Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

JAKARTA

NOMOR 127 TAHUN 2002

TENTANG

POLA HUBUNGAN KERJA SAMA PEMERINTAH PROPINSI DAERAH


KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN PEMERINTAH DAERAH LAIN

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang:
a. Bahwa dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia
Jakarta, maka keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
798 Tahun 1997 tentang Pola Hubungan Kerja Sama Antara Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dengan Pemerintah Daerah lainnya perlu dilakukan
penyesuaian;
b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas, maka penyempurnaan Pola Hubungan
Kerja Sama tersebut, perlu ditetapkan kembali dengan Keputusan Gubernur.

Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
3. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Pemerintah Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Tugas
Dekonsentrasi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu;
9. Keputusan Presiden Nomor 17 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran
pendapatan dan Belanja Negara;
10. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001
tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


1
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
11. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
12. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 65 Tahun
2002 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Propinsi Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2002

MEMUTUSKAN

Menetapkan:
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA SAMA PEMERINTAH
PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN PEMERINTAH
DAERAH LAIN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:


1. Propinsi adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
2. Daerah lain adalah Daerah Propinsi/Kabupaten Kota di seluruh Indonesia;
3. Pemerintah Propinsi adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
4. Gubernur adalah Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
5. Gubernur/Bupati/Walikota di Indonesia yang bekerjasama dengan Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
6. Sekrataris Daerah adalah Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
7. Asisten Tata Praja dan Aparatur Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
8. Badan Perencanaan Daerah adalah Badan Perencanaan Daerah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
9. Kotamadya/Kabupaten Administrasi adalah Kotamadya/Kabupaten dilingkungan
Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
10. Pemerintah Kotamadya/Kabupaten Adminitrasi adalah Pemerintah
Kotamadya/Kabupaten di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarata;
11. Dinas adalah Dinas di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
12. Biro Kerja Sama Antar Kota dan Daerah adalah Biro Kerja Sama Antar Kota dan
Daerah pada Sekretariat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
13. Unit-unit Organisasi adalah unit-unit organisasi di lingkungan Pemerintah
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


2
14. Badan Perencanaan Kotamadya/Kabupaten adalah Badan Perencanaan
Kotamadya/Kabupaten (Bapekodya/Bapekab) di lingkungan Pemerintah Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
15. Suku Dinas adalah Suku Dinas di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
16. Lembaga/Badan adalah lembaga/badan pemerintah non departemen dan
lembaga/badan di lingkungan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota diluar
Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
17. Pola Hubungan Kerja Sama Daerah adalah pengaturan dan mekanisme
penyelenggaraan pelaksanaan hubungan kerja sama dengan Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dengan Daerah lain;
18. Kerja sama multilateral adalah kerja sama Pemerintah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta dengan 2 (dua) atau lebih Pemerintah Daerah lainnya di
Indonesia.

BAB II
PRINSIP KERJA SAMA

Pasal 2

Kerja sama Daerah antara Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
Pemerintah Daerah lain dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa,
dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip:
a. saling membantu dan mendukung untuk meningkatkan kerja sama yang
berkesinambungan, baik di bidang ketentuan/peraturan, pembangunan, pelayanan
dan pemberdayaan masyarakat;
b. saling menghargai persamaan kedudukan, kekhususan dan keberadaan masing-
masing Daerah;
c. saling memberi manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung;
d. saling mendorong kemandirian masing-masing daerah yang mengacu pada
peningkatan kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah.

BAB III
TUJUAN KERJA SAMA

Pasal 3

Tujuan kerja sama adalah:


a. Untuk memfasilitasi kerja sama dalam berbagai bidang seperti masalah perkotaan,
sosial ekonomi, perbatasan antar wilayah dan permasalahan lainnya;
b. Untuk memperkuat dan meningkatkan peranan dari Pemerintah Daerah dalam
pelayanan masyarakaat;
c. Untuk meningkatkan standar pelayanan umum;

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


3
d. Untuk menciptakan forum tukar menukar informasi antar Pemerintah Daerah;
e. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memecahkan masalah yang
dihadapi oleh Pemerintah Daerah;
f. Untuk kepentingan pengorganisasian pelatihan, seminar, lokakarya dan sebagainya;
g. Untuk memfasilitasi terciptanya suatu forum konsultasi bagi Pemerintahan Daerah
dalam berbagi pengalaman dan demi peningkatan kreativitas dan inovasi
Pemerintah Daerah seiring dengan tantangan dan dinamika pembangunan.

