Diajukan oleh :
drg. Hardani Wiyatmi
ii
KATA PENGANTAR
kenaikan pangkat/golongan dari IVc ke IVd bagi tenaga fungsional dokter gigi.
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama Ibu Direktur Rumah
Sakit Jiwa Grhasia DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie, M. Kes, yang telah
memberikan arahan kepada kami. Juga teman-teman Klinik Gigi dan Mulut yang
telah memberikan masukan dan menyiapkan data untuk penulisan makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................ v
B. Pembahasan .................................................................................. 58
A. Kesimpulan...................................................................................... 61
B. Saran............................................................................................... 63
iv
ABSTRAK
Pada setiap tindakan pencabutan gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen,diperlukan anestesi.
Anestesi untuk pencabutan gigi bisa menggunakan anestesi umum maupun anestesi lokal sesuai indikasi.
Untuk praktik dokter gigi, khususnya di Indonesia, biasanya dipakai anestesi lokal. Anestesi lokal adalah suatu
anestesi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan syaraf sensible setempat dimana kesadaran pasien masih
ada. Persiapan dan pelaksanaan anestesi lokal yang baik dan benar atau sesuai prosedur, diharapkan dapat
menunjang keberhasilan pelaksanaan anestesi lokal.Tata laksana anestesi lokal dapat berupa buku petunjuk
anestesi lokal atau PPK (Panduan Praktik Klinis) anestesi lokal.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan data anestesi lokal dalam pencabutan
gigi susu maupun pencabutan gigi tetap di RSJ Grhasia DIY tahun 2012 dan tahun 2013 serta membantu
mengingatkan teman sejawat dokter gigi dalam tata laksana anestesi lokal. Data pencabutan gigi susu tahun
2012 menunjukkan bahwa pencabutan gigi susu dengan topikal anestesi sebanyak 50 gigi dan pencabutan gigi
susu dengan injeksi (cito ject) sebanyak 13 gigi. Pada tahun 2013, pencabutan gigi susu dengan topikal
anestesi sebanyak 80 gigi dan pencabutan ggi susu dengan injeksi sebanyak 14 gigi. Pada tahun 2012
pencabutan gigi tetap dengan injeksi sebanyak 200 gigi dan pencabutan gigi tetap dengan topikal anestesi
sebanyak 2 gigi. Sedangkan tahun 2013 pencabutan gigi tetap dengan injeksi sebanyak 169 gigi dan
pencabutan ggi tetap dengan topikal anestesi sebanyak 3 gigi. Dari data-data tersebut terbukti bahwa anestesi
lokal diperlukan dalam setiap pencabutan gigi, baik pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap.
Komplikasi anestesi lokal yang terjadi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia DIY tahun 2012 dan
tahun 2013 yang berupa sinkop dan masuknya anestesi ke dalam pembuluh darah dapat teratasi di klinik gigi
dan mulut, sehingga pasien tidak sempat dirujuk.
Penanganan komplikasi tersebut menggunakan pedoman dari buku petunjuk lokal anestesi. Bila terjadi
komplikasi lain yang tidak bisa teratasi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pasien dirujuk intern sesuai
indikasi. Prosedur rujukan intern telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia Propinsi DIY.
v
BAB I
PENDAHULUAN
gigi permanen atau gigi tetap maupun pencabutan gigi susu agar pasien tidak
merasakan sakit pada waktu dicabut giginya. Dalam praktik dokter gigi dikenal
dua macam anestesi, yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Untuk praktik
kondisi tidak sadar dengan menambahkan analgesik dan relaksan otot agar
timbul sensasi seimbang. Anestesi lokal yaitu suatu anestesi yang dimaksudkan
ada.
harus mengetahui dan memahami indikasi serta kontra indikasi anestesi lokal.
Indikasi anestesi lokal antara lain : 1) Untuk keperluan pencabutan gigi, 2) Untuk
akan dilakukan multiple extraction, 4) Pada pasien abnormal, 5) Pada anak kecil
1
temperamen pasien, serta perluasan infeksi dalam jaringan. Faktor umum dan
faktor lokal juga bisa sebagai penentu pemilihan macam anestesi. Faktor-faktor
umum antara lain : pasien terlalu gemuk, pasien dengan penyakit sistemik,
wanita hamil trimester pertama dan terakhir, penyakit hemoragik yang langka.
