BIOMEDIK II
Semester :
Tahun Akademik :
Nama Mahasiswa :
No. Induk :
Fakultas :
Universitas :
Kelompok :
NamaAsisten :
BAGIAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015/2016
BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM FISIOLOGI
BIOMEDIK II
BAGIAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017/2018
KARTU KONTROL KEGIATAN PRAKTIKUM
Nama : ...............................................
No. Induk :
Fakultas :
Universitas :
Instruktur Lab. / Asisten :
BLOK : .
SEMESTER AWAL / AKHIR TAHUN AKADEMIK 20 / 20
Telah
PRAKTIKUM Dilakukan Paraf memasukkan Paraf
NO.
JUDUL Tanggal Asisten Laporan Asisten
pada tanggal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Makassar, 2016
Koordinator Praktikum
( )
NAMA NAMA DOSEN DAN ASISTEN DOSEN
BAGIAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
DOSEN FK UNISMUH
1 Muhammad Wahyudi B
2 Hardiansyah
4 Mifta Paramitha
7 Neno Arismayanti
8 A Ayu Ratnasari
12 Suprapto 085299983230
BagianFisiologi
FakultasKedokteran
UniversitasMuhammadiyah Makassar
Sistem Pernapasan
Pernapasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel dan
keluarnya karbondioksida dari sel ke udara bebas.pemakaian oksigen dan pengeluaran
karbondioksida diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh.tetapi sebagian
besar sel-sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara,karena
sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut.
Istilah respirasi selular merujuk pada proses-proses metabolic intrasel yang dilaksanakan
di dalam mitokondria yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selagi mengambil
energy dari molekul nutrient. Istilah respirasi eksternal merujuk ke seluruh rangkaian kejadian
dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Selain berisi sel alveolus tipe 1 pembentuk dinding yang tipis, 5% epitel permukaan
alveolus diliputi oleh sel alveolus tipe2. Sel ini mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks
fosfolipoprotein yang mempermudah ekspansi paru. Selain mempermudah ekspansi paru
(dijelaskan kemudian).selain itu mempermudah ekspansi paru .selain itu,terdapat makrofag
alveolus yang berjaga-jaga di dalam lumen kantung udara ini.di dinding antera alveolus yang
berdekatan terdapat pori kohn yang halus.keberadaan pori ini memungkinkan aliran udara antara
alveolus-alveolus yang berdekatan,suatu proses yang dikenal sebagai ventilasi kolateral
Iritasi
Tahap dimulainya rangsangan batuk dimana iritan yang masuk menstimulasi daerah-
daerah tertentu pada saluran pernapasan
Inspirasi
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada
saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi
jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional.
Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal
volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar
volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat
menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar
akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih
mudah
Kompresi
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup
selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50-
100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan
manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang
didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi
paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis
Penutupan laring dan glotis,dikombinasikan dengan kontraksi otot-otot dinding
dada,diafragma,dan hasilnya dinding perut meningkat akibat tekanan intra-torax
Ekspulsi
Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan
keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga
menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan
tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus
yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm
per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.
Glotis akan terbuka,sehingga alira udara ekspirasi yang tinggi dan mengeluarkan suara
batul.kompresi jalan nafas yang besar terjadi.arus yang tinggi mengeluarkan lendir dari
saluran udara dan memungkinkan pengeluaran dari trakeo-bronkial
SPIROMETRI
Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru. Dengan kata lain spirometri
adalah alat untuk mengukur volume dan kapasitas paru (kapasitas paru adalah jumlah dua atau
lebih volume paru). Sebagian besar pasien dapat dengan mudah melakukan spirometri setelah
dilatih oleh pelatih atau tenaga kesehatan lain yang tepat. Uji ini dapat dilaksanakan di berbagai
tempat baik ruang praktek dokter, ruang gawat darurat atau ruang perawatan. Spirometri dapat
digunakan untuk diagnosis dan memantau gejala pernapasan dan penyakit, persiapan operasi,
penelitian epidemiologi serta penelitian lain.
