ini bisa berupa

strategi di level anak perusahaan, divisi, lini produk, atau profit centre

lain yang memiliki otonomi pengelolaan bisnisnya sendiri. Isu dalam

strategi bisnis adalah bagaimana mengkoordinasikan fungsi-fungsi

bisnis/manajemen untuk mencapai keunggulan kompetitif. Di level

bisnis strategi yang diformulasikan akan berkaitan dengan posisi

bisnis terhadap pesaing, bagaimana mengakomodasi perubahan tren

pasar dan teknologi, dan upaya-upaya mempengaruhi persaingan

melalui tindakan-tindakan strategis seperti integrasi vertikal, atau

tindakan politis seperti lobi. Strategi generik Michael Porter adalah

contoh strategi bisnis (Umar, 2004).

c. Strategi Fungsional.

Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di level fungsi

manajemen dari tiap bisnis, seperti fungsi SDM, keuangan,

operasional, dan pemasaran. Level ini menjadi pusat informasi

manajemen strategi di level lebih atas yaitu bisnis dan korporat. Setiap

unit fungsional diharuskan mengembangkan strategi bisnis agar dapat

Universitas Sumatera Utara


memberikan kontribusi pada kesuksesan strategi bisnis secara

keseluruhan (Umar, 2004).

d. Strategi Operasional.

Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di unit-unit

operasional seperti penjualan, distribusi, penyimpanan, promosi,

persediaan, penggajian dll. Keberhasilan manager pada jajaran ini

akan menentukan kelancaran proses dan kesuksesan organisasi secara

keseluruhan (Umar, 2004).

2.2 Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan

kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa

yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2008). Menurut Kotler dan Amstrong

(2005) menyatakan bahwa strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan

berdasarkan itu unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran

pemasaran, strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya

pemasaran dari perusahaan. Strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan

merupakan hasil dipadukannya berbagai elemen pemasaran yang disebut bauran

pemasaran.

Menurut Kotler dan Amstrong (2005), bauran pemasaran atau marketing

mix adalah kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem

pemasaran. Variabel-variabel tersebutdapat dikendalikan oleh perusahaan untuk

mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Jadi marketing mix terdiri dari

himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk

Universitas Sumatera Utara


mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel atau

kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan

seefektif mungkin dalam melaksanakan atau kegiatan pemasarannya. Dengan

demikian, perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang

terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai variabel marketing

mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Marketing

mix adalah variabel-variabel pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga

(price), distribusi atau penempatan produk (place), dan promosi (promotion).

Keempat macam tindakan tersebut sering disebut sebagai bauran pemasaran

atau marketing mix atau 4P.

2.3 Uraian Unsur-Unsur Bauran Pemasaran

Strategi pemasaran adalah himpunan asas yang tepat, konsisten, dan loyal

dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang akan dituju

(target market) dalam jangka panjang. Dalam strategi pemasaran ini, terdapat

strategi acuan atau bauran pemasaran (marketing mix), yang menetapkan

komposisi terbaik dari keempat variabel pemasaran. Untuk dapat mencapai

sasaran pasar yang dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.

Semua kegiatan perusahaan diarahkan untuk memenuhi keinginan dan

memuaskan kebutuhan konsumen mulai dari perancangan produk, penentuan

komposisi bahan, bentuk, kemasan, harga, promosi, dan sebagainya.

2.3.1 Produk (Product)

Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan di pasar untuk

mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat

Universitas Sumatera Utara


memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2005) . Pembeli akan

membeli produk kalau merasa cocok. Karena itu, produk harus disesuaikan

dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli, agar pemasaran produk berhasil.

Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan

pasar atau selera konsumen, misalnya dalam hal mutu kemasan, dan lain-lainnya.

Karena itu tugas bagian pemasaran tidak mudah, harus menyesuaikan kemampuan

perusahaan dengan keinginan pasar (konsumen).

Assauri (2008) berpendapat bahwa produk adalah sekumpulan atribut yang

nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) didalamnya sudah tercakup warna,

harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta

pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa

memuaskan keinginannya. Produk pada penelitian ini adalah produk manufaktur,

yakni produk yang melalui proses manufaktur.

2.3.2 Harga (Price)

Kotler dan Amstrong (2005) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah

kompensasi (uang maupun barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Pada saat ini, bagi sebagian

besar anggota masyarakat harga masih menduduki tempat teratas sebagai penentu

dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa. Karena itu, penentuan

harga merupakan salah satu keputusan penting bagi manajemen perusahaan.

Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya yang telah

dikeluarkan untuk produksi ditambah besarnya persentase laba yang diinginkan.

Jika harga ditetapkan terlalu tinggi, secara umum akan kurang menguntungkan,

karena pembeli dan volume penjualan berkurang. Akibatnya semua biaya yang

Universitas Sumatera Utara


telah dikeluarkan tidak dapat tertutup, sehingga pada akhirnya perusahaan

menderita rugi. Maka, salah satu prinsip dalam penentuan harga adalah

menitikberatkan pada kemauan pembeli terhadap harga yang telah ditentukan

dengan jumlah yang cukup untuk menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan

beserta orientase laba yang diinginkan (Kotler dan Amstrong, 2005).

2.3.3 Distribusi (Place)

Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk

menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan

yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen (Kotler dan

Amstrong, 2005). Proses bergeraknya produk dari produsen ke konsumen bisa

disebut sebagai saluran distribusi. Amirullah dan Hardjanto (2005) dalam fungsi

pemasaran adalah memindahkan barang dari produsen kepada konsumen. Saluran

distribusi mengatasi kesenjangan utama dalam hal waktu, tempat, dan

kepemilikan yang memisahkan barang serta jasa dari mereka yang akan

menggunakannya.

2.3.4 Promosi (Promotion)

Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya.

Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan

untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan. Karena itu

promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat

untuk mengarahkan seseorang atau organisasi agar melakukan pertukaran dalam

pemasaran. Kegiatan dalam promosi ini pada umumnya adalah periklanan,

personal selling, promosi penjualan, pemasaran langsung serta hubungan

masyarakat dari publisitas (Kotler dan Amstrong, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Promosi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi

konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh

perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli

produk tersebut (Kotler dan Armstrong, 2005).

2.4 Kualitas Pelayanan

Para pelanggan semakin kritis dalam memenuhi permintaannya dan

menuntut standar layanan yang lebih tinggi. Seringkali kualitas pelayanan dilihat

sebagai bagian dari elemen bauran pemasaran place (tempat) dan dikaitkan

dengan komponen distribusi. Menurut Payne, (2007) terdapat beberapa argumen

yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan sebagai elemen bauran pemasaran

yang lebih luas dan terpisah yakni harapan pelanggan yang berubah, dimana

pelanggan menuntut standar layanan yang lebih tinggi.

