Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif.
Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan
dengan yang disebut dengan titrasi. Titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan analisa titrimetri atau volumetri
1
BAB II
PEMBAHASAN
Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna
pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan
standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu
senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan
senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini
dinamakan indikator.
2.2 Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetri
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetri adalah sebagai
berikut :
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.
2
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah
di kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan
sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
1. Reaksi Kimia :
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam
dan sebaliknya.
Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/
ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat
sebagai oksidator.
3
2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai
reduktor.
Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis
tidak terionisasi.
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-
ion logam. Larutan bakunya : EDTA
Titrasi langsung
Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
Titrasi makro :
Volume titran : 10 20 mL
Volume titran : 1 10 mL
4
Ketelitian buret : 0,001 mL
Titrasi mikro :
Jumlah sampel : 1 10 mg
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis volumetri dibagi
atas :
Titrasi asam-basa
Titrasi pengendapan
Titrasi redoks
Titasi pembentukan kompleks (kompleksometri)
Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.
Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.
5
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. sebelum melakukan
titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan
dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard solution),
ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi
kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai sempurna jika kita mengetahui volume
larutan standard dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat
menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam
jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa
kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH
larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,
kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut
larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
6
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan
larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah
ini:
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak
meyerap CO2 pada waktu penimbangan.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa dinamakan indikator asam basa.
7
Bobot Ekuivalen
BE dalam titrasi asam basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion OH- atau
ion H+. Contoh :
HCl H+ + Cl-
Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator
yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi
maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik
akhir titrasi.
Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat
dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi.
Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam
prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi .
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari
macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator
asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen
lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
8
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume.
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai reksi diatas, Ion H+ bereaksi dengan OH-membentuk
H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuvalen pH adalah netral.
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Contoh titrasi ini adalah asam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa
lemah.
9
3. Titrasi asam kuat-garam dari basa lemah
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat,
akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat.
Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana
reaksinya dapat ditulis sebagai:
Persamaan Reaksi :
Reaksi ionnya :
2. Titrasi pengendapan
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu reaksi endapan dapat
berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan mengalami
perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya.
Cara mohr
Cara fayans
Pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak
digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung
dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam
10
jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat
mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna
merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi berjalan
lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3digunakan
sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-, Br-, I-,
SCN- .Jika suatu larutan klorida di titrasi maka endapan klorida akan mengapsorsi ion Cl-(suatu
endapan mempunyai kecenderungan untuk mengapsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan
absopsi kedua muatan yang berlawanan.
Mekanisme kerja dari indicator absorpsi ialah bahwa pada titik ekuvalen, indicator akan
diabsopsi oleh endapan dan selama proses penyerapan ini terjadi perubahan warna pada
indicator. Setelah titik ekuvalen tercapai , ion Ag+ terdapat dalam keadaan kelebihan dan ion
Ag+ ini akan menjadi lapisan adsopsi pertama dan ion NO3- menjadi absopsi kedua. Jika terdapat
flouresien dalam larutan , ion negatif dan floresien akan diapsopsi lebih dahulu karena lebih kuat
dari ion NO3- dan ditandai dengan warna merah muda dari senyawa kompleks antara ion
floresienada dan ion perak pada permukaan setelah kelebihan ion perak.
3. Titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :
Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara oksidator
dan reduktor.
Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.
11
Oleh karena itu banyak unsur-unsur mempunyai lebih dari satu tingkat oksidasi, maka dikenal
beberapa macam titrasi redoks yaitu :
Titrasi permanganometri.
Titrasi Iodo-Iodimetri
Titrasi serimetri
a. indikator spesifik
indicator spesifik yang umum digunakan untuk titrasi redoks adalah amilum, yang membentuk
kompleks biru dengan iodine penampakan warna dari kompleks ini menyebabkan indicator ini
sangat spesifik untuk titrasi ini.
