Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN BENCANA

HOSPITAL DISASTER PLAN

oleh

Desi trisari 152310101116

Nurintan kurnia 152310101121

Siti aldina 152310101125

Livia ramadhani 152310101130

Zahrotun nafiah 152310101137

Anisatul widad n. 152310101140

Febrina oliananda 152310101330

Lilik maesaroh 152310101334

Arifan nugroho 152310101323

Aulana ikshan fajar 152310101230

Denny dwi kurnia p. 172310101224

Zulaihah 172310101226

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017
Tugas 1

Perencanaan Bencana di Rumah Sakit

Perlu penyelamatan pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit itu sendiri. Bila
memungkinkan penyelamatan dokumen atau Alkes.
Mengetahui kepadatan dan distribusi masyarakat RS, mengetahui fasilitas
penyelamatan di RS, membuat perencanaan alur evakuasi di RS
Pencegahan bila memungkinkan lebih baik dari penanganan bencana yang terjadi di
RS

Pemetaan (Mapping) di Rumah Sakit

1. Diperlukan pemetaan adanya ancaman/ potensi bahaya (hazard) termasuk terjadinya


bencana di rumah sakit. Pemetaan populasi masyarakat RS diperlukan untuk
mengetahui tentang jumlah populasi masyarakat rumah sakit (pasien, keluarga pasien,
petugas dan lain-lain), misalnya dipoliklinik jumlah populasi banyak tetapi hanya
pada jam kerja sedang diruang perawatan jumlah tersebut berada selama 24 jam.
2. Mengetahui sarana & prasarana (sumber daya) yg tersedia di RS untuk mengatasinya,
misalnya untuk kebakaran dimana letak hidran, dimana letak APAR (alat pemadan api
ringan), adakah smoke detector, dimana sumber air, dimana letak tangga darurat
dimana alur evakuasi, dimana meeting point atau tempat berkumpul bila terjadi
bencana di rumah sakit tersebut.terjadi bencana di rumah sakit tersebut.

Sarana penyelamatan :

Tangga Darurat
Rambu untuk keluar gedung, tanda bertuliskan EXIT
Pintu Darurat
Lift
Sarana Jalan Keluar
Tempat berkumpul/penampungan
3. Mengetahui alur sehari-hari dan bila terjadi bencana
Komunikasi dalam penanganan diperlukan untuk tata kerja apakah ada alarm system,
apakah ada panduan komunikasi, apakah ada pengorganisasian dalam penanganan bencana,
Penetapan Sistem Alarm Internal Disaster bila terjadi bencana digunakan kode warna/khusus
yang diketahui seluruh petugas rumah sakit (Perlu penetapan)

Kode merah api /asap


Kode biru medical emergency
Kode ungu ancaman bom
Kode kuning internal emergency
Kode hitam ancaman perseorangan
Kode coklat external emergency
Kode orange evakuasi

Perlu penetapan SISTIM ALARM

Perhatian 3x
Kode merah 3x
Ruangan anak 3x

4 Macam Perencanaan Bencana


4 perencanaan bencana (Depkes RI. 2009. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi
Rumah Sakit. Jakarta)

1. Tahap Kesiagaan
Dimulai dengan adanya sistem peringatan dini sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mulai menyiagakan Tim Penanganan Bencana Rumah SakiT
2. Tahap Aksi Awal
a. Dengan melakukan pengiriman Tim Reaksi Cepat / Tim Aju/Advance Tem (untuk
eksternal disaster berkoordinasi dengan Tim Reaksi Cepat di tingkat daerah)
b. Memberlakukan P3B-RS secara parsial sesuai dengan kejadian bencana
c. Melakukan mobilisasi dan aktivitas sumber daya (SDM dan fasilitas)
d. Melengkapi informasi melalui komunikasi dan melakukan koordinasi
3. Tahap Operasional
a. Memberlakukan P3B-RS secara penuh, dimulai dengan melakukan briefing
kepada Tim Penanganan Bencana Rumah Sakit
b. Mengirimkan tim ke lapangan, menyiapkan rumah sakit untuk menerima korban
masal di rumah sakit, melakukan penanganan medis di lapangan, melakukan
transportasi evakuasi, penanganan korban cedera, pengungsi dan korban meniggal
c. Menilai dan melakukan hospital evacuation dan tindakan-tindakan yang
diperlukan sesuai dengan kondisi bencana (untuk internal disaster)
4. Tahap Konsolidadi
a. Melakukan debriefing
b. Menyusun laporan pelaksanaan
c. Melakukan evaluasi dan penyiagaan kembali
Tugas 2

a. Sebutkan sarana yang dipersiapka untuk menanggulangi kebakaran rumah sakit.