Faktor-faktor lokal : infeksi akut pada daerah kerja, obat untuk penyakit sistemik,
kerja, dan dokter konsultan bila diperlukan. Dokter konsultan diperlukan bila
pasien yang akan dianestesi lokal mempunyai riwayat penyakit sistemik, wanita
Anamnesis yang lengkap dan akurat, teknik anestesi yang baik dan benar
sesuai prosedur, ketepatan pemilihan macam obat anestesi beserta dosis atau
(Panduan Praktik Klinis) yang telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia.
lokal dalam pencabutan gigi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tahun 2012 dan
masuknya anestetik pada pembuluh darah, toksisitas, alergi, rasa sakit pada
2
penyuntikan, konvulsi, kontraksi uterus, jarum injeksi patah, dan sebagainya.
Kegagalan anestesi juga dapat terjadi pada waktu injeksi mandibular dan injeksi
supraperiosteal. Bila terjadi komplikasi anestesi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ
Klinik Gigi dan Mulut, pasien dirujuk intern sesuai indikasi. Prosedur rujukan
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A1. PENGERTIAN
1. Anestesi :
2. Anestesia :
lokal anestesi
LOKAL ANESTESI
a. Pengertian :
Mangunkusumo, 1981)
Sumawinata, 2013)
4
Untuk keperluan pencabutan gigi
karena kecelakaan
(1981):
perluasan infeksi
rasa sakit
5
4) Pada pasien abnormal, karena pasien abnormal belum tentu bisa
anestesi. Tetapi bila pada tempat kita tidak bisa dilakukan general
dengan cepat.
1) Bila ada infeksi pada daerah injeksi atau pada titik dimana
kooperatif
1) Refrigeration anestesi :
6
untuk membekukan protoplasma sel-sel akhiran saraf sensibel
2) Topical anestesi :
3) Infiltrasi aneastesi :
operasi tidak makan waktu lama dan daerah itu tidak mengalami
infeksi
kita menjumpai tulang atau jaringan yang keras dan juga bila ada
infeksi pada daerah itu dimana infiltrasi anestesi tidak bisa dipakai
2. Daerah operasi
jaringan
7
Geoffrey L. Howe (1999) mengatakan bahwa dokter gigi harus
tugasnya.
anestesi umum yang dilakukan di kursi dokter gigi, khususnya bila pasien
obstruksi hidung, paralisis pita suara, dan lesi pada leher dapat
8
tetapi sebagian besar ahli berpendapat bahwa sejumlah kecil adrenalin
menghasilkan anestesi yang lebih pasti, lama dan dalam, serta mengurangi
respons terhadap rasa sakit atau takut. Pasien penderita penyakit jantung
dokter gigi pada wanita hamil dengan kehamilan trimester pertama dan
terakhir karena mereka takut bila periode anoksia selama anestesi dapat
Mengingat resiko bahaya yang menyertai pencabutan gigi pada pasien ini,
anastesi tinggi harus dirawat sebagai pasien rawat inap, baik dengan
9
Adanya infeksi akut pada daerah kerja merupakan kontra indikasi bila
nama obat yang mereka minum. Untuk itu, bila meragukan, dokter gigi
bahaya terjadinya hipertensi atau aritmia jantung. Pada keadaan seperti ini
10
yaitu vasokonstriktor nonamin (Citanest dengan Oktapressin). Hipertensi
yang parah ditandai denga sakit kepala yang parah dan mendadak.
gigi, perlu dicatat bahwa bahan anestesi lokal ini tidak boleh digunakan
anestetik tersebut agar sesuai dengan keadaan pasien yang akan dirawat.
