Anda di halaman 1dari 11

Journal Reading

Characterization of Radiographic Features of


Consecutive Lumbar Spondylolisthesis

Disusun oleh :
Elang Muhammad Firdaus
17360055

Pembimbing :
dr. Silman Hadori, Sp.Rad, MH.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR RADIOLOGI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan jurnal yang
berjudulCharacterization of Radiographic Features of Consecutive Lumbar
Spondylolisthesis.
Laporan jurnal ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus
memenuhi tugas kepaniteraan klinik ilmu Radiologi di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung.
Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penulis maupun teman sejawat lainnya. Penulis
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat membutuhkan saran dan kritik untuk pembuatan laporan kasus yang
lebih baik di waktu yang akan datang.

Bandar Lampung, 2017

Penulis

i
Characterization of Radiographic Features of
Consecutive Lumbar Spondylolisthesis
1. Pendahuluan
Lumbar spondylolisthesis adalah kondisi umum yang diobati dengan operasi
spinal. Biasanya disebabkan karena displasia kongenital, trauma, strain, atau penyebab lain yaitu
abnormalitas pada hubungan antara tulang vertebra yang berdekatan, baik parsial atau komplit
dari satu vertebra dengan vertebra lain yang berdekatan. Yang perlu digaris bawahi ini jarang
menyebabkan fraktur stres pedikel unilateral.
Gejala-gejala khas dari kondisi ini adalah defisit neurologis, Low Back Pain, Nerve Root
Irritation (Radikulopati), dan neural disfungsi. Jenis yang paling umum dari penyakit ini adalah
spondylolisthesis isthmic dan degeneratif. Berbagai macam perpaduan teknik bedah, seperti
anterior interbody fusion, posterios interbody fusion, posterolateral fusion, repair pars
interarticularis, dan reduksi dan fusi digunakan untuk menstabilkan tulang belakang, mengurangi
rasa sakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Spondylolisthesis paling sering dialami oleh wanita usia pertengahan atau paruh baya,
terutama pada L4 - L5. Etiologi dari spondylolisthesis dan spondylolisthesis bilateral adalah
spondylolysis, dan dislokasi kronis interbody. Pemeriksaan radiologis adalah kunci untuk
mangevaluasi spondilolistesis lumbal untuk mencegah kelainan anatomis, mengetahui etiologi,
tingkat keparahan, dan kemungkinan mekanisme patogeniknya untuk memandu terapi klinis
yang akan diberikan dan menilai prognosis. Untuk tujuan ini, sejumlah teknik X-ray, CT, dan
MRI telah digunakan untuk menganalisis anatomi vertebra, lumbal lordosis (LL), dan sendi facet
joints yang berkaitan dengan terjadinya selip/pergeseran. Berbeda dengan data radiologi pada
spondylolisthesis dari single corpus vertebra, data untuk consecutive lumbal spondylolisthesis
belum ditemukan, meskipun spondylolisthesis lumbal multilevel jarang terjadi dan menyumbang
sekitar 11% dari spondylolisthesis. Yang penting, keterlibatan multisegmen
cukup signifikansi untuk terjadinya sindrom cauda equina.
Di sini, kami melaporkan hasil radiologi dari consecutive
spondylolisthesis. Kami mengidentifikasi hubungan antara pergeseran ke depan vertebra dan
parameter pelvic sagittal. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme kompensasi

2
panggul berperan dalam menjaga stabilitas tulang belakang dan pelvic sagital secara
keseluruhan.

2. Material dan Metode

2.1. Subjek studi


Sebanyak 967 pasien didiagnosis dan dirawat karena spondylolisthesis di rumah sakit dari
Juni 2005 sampai Maret 2012. Di antara mereka, terdapat 17 kasus consecutive spondylolisthesis
(1,75%) diantaranya 5 laki-laki dan 12 perempuan dengan usia rata-rata 56 tahun. Dari 17 pasien
tersebut, 7 orang mengalami spondylolisthesis dengan kelainan di L3 - L4, dan 10 orang
mengalami spondylolisthesis dengan kelainan di L4 - L5.

Kriteria inklusi: Tidak ada fraktur spinal, atau riwayat skoliosis; Tidak ada riwayat operasi
spinal; Diagnosis conseutive spondylolisthesis foto lateral Lumbal spinal.

2.2. Penilaian radiologis


Gambar foto lateral untuk masing-masing pasien diambil dengan Picture Archiving and
Communication System (PACS). Indeks Taillard digunakan untuk menilai perpindahan jarak
relatif antara vertebra yang terlibat dibagi dengan panjang horizontal vertebral bagian atas
(Gbr. 1).

3
Gambar 1. Pengukuran indeks Taillard: perpindahan jarak pergeseran ke depan dari
corpusvertebra atas / panjang corpus vertebral atas x 100%.