Berdasarkan ketentuan Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi
Kebakaran Aktif dari Kementerian KesehatanTahun 2007, sarana menghadapi bencana
kebakaran di rumah sakit meliputi
1. Tanda dilarang merokok,
2. Tanda/ petunjuk keluar,
3. Alarm kebakaran,
4. Alat detektor panas,
5. Alat detekror asap,
6. Alat pemadam kebakaran api ringan (APAR),
7. Selang air dan/atau hidran,
8. Saluran telepon khusus keadaan darurat.

b. Sebut dan jelaskan 5 upaya pencegahan dalam penanggulangan kebakaran di RS.


1. Adanya Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG).
2. Simpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari nyala api
atau aktivitas manusia yang padat, gudang penyimpanan logistic, dll.
3. Jangan menempatkan tabung APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang telah
terpakai/kosong pada tempat semula. Segera laporkan tabung APAR yang telah
terpakai kepada petugas terkait untuk dilakukan pengisian.
4. Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah APAR cukup sesuai peraturan yang telah
ada
5. Rawat dan periksa APAR serta Hidran secara berkala.

c. Sebut dan jelaskan 3 perencanaan utama dalam penanganan korban kebakaran:


Dalam menangani bencana kebakaran dirumah sakit, hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Melakukan evakuasi secepatnya mungkin, untuk mengurangi kecacatan dan kematian


2. Menepatkan pasien ketempat perawatan sementara (dievakuasi di rumah sakit
terdekat)
3. Melakukan pemindahan perawatan ketempatperawatan yang memungkinkan.
PENANGANAN KORBAN

Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian (triase satu), area
berkumpul (collecting area) untuk proses evakuasi/transportasi ke IGD (triase dua) dan area
teras IGD (triase tiga). Kegiatan definitif dimulai sejak korban tiba di IGD.
Prosedur :
a. Di lapangan (Tim Pra Hospital)
1. Berangkat ke lokasi kejadan harus bersama dengan tim, minimal dua orang.
2. Menilai situasi sekitar (Rapid Health Assassment) dan segera laporkan kembali
kepada RSUD Kelet.
3. Berkoordinasi lapangan dengan petugas lai di lapangan pada awal kejadian
(POLISI, SAR, PLN atau Dinas lain yang lebih berkompeten).
4. Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih berkompeten, segera
lakukan triage lapangan (triase satu) sesuai dengan berat ringan nya kasus (Hijau,
Kuning, Merah)
5. Menentukan prioritas penanganan
6. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
7. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
8. Lakukan triase evakuasi (triase dua) sesuai perkembangan kondisi korban selama
di tempat collecting area untuk menentukan prioritas transportasi korban ke IGD.
b. Di rumah sakit (IGD): Tim Intra Hospital
1. Lakukan triage rumah sakit (triase tiga) oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau atau hitam)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (OK, ICU, HND atau ruang
perawatan atau kamar jenazah)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.

d. Sebut dan jelaskan6 code yang digunakan sebagai alarm system di rumah sakit.
Kode atau sandi adalah suatu informasi yang tidak berupa kata melainkan bentuk
representasi lain. Di era global saat ini ada alat pemberi kode yang dapat berfungsi meminta
bantuan , mengevakuasi, dll. Alat ini terdiri beberapa jenis yaitu Code Blue , Code Red ,
Code Black, dan Code Brown Button, setiap Code memiliki maksud dan simbol tertentu.

1. Code red (Merah)


Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan
rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk
kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-
masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat
bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area kebakaran,
perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.

2. Code Blue (Biru)


Code Blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien, pengunjung,
dan karyawan yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera.
Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code
blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju ruangan
yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi
cepat (tim code blue) ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus
untuk penanganan pasien henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang
berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda
atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan pengumuman yang dapat memanggil
mereka dengan cepat.

3. Code Pink (Merah muda)


Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau
kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman ini
seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara
serentak.Bahkan menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat untuk
kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.

4. Code black (Hitam)


Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang
membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan
melukai seseorang atau melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang
dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.