11
Kita harus mengenal tentang berbagai anestetik dengan durasi
Status fisik atau status medis pasien terkait dengan indikasi dan
obat yang masih diragukan tersebut bisa dipakai dengan sangat hati-
12
bagi anestesi lokal terutama pada trimester pertama. Anestetik lokal dan
13
14
B2. NERVUS
saraf yaitu nervus vasialis (n. VII), nervus glosofaringeus (n. IX), nervus
vagus (n. X), nervus aksesorius (n. XI), dan nervus hipoglosus (n. XII).
berperan dalam sensasi umum (nyeri, perabaan, dan suhu) pada faring,
Gasseri..
15
superior, sisi lateral cavum nasi, dan memberikan beberapa innervasi
16
belakang foramen infra-orbitale tepat sebelum cabang-cabang terminal
dari ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale
median..
mandibularis.
17
Dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip yang
kontrol rasa sakit pada hampir semua kondisi yang dijumpai pada
praktik sehari-hari.
cara yang sama. Akibat dari prosedur atau komentar yang kurang
difikirkan dengan baik oleh operator atau asisten, injeksi akan gagal
18
pasien menjadi sangat pucat, kulitnya dingin dan lembab, denyut nadi
reaksi yang sama bisa terjadi pada orang yang diinjeksi dengan larutan
saline atau air steril. Sinkop yang terjadi setelah injeksi anestetikum
PERAWATAN:
injeksi, (3) jarum yang tajam (4) anestesi topikal, (5) menggunakan
terlalu toksik, (6) pramedikasi, (7) sikap operator yang simpatik namun
SYOK:
19
primer dan mungkin berkenaan dengan masuknya anestetikum ke
dilakukan.
PERAWATAN:
VASOKONSTRIKTOR
bahwa jika obat lain harus memasuki pembuluh darah dan mencapai
20
berdurasi kerja singkat (30-60 menit), berdurasi sedang (60-90 menit) dan
golongan anastetik lokal yang berdurasi lama atau panjang (90 menit atau
lebih)
lokal menjadi golongan ester dan golongan amida. Ada pula yang
anestetik lokal ini atas golongan amida, ester, dan golongan quinoline.
(articaine).
Lidokain
medium.
21
Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, infiltrasi, block, spinal,
infiltrasi dan block dengan 1:50 000 atau 1:100 000 epinefrin. Lidokain
untuk anestesia topikal diracik dalam bentuk salep 5%, semprotan 10%,
dan larutan kental 2%. Awitannya cukup cepat, sekitar 2-3 menit. Lidokain
1,5 jam. Anestesia jaringan lunak dapat bertahan sampai 3-4 jam.
pembedahan.
Mepivakain
tanpa perubahan.
Secara topikal, obat ini tidak efektif tetapi obat ini digunakan untuk
22
Prilokain
dagang Citanest, dan Citanest Forte, secara kimia terkait dengan lidokain
begitu toksik dan tak sepoten lidokain tetapi durasi kerjanya sedikit lebih
lama. Telah terbukti bahwa obat ini dapat menimbulkan anestesia lokal
dan kaudal. Di pasaran tersedia dalam kadar 4% baik tanpa atau dengan
kasus yang memerlukan durasi anestesia yang lama atau bila diperlukan
Bupivakain
Bupivakain lebih poten dari lidokain, mepivakain, dan prilokain,
23
Prokain
lokal dengan efek vasodilatasi yang paling kuat. Oleh karena itu,
jaringan selama 15-30 menit dan sama sekali tidak memberikan efek
Propoksikain
adalah Ravocaine.
Obat ini memiliki awitan yang cepat (2-3 menit) namun dengan
Walaupun jarang digunakan, kombinasi kedua obat ini masih patut di-
24
memberikan anestesia yang cukup, kombinasi obat ini mungkin
bermanfaat.
Artikain
prokain sedangkan toksisitasnya 0,6 kali lidokain dan 0,8 kali prokain
Centbucridine
delapan kali lidokain dan dengan awitan dan durasi anestesia sama
Absorpsi
25
Vaskularisasi jaringan
Inflamasi jaringan,
Vasokonstriktor, dan,
Distribusi
DOSIS
dalam persen dan nominalnya dalam miligram (mg) per mililiter (ml).
26
Efektif pada jaringan/mukosa dan
Lidokain/adrenalin.
Prilokain/oktapressin.
ml cartridge).
Bupivakain.