Beberapa konsep mengenai dimensi kualitas pelayanan yang sering

dipakai adalah yang berasal dari Parasuraman et. al. (1988) yang

menunjukkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pengertian yang

multidimensi. Beberapa dimensi yang seringkali digunakan oleh para peneliti

adalah :

a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan

sebagaimana yang dijanjikan secara tepat. Hal ini meliputi janji

mengenai pelayanan yang baik, penanganan terhadap keberatan yang

tepat dan cepat serta penggunaan komunikasi pasca pelayanan (misalnya,

lewat kunjungan, kartu, surat, hubungan telepon, e-mail, atau olahraga

bersama)

b. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan

Universitas Sumatera Utara


pelayanan yang baik pada pelanggan. Yaitu sejauh mana aktifitas

pelayanan yang sudah diberikan atau dilakukan untuk memastikan

kepuasan pelanggan. Dimensi ini menekankan pada perilaku personel

yang memberi pelayanan untuk memperhatikan permintaan- permintaan,

pertanyaan dan keberatan-keberatan dari para pelanggan. Oleh karena

itu maka upaya yang termasuk di dalamnya terdiri dari kebijakan-

kebijakan misalnya; mempekerjakan karyawan untuk lembur.

c. Assurance, yaitu dimensi kualitas pelayanan yang berfokus pada

kemampuan untuk melahirkan kepercayaan dan keyakinan pada diri

pelanggan. Yaitu pengetahuan dan keramahtamahan para karyawan

serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan.

d. Empathy, yaitu aspek yang menekankan pada perlakuan konsumen

sebagai individu. Salah satu contoh diantaranya adalah desain

pelayanan terhadap konsumen (pemberian perhatian dengan sentuhan

pribadi sehingga dapat tepat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh

konsumen).

e. Tangibles, yaitu dimensi pelayanan berfokus pada elemen yang

merepresentasikan pelayanan secara fisik. Yaitu sesuatu yang nampak,

sesuatu yang oleh pelanggan dapat diraba, dicium, dilihat serta dapat

didengar. Oleh karena itu yang termasuk dalam aspek ini adalah fasilitas

(misal arsitektur gedung kantor, warna, dekorasi, tempat parkir), lokasi

(berkenaan dengan jarak yang sulit dijangkau atau tidak), peralatan

(kandungan teknologi tinggi yang digunakan), personel (bentuk kontak

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan oleh karyawan dengan pelanggan), penampilan personel

(misal: pakaian staf atau karyawan perusahaan), fisik material (misalnya

iklan di surat kabar, kartu bisnis, website), merek (simbol atau logo yang

mudah dikenali dan mudah diingat oleh pelanggan).

2.5 Keputusan Pembelian

Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau

lebih kemungkinan. Namun, hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar

dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang hampir

benar dan yang mungkin salah. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama

dengan pilihan, ada perbedaan penting di antara keduanya. Keputusan adalah

pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk

pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan

atau pada tingkat kolektif. Keputusan kaitannya dengan proses merupakan

keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan

keputusan. Keputusan dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri

aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.

Selanjutnya Amirullah dan Hardjanto (2005) bahwa: Pengambilan

keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif

sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan

yang dianggap paling menguntungkan.

Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya

suatu organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan

oleh pengambilan keputusan sekarang. Proses pengambilan keputusan sebagai

aktivitas penting dalam perilaku konsumen perlu dipahami untuk merumuskan

Universitas Sumatera Utara


strategi pemasaran yang tepat, yang mampu mempengaruhi setiap proses

pengambilan keputusan yang berlangsung (Suryani, 2008).

Produk tiang pancang merupakan produk teknologi, sehingga konsumen

dalam memutuskan membeli produk teknologi sangat memperhatikan 6 (enam)

aspek yakni functionality, reliability, efficiency, maintanability, portability dan

usability.

2.6 Penelitian Terdahulu

Kristinayanti (2012) melakukan penelitian Kajian Strategi Daya Saing

Kontraktor Jasa Konstruksi, kondisi lingkungan eksternal bisnis di luar dan di

dalam negeri telah meningkatkan persaingan bagi pelaku bisnis jasa konstruksi.

Salah satu upaya menjaga dan meningkatkan daya saing adalah dengan

manajemen dan strategi pemasaran. Nilai yang diciptakan tersebut lebih

cenderung diarahkan untuk meraih keunggulan biaya, dibandingkan untuk

menciptakan perbedaan-perbedaan unik.

Pemasaran yang berlandaskan pada hubungan yang baik (relationship

marketing) menjadi dasar dari strategi promosi dan komunikasi perusahaan,

dimana perhatian lebih ditujukan untuk memperluas jaringan relasi dengan tujuan

adanya efek promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) dibandingkan

penggunaan media-media promosi seperti media cetak dan elektronik. Tujuan

pemasaran dari suatu perusahaan pelaksana konstruksi pada umumnya ditekankan

pada hal-hal peningkatan brand image sebagai basis positioning utama

perusahaan, kualitas produk, pertumbuhan penjualan dan kepuasan pelanggan

telah dijadikan tolok ukur dari keberhasilan rencana pemasaran perusahaan

pelaksana jasa konstruksi.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

PT Wika Beton adalah perusahaan yang memproduksi beton pracetak

prategang. Salah satu produknya yakni tiang pancang beton mengalami penurunan

penjualan. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang

menyebabkan penurunan penjualan tiang pancang beton, dilihat dari sisi pemasaran.

Untuk itu disusun kerangka konseptual sebagai gambaran alur penelitian. Kerangka

konseptual merupakan kerangka berpikir yang disusun berdasarkan sistematika

dan alat yang digunakan dalam memecahkan masalah. Berdasarkan penelitian

terdahulu yang diadaptasi dari Kartono Wibowo (1998) dan Kuntjara (2007),

maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

Produk (X1)

Harga (X2)

Keputusan
Distribusi (X3)
Pembelian (Y)

Promosi (X4)

Kualitas Pelayanan
(X5)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


Peningkatan penjualan berkorelasi dengan peningkatan keputusan

pembelian. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian,

salah satunya adalah bauran pemasaran. Pada Gambar 3.1 terlihat bahwa

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini terdiri dari 5 (lima) variabel independen yakni Produk (X1), Harga

(X2), Tempat (X3), Promosi (X4) , Kualitas Pelayanan (X5) serta variabel

dependen pada penelitian ini adalah Keputusan Pembelian Tiang Pancang Beton

(Y). Kelima variabel independen tersebut merupakan elemen-elemen bauran

pemasaran.

Setelah mengetahui faktor yang mempengaruhi dan yang tidak

mempengaruhi melalui analisis regresi berganda, maka akan dirumuskan strategi

pemasaran yang tepat agar daya saing dan penjualan tiang pancang beton Wika

Beton meningkat.

3.2 Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan

logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif

sehingga dapat diuji kebenarannya (Sekaran, 2006). Pada penelitian ini hipotesis

yang akan diuji terdiri dari hipotesis simultan dan hipotesis parsial. Hipotesis

simultan pada penelitian ini adalah :

H0 : Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi

dan kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.

H1 : Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi

dan kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.

Hipotesis parsial yang dibentuk dalam peneltian ini adalah :

H10 : Produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan


pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.

Universitas Sumatera Utara


H11 : Produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H20 : Harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H21 : Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tiang
pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H30 : Distribusi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H31 : Distribusi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tiang
pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H40 : Promosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H41 : Promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tiang
pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H50 : Kualitas Pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.
H51 : Kualitas Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu

faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan

koefisien korelasi (Sinulingga, 2011).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Jl. Gunung

Krakatau No.15 Medan. Penelitian ini dimulai bulan Februari hingga September

2013, dengan jadwal penelitian tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rangkaian kegiatan penelitian


Mei- Sept-Okt
Feb-April
No Jenis Kegiatan Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Usulan
Geladikarya
2 Kolokium
3 Pengumpulan dan Analisis
Data
4 Penyusunan Draft
Geladikarya
5 Seminar Perusahaan
6 Perbaikan Pasca Seminar
7 Sidang Geladikarya

4.3 Definisi Operasional Variabel

Universitas Sumatera Utara


Operasionalisasi variabel merupakan suatu tindakan dalam membuat

batasan-batasan yang akan digunakan dalam analisis. Pada Tabel 4.2 diuraikan

definisi dan indikator dari kedua variabel tersebut.