LL (Lumbar Lordosis) adalah sudut antara lempeng L1 dan lempeng S1. Pelvic Incinedce
(PI) dilambangkan sebagai sudut antara garis vertikal endplate S1 dan garis yang
menghubungkan titik tengah endplate S1 ke titik tengah kepala femoral.Sakrum kemiringan (SS)
adalah didefinisikan sebagai sudut antara lempeng S1 dan garis horizontal, sedangkan Pelvic Tilt
(PT) adalah sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dan garis yang menghubungkan titik tengah
lempeng S1 endplate ke titik tengah bagian atas femoral (Gambar. 2).

4
Gambar 2. Pengukuran Lumbal Lordosis (LL), Pelvic Incidence (PI), Pelvic Tilt (PT), dan
sakrum kemiringan (SS).

Pergeseran antara bagian atas dan bawah ruang intervertebralis ditentukan oleh fleksi-
ekstensi dinamis X-ray radiografi (Gambar. 3).

5
Gambar. 3 Pengukuran angular displacement pada fleksi-ekstensi X-ray. Angular displacement
diskus intervertebralis atas (a1-b1); angular displacement diskus intervertebralis atas (a2-b2)

2.3. Analisis statistik

Data dianalisis dengan SPSS 13.0. Student t Test digunakan untuk menganalisis pergeseran
anterior relatif dari vertebra dan angular displacement dari ruang intervertebralis. Pearson
correlation Analysis digunakan untuk mengetahui hubungan antara parameter LL dan pelvic
sagittal dan korelasi antara indeks Taillard dan angular displacement. P <0,05 dianggap bahwa
hasil statistik signifikan.

Gambar 3. Pengukuran perpindahan sudut pada fl exion - ekstensi X-ray. Perpindahan sudut
ruang intervertebralis atas dihitung sebagai (1 - b 1); perpindahan sudut ruang intervertebralis
lebih rendah ditentukan dengan menghitung (2 - b 2).

2.4. Etika Penelitian


Penelitian ini disetujui oleh Ethical Committee of The Third Hospital of Hebei Medical
University, Shijiazhuang, Hebei, China.

6
3. Hasil
20 Spondylolisthesis isthmic (upper dan lower vertebra) dan 14 spondylolisthesis
degeneratif (upper dan lower vertebra) telah diidentifikasi di 34 corpus vertebra dari 17
pasien (Tabel 1). Di antara yang disebutkan di atas 7 pasien dengan consecutive spondylolisthesis
L3 - L4. Dan 10 pasien dengan consecutive spondylolisthesis L4-L5, 7 orang dengan
spondylolisthesis isthmic dan 3 orang dengan spondylolisthesis degeneratif (Tabel.1).

Rata-rata Indeks Taillard dari upper vertebra adalah 17,6 4,1%, sedangkan nilai untuk
lower vertebra adalah 22,4 4,1% (t = 7,672, P <0,001). Rata-rata angular displacement pada
upper vertebra adalah 10,8 2,6 , sedangkan ada lower vertebra adalah
18,6 5,5 (t = 5,251, P <0,001).
Pada 17 pasien, rata-rata LL adalah 58,1 4,3 , rata-rata PI 68,7 4,8 , rata-rata SS
37,2 3,8 , dan rata-rata PT 31,6 4.0. didapatkan korelasi antara LL, PI dan PT, sedangkan
untuk PI berkolerasi dengan PT dan SS (Tabel 2). Sebaliknya, tidak ada korelasi yang didapatkan
antara indeks Taillard dan angular displacement (P > 0,05).

7
4. Diskusi
Spondylolisthesis memiliki berbagai penyebab. Sebagai contoh, spondilolistesis isthmus
bisa disebabkan oleh defek isthmus kongenital, sebuah trauma lumbal akut yang menyebabkan
fraktur isthmus, fraktur terkait tekanan disebabkan oleh kelelahan kronis akibat adanya displasia
isthmus kongenital. Kondisi ini umumnya didapatkan pada badan vertebra lumbar ke5 pada orang
dewasa usia 30-40 tahun, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Di sisi lain,
spondylolistesis degeneratif adalah biasanya bersifat sekunder pada degenerasi diskus
intervertebralis dan sering didapatkan di L4 - L5 pada wanita 50- 60 tahun.
Meskipun beragam faktor penyebab biasanya menyebabkan ke arah single-level
spondylolisthesis, kami menemukan bahwa consecutive spondylolisthular juga tidak jarang
terjadi, terutama pada individu yang melakukan aktifitas fisik berat dalam jangka panjang, seperti
pada subjek yang terdaftar dalam penelitian ini. Kami juga menemukan bahwa mekanisme
kompensasi pelvis menjadi peran kunci dalam menjaga stabilitas sagital spinal dan perlvis secara
keseluruhan dalam kondisi ini. Yang terbaik dari penelitian yaitu, ini adalah laporan
radiografi pertama tentang fitur biomekanik dari consecutive spondylolisthesis.
Karena sifat anatomi yang berbeda, spondylolisthesis isthmic dianggap lebih stabil dari
spondylolisthesis degeneratif, itu terlihat dari perbedaan perpindahan sudut yang ada antara
keduanya. Dalam penelitian ini, jenis identik spondylolisthesis pada 2 tingkat vertebra didapatkan
pada masing-masing individu. Oleh karena itu, kami percaya bahwa hanya sedikit pengaruh yang
diberikan oleh jenis spondylolisthesis terhadap perpindahan sudut pada pasien yang diteliti di
penelitian ini.
Gaya gravitasi dalam tubuh ditransmisikan dan dibagi menjadi gaya tekan yang tegak lurus
terhadap gaya pergeseran yang sejajar dengan vertebral endplate. Secara umum, lower vertebra
yang menanggung beban yang lebih besar dari upper vertebra, yang dapat mempercepat
degenerasi diskua intervertebralis dan facet joints. Akibatnya, dari segi anatomis, lebih besar
kemungkinan terjadinya pergeseran pada daerah yang dekat dengan lumbosakral daripada pada
daerah yang letaknya jauh dari daerah lumbosakral. Sejalan dengan mekanisme ini, kami
menemukan bahwa angular displacment pada corpus vertebra bawah jauh lebih menonjol
daripada pada corpus vertebra atas dalam klinis dari consecutive spondylolisthesis.
Untuk mengimbangi kelainan ini, serangkaian perubahan kompensasi spine-pelvic untuk
beradaptasi dan mempertahankan posisi berdiri yang stabil. Perubahan adaptif