Secara rerata, pada orang dewasa sehat, udara maksimal yang dapat ditampung paru
adalah sekitar 5,7 liter pada pria (4,2 liter pada wanita). Ukuran anatomic, usia dan daya regang
paru, serta ada tidaknya penyakit pernapasan mempengaruhi kapasitas paru total ini. Dalam
keadaan normal, sewaktu bernapas tenang volume paru jauh dari volume inspirasi atau akspirasi
maksimal. Karena itu dalam keadaan normal paru mengalami pengembangan moderat sepanjang
siklus pernapasan. Pada akhir ekspirasi tenang normal, paru masih mengandung sekitar 2200 ml
udara. Selama bernapas biasa pada keadaan istirahat, sekitar 500 ml udara masuk dan keluar paru
sehingga selama bernapas tenang volume paru bervariasi antara 2200 ml pada akhir ekspirasi
serta 2700 ml pada akhir inspirasi. Selama ekspirasi maksimal , volume dapat turun menjadi
1200 ml pada pria (1000 ml pada wanita), tetapi paru tidak pernah dapat dikempiskan secara
total karena saluran-saluran alveolus kolaps ketika ekspirasi paksa pada volume paru yang
rendah, menghambat pengeluaran udara lebih lanjut.
A. Volume paru:
1. Volume tidal (VT, tidal volume), yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke luar
dari paru pada pernapasan biasa.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV, inspiratory reserve volume), yaitu jumlah udara yang
masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV, expiratory reserve volume), yaitu jumlah udara yang
dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa.
4. Volume residu (RV, residual volume) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah
ekspirasi maksimal.
B. Kapasitas paru:
1. Kapasitas paru total (TLC, total lung capacity), yaitu jumlah total udara dalam paru
setelah inspirasi maksimal. (TLC = VC + RV)
2. Kapasitas vital (VC, vital capacity), yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal
setelah inspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV)
3. Kapasitas inspirasi (IC, inspiratory capacity), yaitu jumlah udara maksimal yang dapat
masuk ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa. (IC = IRV + TV)
4.
Kapasitas residu fungsional (FRC, functional residual capacity), yaitu jumlah udara dalam
paru pada akhir ekspirasi biasa. (FRC = ERV + RV).
Batasan volume dan kapasitas paru dapat dilihat pada gambar 2. Nilai normal untuk setiap
volume dan kapasitas paru bervariasi dan dipengaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis kelamin,
suku, berat badan dan bentuk tubuh. Volume udara tersebut dapat dinilai dengan alat spirometri.
Spirometri dapat pula mengukur aliran ekspirasi yaitu volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1/FEV1) dan kapasitas vital paksa (KVP/FVC).1
Interpretasi hasil dari spirometry dapat menemukan keadaan kelainan dalam volume paru dalam
penyakit-penyakit tertentu
Dari hasil volume dan kapasitas paru yang diukur melalui spirometri ini, kita dapat
menentukan volume ventilasi paru/ventilasi semenit dan ventilasi alveolus dalam semenit.
Ventilasi semenit, yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan dalam 1 menit. Ventilasi
alveolus, yaitu volume udara yang dipertukarkan antara atmosfer dan alveolus permenit.
1. Ventilasi semenit :
VE = VT x f
2. Ventilasi alveolus
VA = (VT VD) x f
Ket :
Contoh :
VE = 500 x 12 = 6000 ml
Tujuan Praktikum
Exercise 1
In this exercise, you will examine the respiratory cycle and measure changes in volume.
It is important when recording normal respiration that the volunteer is not consciously
controlling breathing. The volunteer should turn away from the computer screen and may have to
stare out a window or read a book to distract themselves.
Procedure
1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process.
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head. Record normal tidal breathing for 1 to 2 minutes.
3. During recording add the comment "Normal tidal breathing" to the data.
4. After the tidal breathing period and at the end of a normal tidal expiration, ask the volunteer to
inhale as deeply as possible and then exhale as deeply as possible. Afterwards, allow the
volunteer to return to normal tidal breathing then stop recording.
5. Add the comment "Lung volume procedure" to this deep breath.
Your recording should resemble this. You may want to repeat the Lung volume procedure
several times.
Analysis
1. Examine the normal tidal breathing data. Calculate how many breaths there are in a one-minute
period (bpm). Type this into the appropriate cell in the table.
2. Determine the volume of a single tidal inspiration by dragging the Marker from its box to the
Volume channel at the start of a normal tidal inspiration. Move the Waveform Cursor to the next
peak on the Volume channel (this should be 0.5 to 1.5 s to the right of the Marker).