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel


Skala
Variabel Definisi Operasional Indikator
Pengukuran
Segala sesuatu yang dapat Komposisi bahan baku yang
ditawarkan ke pasar untuk berkualitas
Produk (X1)
menarik perhatian, dimiliki, atau Daya tahan produk Skala
digunakan yang dapat Desain produk yang sesuai Likert
memuaskan keinginan atau
kebutuhan.
Harga merupakan satuan Harga yang sesuai dengan
moneter yang ditukarkan agar standar harga pasar
memperoleh hak kepemilikan Harga lebih murah dari Skala
Harga (X2) atau penggunaan suatu barang pesaing Likert
atau jasa Sistem pembayaran
fleksibel
Untuk produk industri Ketepatan waktu dalam
manufaktur place diartikan menyelesaikan pesanan
sebagai saluran distribusi, Ketepatan dalam
Distribusi sedangkan untuk produk industri Skala
pendistribusian
(X3) Likert
jasa, place diartikan sebagai Ketetapan waktu dan
tempat pelayanan jasa. tanggal ketika tiba dilokasi
proyek
Sejenis komunikasi yang Pemaparan yang jelas
memberi penjelasan yang mengenai tiang pancang
meyakinkan calon konsumen beton
Promosi tentang barang dan jasa. Ketersediaan brosur Skala
(X4) mengenai karakteristik Likert
produk
Informasi produk secara
berkala
Pengendalian kualitas kerja dan Mengetahui spesifikasi
proses kegiatan untuk kebutuhan bahan dan desain
menciptakan kepuasan Mudah dihubungi oleh
pelanggan yang dilakukan oleh pelanggan
Kualitas setiap orang dari setiap bagian Cepat memberikan
organisasi. Skala
Pelayanan informasi yang dibutuhkan
Likert
(X5) Sikap karyawan
danpimpinan menimbulkan
kepercayaan.
Ramah dan sopan dalam
membangun hubungan

Universitas Sumatera Utara


Proses merumuskan berbagai Membeli karena sesuai
alternatif tindakan guna kebutuhan
menjatuhkan pilihan pada salah Membeli karena harga yang
satu alternatif tertentu untuk sesuai
melakukan penggunaan Membeli karena
Keputusan penyelesaian pemesanan
Skala
Pembelian tepat waktu
Likert
(Y) Membeli setelah
mendapatkan informasi
yang jelas
Membeli karena kualitas
pelayanan selama dan pasca
pemesanan
4.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua individu yang menjadi objek penelitian (Umar,

2004). Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi dari penelitian ini adalah para

pimpinan perusahaan yang menjadi pelanggan PT Wika Beton. Hingga Juni 2012,

Jumlah populasi perusahaan yang pernah membeli .tiang pancang beton dari

sebanyak 112 perusahaan. Perusahaan tersebut tersebar di 5 provinsi yakni 42

perusahaan di Sumatera Utara, 14 Nangroe Aceh Darusalam, 34 perusahaan di

Riau, 11 perusahaan di Sumatera Barat, 11 perusahaan di Kepulauan Riau.

Penentuan sampel menggunakan teknik area sampling. Teknik ini

digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang diteliti atau sumber data

sangat luas, berdasarkan perbedaan lokasi geografis propinsi atau

kotamadya/kabupaten (Sinulingga, 2011). Untuk menentukan siapa yang akan

dijadikan sampel dilakukan secara acak atau random dari masing-masing area.

Pada penelitian ini besar sampel didasarkan pendapat Hair et. all (1998),

yang menyatakan bahwa rasio antara jumlah subjek dan jumlah variabel

independen dalam analisis multivariat di anjurkan sekitar 15 sampai 20 subjek.

Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 3.1. ada sebanyak 5 (lima)

variabel independen, sehingga jumlah subjek penelitian antara 75 sampai 100

Universitas Sumatera Utara


responden. Dalam penelitian ini disebar sebanyak 75 kuesioner pada . Setelah

dilakukan penyebaran kuesioner kepada tiap pimpinan perusahaan, sebanyak 75

kuesioner diisi dan dikembalikan dan diisi sesuai petunjuk kuesioner. Jumlah ini

masih memenuhi syarat untuk analisis multivariate.

75 sampel yang diperoleh akan dialokasikan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Umar, 2004) yakni : ni = fi x n

ni = Sampel strata i

fi = Jumlah populasi tiap area dibagi jumlah seluruh populasi

n = Jumlah sampel dari populasi

Tabel 4.3 Penentuan Jumlah Sampel Tiap Provinsi


No Provinsi Jumlah Kontribusi n
Sampel (%)
1 Nangroe Aceh Darussalam 14 12,5 9,375 = 10
2 Sumatera Utara 42 37,5 28,125 = 28
3 Riau 34 30,36 22,77 = 23
4 Sumatera Barat 11 9,82 7,365 = 7
5 Kepulauan Riau 11 9,82 7,365 = 7
112 100 75
Sumber : PT Wika Beton Wilayah Pejualan I Medan, 2013

Dari Tabel 4.2 dapat dilihar sebaran 75 responden yang akan dijadikan

sampel didasarkan teknik area sampling.

4.5 Jenis Data

a. Data primer, yang merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari kuesioner, yang

disusun dengan menggunakan skala Likert. Kuesioner diisi oleh ke-75

pimpinan perusahaan yang menjadi populasi pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


b. Data sekunder, yang merupakan sumber data penelitian diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada

penelitian ini berasal dari laporan produksi, penjualan dan berbagai

dokumen yang terkait dengan kebijakan pemasaran perusahaan.

4.6 Uji Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

merupakan sekumpulan item yang digunakan untuk menanyakan hal yang ingin

diukur atau diketahui.

1. Pengujian Alat Ukur

Keberhasilan alat ukur menjalankan fungsinya sebagai alat ukur apabila

alat ukur tersebut dapat menunjukkan hasil ukur dengan cermat dan

akurat.

a. Uji Validitas

Uji ini ditujukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu tes dapat dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi bila alat tersebut memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan pengukuran. Analisis validitas yang

digunakan adalah uji korelasi pearson product moment dan diolah

menggunakan program SPSS versi 20 . Dengan jumlah sampel

sebanyak 30 responden untuk pilot test, maka dilakukan analisis

korelasi antara skor pertanyaan dengan skor total. Apabila nilai r

hitung > 0,30, maka dapat dinyatakan item tersebut valid (Sugiyono,

2006). Jika pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan tidak valid, maka

instrumen atau pertanyaan diperbaiki atau dikeluarkan, dan kemudian

Universitas Sumatera Utara


diuji kembali hingga semua butir pertanyaan valid. Selanjutnya

kuesioner tersebut akan digunakan dalam penelitian. Pada Tabel 4.4

berikut ini diperoleh hasil uji validitas sesuai dengan Lampiran 2.

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas


Variabel Pertanyaan Nilai rhitung Keterangan
X1-1 0,616 Valid
Produk
X1-2 0,591 Valid
(X1)
X1-3 0,591 Valid
X2-1 0,428 Valid
Harga
X2-2 0,710 Valid
(X2)
X2-3 0,326 Valid
X3-1 0,911 Valid
Tempat
X3-2 0,938 Valid
(X3)
X3-3 0,775 Valid
X4-1 0,905 Valid
Promosi
X4-2 0,876 Valid
(X4)
X4-3 0,838 Valid
X5-1 0,408 Valid
Kualitas X5-2 0,430 Valid
Pelayanan X5-3 0,551 Valid
(X5) X5-4 0,356 Valid
X5-5 0,527 Valid
Y-1 0,731 Valid
Y-2 0,603 Valid
Keputusan
Y-3 0,531 Valid
Pembelian (Y)
Y-4 0,526 Valid
Y-5 0,365 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Seluruh pertanyaan pada Tabel 4.3. memiliki nilai validitas lebih besar

dari 0,30 sehingga dinyatakan valid, dan dapat digunakan pada penelitian ini.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan tingkat kekuatan suatu

alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan. Reliabilitas sering

diartikan juga konsistensi (Sugiyono, 2006). Hal ini berarti bahwa

suatu alat ukur memiliki reliabilitas sempurna apabila hasil

Universitas Sumatera Utara


pengukuran diujikan berkali kali terhadap subyek yang sama selalu

menunjukan hasil atau skor yang sama. Dalam suatu kelompok item

item pertanyaan dinyatakan reliabel bilamana angka koefisisen

0,60. Untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik alpha

cronbach, dengan jumlah sampel 30 responden. Suatu instrumen

penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai 0,60 (Sunyoto, 2006).

