JAKARTA
TENTANG
Menimbang:
a. Bahwa dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia
Jakarta, maka keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
798 Tahun 1997 tentang Pola Hubungan Kerja Sama Antara Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dengan Pemerintah Daerah lainnya perlu dilakukan
penyesuaian;
b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas, maka penyempurnaan Pola Hubungan
Kerja Sama tersebut, perlu ditetapkan kembali dengan Keputusan Gubernur.
Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
3. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Pemerintah Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Tugas
Dekonsentrasi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu;
9. Keputusan Presiden Nomor 17 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran
pendapatan dan Belanja Negara;
10. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001
tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA SAMA PEMERINTAH
PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN PEMERINTAH
DAERAH LAIN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PRINSIP KERJA SAMA
Pasal 2
Kerja sama Daerah antara Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
Pemerintah Daerah lain dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa,
dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip:
a. saling membantu dan mendukung untuk meningkatkan kerja sama yang
berkesinambungan, baik di bidang ketentuan/peraturan, pembangunan, pelayanan
dan pemberdayaan masyarakat;
b. saling menghargai persamaan kedudukan, kekhususan dan keberadaan masing-
masing Daerah;
c. saling memberi manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung;
d. saling mendorong kemandirian masing-masing daerah yang mengacu pada
peningkatan kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah.
BAB III
TUJUAN KERJA SAMA
Pasal 3
BAB IV
PIHAK-PIHAK YANG BEKERJA SAMA
Pasal 4
1. Kerja sama antar Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
Pemerintah Daerah lain dapat dilakukan secara bilateral ataupun multilateral dengan
Pemerintah:
a. Propinsi;
b. Kabupaten;
c. Kota;
d. Lembaga/Badan.
2. Walikotamadya/Bupati Administrasi di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dapat melakukan kerja sama dengan
Propinsi/Kota/Kabupaten dan Lembaga/Badan lain setelah mendapat persetujuan
dengan surat kuasa dari Gubernur.
BAB V
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
1) Kerja sama dapat berwujud pemberian bantuan dari Pemerintah Derah Kepada
Pemerintah Daerah lainnya dan atau sebaliknya.
2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat berbentuk barang,
fasilitas maupun personil, jasa/bantuan moril.
3) Bantuan dalam bentuk dana dialokasikan dalam APBD penerima dan
pemanfaatannya diberitahukan kepada Pemerintah Daerah pemberi bantuan.
4) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) pasal ini diatur sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
BENTUK IKATAN KERJA SAMA
Pasal 8
1) Hubungan kerja sama antar Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota maupun
Lembaga/badan lain dituangkan dalam bentuk Kesepakatan Bersama dan
Keputusan Bersama.
2) Isi/Materi hubungan kerja sama sekurang-kurangnya mengatur mengenai:
a) Maksud dan tujuan kerja sama;
b) Subyek kerja sama;
c) Obyek kerja sama
d) Ruang Lingkup kerja sama;
e) Hak, kewajiban dan tanggungjawab;
f) Tata cara pelaksanaan;
g) Jangka waktu kerja sama;
h) Berakhirnya kerja sama;
i) Perpanjangan perjanjian;
Pasal 9
1) Hubungan kerja sama sebagaimana dimaksud pasal 8 ayat (1) yang membebani
APBD Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus mendapat persetujuan DPRD
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2) Pembebanan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan kerja sama dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
BAB VII
PROSEDUR KERJA SAMA
Bagian Pertama
Persiapan
Pasal 10
Pasal 11
1) Pelaksanaan kegiatan kerja sama dapat dimulai setelah ikatan kerja sama
ditandatangani sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (4).
2) Bappeda dan/atau Asisten Tata Praja Aparatur dapat mendorong pelaksanaan
kegiatan kerja sama ke arah penyediaan pelayanan bersama atau membentuk badan
usaha bersama.
3) Ketentuan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas, diatur lebih lanjut
oleh masing-masing unit organisasi dan dituangkan dalam perjanjian kegiatan antar
unit, diatur lebih lanjut oleh masing-masing unit organisasi dan dituangkan dalam
perjanjian kegiatan antar unit dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
keputusan ini.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
1) Unit organisasi yang melaksanakan kerja sama dapat membentuk tim pemantauan
yang terdiri dari unit-unit terkait dan Daerah yang melakukan kerja sama.
2) Pemantauan oleh tim sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara berkala.
3) Hasil pemantauan sebagaimana ayat (2) pasal ini, di tingkat Propinsi dilaporkan
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah dan di tingkat Kotamadya/Kabupaten
Administrasi dilaporkan kepada Walikotamadya/Bupati Administrasi melalui
Bagian Administrasi Wilayah dengan tembusan instansi terkait.
4) Walikotamadya/Bupati Administrasi melaporkan hasil pemantauan kerja sama di
wilayahnya kepada Gubernur.
Bagian Ketiga
Koordinasi
Pasal 15
Bagian Keempat
Pemantauan dan Evaluasi
Pasal 16
Pasal 17
1) Kerja sama dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang
sesuai kesepakatan.
2) Apabila dalam jangka waktu yang sudah ditentukan tujuan kerja sama belum
tercapai, dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan dan disepakati bersama.
BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
1) Pembinaan terhadap pelaksanaan kerja sama dilakukan oleh Sekretaris Daerah atas
nama Gubernur.
2) Biro Kerja Sama Antar Kota dan Daerah (Kakda) sesuai dengan fungsinya
merumuskan kebijakan, penyiapan data, dan penyusunan program, pembinaan,
pedoman dan petunjuk pelaksanaan, penyelesaian naskah, pengelolaan dan
memfasilitasi kerja sama;
3) Biro Kakda memfasilitasi Kotamadya/Kabupaten Administrasi dengan
forum/organisasi kerja sama dan asosiasi Pemerintah Daerah.
4) Pengawasan pelaksanaan kerja sama di lakukan oleh aparat pengawas fungsional
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 19
Segala biaya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan kerja sama dianggarkan APBD
masing-masing Pemerintah Daerah sesuai dengan mekanisme anggaran.
Pasal 20
1) Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kerja ama akan diselesaikan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
2) Apabila dengan musyawarah dan mufakat tidak terselesaikan, penyelesaian
perselisihan difasilitasi oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3) Keputusan Menteri Dalam Negeri dalam upaya penyelesaian perselisihan bersifat
mengikat bagi pihak-pihak yang bekerja sama.
4) Apabila penyelesaian perselisihan melalui Menteri Dalam Negeri sebagaimana ayat
(2) salah satu pihak tidak dapat menerima, dapat mengajukan penyelesaian melalui
Mahkamah Agung.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
1) Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditetapkan kemudian.
2) Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 798 Tahun 1997 tentang Pola Hubungan Kerja
Sama Antar Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Pemerintah Daerah
lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 22
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 11 September 2002
GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
ttd
SUTIYOSO