KAJIAN PUSTAKA
gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), suatu diplokokus gram negatif. Pada tahun 1879, N.
gonorrhoeae ditemukan oleh Neisser dengan pulasan sediaan hapusan dari eksudat
uretra, vagina dan konjungtiva. Transmisi penyakit gonore terjadi melalui inokulasi
langsung dari sekresi mukosa yang terinfeksi pada satu tempat ke tempat lainnya
berspora. Bentuk dari gonokokus menyerupai biji kopi dengan lebar 0,8 dan
panjang 1,6 yang secara karakteristik tumbuh berpasangan dan bagian yang
berdekatan adalah datar (rata). (Sparling, 2008). Gonokokus bersifat anaerob obligat,
tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan zat
desinfektan, hidup optimal pada suhu 25,5C dan pH 7,4. Untuk pertumbuhan optimal
Penentuan tipe gonokokus secara morfologi didasarkan pada dua hal, yang
pertama berdasarkan bentuk koloni yang terjadi bila gonokokus dibiakkan pada
7
8
media agar jernih, dan yang kedua berdasarkan opasitas koloni. Berdasarkan bentuk
koloni gonokokus dibagi menjadi empat tipe. Koloni berbentuk kecil, cembung dan
berkilau terdiri dari dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2, koloni ini memiliki pili (piliated)
dan ditandai dengan P+. Sedangkan koloni berbentuk besar dan datar juga dibagi
menjadi dua tipe yaitu tipe 3 dan tipe 4, tidak memiliki pili (nonpiliated) dan ditandai
dengan P-. Dalam penelitian in vitro didapatkan koloni P+ bersifat virulen sedangkan
beberapa koloni P- dapat mengalami konversi menjadi P+ (Sparling, 2008; Criss dkk,
2005)
tampak lebih gelap dan bergranuler bila dibandingkan dengan koloni yang transparan
(Tr). Dasar biokimia perbedaan antara koloni Op dan Tr adalah adanya variasi
ekspresi famili protein membran luar yang disebut protein II (P II), yang saat ini
dikenal dengan istilah Opa. Koloni Op terdiri dari sel-sel yang menunjukkan Opa
epidemiologi. Terdapat sejumlah metode untuk penentuan strain typing ini, yaitu
9
dan serotipe lebih sering digunakan secara luas dalam penelitian epidemiologi gonore
nutrisi terhadap nukleotida dan asam amino yang bervariasi, baik dalam bentuk
tersendiri maupun kombinasi. Contoh dari auksotipe yang sering dijumpai adalah
strain yang memerlukan arginin (Arg), prolin (Pro), urasil (U), metionin (M) atau
Arg, hiposantin dan urasil (AHU) untuk pertumbuhannya. Gonokokus yang tidak
memerlukan satupun substrat dikenal dengan istilah prototropik (Proto) atau dikenal
sebagai tipe yang jinak oleh beberapa penulis (Hook dan Handsfield, 2008).
I, protein yang terdapat dalam jumlah banyak pada membran bagian luar gonokokus.
Protein I dibagi menjadi dua klas yang berbeda satu, yaitu protein IA dan protein IB,
yang mana masing-masing dapat dibagi lebih lanjut menjadi serovar-serovar dengan
masing serovar ditandai oleh protein tipe I (IA atau IB) dan diberi angka berdasarkan
dapat dibagi menjadi klas-klas auksotipe/serovar (A/S) yang berbeda dan dalam
jumlah yang besar (lebih dari 70 strain) misalnya AHU/IA-1, Pro/IB-3, Proto/IB-12.
Strain-strain tersebut umumnya terdapat secara serentak pada masyarakat dan strain
memiliki sifat serta berhubungan dengan manifestasi klinis penyakit yang spesifik,
misalnya strain AHU/IA-1 dan AHU/IA-2 memiliki sifat tumbuh lebih lambat
2006).
berperan dalam patogenitasnya. Protein antigenik tersebut antara lain pili, porin
protein (PI atau Por), opacity protein (PII atau opa), reduction modifiable protein
(PIII atau Rmp), protein H.8, iron or oxygen-represible protein (Frps), IgAI protease,
protein tersebut terletak pada membran bagian luar gonokokus. Peranan dari masing-
masing protein antigenik dalam patogenitas gonokokus dapat dilihat pada tabel 1
(Sparling, 2008).