Pada Tabel 4.5 diuraikan hasil uji reliabilitas berdasarkan Lampiran 3.

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas


Variabel Nilai Alpha Cronbach Keterangan
Produk (X1) 0,764 Reliabel
Harga (X2) 0,659 Reliabel
Tempat (X3) 0,938 Reliabel
Promosi (X4) 0,937 Reliabel
Kualitas Pelayanan (X5) 0,681 Reliabel
Keputusan Pembelian (Y) 0,753 Reliabel
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai alpha cronbach semua variabel lebih

besar dari 0,60 hal ini menunjukkan bahwa variabel reliabel atau handal untuk

digunakan pada penelitian.

4.7 Uji Asumsi Klasik

Metode yang digunakan untuk menganalisis pertanyaan penelitian adalah

metode regresi, dan untuk menjamin bahwa metode regresi dipilih telah sesuai

dan memenuhi asumsi-asumsi yang dipersyaratkan dalam penggunaannya maka

dilakukan uji asumsi klasik (Ghozali, 2011)

a. Uji Normalitas

Untuk mencek apakah hasil pengamatan data menyebar normal atau tidak,

dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan uji histogram, uji normal P

Universitas Sumatera Utara


Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov

(Situmorang dan Luthfi, 2008). Pada penelitian ini normalitas data dilakukan

dengan uji histogram dan uji normal P Plot.

b. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang digunakan untuk menguji

autokorelasi dalam penelitian menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Uji

Autokorelasi hanya dilakukan pada data time series bukan pada data cross section.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Uji Multikolinearitas juga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear

antar variabel independent dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi

dalam model regresi adalah tidak adanya Multikolinearitas. Pada riset ini akan

dilakukan uji Multikolinearitas dengan melihat Value Inflation Factor (VIF) pada

model regresi. Jika VIF lebih besar dari 5 , maka variabel tersebut mempunyai

persoalan Multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya (Ghozali, 2011).

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

Universitas Sumatera Utara


harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

Heteroskedastisitas. Pengujian apakah terdapat gejala heteroskedastisitas, yaitu

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada gambar hasil output SPSS

(Situmorang dan Luthfi, 2008).

Selanjutnya, pengujian dengan pengambilan keputusan didasarkan pada :

(a). Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka telah terjadi Heteroskedastisitas; dan (b). Apabila tidak ada pola yang jelas,

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi Heteroskedastisitas.

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisa Regresi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah data pengaruh yang

positif dari variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel dependen

(Y) dengan model regresi sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

dimana :

Y = Variabel dependen (Keputusan Pembelian)

a = Konstanta

b = Koefisisen regresi yang menunjukan angka peningkatan atau

penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel

independen.

X = Variabel independen yang terdiri dari :

X1 = Produk

Universitas Sumatera Utara


X2 = Harga

X3 = Distribusi

X4 = Promosi

X5 = Kualitas Pelayanan

e = Error

4.8.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji Secara Serentak (Uji F)

Pengujuan hipotesis dengan uji F dilakukan dengan membandingkan nilai

Fhitung hasil output SPSS dengan Ftabel. Penentuan hipotesis secara serentak ditolak

atau diterima dengan ketentuan :

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima

Jika Fhitung = Ftabel, maka Ho diterima

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak

4.8.3 Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial (Uji t)

Pengujuan hipotesis dengan uji t dilakukan dengan terlebih dahulu

menentukan level signifikasi dengan menggunakan ttabel. Penentuan hipotesis

secara parsial ditolak atau diterima dengan ketentuan :

Jika thitung < ttabel atau Nilai Sig > 0,05, maka Ho diterima

Jika thitung = ttabel atau Nilai Sig = 0,05, maka Ho diterima

Jika thitung > ttabel atau Nilai Sig < 0,05, maka Ho ditolak

4.9 Dasar Penentuan Rumusan Strategi

Dari hasil analisis regresi berganda akan diketahui faktor yang paling

mempengaruhi dan faktor yang tidak mempengaruhi keputusan perusahaan di

dalam membeli tiang beton. Berdasarkan hasil analisis tersebut dirumuskan

Universitas Sumatera Utara


strategi pemasaran yang perlu dilakukan PT Wika Beton untuk memperkuat

faktor yang mempengaruhi sehingga sesuai dengan keinginan konsumen.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Berdiri Perusahaan

PT Wijaya Karya Beton (WIKA Beton) adalah salah satu anak perusahaan

PT Wijaya Karya (WIKA) yang khusus bergerak dalam industri beton pracetak.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, WIKA yang didirikan pada tahun 1960

memulai kegiatannya sebagai perusahaan instalatir listrik. Pengembangan

Industri Beton Pracetak baru dimulai pada tahun 1978 dengan produk

pertamanya adalah Tiang Listrik Beton Prategang berpenampang H untuk

keperluan PLN.

PT Wijaya Karya Beton resmi didirikan pada tanggal 11 Maret 1997

di Jakarta berdasarkan akta pendirian dari Notaris Imas Fatimah, SH nomor 44

tanggal 11 Maret 1997. WIKA telah memulai konsentrasi pada industri beton

pracetak di tahun 1977 dengan mengembangkan produk beton pracetak untuk

teras perumahan. Sejak saat itu, WIKA bertekad mempertahankan

pengembangan produk tersebut untuk mengantisipasi adanya pengembangan

perencanaan dan datangnya proyek- proyek infrastuktur lain.

Pengembangan produk tersebut telah menciptakan beberapa hasil seperti

tiang beton untuk jalur pendistribusian energi dan bantalan beton pracetak

serta produk lainnya seperti bantalan, bantalan rel kereta api, produk beton

untuk jembatan, pipa, dinding penahan tanah dan bangunan gedung dan

perumahan yang diimplementasikan untuk berbagai macam proyek. Produk-

produk ini dihasilkan pada waktu yang tepat dan diprediksikan akan menjadi

Universitas Sumatera Utara


produk pemimpin di pasaran.

5.2 Visi, Misi dan Sasaran Strategis Wika Beton

Visi Wika Beton yakni Menjadi perusahaan terbaik dalam industri beton

pracetak dengan Misi sebagai berikut :

a. Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia.

b. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian

mutu, ketepatan mutu dan harga bersaing

c. Menerapkan system manajemen dan teknologi yang dapat memacu

peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja

yang berwawasan lingkungan

d. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan

berkesinambungan.

e. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.

Sasaran strategis perusahaan adalah mencapai nilai tingkat kesehatan

perusahaan dalam setahun tidak boleh kurang dari golongan SEHAT

(Berdasarkan KEPMEN BUMN.NO.KEP-100/MBU/2002) yang meliputi

penilaian aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.

5.3 Sasaran Mutu dan Kebijakan Strategis Wika Beton

Sasaran mutu Wika Beton yakni:

a. Tingkat Cacat Produk Beton dalam setahun tidak lebih dari 0,5%.

b. Tingkat Gagal Produk Beton dalam setahun tidak lebih dari 0,2%.

c. Biaya Kegagalan Internal + Eksternal terhadap nilai produksi dalam

setahun tidak boleh lebih dari 0,13%.