3. Click to place the selected data in the Value panel and drag the value from the Value panel into
the Tidal Volume (VT) cell of the table. Expired minute volume will be calculated by LabTutor
for you.
4. Repeat steps 2-3 to determine the Inspiratory Reserve Volume (IRV) and Expiratory Reserve
Volume (ERV). Note, the Marker should remain at the start of a normal tidal inspiration (trough)
for the ERV procedure, it should be moved to the end of a normal tidal inspiration (peak) for the
IRV procedure.
5. Click on this link and use the calculator to determine predicted values for Residual Volume
(RV).
Study Questions
1. Comment on the differences between the experimental and predicted values for VC, FRC
and TLC in the table above. What could cause these differences, if any?
2. In quiet breathing, muscular effort is used mainly in inspiration, and expiration is largely
passive, due to elastic recoil of the lung. Can you relate this fact to the pattern of
expiratory and inspiratory flow? Hint: the normal pattern of breathing is efficient in that it
requires muscular effort for only a short time.
3. Explain why RV cannot be determined by ordinary spirometry?
Exercise 2
In this exercise, you will measure parameters of forced expiration that are used in evaluating
pulmonary function
Procedure
1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head.
3. Prepare a comment "FVC procedure".
4. Have the volunteer breathe normally for 10 to 20 seconds.
5. Ask the volunteer to inhale and then exhale as forcefully, as fully and for as long as possible,
until no more air can be expired.
6. In the comment box, click Add.
7. Allow the volunteers breathing to return to normal, then click Stop.
Your recording should resemble this.
8. Repeat this procedure twice more, so that you have three separate Forced Vital Capacity
recordings.
Analysis
Follow the steps below to complete the table. Click here for a reminder of the various lung
volumes and capacities.
1. Using the Waveform Cursor and the Marker tool as necessary, examine each of the three Forced
Vital Capacity recordings (FVC).
2. On the Flow channel determine which of the three recordings shows a maximum Peak
Inspiratory Flow (PIF).
3. Click to place this data in the Value panel. Drag this value into the appropriate cell in the table.
4. Repeat this step to determine the maximum Peak Expiratory Flow (PEF), and enter this into the
table also.
5. On the Volume channel determine which of the three recordings shows a maximal FVC.
6. Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel and move the Waveform Cursor
to the maximal expiration also on the Volume channel. Click to place the selected data in the
Value panel, and drag the value from the Value panel into the FVC cell of the table.
7. Using the same recording as gave a maximal FVC measure the Forced Expired Volume in 1
second (FEV1). Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel, move the pointer
to a time 1.0 s from the peak. Click to place the selected data in the Value panel, and drag the
value from the Value panel into the FVC cell of the table.
Study Questions
1. Comment on the differences between the experimental and predicted values for FVC,
FEV1 and the FEV1/FVC ratio in the table above. What could cause these differences, if
any?
2. In you own words describe the physiological significance of the FEV1/FVC ratio?
3. Were your results for forced breathing consistent across all three trials? If not, why not?
Exercise 3
The effects of bronchial obstructions such as asthma can be demonstrated by making the
following modification to the equipment.
Setup
Analysis
1. Using the Waveform Cursor and the Marker tool as necessary, examine each of the three Forced
Vital Capacity recordings (FVC).
2. On the Flow channel determine which of the three recordings shows a maximum Peak
Inspiratory Flow (PIF).
3. Click to place this data in the Value panel. Drag this value into the appropriate cell in the table.
4. Repeat this step to determine the maximum Peak Expiratory Flow (PEF), and enter this into the
table also.
5. On the Volume channel determine which of the three recordings shows a maximal FVC.
6. Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel and move the Waveform Cursor
to the maximal expiration also on the Volume channel. Click to place the selected data in the
Value panel, and drag the value from the Value panel into the FVC cell of the table.
7. Using the same recording as gave a maximal FVC measure the Forced Expired Volume in 1
second (FEV1). Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel, move the pointer
to a time 1.0 s from the peak. Click to place the selected data in the Value panel, and drag the
value from the Value panel into the FVC cell of the table.
Study Questions
1. Based on your data, what values have been affected by simulated airway obstruction and
why?