8
biasanya tercermin dari perubahan parameter sagital spine- pelvis, seperti PI. Sejumlah
penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat peningkatan nilai PI pada pasien dengan single-level
spondylolisthesis lumbalis berhubungan dengan seberapa parah perpindahan vertebranya. Barrey
et al mengatakan bahwa nilai PI dapat memprediksi perpindahan dari vertebra yang terkena 1-
level spondylolisthesis.Kami menghitung nilai PI pada 2-levels spondylolisthesis dan
menemukan bahwa rata-rata nilai PI pada consecutive spondilolistesis turut lebih tinggi daripada
single-level segmen spondylolisthesis (68,7 vs 66,3 ), dan tidak mengherankan baik, lebih
tinggi dari pada orang sehat. Rata-rata nilai PI yang tinggi pada Consecutive Spondylolisthesis
mungkin merupakan faktor risiko terhadap perpindahan yang terjadi pada vertebra. Namun
demikian, untuk mengevaluasi relevansi biomekanik terhadap nilai PI yang meningkat dalam
spondylolisthesis memerlukan studi prospektif lebih lanjut.
Berthonnaud et al, Setiap perubahan yang mengarah pada anatomi segmen tulang belakang
anatomi akan menyebabkan perubahan adaptif pada segmen yang berdekatan agar menjaga
kestabilan tubuh. Misalnya, Vialle et al [29] telah melaporkan bahwa nilai SS di single-vertebral
spondylolisthesis lumbal secara bertahap meningkat seiring dengan tingkat perpindahan di
spondylolisthesis grade I - III, namun menurun pada grade IV - V. Meskipun hasil penelitian
kami dengan jelas menunjukkan bahwa consevutive spondylolisthesis mengakibatkan modifikasi
parameter pelvis, data kami menunjukkan bahwa nilai-nilai SS (37,2 ) dan PT (31,6 ) pada
pasien dengan consecutive spondylolisthesis lebih tinggi daripada populasi yang sehat
(PT = 25,1 dan SS = 30,7 ) [29 - 31] di usia yang sama. Dalam penelitian ini, semua indeks
Taillard <50%, diklasifikasikan menjadi spondylolisthesis grade I atau II. Kami berhipotesis,
bahwa mekanisme kompensasi di spine-pelvis pada 2-segmen spondylolisthesis mungkin
berbeda dari yang di single-level spondylolisthesis. Data pendukung gagasan ini adalah
kegagalan identifikasi bahwa adanya hubungan signifikan antara PT dan SS, laporan temuan
yang kompatibel menunjukkan bahwa PI = SS + PT, dan ada perbedaan kecenderungan arah
pergeseran dari PT dan SS dalam spondylolisthesis. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh dua
alasan. Pertama, consecutive spondylolisthesis berturut-turut dapat menyebabkan kompensasi
spine-pelvis yang jelas yang mengarah ke perubahan PT dan SS. Kedua, ukuran sampel dan bias
seleksi yang kecil dalam penelitian ini mungkin telah menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian
ini.

9
Kekurangan dari penelitian saat ini, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal
dari gambar X-ray saja. Karena pencitraan seluruh tulang belakang tidak digunakan, kami tidak
dapat melakukan analisis keseluruhan urutan tulang belakang.
Singkatnya, penelitian kami menunjukkan bahwa pada spondylolisthesis dari 2 segmen
lumbal yang berdekatan, baik tingkat pergeseran vertebra dan angular displacement pada lower
vertebra lebih besar, dibandingkan dengan uppe vertebra, yang menunjukkan bahwa mekanisme
kompensasi panggul memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan sagital.

10

Anda mungkin juga menyukai