Universitas Sumatera Utara


d. Jumlah Keluhan Pelanggan Berulang dalam setahun tidak lebih dari 5

keluhan.

e. Nilai Indeks Kepuasan Pelanggan ( Customer Satisfaction Index )

berdasarkan hasil survey dalam setahun tidak boleh kurang dari angka 4

atau nilai BAIK dari pelanggan.

Untuk mencacapai sasaran mutu tersebut, Wika Beton melakukan

kebijakan strategis yakni :

a. Perusahaan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan pemegang

saham berdasarkan asas-asas transparansi, keadilan, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, dan kemandirian.

b. Perusahaan mengutamakan pemenuhan persyaratan dan kepuasan

pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu asas setiap kerjanya.

c. Kerjasama dengan mitra kerja dilakukan dengan cara yang sehat dan

saling menguntungkan.

d. Profesionalisme menjadi landasan utama dalam pengelolaan sumber daya

manusia.

e. Perusahaan menerapkan manajemen resiko pada setiap aktifitas bisnis

untuk mendapatkan peluang usaha dan meminimalisasi resiko dan

mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta dampak lingkungan

dalam setiap kegiatan

5.4 Jenis Usaha

Berawal dari perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan instalasi,

WIKA berkembang menjadi perusahaan yang sehat dengan empat pilar bisnis

utama yaitu usaha jasa Konstruksi, Industri, Perdagangan dan Realti. Di

bidang konstruksi, proyek dengan berbagai skala maupun berteknologi baru

Universitas Sumatera Utara


berhasil diselesaikan, yang meliputi bidang pekerjaan sipil, arsitektur,

makanikal, elektrikal, maupun tata lingkungan. Di bidang industri, WIKA

berhasil mengembangkan produk-produk yang sangat kompetitif di pasar.

Wika Beton mendorong setiap unit usahanya yang memiliki potensi

untuk berkembang lebih pesat dan memberi nilai tambah bagi menjadi unit

usaha yang mandiri. Setelah pembentukan Wika Beton yang pada awalnya

adalah Divisi produk beton pada tahun 1997, WIKA melanjutkan pembentukan

PT Wika In-trade yang awalnya adalah Divisi Industri dan Peradagangan

serta PT Wika Realty yang awalnya adalah Divisi Realti, pada awal tahun

2000.

Wika Beton dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, selain Tiang

Listrik prategang berpenampang H dikembangkan pula Tiang Listrik Bulat

Berongga dengan sistem sentrifugal. Sistem sentrifugal ini pada

perkembangannya digunakan juga untuk produksi produk tiang beton lainnya

termasuk Tiang Pancang. Disamping itu, Wika Beton juga mengembangkan

produk produk beton pracetak lain seperti Balok Jembatan, Dinding Penahan

Tanah, Pipa, Bantalan Jalan Rel, dan lain lain. Dengan meningkatnya

kebutuhan dan perkembangan usaha beton pracetak, maka pada tanggal 11

Maret 1997 dibentuklah PT. Wijaya Karya Beton atau Wika Beton sebagai

perusahaan anak dengan maksud agar perusahaan dapat lebih fokus dan

profesional dalam melayani dan menjaga kepuasan pelanggan. Hasil produksi

terdiri dari :

1) Tiang listrik Beton.

2) Tiang Pancang Beton.

3) Komponen Jembatan dan Dermaga (KJD)

Universitas Sumatera Utara


4) Bantalan Beton Prategang

Bantalan Beton Prategang ini disebut juga Bantalan Jalan Rel..

5) Sheet Pile Beton, produk ini dipakai sebagai penahan pinggiran sungai

ataupun bendungan.

6) Komponen Pracetak Lainnya.

7) Jasa Angkutan dan Pemasangan.

5.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan mencerminkan kebijaksanaan yang

ditempuh untuk mengadakan pengawasan terhadap manusia, peralatan, fasilitas

lainnya yang terlibat di dalamnya demi tercapainya tujuan perusahaan yang telah

direncanakan dan ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Bentuk organisasi

yang digunakan oleh perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijaksanaan

perusahaan dalam mengorganisir bawahannya, karena itu dalam

menetapkan kebijaksanaan terlebih dahulu di tetapkan bentuk organisasi yang

akan ditetapkan dengan keahliannya.

Struktur organisasi perusahaan yang berlaku pada PT. Wijaya Karya

Beton Wilayah Penjualan I Medan Sumatera Utara adalah berbentuk garis

lurus, dimana terdapat fungsi staff sebagai pembantu pimpinan dan

bertanggung jawab kepada pimpinan serta adanya wewenang dan tanggung

jawab yang mengalir dalam satu garis lurus dan masing- masing Kasi atau

Kepala Seksi bertanggung jawab atas bagian yang ada dibawahnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisis dari pengolahan data yang terdiri

dari uji asumsi dasar atau uji asumsi klasik serta uji hipotesis dengan

menggunakan analisis regresi berganda.

6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini uji asumsi klasik terdiri dari

Uji Normalitas dan Uji Multikolinearitas, serta Uji Heterokedastisitas.

6.1.1 Hasil Uji Normalitas

Untuk mencek apakah hasil pengamatan menyebar normal atau tidak,

dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan uji histogram, uji normal P

Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov

(Situmorang dan Lufti, 2008). Pada penelitian ini normalitas data dilakukan

dengan uji histogram dan uji normal P Plot. Hasil dari output SPSS dengan

menggunakan Uji Histogram dapat dilihat pada Gambar 6.1 yang menunjukkan

grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal sebab memperlihatkan

grafik mengikuti sebaran kurva normal (ditunjukkan dengan kurva berbentuk

lonceng).

Selain dengan menggunakan Histogram, Uji Normalitas juga dilakukan

dengan menggunakan Grafik normal probability plot , seperti terlihat pada

Gambar 6.2.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.1 Histogram Hasil Uji Normalitas
Histogram

Gambar 6.2 Hasil Uji Normal P Plot

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 6.2 menunjukkan pola distribusi normal dimana data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

6.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear

antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi

dalam model regresi adalah tidak adanya Multikolinearitas. Pada riset ini akan

dilakukan uji Multikolinearitas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor

(VIF) pada model regresi. Menurut Ghozali (2011), jika VIF lebih besar dari 10,

maka variabel tersebut mempunyai persoalan Multikolinearitas. Dari hasil

pengolahan data melalui SPSS diperoleh nilai VIF seperti terlihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Nilai VIF untuk Uji Multikolinearitas


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Toleranc VIF
e
(Constant) .376 .247 1.521 .133
3.08
Produk .561 .080 .588 7.011 .000 .324
7
- - 1.54
Harga .031 -.327 .000 .646
.172 5.516 8
1 1.21
Distribusi .157 .042 .194 3.693 .000 .823
5
2.24
Promosi .160 .067 .171 2.388 .020 .445
5
Kualitas 2.93
.148 .062 .195 2.387 .020 .340
Pelayanan 7
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah dengan SPSS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel 6.1 dapat diketahui besarnya nilai Variance Inflation Factor

(pada kolom VIF) untuk kelima variabel independen (bebas) yang digunakan,

semuanya memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10,

sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tersebut tidak

terjadi persoalan Multikolinearitas, atau tidak terjadi korelasi atau hubungan antar

variabel independen.

6.1.3 Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

Heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat

diagram residual terhadap variabel bebas pada output Scatterplot. Jika nilai error

membentuk pola tertentu tidak bersifat acak terhadap nol maka dikatakan terjadi

heteroskedasti (Ghozali, 2011).

Dasar pengambilan keputusan yaitu:

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

terjadi heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara


Dari grafik scatter plot di Gambar 6.3 terlihat titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (sumbu origin) pada

sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel

Y (Keputusan Pembelian Tiang Pancang Beton Wika Beton).