BAB IV
PIHAK-PIHAK YANG BEKERJA SAMA

Pasal 4

1. Kerja sama antar Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
Pemerintah Daerah lain dapat dilakukan secara bilateral ataupun multilateral dengan
Pemerintah:
a. Propinsi;
b. Kabupaten;
c. Kota;
d. Lembaga/Badan.
2. Walikotamadya/Bupati Administrasi di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dapat melakukan kerja sama dengan
Propinsi/Kota/Kabupaten dan Lembaga/Badan lain setelah mendapat persetujuan
dengan surat kuasa dari Gubernur.

BAB V

RUANG LINGKUP DAN BIDANG KERJA SAMA

Pasal 5

1. Ruang lingkup kerja sama meliputi aspek pelayanan, pembangunan dan


pemberdayaan masyarakat.
2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini mengacu pada Program
Pembangunan Nasional, Program Pembangunan Daerah dan Rencana Strategi
(Renstra) Daerah.

Pasal 6

Bidang kerja sama meliputi antara lain:


a. ketenagakerjaan;
b. air baku
c. pemeliharaan sumber alam dan lingkungan hidup;

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


4
d. pembangunan sarana dan prasarana kota;
e. pariwisata dan seni budaya;
f. pembinaan pemukiman dan penyebaran penduduk;
g. pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana air minum dalam memenuhi
kebutuhan penduduk di kedua Daerah;
h. peningkatan produksi hasil pertanian, industri dan kerajinan rakyat termasuk
pengaturan dalam pemasarannya;
i. pemulihan sumber-sumber pembangunan;
j. pemberian bantuan tenaga ahli, permodalan dan peralatan;
k. pendidikan dan penyelenggaraan peningkatan ketrampilan;
l. tukar menukar informasi;
m. pelayanan kesehatan;
n. dan lain-lain yang dipandang perlu sesuai kebutuhan.

Pasal 7

1) Kerja sama dapat berwujud pemberian bantuan dari Pemerintah Derah Kepada
Pemerintah Daerah lainnya dan atau sebaliknya.
2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat berbentuk barang,
fasilitas maupun personil, jasa/bantuan moril.
3) Bantuan dalam bentuk dana dialokasikan dalam APBD penerima dan
pemanfaatannya diberitahukan kepada Pemerintah Daerah pemberi bantuan.
4) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) pasal ini diatur sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI
BENTUK IKATAN KERJA SAMA

Pasal 8

1) Hubungan kerja sama antar Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota maupun
Lembaga/badan lain dituangkan dalam bentuk Kesepakatan Bersama dan
Keputusan Bersama.
2) Isi/Materi hubungan kerja sama sekurang-kurangnya mengatur mengenai:
a) Maksud dan tujuan kerja sama;
b) Subyek kerja sama;
c) Obyek kerja sama
d) Ruang Lingkup kerja sama;
e) Hak, kewajiban dan tanggungjawab;
f) Tata cara pelaksanaan;
g) Jangka waktu kerja sama;
h) Berakhirnya kerja sama;
i) Perpanjangan perjanjian;

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


5
j) Penyelesaian perselisihan;
k) Keadaan memaksa (forse majeur)
l) Pengorganisasian;
m) Pembiayaan

Pasal 9

1) Hubungan kerja sama sebagaimana dimaksud pasal 8 ayat (1) yang membebani
APBD Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus mendapat persetujuan DPRD
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2) Pembebanan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan kerja sama dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VII
PROSEDUR KERJA SAMA
Bagian Pertama
Persiapan