Artikain.
dengan lebih baik. Tidak ada bukti kuat tentang keunggulan obat ini
27
disebabkan oleh perubahan sensasi setelah penggunaan artikain.
Analgesik topikal.
penyuntikan.
C2. VASOKONSTRIKTOR
28
hemostatis), dan meningkatkan keamanan yakni mengurangi risiko
sulfit.
29
1986, dinyatakan bahwa vasokonstriktor dapat digunakan dalam praktik
Kehamilan
Interaksi Obat
digunakan oleh pasien harus dilakukan dengan cermat dan pada pasien
terdapat 1 gram (atau 1000 mg) solut di dalam 1000 ml larutan (solution).
30
Jenis Vasokonstriktor
Epinefrin
adalah suatu garam asam dan larut dengan baik di dalam air. Obat ini
Norepinefrin (Levarterenol)
31
Norepinefrin sebagai bitartrat di dalam kartrid dental merupakan
larutan asam yang relatif stabil, tetapi akan berubah jika terkena
Felipresin
Levonordefrin
32
D. TEKNIK ANESTESI DAN JARUM INJEKSI
pilihan untuk gigi molar rahang bawah: juga efektif untuk premolar,
Palpasi landmark eksternal dan linea obliqua interna dan perhatikan garis
pada fosa retromolar, ujung jarum dimasukkan pada titik tengah ujung ibu
kedalaman jarum 0,5 cm, jika diperlukan blok saraf lingualis, disuntikkan
anestesi lokal pada titik ini sebanyak 0,5 ml. Arah jarum kemudian
tidak bergigi, posisi foramen dan juga titik insersi jarum relatif lebih tinggi
33
Blok saraf nasopalatinus. Anestesia yang dalam dapat tercapai
untuk membasahi saraf sekitar apikal gigi. Tarik pipi atau bibir agar
arah tulang. Dekat apikal gigi tarik sedikit dan deponir anestesi lokal
khusus.
adalah :
Dalam lapangan KG.untuk maksud ini kita kenal obat Chloor aethyl.
Di dalam klinik kita sering pakai Chloor aethyl ini untuk anestesi waktu
oleh karena chloor aethyl itu akan menyebabkan jaringan yang terkena
34
tabung terdapat suatu penutup, bila tutup ditekan, maka terdapatlah
Daerah yang kita semprot dengan chloor aethyl ini mula-mula dekat (+
2 cm), dan lama-lama kita jauhkan dan kita hentikan bila daerah itu
Bila kita hendak mengincisi abscess, bila yang kita pakai chloor aethyl
Pemakaian yang efektif apabila kita hendak mencabut gigi yang goyah
atau gigi susu yang goyah dan cara pemakaiannya ialah semprotan
kita jauhkan pada perbatasan gigi dan jaringan dengan maksud untuk
sebaiknya mata pasien ditutup dengan kain penutup atau kita ambil
kapas, kemudian kita basahi dengan chloor aethyl itu.Setelah itu baru
Xylestesin
Tonex
35
Contralgin
jaringan 0,5 cm, jadi hanya cukup untuk mencabut gigi susu atau gigi
melakukan injeksi.
36
7. Menggunakan teknik 3 posisi pada waktu melakukan injeksi
mandibular.
10. Risiko patah menjadi lebih besar apabila jarumsudah terlalu sering
11. Kondisi jarum suntik kurang baik sehingga injeksi dengan teknik
12. Baja karbon yang dipakai bahan pembuat jarum terlalu getas.
13. Jarum baja yang terlalu seringdisterilisasi atau cacat akibat dibakar
(untuk sterilisasi).
14. Jarum platina.dan emas yang sudah terlalu lama dipakai dan sering
dibengkokkan.
disterilisasi, dokter gigi atau asisten dokter gigi harus memeriksa jarum
37
sebaiknya gunakan jarum yang cukup panjang sehingga sebagian dari
jarum akan tetap berada di luar jaringan. Sebuah tang yang kedua
paruhnya bergerigi atau tang jarum harus selalu tersedia dan tangan
operator yang menarik jaringan mulut pasien harus tetap ada tempatnya
lebih ke dalam.
