Anda di halaman 1dari 7

HEAT CONDUCTION APPARATUS

I. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan cara kerja Heat Conduction Apparatus.
2. Mengetahui cara menghitung konduktivitas termal suatu material.
3. Mengetahui proses heat transfer.
4. Mengetahui penerapan hukum fourier pada kondisi linier atau radial pada
material logam.
5. Mengetahui aplikasi dari Heat Conduction Apparatus.

II. Tinjauan Pustaka


Konduksi adalah perpindahan panas yang mengalir dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah di dalam suatu
medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan, tetapi
bersinggungan secara langsung (kontak langsung). Pada kondisi ini perpindahan
panas terjadi akibat kontak langsung antara molekul molekul dalam medium atau
zat tersebut tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar.

A. Persamaan Dasar Perpindahan Panas Konduksi


Persamaan dasar pada perpindahan panas secara konduksi adalah
Hukum Fouriers (Fouriers law). Sebagai contoh sebilah bidang (gambar 1),
yang memiliki distribusi temperatur T(x), dapat dinyatakan dengan persamaan:
dT
qx" = k (1)
dX

Gambar 1 Perpindahan panas konduksi satu dimensi

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 15


Flux panas qx" (W/ m2) adalah perpindahan panas pada arah x setiap satuan
luas tegak lurus dengan arah perpindahan, dan sebanding dengan gradien
temperatur, dT/ dx, pada arah ini. Konstanta k adalah sebuah sifat transport
yang dikenal dengan nama konduktivitas panas (W/ m.K) yang menyatakan
karakteristik dari bahan dinding. Tanda minus (-) adalah konsekuensi dari
kenyataan bahwa panas dipindahan pada arah temperatur yang menurun.
Pada kondisi steady state, dimana distribusi temperatur adalah linier, gradien
temperatur dapat dinyatakan dengan :

dT T2 T1
=
dx L

(2)

T2 T1
qx" = k (3)
L

atau
T1 T2
qx" = k (4)
L

T
= k
L

Persamaan ini adalah persamaan panas flux, yang menyatakan perpindahan


panas setiap satuan luas. Perpindahan pnas konduksi, qx" (W),
melalui sebuah dinding dengan luas A adalah hasil dari flux panas dan luas,
qx = qx" A.

B. Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding Berlapis


Rangkaian termal dapat digunakan juga pada sistem yang lebih
kompleks, seperti dinding berlapis, yang terdiri dari beberapa rangkaian seri
dan paralel dimana dimana setiap lapisan memiliki material yang berbeda.

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 16


Perpindahan panas pada dinding berlapis diperlihatkan pada gambar
berikut ini.

Gambar 2 Sebuah rangkaian termal seri pada dinding berlapis


Laju perpindahan panas satu dimensi untuk sistem ini dinyatakan dengan :
T ,1 T ,4
qx = (5)
R t

T ,1 T ,4
qx = 1 L L L 1
A B C
h1 A k A A k B A k C A h4 A

C. Perpindahan Panas Koduksi Pada Sistem Radial


Contoh yamg umum untuk sistem ini adalah silinder, yang memiliki
permukaan luar dan permukaan dalam yang diekspos pada fluida yang
memilki perbedaan temperatur. Untuk kondisi stedi dimana tidak ada panas
yang dibangkitkan maka bentuk persamaan perpindahan panas adalah :

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 17


1 d dT
kr = 0 (6)
r dr dr

Gambar 3 Perpindahan panas konduksi pada silinder


Laju energi yang dikonduksikan melalui sebuah permukaan silinder adalah
dT
qr = k A
dr
dT
= - k 2 r L (7)
dr
Laju perpindahan panas qr adalah konstan pada arah radial. Kita dapat
menghitung distribusi temperatur di dalam silinder dengan memecahkan
persamaan dengan memakai asumsi bahwa k adalah konstan.
Temperatur pada arah r dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
Ts ,1 Ts , 2 r
T(r) = ln Ts , 2 (8)
ln(r1 / r2 ) r2
Distribusi temperatur yang dianalogikan dengan konduksi radial pada sebuah
didinding silinder adalah tidak linier. Laju perpindahan panas pada silinder
adalah
2 L k (Ts ,1 Ts , 2 )
qr = r (9)
ln 1
r2

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 18


Dari persamaan ini bentuk persamaan dari tahanan termal adalah
r1
ln
Rt, cond = r2 (10)
2 Lk
III. Metodologi
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu:
1. Power Supply.
2. Stavolt.
3. Heat Conduction Apparatus.
4. Linier Module dan Radial Module.
5. Pompa.
6. Ember.
Bahan yang digunakan, yaitu:
1. Air pendingin.
2. Contoh Material, yaitu: Kuningan besar [A], Kuningan Kecil [B]
dan Stainless Steel [C].

B. Prosedur Percobaan
1. Rangkailah alat.
2. Hidupkan power supply.
3. Aturlah panas (wattmeter) sesuai yang dikehendaki untuk sistem linier
atau sistem radial.
4. Catatlah temperatur masuk air pendingin ketika power supply
dihidupkan.
5. Catatlah harga-harga temperatur yang terbaca untuk T1, T2, sampai
dengan T9 untuk sistem linier dan T1, T2, T3, T7, T8 dan T9 untuk sistem
radial, untuk harga panas (watt meter) stabil seperti yang dikehendaki.
Catatan:

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 19


Pembacaan temperatut T1 samapi T9 dilakukan dengan memutar
temperatur selector switch.
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 terhadap masing-masing jenis logam
A, B dan C untuk setiap variasi sistem.
IV. Hasil Pengamatan Dan Perhitungan
A. Hasil Pengamatan
1. Sistem Linier

Material Tin Q T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Kuningan Besar

Kuningan Kecil

Stainless Steel

2. Sistem Radial

Material Tin Q T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Logam

3. Data Ukuran Material


a. Sisten Linier
Kuningan Besar D = mm
Kuningan Kecil D = mm
Stainless Steel D = mm
Ketebalan x = mm
b. Sistem Radial
Jari-Jari Dalam r0 = mm
Jari-Jari Luar rL = mm
Ketebalan L = mm

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 20


B. Perhitungan
1. Perhitungan Konduktivitas Termal
Sistem Linier :
Q x
k =
A T
Sistem Radial :
r
Q ln L
k = r0
2 L T
2. Perhitungan Harga U Untuk Setiap Logam
XH = 3,5 10-2 m
X5 = 4,0 10-2 m
TH5 = T1
THi = Ti1
TCi = Ti2
TC5 = T9
1 XH X5 XC
=
U kH k5 kC
3. Perhitungan Harga Q
Sistem Linier
Q x
k =
A T
T
Q = k A
x

Sistem Radial
r
Q ln L
k = r0
2 L T
2 L T k
Q = r
ln L
r0

Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia 21

Anda mungkin juga menyukai