2. In your own words explain the physiological events that occurred during this simulated
asthma attack. Hint: Think about what it felt like and how that would affect your general
state of well being and activity level.
Exercise 4
In this exercise, you will compare the parameters of forced expiration measured in different
volunteers.
Procedure
Repeat the procedures in Exercise 2, as described below, for up to three more volunteers.
Remember to replace the disposable filter and mouthpiece for each new volunteer.
1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head.
3. Prepare a comment "FVC volunteer 2".
4. Have the volunteer breathe normally for 10 to 20 seconds.
5. Ask the volunteer to inhale and then exhale as forcefully, as fully and for as long as possible,
until no more air can be expired.
6. In the comment box, click Add.
7. Allow the volunteers breathing to return to normal, then click Stop.
8. Repeat this procedure up to twice more, so that you have three separate Forced Vital Capacity
recordings.
9. Repeat for up to another two volunteer.
Analysis
Repeat the analysis in Exercise 2 and 3 for each volunteer, as described below.
1. Using the Waveform Cursor and the Marker tool as necessary, examine each of the three Forced
Vital Capacity recordings (FVC).
2. On the Flow channel determine which of the three recordings shows a maximum Peak
Inspiratory Flow (PIF).
3. Click to place this data in the Value panel. Drag this value into the appropriate cell in the table.
4. Repeat this step to determine the maximum Peak Expiratory Flow (PEF), and enter this into the
table also.
5. On the Volume channel determine which of the three recordings shows a maximal FVC.
6. Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel and move the Waveform Cursor
to the maximal expiration also on the Volume channel. Click to place the selected data in the
Value panel, and drag the value from the Value panel into the FVC cell of the table.
7. Using the same recording as gave a maximal FVC measure the Forced Expired Volume in 1
second (FEV1). Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel, move the pointer
to a time 1.0 s from the peak. Click to place the selected data in the Value panel, and drag the
value from the Value panel into the FVC cell of the table.
Study Questions
1. Comment on the range of results shown in the table for Exercise 4.
2. What factors do you think could contribute to differences in pulmonary parameters
between the volunteers?
PERTANYAAN :
3. Jelaskan proses pengontrolan otot-otot respirasi pada saat ekspirasi dan inspirasi normal
dan maksimal serta sebutkan otot-ototnya?
4. Jelaskan cara kerja dari surfaktan sehingga menjaga alveolus tidak kolaps
5. Setelah melakukan pengukuran spirometri, Arsy mendapatkan hasilnya yaitu FRC = 2300
ml, RV = 1200 ml, IC = 3300 ml, TV = 450 ml. Arsy bernapas 15 x/menit. Berapakah
vital capacity, ventilasi semenit dan ventilasi alveolus yang dimiliki Arsy?
SISTEM KARDIOVASKULAR
PRAKTIKUM 1
Tujuan praktikum
LANDASAN TEORI
Potential membran istirahat berkisar antara -80mV sampai -90mV pada otot
ventrikel, lebih postif pada otot atrium, nodus AV dan nodus SA
Ditentukan oleh pergerakan ion K+ keluar sel, dan aktivitas pompa Na+-K+ (Na+-K+
pump)
CARA PEMERIKSAAN
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
h. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG) dan kertas tissue
2. Persiapan Pasien
a. Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly
kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu
kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
4. Pemasangan electrode dada (sadapan unipolar prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan
disertai angka dibelakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2: sela iga ke 4 garis pada sterna kiri
V3: terletak diantara V2 dan V4
V4: ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5: garis axilla depan sejajar dengan V4
V6: garis axilla tengah sejajar dengan V4
PRAKTIKUM 2
BUNYI JANTUNG
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran, mahasiswa diharapkan sudah mampu :
1. Memahami prinsip dasar kerja jantung
2. Mengetahui lokasi dan jenis jenis bunyi jantung fisiologis
Siklus mekanik jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolic, yaitu
periode pengisian jantung oleh darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut
sistolik. Siklus ini lebih rinci terdiri atas 4 periode yaitu :
1. Fase pengisian
Selama fase sistolik ventrikel, sejumlah besar darah berkumpul di atrium kiri dan kanan
karena katup AV tertutup. Oleh Karena itu, segera sesudah sistolik selesai dan tekanan
ventrikel turun lagi sampai nilai diastoliknya yang rendah, teknanan yang cukup tinggi
yang terbentuk di atriuk segera mendorong katup av agar terbuka sehingga darah
dengan cepat mengalir kedalam ventrikel. Keadaan ini disebut sebagai periode pengisian
cepat pada ventrikel.