Pasal 10

1) Untuk memproses ikatan kerja sama, dilakukan langkah-langkah persiapan sebagai


berikut:
a. Melakukan konsultasi, observasi dan pengkajian data untuk menyamakan
persepsi antara pihak yang bekerja sama;
b. Hasil konsultasi, observasi dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada huruf
a di atas, dianalisis dan dievaluasi untuk menentukan kemungkinan bidang-
bidang yang akan dikerjasamakan;
c. Setelah terwujud saling pengertian kesepakatan mengenai bidang-bidang yang
akan dikerjasamakan, pihak-pihak yang bekerjasama menindaklanjuti dengan
menandatangani kesepakatan bersama;
d. Setelah ditandatangani kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang
bekerjasama dapat ditindaklanjuti dengan keputusan bersama, industri
bersama dan/atau perjanjian bersama.
2) Dalam tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini unit-unit
organisasi terkait dengan bidang yang dikerjasamakan wajib melapor kepada
Gubernur melalui Sekretris Daerah dengan tembusan kepada Asisten Tata Praja dan
Aparatur mengenai butir-butir saling pengertian sesuai dengan fungsi masing-
masing.
3) Ikatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada pasal 9 dirumuskan bersama oleh
unit-unti organisasi terkait di bawah koordinasi Asisten Tata Praja dari Aparatur,
dan Asisten Tata Praja untuk Kotamadya/Bupati/Walikota atau Lembaga/Badan
Daerah lain.

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


6
Bagian Kedua
Pelaksanaan Kerja Sama

Pasal 11

1) Pelaksanaan kegiatan kerja sama dapat dimulai setelah ikatan kerja sama
ditandatangani sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (4).
2) Bappeda dan/atau Asisten Tata Praja Aparatur dapat mendorong pelaksanaan
kegiatan kerja sama ke arah penyediaan pelayanan bersama atau membentuk badan
usaha bersama.
3) Ketentuan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas, diatur lebih lanjut
oleh masing-masing unit organisasi dan dituangkan dalam perjanjian kegiatan antar
unit, diatur lebih lanjut oleh masing-masing unit organisasi dan dituangkan dalam
perjanjian kegiatan antar unit dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
keputusan ini.

Pasal 12

1) Ketentuan teknis pelaksanaan sebagaimana tersebut pada ayat (2) Pasal 11


sekurang-kurangnya harus memuat gambaran program yang akan dikerjasamakan,
prioritas program, unit pelaksana, Pokja, Jangka waktu, tahapan pencapaian target
dan tujuan, keterlibatan pihak swasta, tenaga ahli dan lain-lain.
2) Ketentuan teknis tersebut pada ayat (1) pasal ini harus menggambarkan hak dan
kewajiban masing-masing pihak yang bekerja sama.
3) Pelaksanaan kegiatan kerja sama pada tingkat Propinsi adalah dinas/instansi yang
ditunjuk.
4) Pelaksanaan kegiatan di tingkat wilayah Kotamadya/Kabupaten Administrasi
adalah suku Dinas/Instansi yang ditunjuk.
5) Gambaran hak dan kewajiban sebagaimana tersebut pada ayat (2) pasal ini oleh
masing-masing Daerah yang bekerja sama diajukan untuk memperoleh alokasi
anggaran pada APBD.

Pasal 13

1) Untuk memudahkan koordinasi dan pemantauan pengajuan alokasi angaran


kegiatan kerja sama sebagaimana tersebut pada ayat (5) Pasal 12 dipusatkan alokasi
anggarannya pada satu unit fungsional yang menangani kerja sama atau unit yang
ditunjuk oleh Sekretaris Daerah.
2) Kebutuhan anggaran sebagaimana pada ayat (1) pasal ini dialokasikan di Biro
Kakda, selanjutnya Biro Kakda dapat menunjuk unit pelaksana melalui Surat
Perintah Tugas (SPT) sesuai ketentuan yang berlaku.
3) Apabila program kerja sama dilakukan oleh kuasa gubernur dalam hal ini
Walikotamadya/Bupati Administrasi, maka pengalokasian anggaran dibebankan
pada anggaran Kotamadya/Kabupaten Administrasi.

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


7
4) Bagian Administrasi Wilayah Kotamadya/Kabupaten Administrasi
mengkoordinasikan penyusunan program kerja sama dan mengajukan anggaran
kerja sama kepada Walikotamadya/Bupati Administrasi.