Gambar 6.3 Scatter Plot untuk Uji Heterokedastisitas

6.2 Hasil Analisis Regresi Berganda dan Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis yang ada, akan digunakan analisa regresi linier

berganda. Regresi linier berganda adalah regresi yang memiliki satu variabel

dependen dan lebih dari satu variabel independen. Analisa regresi berganda

tesebut dilakukan dengan melakukan analisis pada sub bab berikut ini.

6.2.1 Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi

Universitas Sumatera Utara


Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien

determinasi terletak pada tabel model summaryb pada kolom R Square.

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar hubungan yang

terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar

antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi

semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi

semakin lemah. Nilai R dan R Square pada penelitian dapat dilihat di Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Nilai Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi


Model Summaryb
Mod R R Adjusted Std. Change Statistics
el Squar R Square Error R Square F df1 df2 Sig. F
e of the Change Chang Chang
Estimate e e
.918
1 a .843 .832 .18893 .843 74.138 5 69 .000

a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan, Harga, Distribusi, Promosi, Produk


b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,843. Artinya 84,3%

keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton dipengaruhi oleh

produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan. Sedangkan sisanya

15,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,918 menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang sangat erat antara produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas

pelayanan terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton.

6.2.2 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1

sampai dengan X5) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak seperti

terlihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Hasil Uji F


ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
74.13
Regression 13.231 5 2.646 .000b
8
1
Residual 2.463 69 .036
Total 15.694 74
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan, Harga, Distribusi, Promosi,
Produk
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Berdasarkan hasil pada Tabel 6.3 diperoleh nilai Fhitung sebesar 74,138

sedangkan nilai Ftabel dengan menggunakan Microsoft Excell yakni fungsi

matematika FINV (0.05,5,69), diperoleh nilai Ftabel = 3,3737. Karena nilai Fhitung >

Ftabel (74,138 > 3,3737), maka H0 ditolak dan menerima H1. Artinya, terdapat

pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama antara produk,

Universitas Sumatera Utara


harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian

tiang pancang beton di Wika Beton.

6.2.3 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independen (X1 sampai dengan X5) secara parsial berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen (Y).

Tabel distribusi t dicari pada alpha 5% dengan derajat kebebasan (df) = n-

k-1 atau df= 75 5 1 = 69 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel

independen). Pengujian dua sisi (sig=0.005) didapat nilai ttabel dengan

menggunakan fungsi matematika Microsoft Excell yakni TINV (0.05,69) yang

menghasilkan nilai sebesar 1,9949.

Tabel 6.4 Hasil Uji t


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Toleranc VIF
e
(Constant) .376 .247 1.521 .133
3.08
Produk .561 .080 .588 7.011 .000 .324
7
- - 1.54
Harga .031 -.327 .000 .646
.172 5.516 8
1 1.21
Distribusi .157 .042 .194 3.693 .000 .823
5
2.24
Promosi .160 .067 .171 2.388 .020 .445
5
Kualitas 2.93
.148 .062 .195 2.387 .020 .340
Pelayanan 7

Universitas Sumatera Utara


a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Berdasarkan Tabel 6.4 , didapat hasil sebagai berikut :

Dari hasil output SPSS pada Tabel 6.4. didapat hasil thitung variabel produk

(X1) sebesar 7,011 , harga (X2) sebesar -5,516 , distribusi (X3) sebesar 3,693,

promosi (X4) sebesar 2,388 , dan variabel Kualitas Pelayanan (X5) sebesar

2,387.

Kriteria pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) adalah :

Jika thitung < ttabel atau Nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima

Jika thitung = ttabel atau Nilai Sig = 0,05, maka H0 diterima

Jika thitung > ttabel atau Nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak

Nilai thitung dari variabel harga (X2) bernilai negatif yakni -5,516 yang

menunjukkan korelasi berlawanan arah, dengan nilai Sig lebih kecil dari 0,05

yang menunjukkan pengaruh signifikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya bahwa secara parsial atau sendiri-sendiri ada pengaruh secara

signifikan antara harga terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di

Wika Beton. Sedangkan, nilai thitung > ttabel pada variabel lainnya bernilai

positif dengan nilai Sig lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1

diterima, artinya bahwa secara parsial atau sendiri-sendiri ada pengaruh

secara signifikan antara produk, harga, distribusi dan promosi terhadap

keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton.

6.2.4 Persamaan pada Model Regresi

Berdasarkan output SPSS pada Tabel 6.4. pada kolom Unstandardized

Coefficients, maka persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Y = 0,376 + 0,561 X1 - 0,172 X2 + 0,157 X3 + 0,160 X4 + 0,148 X5

Keterangan :

Konstanta sebesar 0,376 artinya jika produk, harga, promosi, distribusi dan

Kualitas Pelayanan nilainya 0 atau tidak ada, maka keputusan pembelian

tiang pancang beton di Wika Beton akan tetap ada sebesar 0,376 atau

37,6% dari penjualan saat ini.

Koefisien regresi produk (X1) sebesar 0,561 dengan nilai Sig. lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) artinya jika variabel independen lain nilainya tetap

sedangkan kualitas tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit, maka

keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami peningkatan

sebesar 0,561 dan setiap penurunan 1 unit kualitas tiang pancang beton

(X1) akan menurunkan keputusan pembelian tiang pancang beton sebesar

0,561. Koefisien bernilai positif artinya terjadi korelasi positif antara

produk (X1) dengan keputusan pembelian (Y), semakin meningkat kualitas

produk (X1) maka semakin meningkatkan keputusan pembelian (Y).

Koefisien regresi harga (X2) sebesar -0,172 dengan nilai Sig. lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) artinya jika variabel independen lain nilainya tetap

sedangkan harga tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit, maka

keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami penurunan

sebesar 0,172 dan setiap penurunan 1 unit harga tiang pancang beton (X2)

akan menaikkan keputusan pembelian tiang pancang beton sebesar 0,172 .

Koefisien bernilai negatif artinya terjadi korelasi negatif antara harga (X2)

dengan keputusan pembelian (Y), semakin turun harga (X2) maka semakin

meningkatkan keputusan pembelian (Y).

Universitas Sumatera Utara


Koefisien regresi distribusi (X3) sebesar 0,157 dengan nilai Sig. lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) artinya jika variabel independen lain nilainya tetap

sedangkan distribusi tiang pancang beton tepat waktu mengalami

kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan

mengalami peningkatan sebesar 0,157 dan setiap penurunan 1 unit

distribusi tiang pancang beton (X3) akan menurunkan keputusan

pembelian tiang pancang beton sebesar 0,157. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi korelasi positif antara distribusi (X3) dengan keputusan

pembelian (Y), semakin meningkat distribusi (X3) maka semakin

meningkatkan keputusan pembelian (Y).

Koefisien regresi promosi (X4) sebesar 0,160 dengan nilai Sig. lebih kecil

dari 0,05 (0,020 < 0,05) artinya jika variabel independen lain nilainya tetap

sedangkan promosi tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit,

maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami

peningkatan sebesar 0,160 dan setiap penurunan 1 unit promosi tiang

pancang beton (X4) akan menurunkan keputusan pembelian tiang pancang

beton sebesar 0,160. Koefisien bernilai positif artinya terjadi korelasi

positif antara promosi (X4) dengan keputusan pembelian (Y), semakin

meningkat kualitas dan promosi (X4) maka semakin meningkatkan

keputusan pembelian (Y).