5. Code Brown (Coklat)


Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung
dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada intinya, menginisiasi
tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.

6. Code Orange (Oranye)


Code Orange adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di luar
rumah sakit (emergensi eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas darat, laut, dan
udara; ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll.
Tugas 3

5 tahapan yang harus dilakukan pada saat penanganan bencana dilapangan adalah :

A. Pencarian korban
Tim pencarian korban dapat berasal dari tim SAR, sukarela bila dibutuhkan dan
medis. Tim ini akan melakukan melokalisasi korban, memindahkan korban dari daerah
berbahaya ketempatpenampungan, memeriksa status kesheatan korban, member
pertolongan pertama apabila diperlukan. Jika tim bekerja dalam kondisi yang berat maka
perlunya penggantian anggota tim dengan tim pendukung yang lain. Jika kondisi korban
memburuk akibat lokalisasi korban yans sulit, seperti terjebak dalam bangunan/
pembebasankorban ydengan waktu yang lama, maka tim SAR meminta bantuan tim
medis melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan dilakukan. Jika daerah
pusat bencana cukup luas perlu membagi daerah menjadi yang lebih kecil dan
menugaskan satu tim dalam daerah tersebut.
B. Penyelamatan korban
Setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan keseahatan segera mungkin secara
maksimal dan manusiawi. Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi
perlindungan kepada tim penolong, korban dan masyarakat yang terpapar dari segala
resiko yang bisa terjadi dan dari risiko potensial yang terjadi. Langkah pengamanan
diterapkan dengan tujuan mencegah campur tangan pihak luar dengan tim penolong
dalam melakukan upaya penyelamatan korban. Hal terpenting adalah memindahkan
korban yang masih ada dilokasi bencana untuk dipindahkan sesegera mungkin.
Membawa korban gawat darurat ke fasilitas kesehatan sambil mengusahakan pertolongan
pertama.

C. Pertolongan pertama
Pertolongan pertama dilakukan para sukarelawan terlatih. Pertolongan pertama dapat
diberikan dilokasi bencana, sebelum korrban dipindahkan, tempat penampungan
sementara, pada tempat hijau di pos medis belakang. Pos medis lapangan adalah pos
terdekat untuk pertolongan pertama dilokasi bencana, dapat berupa tenda perawatandan
puskesmas. Pemilhan korban dilakukan di pos medis lapangan dan dielompokan sesuai
tag(warna) tingkat kedaruratan. Pertolongan pertama yang diberikan adalah yang
diberikan pada setiap pos dapat berupa kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan
jantung, pembalutan dan ushaa membuat korban merasa lebih nyaman.
D. Stabilisasi korban
Proses menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil selama pertolongan
pertama. Prinsip dalam stabilisasi :
a. menjaga korban tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadan yang dialami.
b. menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.
c. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
d. Menjaga perdarahan tidak bertambah
e. Menjaga tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk.

E. Evakuasi dan rujukan


Dalam pos medis pasti akan mengalami keeterbatasan Sumber daya termasuk
transportasi sehingga diperlukan saran transportasi yang memadai untuk merujuk korban
ke pos medis selanjutnya.
Sebelum Evakuasi korban, petugas harus memerhatikan hal berikut :
1. Pemeriksaan kondisi dan stabilitas korban dengan memantau TTV
2. Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa ventilator,
peralatan immobilisasi, dan lain lain.

Korban tidak boleh dipindahkan sebelum :

1. Korban pada kondisi baik/stabil


2. Korban telah disiapkan peralatan yang memadai untuk transportasi
3. Fasilitas kesehatan penerima telah di informasian dan siap menerima korban
4. Kendaran yang dipakai adalah layak pakai.

Upaya tahapan ini ditujukan supaya korban dapat diselamatkan semaksimal mungkin
guna untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 2007. Hospital
Preparedness for Emergencies & Disasters. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
http://akreditasi.my.id/rs/panduan-pencegahan-penanggulangan-kebakaran/ { diakses tanggal
25 November 2016 }
http://www.searo.who.int/indonesia/documents/ermpub-technicalguidelines.pdf?ua=1 diakses
pada tanggal 24 Oktober 2017 pukul 21.15 WIB

http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-
krisis/pedoman_koordinasi_penanggulangan_bencana_di_lapangan.pdf

Anda mungkin juga menyukai