oleh
Zulaihah 172310101226
Perlu penyelamatan pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit itu sendiri. Bila
memungkinkan penyelamatan dokumen atau Alkes.
Mengetahui kepadatan dan distribusi masyarakat RS, mengetahui fasilitas
penyelamatan di RS, membuat perencanaan alur evakuasi di RS
Pencegahan bila memungkinkan lebih baik dari penanganan bencana yang terjadi di
RS
Sarana penyelamatan :
Tangga Darurat
Rambu untuk keluar gedung, tanda bertuliskan EXIT
Pintu Darurat
Lift
Sarana Jalan Keluar
Tempat berkumpul/penampungan
3. Mengetahui alur sehari-hari dan bila terjadi bencana
Komunikasi dalam penanganan diperlukan untuk tata kerja apakah ada alarm system,
apakah ada panduan komunikasi, apakah ada pengorganisasian dalam penanganan bencana,
Penetapan Sistem Alarm Internal Disaster bila terjadi bencana digunakan kode warna/khusus
yang diketahui seluruh petugas rumah sakit (Perlu penetapan)
Perhatian 3x
Kode merah 3x
Ruangan anak 3x
1. Tahap Kesiagaan
Dimulai dengan adanya sistem peringatan dini sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mulai menyiagakan Tim Penanganan Bencana Rumah SakiT
2. Tahap Aksi Awal
a. Dengan melakukan pengiriman Tim Reaksi Cepat / Tim Aju/Advance Tem (untuk
eksternal disaster berkoordinasi dengan Tim Reaksi Cepat di tingkat daerah)
b. Memberlakukan P3B-RS secara parsial sesuai dengan kejadian bencana
c. Melakukan mobilisasi dan aktivitas sumber daya (SDM dan fasilitas)
d. Melengkapi informasi melalui komunikasi dan melakukan koordinasi
3. Tahap Operasional
a. Memberlakukan P3B-RS secara penuh, dimulai dengan melakukan briefing
kepada Tim Penanganan Bencana Rumah Sakit
b. Mengirimkan tim ke lapangan, menyiapkan rumah sakit untuk menerima korban
masal di rumah sakit, melakukan penanganan medis di lapangan, melakukan
transportasi evakuasi, penanganan korban cedera, pengungsi dan korban meniggal
c. Menilai dan melakukan hospital evacuation dan tindakan-tindakan yang
diperlukan sesuai dengan kondisi bencana (untuk internal disaster)
4. Tahap Konsolidadi
a. Melakukan debriefing
b. Menyusun laporan pelaksanaan
c. Melakukan evaluasi dan penyiagaan kembali
Tugas 2
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian (triase satu), area
berkumpul (collecting area) untuk proses evakuasi/transportasi ke IGD (triase dua) dan area
teras IGD (triase tiga). Kegiatan definitif dimulai sejak korban tiba di IGD.
Prosedur :
a. Di lapangan (Tim Pra Hospital)
1. Berangkat ke lokasi kejadan harus bersama dengan tim, minimal dua orang.
2. Menilai situasi sekitar (Rapid Health Assassment) dan segera laporkan kembali
kepada RSUD Kelet.
3. Berkoordinasi lapangan dengan petugas lai di lapangan pada awal kejadian
(POLISI, SAR, PLN atau Dinas lain yang lebih berkompeten).
4. Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih berkompeten, segera
lakukan triage lapangan (triase satu) sesuai dengan berat ringan nya kasus (Hijau,
Kuning, Merah)
5. Menentukan prioritas penanganan
6. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
7. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
8. Lakukan triase evakuasi (triase dua) sesuai perkembangan kondisi korban selama
di tempat collecting area untuk menentukan prioritas transportasi korban ke IGD.
b. Di rumah sakit (IGD): Tim Intra Hospital
1. Lakukan triage rumah sakit (triase tiga) oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau atau hitam)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (OK, ICU, HND atau ruang
perawatan atau kamar jenazah)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.
d. Sebut dan jelaskan6 code yang digunakan sebagai alarm system di rumah sakit.
Kode atau sandi adalah suatu informasi yang tidak berupa kata melainkan bentuk
representasi lain. Di era global saat ini ada alat pemberi kode yang dapat berfungsi meminta
bantuan , mengevakuasi, dll. Alat ini terdiri beberapa jenis yaitu Code Blue , Code Red ,
Code Black, dan Code Brown Button, setiap Code memiliki maksud dan simbol tertentu.
5 tahapan yang harus dilakukan pada saat penanganan bencana dilapangan adalah :
A. Pencarian korban
Tim pencarian korban dapat berasal dari tim SAR, sukarela bila dibutuhkan dan
medis. Tim ini akan melakukan melokalisasi korban, memindahkan korban dari daerah
berbahaya ketempatpenampungan, memeriksa status kesheatan korban, member
pertolongan pertama apabila diperlukan. Jika tim bekerja dalam kondisi yang berat maka
perlunya penggantian anggota tim dengan tim pendukung yang lain. Jika kondisi korban
memburuk akibat lokalisasi korban yans sulit, seperti terjebak dalam bangunan/
pembebasankorban ydengan waktu yang lama, maka tim SAR meminta bantuan tim
medis melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan dilakukan. Jika daerah
pusat bencana cukup luas perlu membagi daerah menjadi yang lebih kecil dan
menugaskan satu tim dalam daerah tersebut.
B. Penyelamatan korban
Setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan keseahatan segera mungkin secara
maksimal dan manusiawi. Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi
perlindungan kepada tim penolong, korban dan masyarakat yang terpapar dari segala
resiko yang bisa terjadi dan dari risiko potensial yang terjadi. Langkah pengamanan
diterapkan dengan tujuan mencegah campur tangan pihak luar dengan tim penolong
dalam melakukan upaya penyelamatan korban. Hal terpenting adalah memindahkan
korban yang masih ada dilokasi bencana untuk dipindahkan sesegera mungkin.
Membawa korban gawat darurat ke fasilitas kesehatan sambil mengusahakan pertolongan
pertama.
C. Pertolongan pertama
Pertolongan pertama dilakukan para sukarelawan terlatih. Pertolongan pertama dapat
diberikan dilokasi bencana, sebelum korrban dipindahkan, tempat penampungan
sementara, pada tempat hijau di pos medis belakang. Pos medis lapangan adalah pos
terdekat untuk pertolongan pertama dilokasi bencana, dapat berupa tenda perawatandan
puskesmas. Pemilhan korban dilakukan di pos medis lapangan dan dielompokan sesuai
tag(warna) tingkat kedaruratan. Pertolongan pertama yang diberikan adalah yang
diberikan pada setiap pos dapat berupa kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan
jantung, pembalutan dan ushaa membuat korban merasa lebih nyaman.
D. Stabilisasi korban
Proses menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil selama pertolongan
pertama. Prinsip dalam stabilisasi :
a. menjaga korban tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadan yang dialami.
b. menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.
c. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
d. Menjaga perdarahan tidak bertambah
e. Menjaga tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk.
Upaya tahapan ini ditujukan supaya korban dapat diselamatkan semaksimal mungkin
guna untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 2007. Hospital
Preparedness for Emergencies & Disasters. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
http://akreditasi.my.id/rs/panduan-pencegahan-penanggulangan-kebakaran/ { diakses tanggal
25 November 2016 }
http://www.searo.who.int/indonesia/documents/ermpub-technicalguidelines.pdf?ua=1 diakses
pada tanggal 24 Oktober 2017 pukul 21.15 WIB
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-
krisis/pedoman_koordinasi_penanggulangan_bencana_di_lapangan.pdf