2. Periode kontraksi isovolemik
Segera sesudah ventrikel terisi, ventrikel mulai berkontraksi, tekanan ventrikel
meningkat dengan tiba tiba sehingga menyebabkan katup AV menutup. Penutupan
katup AV menyebabkan getaran pada darah disekitarnya dan akhirnya merambat ke
dinding dada, sehingga jika kita meletakkan stetoskop di daerah apeks jantung kita bisa
mendengar bunyi jantung pertama (BJ I)
3. Periode ejeksi
Bila tekanan ventrikel kiri menigkat sedikit diatas 80 mmhg maka tkanan ventrikel ini
akan mendorong katup aorta dan katup pulmonalis agar terbuka. Segera setelah itu,
darah mulai mengalir keluar dari ventrikel, sekitar 70% dari proses pengosongan darah
terjadi selama sepertiga pertama dari periode ejeksi dan 30% sisa pengosongan terjadi
selama duapertiga berikutnya.
4. Periode relaksasi isovolumetrik
Pada akhir sistolik, relaksasi ventrikel mulai terjadi secara tiba-tiba, sehingga tekanan
ventrikel kiri maupun kanan menurun dngan cepat. Peninggian tekanan dalam arteri
besar yang berdilatasi yang baru sajaj diisi dengan darah dari ventrikel yang berkontraksi
segera mendorong darah kembali ke ventrikel sehingga aliran drah ini akan menutup
katup aorta dan pulmonalis dengan keras maka terdengarlah bunyi jantung II (BJ II).
Selama 0,03-0,06 detik berikutnya, otot ventrikel terus bereleksasi mekipun volume
ventrikel tidak berubah. Selama periode ini, tekanan intravnetrikel menurun dngan
cepat ke tekanan diastoliknya yang rendah. Selanjutnya katup A-V akan terbuka untuk
memulai siklus pemompaan ventrikel yang baru atau mengawali periode pengisian
ventrikel.
DESKRIPSI KEGIATAN
1. Instruktur memberikan penjelasan tentang materi praktikum
2. Instruktur memberikan pemahaman konsep dasar kerja jantung dengan menggunakan alat
simulasi yang telah disediakan
3. Masing masing membentuk pasangan untuk melakukan pemeriksaan bunyi jantung
CARA KERJA
TUJUAN PEMBELAJARAN
LANDASAN TEORI
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh aliran darah pada dinding pembuluh darah. Alat
untuk mengukur tekanan darah adalah stethoscope dan sphygmomanometer. Sphygmomanometer
diletakkan di lnganatas (2,5-3 cm diatas antecubiti) kemudian dipompa. Apabila tekanan pada manset
sphygmomanometer meningkat sampai di atas tekanan sistolik pada arteri brachialis, maka arteri
tekanan dan arteri radialis menjadi tidak teraba lagi.Bila tekanan manset diturunkan perlahan, darah
memaksa masuk melalui obstruksi untuk kemudian ikut siklus jantung. Hal ini menghasilkan bunyi yang
dapat didengarkan dengan stethoscope yang diletakkan pada arteri brachialis di siku. Suara ini disebut
dengan Korotkoff Sound.Apabila tekanan pada manset terus menurun, Korotkoff sound menjadi lebih
keras dan beberapa saat kemudian suaranya mendadak menjadi kecil (Fase 4), selanjutnya semua suara-
suara menghilang (Fase 5). Fase 4 dan fase 5 digunakan untuk menentukan tekanan diastolic.
1. Spoit
2. Selang / NGT
3. Stetoskop
4. Sphygmomanometer
DESKRIPSI KEGIATAN
CARA KERJA
PERTANYAAN
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan
sumber energi atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk
menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya
transport aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan baku
untuk memperbarui dan menambah jaringan tubuh
Disepanjang traktus gastrointestinal, kelenjer sekretoris mempunyai 2 fungsi utama :
enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan, dari
rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mukus, dari rongga mulut sampai ke
anus, mengeluarkan mukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran
pencernaan.kebanyakan sekresi pencernaan terbentuk hanya sebagai respon terhadap
keberadaan makanan didalam saluran pencernaan, dan jumlah yang disekresi pada setiap
segmen traktus hampir sama dengan jumlah yang dibuutuhkan untuk pencernaan yang sesuai.