Anaesthesia in Dentistry,1977) :
sama sekali, sedangkan lainnya hanya pada injeksi atau daerah mulut
tertentu saja. Memang ada variasi individual dalam menerima efek obat-
sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi dengan mudah dan
memberikan efek anestesia yang kuat pada daerah yang luas, sedangkan
pada pasien yang kurang peka diperlukan larutan yang lebih banyak dan
38
Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah
INJEKSI MANDIBULAR:
terlalu tinggi (mencapai collum mandibulae), (5) terlalu jauh ke lingual (ke
39
INJEKSI SUPRAPERIOSTEAL:
periosteum, jika jarumnya terlalu jauh di atas akar gigi atau bila tulang
berikut:
Teknik yang buruk dan volume anestesi lokal yang tidak adekuat.
secara spontan).
40
operasi dalam rongga mulut adalah prosedur yang cukup aman dan
dapat dipercaya. Meskipun demikian tetap ada kejadian tidak biasa yang
seperti ini bisa karena injeksi anestetikum yang salah masuk ke dalam
baik.
41
berjalan ke belakang, melewati glandula parotis, membelok ke atas untuk
Jika tusukan jarum terlalu tinggi dan masuk terlalu dalam, anestetikum
regio temporalis.
timbul sensasi tingling atau matirasa pada bibir bawah dalam waktu yang
posterior.
suntik yang mengenai batang saraf. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
komplikasi lokal (efek lokal) dan komplikasi sistemik (efek sistemik), yang
Efek Lokal
42
pasca anestesi.
Infeksi
hal ini terjadi jika jarum menyentuh membran mukosa di rongga mulut.
Infeksi yang terjadi bisa pula berupa infeksi silang, yakni terjadinya
alat), atau kalau ada, memakai safety syringe. Hal lain yang tidak
Hematoma
43
normal, pendarahan (bleeding) yang terjadi biasanya sedikit sekali
kultur yang ideal bagi bakteri, walaupun infeksi pada hematoma jarang
antibiotik.
Parestesia
jam lebih lama dari durasi anestesia yang biasa terjadi, atau bisa
bahkan bulan.
saraf. Trauma pada saraf bisa terjadi antara lain oleh tusukan jarum
44
berlangsung lama (parestesia yang bisa berlangsung berbulan-bulan).
parestesia.
Jika injeksi dilakukan terlalu dekat dengan nervus fasialis maka saraf
motoris ini akanparalisis. Hal ini terjadi jika jarum injeksi pada anestesi
(sama dengan Bells palsy). Efek ini berlangsung sekitar satu hingga
dua jam. Pada keadaan seperti ini, nervus trigeminus tidak teranestesi
Trismus
anestesi lokal.
45
dilaporkan juga memiliki sifat toksik ringan terhadap otot rangka
terpajan.
Efek Sistemik
akan selalu tetap ada, dan reaksi tersebut digolongkan dalam reaksi
46
Reaksi Terkait dengan Penyuntikan
parotis. Ini akan mengakibatkan paralisis satu sisi nervus fasialis yang
meningkatkan bentuk terion dari anestetik dan bentuk ini tidak mampu
Oleh karena itu. dianjurkan untuk memakai cara anestesi yang lain,
Pingsan
47
Banyak pasien yang merasa cemas atau takut disuntik, apalagi
denyut nadi dan tekanan darah akibat aktivasi saraf parasimpatik, atau
output berkurang.
Infeksi Silang
48
dengan memakai pelindung jari, dan tempatkan jarum bekas ke dalam
operator adalah:
herpes simpleks,
penyakit Creutzfeldt-Jakob
Toksisitas
dalam darah akan meningkat. Hal yang sama bisa terjadi ketika ada
pengulangan penyuntikan.
sifatnya obat ini dapat memblok konduksi saraf. Reaksi yang sama
49
terlihat di susunan saraf pusat (SSP) dan jantung. Pada umumnya,
kardiak muncul.
eksitatori awal ini diduga disebabkan oleh blokade selektif dari neuron
inhibitori kecil di dalam sistem limbus SSP. Pada kadar plasma yang
ventrikular.