Koefisien regresi Kualitas Pelayanan (X5) sebesar 0,148 dengan nilai Sig.

lebih kecil dari 0,05 (0,020 < 0,05) artinya jika variabel independen lain

nilainya tetap sedangkan kualitas Kualitas Pelayanan tiang pancang beton

mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang

Universitas Sumatera Utara


beton akan mengalami peningkatan sebesar 0,148 dan setiap penurunan 1

unit kualitas Kualitas Pelayanan tiang pancang beton (X5) akan

menurunkan keputusan pembelian tiang pancang beton sebesar 0,148.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi korelasi positif antara Kualitas

Pelayanan (X5) dengan keputusan pembelian (Y), semakin meningkat

kualitas Kualitas Pelayanan (X5) maka semakin meningkatkan keputusan

pembelian (Y).

Variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap keputusan

pembelian tiang pancang beton di Wika Beton adalah produk (X1) karena

memiliki nilai beta coefficient terbesar yaitu sebesar 0,561 dibandingkan

variabel lainnya. Variabel tertinggi kedua yang memberikan pengaruh

besar terhadap keputusan pembelian adalah variabel harga (X2) yang

memiliki nilai beta coefficient sebesar 0,172 . Variabel yang memberikan

pengaruh paling rendah terhadap keputusan pembelian adalah distribusi

(X4) yang memiliki nilai beta coefficient sebesar 0,157.

6.3 Rumusan Strategi

Dari hasil analisis regresi berganda, kelima faktor bauran pemasaran yang

terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan memberikan

pengaruh terhadap keputusan pembelian. Salah satu dari lima faktor tersebut

yakni faktor harga berkorelasi negatif.

Faktor produk merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi

konsumen membeli tiang pancang beton di Wika Beton. Strategi produk yang

dapat dilakukan Wika Beton dengan memproduksi tiang pancang beton yang

memiliki komposisi bahan baku terbaik, daya tahan tiang pancang terjamin serta

Universitas Sumatera Utara


desain yang sesuai dengan pesanan pelanggan menjadi faktor utama pelanggan

memilih tiang pancang beton Wika Beton.

Faktor harga menghasilkan korelasi yang berlawanan arah, hal ini

menunjukkan bahwa penurunan harga akan menaikkan keputusan pembelian,

begitu juga sebaliknya, jika harga naik akan menurunkan keputusan pembelian.

Strategi harga yang dapat dilaksanakan terdiri dari :

1. Penetapan harga tiang pancang beton sesuai dengan standar kualitas

dan mutu yang berlaku di pasar.

2. Perusahaan memberikan berbagai alternatif dalam sistem pembayaran

kepada perusahaan.

Strategi distribusi dilakukan dengan penyelesaian pemesanan tiang

pancang beton sesuai spesifikasi pesanan dengan tepat waktu dan tepat

pendistribusian ke lokasi sesuai kontrak yang ditetapkan.

Strategi promosi akan berlangsung efektif dengan melakukan berbagai

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Dalam presentasi atau penawaran tiang pancang beton memaparkan

kualitas dan keunggulan tiang pancang beton yang diproduksi Wika

Beton secara rinci dan jelas kepada calon pelanggan.

2. Brosur sebagai sarana promosi pendukung menyajikan karakteristik

tiang pancang beton dengan rinci disertai gambar yang jelas sesuai tren

permintaan pelanggan.

3. Memberikan informasi secara berkala kepada pelanggan dan calon

pelanggan mengenai kualitas dan desain tiang pancang beton yang

diproduksi.

Universitas Sumatera Utara


Strategi kualitas pelayanan yang dilakukan agar upaya peningkatkan

penjualan tiang pancang beton dapat lebih optimal dengan cara :

1. Melakukan evaluasi terhadap hasil tiang pancang beton yang

dihasilkan dengan mengajukan wawancara langsung atau secara

tertulis kepada perusahaan yang telah menggunakan tiang pancang

beton.

2. Memberikan nomor kualitas pelayanan yang dapat dihubungi selama

24 jam oleh pelanggan dan calon pelanggan.

3. Memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan dan calon

pelanggan secara cepat.

4. Meningkatkan kemampuan karyawan dan pimpinan Wika Beton agar

lebih ramah dan santun dalam membangun interaksi atau hubungan

bisnis dengan pelanggan dan calon pelanggan.

5. Menunjukkan sikap peduli dan cekatan dalam berinteraksi dengan

pelanggan dan calon pelanggan sehingga menimbulkan rasa percaya

pada pelanggan dan calon pelanggan.

6.4 Implikasi Hasil Penelitian

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Wika Beton selama ini ( existing

strategic) dalam memasarkan produk tiang pancang beton adalah :

Produk. Memproduksi tiang pancang dengan mutu diatas K-500. Hal ini

sudah menjadi komitmen Wika Beton sejak didirikan. Spesifkasi juga

sudah standar, sehingga pelanggan harus mengikuti standar Wika Beton.

Universitas Sumatera Utara


Harga. Penyusunan harga merupakan kebijakan dari pimpinan pusat Wika

Beton. Misalnya pimpinan Wika Beton menentukan kenaikan harga pokok

produksi sebesar 5 %, maka seluruh pabrikan dan wilayah penjualan

mengikuti arahan atau kebijakan pusat tersebut, tanpa mempertimbangkan

tingkat persaingan masing-masing wilayah berbeda.

Distribusi. Wika Beton mampu melakukan penyelesaian pemesanan tiang

pancang beton tepat waktu dan pendistribusian ke lokasi sesuai kontrak

yang ditetapkan.

Promosi. Upaya promosi dilakukan dengan pendekatan kepada lingkungan

kontraktor dan konsultan, walapun ada beberapa kasus yang sudah

melakukan pendekatan ke owner atau pemilik, namun frekuensinya masih

terlalu kecil. Padahal dengan kompetisi dan persaingan yang semakin

ketat, dimana sudah semakin banyak bermunculan pebrik beton lainnya,

maka pendekatan harus lebih dimaksimalkan ke owner atau pemilik

proyek.

Kualitas pelayanan. Wika Beton secara periodik melakukan evaluasi

terhadap hasil tiang pancang beton yang dihasilkan dengan mengajukan

wawancara secara langsung kepada owner. Wika Beton juga memberikan

akses khusus kepada setiap pelanggan untuk dapat berinteraksi secara

nyaman selama 24 jam melalui staf atau pimpinan yang telah ditentukan.

Dengan membandingkan hasil penelitian dengan strategi pemasaran yang

telah dilakukan Wika Beton, harga tiang pancang beton diharapkan konsumen

lebih rendah atau Wika Beton melakukan kebijakan penurunan harga. Harga tiang

pancang beton Wika Beton ditentukan berdasarkan harga pokok pembelian

Universitas Sumatera Utara


ditambah biaya operasional dan keuntungan yang diharapkan. Untuk menurunkan

harga jual tiang pancang beton sangat sulit, karena biaya bahan baku yang tinggi.

Menurut Kotler (2008) terdapat tiga jenis strategi penetapan harga

berdasarkan pola persaingan. Yang pertama adalah strategi harga berdasarkan

biaya. Strategi kedua adalah strategi harga berdasarkan permintaan, atau pemasar

menentukan harga setelah meneliti keinginan konsumer dan memastikan range

harga yang dapat diterima oleh target pasar. Yang terakhir adalah strategi harga

berdasar pola persaingan. Disini pemasar menentukan harga berdasar kondisi

harga yang ditawarkan pesaing. Harga mungkin berada di bawah pasar (cost

leadership), sesuai pasar (dinamis), atau di atas pasar (premium), tergantung pada

kesetiaan pelanggan, reputasi, dan kondisi lingkungan persaingan. Harga premium

merupakan kebijakan perusahaan dengan menetapkan harga lebih tinggi dari

harga pasar, sebagaimana yang dilakukan oleh Wika Beton.

Kebijakan harga premium pada umumnya diterapkan perusahaan karena

kualitas yang ditawarkan diatas rata-rata, seperti terlihat pada Gambar 6.2.