Terdapat empat proses pencernaan dasar: motilitas, sekresi, pencernaan, dan
penyerapan.
PERTANYAAN:
1. Jelaskan gerakan fungsional pada saluran pencernaan?
Kelenjar endokrin adalah organ yang menyintesis, menyimpan dan menyekresi hormone
kedalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin di dalam tubuh, termasuk pancreas,
tiroid, paratiroid dan sebagian sel usus dan ginjal.
1. Mengatur metabolisme organic serta keseimbangan H2O dan elektrolit, yang secara
kolektif penting dalam mempertahankan lingkungan internal yang konstan
2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh menghadapi situasi stress
3. Mendorong tumbuh kembang yang lancer dan berurutan
4. Mengontrol reproduksi
5. Mengatur produksi sel darah merah
6. Bersama sistem saraf otonom, mengontrol dan mengintegrasikan sirkulasi dan
pencernaan serta penyerapan makanan.
Fungsi Endokrin Pankreas
Pankreas adalah organ abdomen difus dan besar yang berfungsi sebagai kelenjar
eksokrin dan endokrin.Diantara sel-sel eksokrin diseluruh pankreas tersebar kelompok-kelompok
atau pulau sel endokrin yang dikenal sebagai pulau Langerhans. Fungsi endokrin pankreas
adalah memproduksi dan melepaskan hormone insulin, glukagon dan somatostatin.
Insulin adalah hormone yang diproduksi oleh sel pancreas. Hormon ini sangat penting
dalam hal mengatur kadar gula darah karena insulin memungkinkan sel untuk menyerap glukosa
yang ada dalam aliran darah. Glukosa yang diserap akan disimpan didalam hati dan sel otot
dalam bentuk glikogen.Ketika kadar gula darah meningkat maka Insulin merangsang proses
Glikogenesis dan menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Tubuh
menyerap mayoritas karbohidrat sebagai glukosa. Dengan meningkatnya glukosa setelah makan, pancreas
melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah kedalam sel untuk digunakan sebagai bahan
bakar
Glukagon adalah hormone yang dihasilkan oleh sel pancreas yang berfungsi sebagai
respon terhadap kadar gula darah yang rendah dengan cara merangsang glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk meningkatkan kadar glukosa
darah.Secara umum kerja glukagon berlawanan dengan kerja insulin.Glukagon merupakan hasil
dari sel-sel yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon
melakukan hal ini dengan mempercepat konversi dari glikogen dalam hati, asam amino gliserol dan asam
laktat menjadi glukosa. Kemudian hati mengeluarkan glukosa kedalam darah, dan kadar gula dalam darah
pun meningkat. Sekresi dari glucagon secara langsung dikontrol oleh gula darah melalui system feed back
negative.
Kadar gula darah dalam tubuh setiap individu berbeda-beda, tinggi rendahnya kadar gula darah
dipengaruhi sekresi hormone insulin dan glucagon sebagai peranan terpenting dalam metabolisme.Insulin
dan Glukagon hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting karena glukosa
merupakan bahan bakar utama untuk respirasi seluler dan usmber kunci untuk sintesis senyawa organic
lainnya.
PRAKTIKUM I
a. Tujuan Praktikum
1.Mengetahui metabolisme glukosa dalam darah
2.Mengukur kadar gula darah saat puasa dan setelah makan
c. Cara kerja
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
2. Cuci dan keringkan kedua tangan sebelum pengambilan sampel
3. Melakukan puasa minimal 8 jam sebelum pengambilan darah
4. Menyiapkan glukometer dan strip glukotest
5. Letakkan ujung jari yang akan ditusuk
6. Membersihkan ujung jari dengan kapas alcohol
7. Menusuk ujung jari dengan menggunakan lancet steril dan membiarkan darah keluar
8. Memasukkan strip glukotest pada glukometer
9. Meneteskan darah pada tempat reagen di strip glukotest
10. Tempelkan alcohol swab pada jari yang tertusuk untuk mengentikan pendarahan
11. Membaca kadar glukosa darah
PERTANYAAN