Prilokain 3% 6 400 6
berat badan. Reaksi toksik terkait dosis ini sering dilaporkan terjadi
50
anak-anak berisiko besar mengalami reaksi toksik (overdosis) karena
dan jaga agar jalan napas tetap bebas. Jika pasien tidak sadar beri
oksigen.
Alergi
sampai dengan reaksi yang timbul dengan cepat dan fatal yang timbul
antioksidan sulfit).
51
demikian, terdapat laporan adanya reaksi alergi terhadap lateks yang
alergi.
vasokonstriktor.
52
masa lalu, terutama riwayat asma jika dicurigai ada sensitivitas
terhadap sulfit.
Methemoglobinemia
yang besar.
terbilang jarang.
metHb darah 10-20%. Dispnea dan takikardia terlihat pada kadar metHb
53
benzokain biasanya terkait dengan dosis yang besar. Dalam molekul
Komplikasi ini pada orang sehat akan pulih dalam beberapa jam seiring
54
Kontraksi Uterus
derivat vasopresin dan terkait dengan oxytocin, lebih baik dihindari pada
Tanda dan gejala. Setelah penyuntikan normal dari satu atau dua katrid
vasokonstriktor dari luar ini akan ditoleransi dengan baik oleh pasien yang
ventrikel).
dengan perlahan dan melakukan aspirasi secara hati-hati. Selain itu, harus
55
memberikan anestetik bervasokonstriktor pada pasien yang sedang minum
pektoris yang tak stabil, riwayat infark miokard atau stroke dalam enam
pasien yang berisiko terkena penyakit arteri koroner akibat induksi radiasi;
pada pasien ini perlu konsultasi medis terlebih dahulu terkait dengan
gawat darurat.
56
BAB III
DAN PEMBAHASAN
Data yang disampaikan adalah data tindakan anestesi lokal untuk pencabutan
Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012
pencabutan gigi susu berjumlah 63 gigi dan pencabutan gigi tetap 202 gigi,
sedangkan pada tahun 2013 pencabutan gigi susu 94 gigi dan pencabutan
gigi tetap 172 gigi, yang rinciannya seperti Tabel dibawah ini :
Tahun 2012
49 1 13 61 114 12 12 1 2
Tahun 2013
68 12 14 61 81 9 16 2 3
57
B. PEMBAHASAN
anestesi dan 13 gigi dicabut dengan injeksi. Pencabutan gigi permanen tahun
2012 berjumlah 202 gigi, 200 gigi permanen dicabut dengan injeksi anestesi
dan 2 gigi permanen dicabut dengan topikal anestesi karena gigi sudah
luksasi derajat 3. Pada tahun 2013 pencabutan gigi susu berjumlah 94 gigi,
80 gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 14 gigi dicabut dengan injeksi,
sedangkan pencabutan gigi permanen berjumlah 172 gigi, 169 gigi permanen
dicabut dengan injeksi dan 3 gigi dicabut dengan topikal anestesi. Topikal
anestesi yang digunakan untuk pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi
permanen yang sudah luksasi derajat 3 di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia
pencabutan gigi susu menggunakan infiltrasi anestesi dengan cito ject atau
dengan pehacain 2% dan infiltrasi anestesi dengan cito ject (bila perlu). Data
anestesi lokal dan PPK (Panduan Praktik Kliniks) Anestesi Lokal yang telah
disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia DIY. PPK Anestesi Lokal di RSJ.Grhasia
58
Refrigeration Anestesi tidak kami laporkan dalam makalah ini karena
pada tahun 2012 dan tahun 2013 di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tidak
ada tindakan insisi abses, sedangkan pencabutan gigi yang sudah goyah
pernah dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia untuk insisi abses
dari tubuh (dental unit pada bagian kepala diturunkan) untuk merangsang
yang antara lain disebabkan kurangnya asupan energi sebelum pasien datang
Pada kasus ini, yang harus dilakukan adalah mencabut jarum suntik dan
yang lain, misalnya anestesi intraligamentum (dengan jarum suntik cito ject).
reaksi toksisitas, alergi, dan lain-lain, pasien ditangani sesuai pedoman atau
prosedur, bila tidak bisa tertangani di Klinik Gigi dan Mulut, dilakukan rujukan
59
intern (ke Instalasi IGD atau ke spesialis lain sesuai indikasi) sesuai prosedur,
dimana prosedur tersebut telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia DIY.