Indicator spesifik lainya adalah ion tiosianat yang digunakan pada titrasi dimana Fe(III) sebagai
partisipan. Sebagai contoh hilangnya warna merah dari Fe(III)/kompeks tiosianat merupakan
tanda titik akhir titrasi dari Fe(III) dengan standar titanium (III).
indicator redoks yang baik akan memberikan respons terhadap perubahan potensial elektroda
suatu system. Inikator ini secara subtansial lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
indicator yang spesifik.
In0x + n e- Inred
Karena reaksi di atass reversible, maka potensial elektroda berdasarkan persamaan nerst dapat
ditulis :
Perubahan warna indicator dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi tergantung dari
perbandigan konsentrasinya.
12
Indicator redoks selektif
Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat selalu
direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2 inilah yang dititrasi dengan Na2S2O3.
Reaksi S2O3 - dengan I2 berlansung baik dari segi kesempurnaannya berdasrkan potensial
reduksi masing-masing.
1. Kesalahan oksigen; oksidasi diudara dapat meyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena
dapat mengoksidasi ion iodide menjadi I2.
4. Waktu reaksi anaklat dengan KI yang berjalan lambat, menyebabakan kemungkinan iod
menguap.
13
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat sehingga banyak zat-zat yang merupakan
reduktor yang cukupk uat dapat dititrasi ,indicator ialah amilum dengan perubahan tak berwarna
menjadi biru.
1. Penguapan iod
2. Reaksi iod dengan karet, gabus, dan bahan organic lain yang mungkin masuk dalam
larutan lewat debu dan asap.
3. Oksidasi oleh udara pada pH rendah ; oksodasi ini dipercepat oleh cahaya dan panas.
1. KMnO4 (permanganometri)
3. Cerium tetravalent
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah untuk
menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang tidak
besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini
memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar
vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida
membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan
kelebihan piridin beraksi dengan air.
4. Titrasi Kompleksometri
14
titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-
tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA.
b. Kelat-kelat tersebut cukup stabil membrntuk dasar pada metode titrimetri.kestebialn yang
besar disebabkan karena kompleks yang terbentuk berupa molekul dengan struktur melingkar
dalam kation yang dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.
Kurva titrasi untuk reaksi antara Kation Mn+ dengan EDTA menampilkan hubungan
antar pM vs Titran. Nilai pM secara cepat dapat dihitung pada tahap awal titrasi denga asumsi
bahawa konsentrasi pada saat kesetimbangan ion Mn+ sama dengan konsentrasi analitiknya yang
diperoleh dari data stokiometri.
Perhitungan konsentasi Mn+ pada dan setalah titik ekuivalen memerlukan persamaan
kesetimbangan. Perhitungan pada daerah ini sulit dan butuh waktu jika PH tidak diketahui dan
bervariasi tergantung pada nilsi pHnya. Beruntung sekali karena titrasi EDTA selalu dilakukan
pada pada larutan yang dipertahankan pHnya untuk mencegah gangguan kation lain menjamin
tetap berfungsinya indicator.
Relley dan Bernard telah mendaftarkan hamper 200 senyawa organic yang dapat digunakan
sebagai ion logam dan EDTA (sering disebut sebagai indicator metaokromatik)
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini
berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi
dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
suasana asam.
15
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 13 dan menjadi
biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron
membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks
disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan
electron
d. Terio T (EBT) adalah contoh indiator metalokromatik yang biasa digunakan pada
titrasi beberapa kation umum. Seyaw ini mengandung gugus sulfonat yang terdisiosisasi dalam
air dan 2 gugus fenol yang terdisosiasi sebagian.
1. Titrasi langsung
2. Titrasi balik
4. Titrasi alkalimetri
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan
bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa
selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi
yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.Titrasi
pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya endapan
dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ).
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar penulisan makalah selanjutnya
bisa lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Vogel. 1990. Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman
Media Pustaka.
Widarti, Hayuni Retno, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Malang:
FMIPA UM.
18