11
Tabel 2.1
Opa Perlekatan
Pili Perlekatan
hemoglobin
Ada dua prinsip sistem untuk melakukan analisa genetik terhadap gonokokus yaitu
transformasi dan konyugasi. Tidak seperti banyak transformable species lain yang
kompetensinya terbatas pada fase tertentu dari siklus pertumbuhan, pada gonokokus
yang kompeten, setiap sel memiliki kemampuan pada semua stadium pertumbuhan.
Transformasi ini digunakan untuk transfer gen diantara strain gonokokus yang
berbeda. Hal ini penting terutama dalam transfer chromosomal antibiotic resistance
36-kb, yang dapat secara efisien memindahkan transfer seksual beberapa plasmid
nonself lain. Plasmid juga berperan dalam resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap
konyugatif 36-kb juga memindahkan transfer mereka sendiri dengan efisiensi tinggi,
namun tidak terdeteksi memindahkan gen kromosomal antar gonokokal (Cox, 2013).
(adherence) bakteri pada sel-sel mukosa kolumnar atau kuboid, sel epitel yang tidak
mengalami kornifikasi melalui perantaraan pili dan Opa. Selanjutnya terjadi interaksi
antara bakteri dan neutrofil, dimana sebagian besar bakteri (gonokokus tidak
mampu melekat lebih baik dan menghindar dari fagositosis. Perlekatan pada neutrofil
diperankan oleh protein Opa dan porin bekerja menghambat maturasi fagosom dan
selektif pada sel-sel yang mensekresikan mukus tanpa silia akan mengalami invasi ke
dalam sel, untuk mengadakan multiplikasi dan pembelahan intraseluler. Saat berada
di dalam sel epitel, bakteri mampu bertahan dari antibodi, komplemen atau neutrofil.
Invasi diperankan oleh P1A, protein Opa, dan LOS pendek nonsialylated. Kerusakan
jaringan terjadi akibat enzim (fosfolipase, peptidase) yang dihasilkan oleh LOS dan
memicu produksi Tumor Necrosis Factor (TNF) yang menyebabkan kerusakan sel.
Kerusakan sel mukosa yang progresif dan invasi submukosa akan disertai dengan
eksudasi material purulen ke dalam lumen organ yang terinfeksi. Pada keadaan
infeksi yang tidak terobati, leukosit polimorfonuklear secara gradual akan digantikan
oleh sel mononuclear (Cornelissen, 2011). Selain kerusakan jaringan secara lokal,
dapat terjadi diseminasi (bakterimia dengan atau tanpa disertai artritis septik).
Diseminasi terjadi akibat kemampuan bakteri bertahan dari antibodi dan komplemen
pada serum manusia (resistensi serum). Bakteri yang resisten terhadap serum manusia
merupakan bakteri dengan LOS panjang. Resistensi serum terjadi pula akibat blokade
akses antibodi pada LOS yang diperankan oleh Rmp dan Por (C4bp dan faktor H
yang berikatan pada loops dari Por) yang menghambat deposit dan aktivasi
Gambar 2.1
sebesar 10%, sedangkan pada wanita yang terinfeksi gonokokal, 50% adalah
transmisi gonokokal yang terpenting. Manifestasi klinis gonokokal pada pria yang
tersering adalah uretritis anterior akut. Infeksi urogenital pada wanita yang
endoserviks, yang merupakan infeksi primer. Infeksi gonokokal pada vagina jarang
15
terjadi pada wanita masa reproduksi, karena terjadinya penebalan epitel kolumnar
pada vagina dan oleh karena kuatnya pertahanan biologiknya. Sedangkan pada infeksi
gonore pada anak-anak, wanita hamil dan pada wanita sesudah menopause mudah
untuk terkena infeksi gonokokal pada vagina. Kolonisasi uretra terdapat pada 70-90%
wanita yang terinfeksi, dan jarang terjadi bila tidak terdapat infeksi endoserviks.
Tetapi, setelah histerektomi, tempat infeksi umumnya terdapat pada uretra. Infeksi
pada kelenjar periuretra (skene) atau duktus kelenjar Bartholin juga sering terjadi,
tetapi kejadiannya jarang bila tidak terdapat infeksi endoserviks atau uretra. Pada
wanita yang mengalami servisitis gonokokal juga dapat terjadi infeksi pada mukosa
Masa inkubasi pada pria bervariasi antara 1-14 hari atau lebih panjang, tetapi
mayoritas gejala pada pria muncul dalam waktu 2-5 hari. Gejala predominan adalah
duh tubuh uretra yang awalnya dapat bersifat mukoid atau mukopurulen, kemudian
dalam 24 jam setelah onset akan menjadi purulen dan profus. Disuria umumnya
muncul setelah tampak adanya duh tubuh. Masa inkubasi gonore pada wanita lebih
bervariasi dibandingkan pada laki-laki. Gejala lokal umumnya muncul 10 hari setelah
infeksi, dengan gejala utama meliputi peningkatan eksudat dari vagina yang berasal
dari endoserviks yang bersifat purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien
dengan servisitis gonore kadang mempunyai gejala yang minimal. Gejala lainnya
dapat berupa disuria yaitu keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang mungkin
disebabkan oleh uretritis yang menyertai servisitis. Dapat juga terjadi nyeri perut
bagian bawah atau dispareunia, nyeri ini dapat diakibatkan dari menjalarnya infeksi
16
ke endometrium, tuba falopi, ovarium dan peritoneum. Nyeri bisa terjadi bilateral,
unilateral, dan tepat pada garis tengah. Dapat disertai panas badan, mual dan muntah.
Nyeri pada perut bagian kanan atas dari perihepatitis (Fitz-Hugh-Curtis syndrome)
dapat terjadi melalui penyebaran bakteri ke atas melalui peritoneum. (Hook dan
Handsfield, 2008) Gejala lainnya dapat berupa perdarahan uterus diantara masa
menstruasi dan menorrhagia. Masing-masing gejala tersebut dapat terjadi sendiri atau
kombinasi dengan derajat minimal sampai berat. Komplikasi lokal pada wanita dapat
berupa penyakit radang panggul (PRP) akut yang terdiri dari salfingitis dan kadang-
komplikasi ini terjadi pada 10-20% pasien wanita dengan infeksi gonokokus akut.
(Berggren, 2011).
Pengecatan gram merupakan tes yang cepat dan tidak mahal. Pengecatan gram
lebih dari 30 sel polymorphonuclear (PMN) per lapangan pandang besar dari hapusan
gram didapatkan dari spesimen uretra laki-laki yang simptomatis, yaitu sebesar 90-
95%. Sensitivitas dan spesifisitas pengecatan gram lebih rendah pada spesimen
endoservikal dan rektal. Pada pengecatan akan ditemukan diplokokus gram negatif,
17
diameter kira-kira 0,8 m. Bila sendiri-sendiri, kokus berbentuk seperti ginjal dan
bila organisme ini terlihat berpasangan bagian yang rata atau cekung saling
Gambar 2.3
2.4.2 Kultur
Kultur sangat berguna pada saat diagnostik tidak jelas atau ketika terjadi kegagalan
CO2 yang tinggi, dan tumbuh pada media yang diperkaya agar coklat yang berisi
media Thayer Martin yang memiliki sensitivitas 80-95% (Sparling, 2008). Kultur
positif, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif, nistatin untuk
Proteus spp. Pada kultur akan tampak koloni berwarna putih keabuan, mengkilat dan
cembung. Media lain adalah agar coklat Mcleod, tetapi media ini dapat ditumbuhi
Tes ini lebih sensitif dan spesifik daripada tehnik amplifikasi, didesain untuk
spesimen yang diperoleh dari hapusan uretra pada laki-laki dan spesimen urin yang
diperoleh dari laki-laki maupun wanita. Tes ini lebih cepat daripada kultur, lebih
spesifik daripada immunoassay serta tidak memerlukan organisme viabel. Tes ini
tidak direkomendasikan untuk rektal dan faring. Tes nucleic acid amplification
2.5. Penatalaksanaan
infeksi gonokokus. The Centers for Disease Control and prevention (CDC) dan
gonore, yaitu harga murah, toksisitas dapat diterima, dosis tunggal, pemberian oral,
tidak kontraindikasi untuk ibu hamil dan ibu menyusui serta tidak atau lambat terjadi
pengobatan untuk infeksi gonokokus adalah obat tersebut harus memiliki efikasi yang
tinggi yaitu memiliki angka kesembuhan diatas 95% dengan batas terendah dari 95%
CI minimal 95%. Kriteria efikasi klinis ini telah digunakan untuk menentukan
rekomendasi regimen pengobatan gonore oleh CDC sejak tahun 1993. Karena adanya
perbedaan kepekaan gonokokus yang bervariasi luas pada wilayah geografi yang
berbeda, maka regimen pengobatan yang berbeda pada masing-masing daerah harus
tersedia.
terapi infeksi gonore tanpa komplikasi di Indonesia dapat dilakukan dengan regimen
sebagai berikut
molekuler, resistensi dapat terjadi secara intrinsik atau dapat juga karena didapat
dengan kurangnya afinitas obat pada target kerja bakteri, tidak tersedianya akses
obat ke dalam sel bakteri, ekstrusi obat secara kromosomal yang dikoding oleh
Resistensi didapat terjadi melalui suatu proses:1) mutasi pada gen sel
(mutasi kromosomal) yang dapat memicu resistensi silang, atau 2) transfer genetik
transfer grup dan proses redoks), 2) modifikasi target kerja (perubahan struktur
salah satunya dihasilkan oleh bakteri negatif Gram, yang dikodekan pada kromosom
dan plasmid. Gen yang mengkodekan betalaktamase ditransfer oleh transposon juga
ditemukan pada integron. Enzim ini dapat menghidrolisis semua antibiotika golongan
betalaktam yang memiliki ikatan ester dan amida seperti penisilin, sefalosporin,
target kerja. Perubahan dapat terjadi pada struktur peptidoglikan, gangguan sintesis
protein dan DNA. Mekanisme resistensi terkait ganguan sintesis DNA dapat terjadi
melalui dua modifikasi enzim yaitu DNA girase (mutasi gen gyrA dan gyrB). Mutasi
pada gyrA dan gyrC yang diikuti dengan kegagalan replikasi sehingga menyebabkan
ikatan kuinolon dan fluorokuinolon tidak dapat berikatan dengan bakteri (Tenover,
2006).
mekanisme difusi melalui porin, difusi melalui bilayer, dan melalui self-promoted
uptake. Mekanisme masuknya obat tergantung pada komposisi kimia molekul obat.
Molekul hidrofilik berukuran kecil seperti betalaktam dan kuinolon dapat menembus
membran luar hanya melalui porin, sedangkan aminoglikosida dan kolistin tidak
dapat melalui porin, sehingga memerlukan self-promoted uptake menuju sel yang
diawali dengan ikatan terhadap LOS. Penurunan permeabilitias membran luar akan
seperti misalnya MRSA yang menghasilkan PBP alternatif. Pada saat bersamaan
bakteri juga menghasilkan native target yang sensitif terhadap antibiotika. Adanya
inherent atau intrinsik (yang menjadi sifatnya) atau acquired atau didapat melalui
23
suatu proses mutasi atau transfer genetik. Mekanisme resistensi yang didapat terdiri
bakteri; 4) perubahan atau pembuatan daerah target yang baru, dan 5) over ekspresi
dari target obat. Beberapa bakteri bisa mempunyai lebih dari satu mekanisme
(Giedraitiene, 2011).
antimikroba terutama terdiri dari 2 tipe yaitu plasmid mediated (yang dimediasi
plasmid) dan kromosomal. Oleh karena plasmid terletak diluar kromosom, maka
resistensi yang dimediasi oleh plasmid disebut juga sebagai resistensi ekstra
dengan rantai ganda DNA yang dapat memperbanyak diri dalam sel. Dalam satu
bakteri dapat ditemukan bermacam plasmid. Fungsi dari plasmid antara lain sebagai
Ada dua jenis plasmid yaitu plasmid yang berpindah sendiri disebut self tranmissible
plasmid. Plasmid ini mempunyai gen khusus yang mengkode protein yang
dibutuhkan untuk proses konyugasi. Gen ini disebut tra genes. Plasmid yang lain
adalah plasmid yang tidak bisa berpindah sendiri akan tetapi butuh self transmissible
resistensi dalam satu plasmid, sehingga satu plasmid dapat menjadikan bakteri
Resistensi kromosomal terjadi akibat mutasi dalam gen yang memberi kode
pada setiap tempat target obat atau sistim transport pada membran sel yang akan
mengatur pengambilan obat, sehingga obat dalam sel kuman berkurang. Mutasi gen
ini dapat terjadi spontan maupun akibat rangsangan sehingga kuman dapat bertahan
sensitivitas tahap demi tahap akibat akumulasi gradual dari mutasi kromosomal yang
metode dilusi agar atau disk diffusion. Dalam periode 1988-1994, data dari
resistensi total terhadap gonokokus sebesar 30,5%, yang mana 14,3% disebabkan
menjadi dua yaitu pertama yang melibatkan penurunan akses antibiotika menuju
target kerja, dan kedua yang melibatkan perubahan pada target kerja itu sendiri
Akses antibiotika menuju target kerja dibatasi oleh beberapa faktor seperti: 1)
penurunan permeabilitas selubung sel akibat adanya perubahan pada protein porin, 2)
25
adanya pengeluaran antibiotika secara aktif dari sel melalui efflux pump, dan 3)
atau delesi target kerja antibiotika merupakan hasil dari penurunan afinitasnya
muncul secara lambat dan diseminata. Resistensi yang diperantarai plasmid, saat ini
terbatas resistensi terhadap penisilin dan tetrasiklin terjadi melalui proses konyugasi.
dapat dipindahkan saat konyugasi sehingga strain resipien dapat menjadi donor
daerah dengan sektor kesehatan yang meresepkan penggunaan antibiotik yang tidak
seksual di Asia mengkonsumsi kuinolon oral sebagai profilaksis dan hal ini dapat
yang resisten dari satu negara ke negara lain selama masa inkubasi infeksi. Laporan
dijumpai pada warganya yang sering keluar negeri. Selain itu terdapat kelompok yang
jarak jauh, pekerja imigran dan pelaut. Imigran gelap bertanggung jawab terhadap
resistensi penisillin dan kuinolon di Sydney Australia. Kelompok sex tourist juga
N. gonorrhoeae dan resistensi bakteri terhadap agen ini terjadi dalam dua tahun
gonorrhoeae terhadap penisilin dinilai berdasarkan MIC, dimana pada tahun awal
terapi gonore dengan penisilin nilai MIC yang sensitif adalah kurang dari 0,0125
mg/L (0,02 IU/L). Kemudian terjadi peningkatan MIC secara bertahap hingga lebih
dari 0,12 mg/L, selanjutnya menjadi lebih dari 0,5 mg/L. Peningkatan MIC ini
berdampak pada peningkatan dosis penisilin dari 50.000 unit pada tahun 1945
27
menjadi 4,8 juta unit pada tahun 1970. Pada tahun 1989 penisilin tidak lagi
Tahun 1990 di India penisilin sudah tidak dipergunakan sebagai terapi gonore. Pada
sefalosporin dan fluorokuinolon spektrum luas untuk pengobatan gonore primer tanpa
efektifitas paling baik diantara kuinolon dalam hal absorpsi oral dan distribusi ke
makrofag yang baik, disertai efek samping toksik serius yang minimal, serta
menurunkan mutasi satu langkah secara spontan. Sejak tahun 1993 fluorokuinolon
28
(Latel, 2011).
akibat penggunaan antibiotika yang salah. Kriteria Knapp merupakan kriteria untuk
menilai resistensi terhadap kuinolon secara in vitro. Nilai MIC siprofloksasin yang
pengobatan gonore seperti injeksi (seftriakson) maupun oral (cefiksim dan cefdinir).
Pada kasus alergi sefalosporin, spektinomisin merupakan pilihan yang lain (Latel
dkk, 2011)
pada tahun 1945, bekerja sebagai antibiotika dengan menghambat sintesis dinding sel
melalui binding dan menghambat kerja enzim-enzim yang berperan pada insersi
Resistensi terhadap sefalosporin pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 dan
sefalosporin oral pertama kali dilaporkan di Jepang pada tahun 2001 dan selanjutnya
mengisolasi jamur dari limbah di Sardinia, Italia yang memiliki aktivitas antimikroba
antimikroba yang paling efektif melawan bakteri kokus Gram positif termasuk
Stafilokokus aureus, generasi kedua lebih efektif melawan bakteri Gram negatif dan
kurang efektif terhadap Gram positif. Generasi ketiga memiliki aktifitas melawan
Gram negatif dengan spektrum yang lebih luas dibandingkan generasi kedua.
Generasi keempat seperti sefipim memiliki aktivitas baik terhadap bakteri Gram
menghambat sintesis dinding sel melalui ikatan dan hambatan pada enzim yang
berperan pada insersi peptidoglikan pada dinding sel. Enzimenzim tersebut antara
satunya agen oral yang direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena memiliki
angka kesembuhan lebih dari 95%. Sefiksim juga digunakan di Inggris dan Indonesia.
Di AS, sefiksim sempat tidak tersedia dari tahun 2002 hingga 2008, diganti dengan
menggunakan sefditoren serta sefdinir sebagai terapi pilihan (Barry dan Klausner,
2009)
pada R2 (C3) sehingga memiliki waktu paruh lebih panjang akibat adanya perluasan
dari ikatan protein. Dosis seftriakson masih sering menjadi perdebatan, di beberapa
negara seperti di AS dan oleh WHO merekomendasikan 125 mg, sedangkan negara
sebagai efektif melawan isolat resisten multi obat di Jepang (Barry dan Klausner
,2009).
(GRAPS) UK, > 0,125 mg/L oleh Eropa Surveillance of Sexually Transmitted
MIC 0,25 mg/L sebagai sensitif dan 0,5 mg/L sebagai tidak sensitive (Barry dan
Klausner, 2009).
dilaporkan sejak awal tahun 2000 dengan peningkatan MIC pada pemakaian
sefpodoksim dan sefdinir. Pada tahun 2006, sefiksim tidak lagi digunakan sebagai
sensitif) pada tahun 2001. Isolat ini terutama ditemukan pada daerah urban, para turis
internasional dan mitra seksualnya, juga diduga terjadi transmisi secara domestik.
peningkatan MIC pada isolat dari beberapa wilayah berbeda selama tahun 1990. Di
Hongkong selama periode Oktober 2006 hingga Agustus 2007 melaporkan angka
kegagalan seftibuten 400 mg dosis tunggal sebesar 3,7%. Dari 42 orang yang gagal
dengan seftibuten, 7 orang memiliki MIC 1 mg/L, dan sekitar 23 isolat memiliki
MIC terhadap seftriakson sebesar 0,06 atau 0,125 mg/L. Di Taiwan juga dilaporkan
isolat dengan MIC seftriakson 0,5 mg/L. India, Bangladesh, Nepal dan Srilanka
mengidentifikasi isolat dengan MIC seftriakson 0,25 mg/L dari Italia dan Swedia.
terhadap sefiksim pada tahun 2007 dengan MIC > 0,25 mg/L. Denmark, Spanyol,
Swedia, dan Yunani juga melaporkan isolat dengan peningkatan MIC terhadap
dengan MIC seftriakson 0,5 mg/L di San Diego (1987), Cincinnati (1992 dan 1993),
dan Philadelphia (1997). GISP juga menguji sefiksim pada tahun 1992 hingga tahun
2006 teradapat 48 isolat dengan MIC sefiksim 0,5-2,0 mg/L. Di Hawai pada tahun
2001 ditemukan isolat dengan MIC sefiksim 0,25-0,5 mg/L dan MIC seftriakson
0,125 mg/L. Penelitian di Kanada pada tahun 2008 melaporkan penurunan sensitifitas
sefalosporin dengan MIC dari 0,125 hingga 0,25 mg/L. Data terbatas dari Afrika dan
betalaktam seperti sefalosporin. Perubahan pada PBP2 yang dikode oleh gen penA
asam amino. Perubahan ini juga ditemukan pada isolat yang resisten sefalosporin.
Namun belum banyak diketahui mengenai mutasi spesifik pada PBPs, interaksi dan
perubahan PBP2 yang terkait resistensi sefiksim di Jepang pada uretritis laki-laki
34
yang diisolasi oleh Ameyama dan kawan-kawan pada tahun 2002 (Barry dan
Klausner, 2009)
bakteri. Mutasi pada gen mtrR yang berperan untuk menekan sistem MtrC-D-E
reesistensi terhadap sefalosporin belum diketahui dengan jelas. Tanaka dan kawan-
kawan melaporkan isolat yang resisten seftriakson dengan MIC 0.5 mg/L memiliki
mutasi pada gen mtrR. Linberg dan kawan-kawan menemukan sekitar 13 dari 18
isolat dengan MIC seftriakson 0,06 mg/L memiliki mutasi pada gen mtrR, penA,
Mutasi pada penB suatu gen pada porin akan menurunkan permeabilitas
terhadap antimikroba hidrofilik seperti penisilin dan tetrasiklin yang juga disertai
dengan mutasi pada mtrR. Namun peranannya pada resistensi sefalosporin belum
meningkatkan MIC sefiksim dari 0,001 menjadi 0,06 mg/L, dan MIC seftriakson dari
35
0,00025 menjadi 0,002 mg/L. Peneliti lain melaporkan mosaic penA meningkatkan
MIC sefiksim 100 kali lipat menjadi 0,12 mg/L dan MIC seftriakson 20 kali lipat
menjadi 0,012 mg/L. Mosaic penA disertai yang disisipkan pada isolat resisten
penisilin dengan beberapa mutasi (ponA, mtrR, penB) meningkatkan MIC seftriakson
menjadi 0,25 mg/L, dan sefiksim menjadi 0,5 mg/L. Linberg dan kawan-kawan
melaporkan bahwa mutasi multipel pada PBP2 diperlukan untuk meningkatkan MIC
0,5 mg/L memiliki mosaic PBP2 juga memiliki mutasi pada ponA (L421P), penB
ini adalah melalui isolasi dan uji sensitibilitas. Kultur sebagai baku emas dalam
diagnosis infeksi gonokokal berdasarkan kultur, maka makin sedikit isolat yang
tersedia sebagai bahan uji sensitibilitas. Hal ini memungkinkan penggunaan uji
untuk uji diagnostik berbasis asam nukleat. Uji tersebut sudah dikembangkan untuk
klinis secara luas. Uji ini memliki keterbatasan karena tergantung pada pengetahuan
tersebut berhubungan dengan MIC secara in vitrodan dengan hasil klinis, sedangkan
imformasi tersebut belum tersedia untuk resistensi sefalosporin (Ng dan Martin,
2005)
Uji PCR untuk identifikasi gen mosaic penA sudah dipublikasikan, dan
klinis, namun pentingnya genotip ini belum dipahami secara lengkap, sehingga
Selain penggunaan uji diagnostik yang sensitif dan spesifik, serta edukasi
yang baik pada pasien, pengobatan dengan antibiotika yang efektif merupakan
Antibiotika yang dipilih sebaiknya memiliki efikasi dan kualitas yang tinggi, tidak
toksik, dan memberikan keberhasilan lebih dari 95% bila diberikan secara empiris
agen antimikroba secara berturut-turut yang digantikan dengan antibiotika baru yang
antimikroba alternatif, menimbulkan gonore yang sulit diobati bahkan tidak bisa
diobati. Dalam upaya mengatasi hal tersebut, CDC dan European Centre for Disease
37
dalam upaya meningkatkan efektifitas pengobatan gonore (Unemo dan Shafer, 2014).
seftriakson parenteral. Dosis awal seftriakson 250 gram dilaporkan tidak cukup untuk
dosis tungal, bahkan dosis dapat ditingkatkan hingga 2 gram berdasarkan pengobatan
gram direkomendasikan oleh beberapa pedoman pengobatan untuk gonore, dan dosis
ini dilaporkan cukup untuk membunuh kuman gonokokus, namun metode ini hanya
sudah mulai direkomendasikan di Amerika Serikat, Inggris dan seluruh Eropa seperti
yang ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini. (Ross dan Lewis, 2012)
pengobatan gonore telah dilaporkan oleh CDC. Regimen terapi tersebut adalah
atau gemifloksasin 320 mg oral dikombinasi dengan azitromisin 2 gram oral. Kedua
regimen terapi ini telah melalui uji klinis dan masing-masing memberikan efektifitas
terapi sebesar 100% dan 99,5% pada pengobatan gonore tanpa komplikasi. Namun
38
efek samping gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare membatasi penggunaan
merupakan salah satu dari 3 terapi lini pertama dimana resistensi sefalosporin oral
sering terjadi. Resistensi terhadap spektinomisin dapat terjadi melalui satu tahap
mutasi, dan berkembang dengan cepat akibat penggunaan secara luas pada tentara
Amerika di masa lalu. Namun secara umum resistensi terhadap agen ini masih jarang
dilaporkan dan terjadi secara sporadik. Resistensi terhadap kanamisin belum pernah
apabila digunakan sebagi agen tunggal. Rifampin merupakan obat yang tidak mahal
(Stefanelii, 2011).
39
Tabel 2.2
Mekanisme Resistensi Antibiotika dan Rekomendasi Pengobatan
untuk N. Gonorrhoeae (Unemo dan Shafer,2014)
muncul resistensi
Direkomendasikan
sebagai terapi lini
kedua dan ketiga