60
BAB IV
PENUTUP
A. K E S I M P U L A N
baik pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap. Demikian pula yang
dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pada setiap pencabutan gigi
susu maupun pencabutan gigi tetap selalu dilakukan anestesi lokal. Hal
tersebut sesuai dengan data yang ada di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia
dimana pada tahun 2012 dilakukan pencabutan gigi susu sebanyak 63 gigi, 50
gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 13 gigi dicabut dengan injeksi
(infiltrasi anestesi) serta pencabutan gigi tetap sebanyak 202 gigi, 200 gigi
dacabut dengan injeksi (block dan infiltrasi anestesi) dan 2 gigi dicabut
dengan topikal anestesi. Pada tahun 2013 dilakukan pencabutan gigi susu
sebanyak 94 gigi, 80 gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 14 gigi dicabut
dengan injeksi (infiltrasi anestesi) serta pencabutan gigi tetap sebanyak 172
gigi, 169 gigi dicabut dengan injeksi (block dan infiltrasi anestesi) dan 3 gigi
Pelaksanaan anestesi lokal yang baik adalah yang sesuai dengan tata
laksana anestesi lokal atau sesuai pedoman anestesi lokal, baik dari buku
anestesi lokal. Di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia pelaksanaan anestesi
lokal berpedoman pada PPK (Panduan Praktik Klinis) tentang anestesi lokal
dan buku petunjuk pedoman anestesi lokal. PPK anestesi lokal yang ada di
Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia adalah PPK Topikal Anestesi, PPK
61
Infiltrasi Anestesi, PPK Block Nervus Alveolaris Inferior, dan PPK
Grhasia DIY.
operasi (termasuk pencabutan gigi) adalah prosesdur yang cukup aman dan
anestesi lokal. Penyebab kegagalan anestesi lokal antara lain rasa takut atau
infeksi sulit dianestesi, volume anestesi yang tidak adekuat, tulang kompakta
penanganan alat serta penyiapan daerah kerja yang kurang steril (yang rawan
62
Komplikasi-komplikasi yang terjadi selama dan paska tindakan
anestesi lokal yang pernah terjadi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia adalah
komplikasi tersebut dapat dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia
pasien perlu segera dirujuk sesuai prosedur rujukan intern yang diberlakukan
di Klinik Gigi dan Mulut setempat, demikian pula di Klinik Gigi dan Mulut RSJ
Grhasia.
B. S A R A N
sebaiknya dilakukan secara baik dan benar atau sesuai pedoman, yang
dapat berupa referensi dari buku dan SPO (Standar Prosedur Operasional)
atau PPK (Panduan Praktik Klinis). Maka dari itu disarankan agar di Klinik
Gigi dan Mulut disediakan fasilitas atau sarana prasarana yang memadai
Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia mempunyai fasilitas atau sarana
63
jumlahnya cukup banyak, serta bahan-bahan Kedokteran Gigi yang
memadai, sesuai dengan jenis layanan yang ada di Klinik Gigi dan Mulut
RSJ Grhasia.
dan Mulut, SPO Penggunaan alat-alat yang ada di Klinik Gigi dan Mulut,
Prosedur rujukan intern dan ekstern, PPK untuk semua atau masing-
masing pelayanan yang ada di Klinik Gigi dan Mulut (termasuk PPK
pedoman kerja serta dokumen-dokumen dari unit lain di RSJ Grhasia yang
tersebut agar masalah tertangani dengan baik atau dengan kata lain tidak
menjadi lebih berat dan jangan sampai berakibat fatal. Bila perlu, pasien
di Klinik Gigi dan Mulut setempat, termasuk di Klinik Gigi dan Mulut RSJ
Grhasia.
64
DAFTAR PUSTAKA
York, U.S.A
2. Geoffrey L.H (terjemahan oleh Johan Arif Budiman), 1999, Pencabutan Gigi
65
66