Pasal 14

1) Unit organisasi yang melaksanakan kerja sama dapat membentuk tim pemantauan
yang terdiri dari unit-unit terkait dan Daerah yang melakukan kerja sama.
2) Pemantauan oleh tim sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara berkala.
3) Hasil pemantauan sebagaimana ayat (2) pasal ini, di tingkat Propinsi dilaporkan
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah dan di tingkat Kotamadya/Kabupaten
Administrasi dilaporkan kepada Walikotamadya/Bupati Administrasi melalui
Bagian Administrasi Wilayah dengan tembusan instansi terkait.
4) Walikotamadya/Bupati Administrasi melaporkan hasil pemantauan kerja sama di
wilayahnya kepada Gubernur.

Bagian Ketiga
Koordinasi

Pasal 15

1) Bapeda/Bapekodya/Bapekab sesuai tugas dan fungsinya mengkoordinasikan


perencanaan kegiatan kerja sama yang diajukan oleh unit-unit organisasi pada
tingkat Propinsi, Kotamadya dan Kabupaten yang melaksanakannya dengan
membentuk tim koordinasi perencanaan.
2) Sekretariat Tim Koordinasi berada di Biro Kerja sama antar Kota dan Daerah.
3) Asisten Tata Praja dan Aparatur melaksanakan koordinasi pelaksanaan kerja sama
unit-unit organisasi di lingkungan Pemerintah Propinsi
4) Asisten Kotamadya/Bupati Administrasi yang membidangi masing-masing suku
dinas melaksanakan koordinasi pelaksanaan kerja sama.

Bagian Keempat
Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 16

1) Untuk setiap bidang kerja sama dibentuk Kelompok Kerja.


2) Kelompok kerja bertugas untuk menetapkan pedoman pemantauan dan evaluasi
yang mencerminkan akuntabilitas kinerja seuai ketentuan yang berlaku.
3) Biro Kerja Sama Antar Kota dan evaluasi dibahas bersama dengan para pihak yang
bekerja sama dan dilaporkan kepada Gubernur/Walikotamadaya/Bupati
Administrasi dengan tembusannya disampaikan kepada Lembaga/Badan Instansi
terkait.

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


8
BAB IX
WAKTU KERJA SAMA

Pasal 17

1) Kerja sama dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang
sesuai kesepakatan.
2) Apabila dalam jangka waktu yang sudah ditentukan tujuan kerja sama belum
tercapai, dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan dan disepakati bersama.

BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 18

1) Pembinaan terhadap pelaksanaan kerja sama dilakukan oleh Sekretaris Daerah atas
nama Gubernur.
2) Biro Kerja Sama Antar Kota dan Daerah (Kakda) sesuai dengan fungsinya
merumuskan kebijakan, penyiapan data, dan penyusunan program, pembinaan,
pedoman dan petunjuk pelaksanaan, penyelesaian naskah, pengelolaan dan
memfasilitasi kerja sama;
3) Biro Kakda memfasilitasi Kotamadya/Kabupaten Administrasi dengan
forum/organisasi kerja sama dan asosiasi Pemerintah Daerah.
4) Pengawasan pelaksanaan kerja sama di lakukan oleh aparat pengawas fungsional
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XI
PEMBIAYAAN

Pasal 19

Segala biaya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan kerja sama dianggarkan APBD
masing-masing Pemerintah Daerah sesuai dengan mekanisme anggaran.

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


9
BAB XII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 20

1) Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kerja ama akan diselesaikan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
2) Apabila dengan musyawarah dan mufakat tidak terselesaikan, penyelesaian
perselisihan difasilitasi oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3) Keputusan Menteri Dalam Negeri dalam upaya penyelesaian perselisihan bersifat
mengikat bagi pihak-pihak yang bekerja sama.
4) Apabila penyelesaian perselisihan melalui Menteri Dalam Negeri sebagaimana ayat
(2) salah satu pihak tidak dapat menerima, dapat mengajukan penyelesaian melalui
Mahkamah Agung.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

1) Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditetapkan kemudian.
2) Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 798 Tahun 1997 tentang Pola Hubungan Kerja
Sama Antar Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Pemerintah Daerah
lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 22

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 11 September 2002
GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

ttd

SUTIYOSO

D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)


10
D:/Datafile-2002/Undang-2/PERDA/Keputusan Gubernur DKI_127_2002.doc (Sri PC per 2/6/2003 4:19 PM)
11

Anda mungkin juga menyukai