Sumber : Kotler (2008)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.4 Hubungan Harga dengan Kualitas Produk

Produk premium ditujukan untuk segmen pasar dengan pendapatan

menengah keatas. Salah satu kunci menawarkan produk premium kepada kelas

menengah atas adalah produk tersebut tidak hanya terpaku kepada benefit yang

bersifat fungsional semata. Memang fungsi dan kualitas yang berada di atas rata-

rata adalah suatu keharusan bagi produk-produk premium. Dalam setiap produk

premium harus terdapat sebuah image yang dapat menjadi alter ego dari

konsumen/ pemiliknya. Image tersebut dapat tercipta dari pembuktian kualitas,

penampilan maupun komunikasi produk.

Kebijakan harga premium atau harga tinggi pada produk tiang pancang

ditetapkan oleh Wika Beton karena kualitas produk yang tinggi. Para pelanggan

Wika Beton yang terdiri dari BUMN dan perusahaan swasta. Pelanggan tiang

pancang beton dari BUMN selama ini tidak terpengaruh dengan naik atau

turunnya harga tiang pancang beton karena orientasi kebutuhan proyek

infrastruktur BUMN adalah kualitas dengan pendanaan dari APBN, hanya

perusahaan swasta yang sensitif dengan kebijakan harga premium yang ditetapkan

oleh Wika Beton. Ketetapan harga dari pimpinan pusat Wika Beton yang kurang

mempertimbangkan kondisi pasar di tiap daerah perlu disikapi dengan perbaikan

sistem pembayaran, agar lebih fleksibel tanpa menurunkan harga tiang pancang

beton khususnya untuk pelanggan dari perusahaan swasta.

Berdasarkan hasil penelitian maka rumusan strategi yang harus ditempuh

untuk dapat meningkatkan daya saing perusahaan adalah :

Universitas Sumatera Utara


a. Mempertahankan kualitas produk tiang pancang beton yang selama ini

diproduksi khususnya untuk pelanggan dari BUMN, sebagai bentuk

pencitraan bagi perusahaan, sebagai perusahaan yang mengutamakan

kualitas.

b. Melakukan fleksibilitas pembayaran untuk pelanggan swasta agar tercapai

peningkatan penjualan tiang pancang beton.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan :

a. Variabel produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan

mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton sebesar 84,3%

sedangkan sisanya yakni 15,7% dipengaruhi faktor lain.

b. Faktor harga berkorelasi negatif, yang berarti bahwa penurunan harga

tiang pancang beton produksi Wika Beton akan meningkatkan keputusan

pembelian.

c. Kebijakan Wika Beton menetapkan harga premium menjadi penyebab

menurunnya penjualan tiang pancang beton, khususnya pada pelanggan

dari perusahaan swasta.

d. Strategi yang harus ditempuh untuk dapat meningkatkan daya saing

perusahaan adalah :

1. Mempertahankan kualitas produk tiang pancang beton yang selama ini

diproduksi khususnya untuk pelanggan dari BUMN, sebagai bentuk

pencitraan bagi perusahaan, sebagai perusahaan yang mengutamakan

kualitas.

2. Melakukan fleksibilitas pembayaran untuk pelanggan swasta agar

tercapai peningkatan penjualan tiang pancang beton.

3. Memproduksi tiang pancang beton dengan tipe yang beragam sehingga

para pelanggan memiliki pilihan lebih bervariasi, dan dengan kualitas

Universitas Sumatera Utara


bahan baku yang tinggi sehingga dapat dijamin kehandalan produk

tersebut serta mudah dalam pengunaannya.

7.2 Saran

Dari hasil kesimpulan, penulis menyarankan :

a. Manajemen Wika Beton diharapkan agar memperhatikan berbagai

kebijakan yang menyangkut kualitas produk, penentuan harga, ketepatan

waktu distribusi, promosi dan kualitas pelayanan agar keputusan

pembelian tiang pancang beton dapat meningkat.

b. Membangun hubungan dengan pelanggan BUMN ataupun swasta dengan

memberikan informasi tentang produk tiang pancang beton.

c. Merancang tiang pancang beton dengan model atau tipe yang beragam

dengan kualitas bahan baku yang tinggi, agar para pelanggan memiliki

pilihan lebih bervariasi.

d. Selain kelima faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian tiang

pancang beton dalam penelitian ini, terdapat faktor lain yang

mempengaruhi keputusan pembelian yakni faktor eksternal yakni kondisi

ekonomi dan pesaing (Wibowo, 1998) kemudian faktor reputasi

perusahaan (Kuntjara, 2007). Peneliti selanjutnya diharapkan dapat

melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh faktor eksternal dan

faktor pesaing terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton yang

diproduksi Wika Beton.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amirullah dan Imam Hardjanto, 2002, Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Assauri, Sofjan, 2008, Manajemen Pemasaran, Edisi pertama, cetakan


kedelapan, Rajawali Pers, Jakarta.

Boyd, Jr., Harper W., 2006, Manajemen Pemasaran, Suatu Pendekatan


Strategis Dengan Orientasi Global, edisi kedua, jilid satu, Penerbit :
Erlangga, Jakarta.

David, Fred R., 2006, Manajemen Strategis ; Konsep dan Kasus, Edisi
Kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Program IBM SPSS 19,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Hasan, M. Iqbal, 2004, Pokok-Pokok Materi Statistik II, Bumi Aksara, Jakarta

Hair, J.F. JR., Anderson, R.E, Tathan, R.L. & Black, W.C., 1998, Multivariate
Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall, New Jersey
Hunger, J. David dan Thomas L. Wheelan, 2003, Manajemen Strategis,
Diterjemahkan oleh Julianto Agung, Andi, Yogyakarta

Jauch, Lawrence R. dan William F. Glueck, 1998, Manajemen Strategis dan


Kebijakan Perusahaan, Diterjemahkan oleh Murad dan A.R. Henry
Sitanggang, Erlangga, Jakarta

Kotler, Philip, 2008, Manajemen Pemasaran, Edisi pertama, cetakan


ketigabelas, Prenhalindo, Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2005, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1,


Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Damos Sihombing, Erlangga, Jakarta

Kristinayanti, Wayan Sri, 2012, Kajian Strategi Daya Saing Kontraktor Jasa
Konstruksi, Jurnal Matrix Vol. 2 No.1 Maret 2012, Bali

Kuntjara, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli


Ulang Konsumen (Studi kasus di PT Wijaya Karya Beton Wilayah IV,
Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang

Universitas Sumatera Utara


Payne, Adrian, 2007, The Essence of Service Marketing, Diterjemahkan oleh
Fandy Tjiptono, Edisi II, Penerbit Andi, Yogyakarta

Parasuraman, A., Valarie A. Zeithaml, Leonard L. Berry, 1988, Servqual : A


Multiple-Item Scale for Measuring Perceptions of Service Quality, Journal
of Retailing, Vol. 64, pp. 12-40

Ratih, Hurriyati, 2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan


pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung

Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan

Sunyoto, Danang, 2011, Metodologi Penelitian Ekonomi : Alat Statistik dan


Analisis Output Komputer, CAPS, Yogyakarta

Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen ; Implikasi pada Strategi


Pemasaran, Graha Ilmu, Jakarta

Umar, Husein, 2004, Strategic Management in Action, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta
Wibowo, Kartono, 1998, Analisis Strategi Pemasaran Beton Siap Pakai PT
Varia Usaha Beton Cabang Semarang, Tesis Magister Manajemen,
Universitas Diponegoro, Semarang
Dinas Bina Marga Propinsi Sumatera Utara, 2012

http://terkini.bbc.web.id/artikel/read/2012/11/05/58/713628/signifikansi-
kenaikan-anggaran-infrastruktur

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai