Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan,


bahkan kemajuan. Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan. bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.

Dimana Kepedulian atau caring merupakan isu besar dalam profesionalisme


keperawatan Kepedulian tampaknya telah memainkan bagian penting yang paling
disoroti. Sejak dulu, keperawatan selalu meliputi empat konsep (yang merupakan
paradigma kita): merawat adalah apa yang kita lakukan; manusia adalah sasaran dari apa
yang kita lakukan (kepada siapa kita melakukannya); kesehatan adalah tujuannya; dan
lingkungan adalah tempat di mana kita merawat. Inti dari semua teori tentang
keperawatan adalah memeriksa dan menguraikan empat konsep tersebut untuk memberi
penjelasan dan panduan dalam hal merawat. Tetapi sekarang, merawat juga didefinisikan
sebagai kepedulian atau caring, yang sudah menjadi konsep paradigma yang kelima.
Sebagai perawat/ners kita harus memahami konsep caring dan mampu menanamkan
dalam hati, disirami dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill
sebagai perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan mampu
belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka
mampu memahami apa itu caring.
Caring merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana
seseorang berpikir dan bertindak. Karena caring merupakan perpaduan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna
dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu klien yang sakit. Caring sangatlah
penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan.
Praktek caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki atau
meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Sikap caring juga digunakan untuk
meningkatkan kepercayaan klien terhadap penggunaan caring dalam keperawatan, maka
perawat sendiri harus memahami hal tersebut untuk memperkuat mekanisme koping.
Oleh karena sangat penting penggunaan caring dalam keperawatan, maka perawat sendiri
harus memahami konsep caring dan mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan.

1
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep perilaku caring?
b. Apa saja instrumen yang dipakai untuk mengukur perilaku caring?
c. Bagaimana perilaku caring dalam praktik keperawatan?

1.3. Tujuan
a. Untuk memahami konsep perilaku caring.
b. Untuk mengetahui instrumen yang dipakai untuk mengukur perilaku caring.
c. Untuk memahami perilaku caring dalam praktik keperawatan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Perilaku Caring

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai


suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu :
manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi
yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang
sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh
hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien,
selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual,
teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang
(Dwidiyanti, 2007).

Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu


untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007).

Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain,
artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara
sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena
caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring
bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur
setiap orang yg berbeda pada satu tempat ( Dwidiyanti, 2007 ).

Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting
dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit,
dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan
dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan ( Potter & Perry, 2005 ).

Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring
adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau membolehkan
individu (kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu
atau kehidupan George (2002) dikutip dalam Leininger (1979).

3
Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring adalah
kebutuhan dasar manusia yang esensial, caring adalah keperawatan, caring adalah
penyembuhan, caring adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan,
caring adalah ciri-ciri istimewa dari keperawatan sebagai suatu profesi atau disiplin.

2.2. Instrumen Yang Dipakai Untuk Mengukur Perilaku Caring

Instrumen yang dipakai dalam mengukur perilaku caring menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut:

1. Daftar Dimensi Perilaku caring (Caring Dimention Inventory/CDI)


Daftar dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI) yang didesain oleh
Watson dan Lea (1997 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008) merupakan instrumen yang
dikembangkan untuk meneliti perilaku perawat (perilaku caring). Daftar dimensi
caring tersebut antara lain:
CDI 1. Membantu klien dalam ADL.

CDI 2. Membuat catatan keperawatan mengenai klien.

CDI 3. Merasa bersalah /menyesal kepada klien

CDI 4. Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu

CDI 5. Menjelaskan prosedur klinik

CDI 6. Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien23

CDI 7. Duduk dengan klien

CDI 8. Mengidentifikasi gaya hidup klien

CDI 9. Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior

CDI 10. Bersama klien selama prosedur klinik

CDI 11. Bersikap manis dengan klien

CDI 12. Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien

CDI 13. Mendengarkan klien

CDI 14. Konsultasi dengan dokter mengenai klien

CDI 15. Menganjurkan klien mengenai aspek self care

CDI 16. Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien

CDI 17. Memberikan informasi mengenai klien


4
CDI 18. Mengukur tanda vital klien

CDI 19. Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi

CDI 20. Bersikap kompeten dalam prosedur klinik

CDI 21. Melibatkan klien dalam perawatan

CDI 22. Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik

CDI 23. Memberikan privacy kepada klien

CDI 24. Bersikap gembira dengan klien

CDI 25. Mengobservasi efek medikasi kepada klien

Hasil penelitian Amanda et al (1998 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008)


menjelaskan bahwa semua item pada CDI mempunyai korelasi positif dengan item
lainnya kecuali CDI no. 3 dan 16.

2. CareQ (The Nurse Behaviour Caring Study)


Larson (1984 dalam Watson, 2004) dengan CareQ (Caring assessement
inventory) untuk mempersepsikan perilaku caring perawat. Dilakukan pada dua
sampel perawat profesional (n = 57 & n = 112). Perawat mengidentifikasi perilaku
yang penting adalah mendengarkan, sentuhan, kesempatan mengekspresikan
perasaan, komunikasi dan melibatkan klien dalam perencanaankeperawatannya.
Perilaku caring yang ditampilkan pada alat ukur ini meliputi 50 dimensi caring yang
dibagi dalam 6 variabel yaitu kesiapan dan kesediaan, penjelasan dan peralatan, rasa
nyaman, antisipasi, hubungan saling percaya serta bimbingan dan pengawasan.
Enam indikator perilaku caring perawat (Watson, 2004) adalah sebagai berikut:
a. Accessible, perilaku perawat yang menunjukkan kesediaan dan kesiapan untuk
selalu membantu klien dan keluarganya dalam mengatasi masalah kesehatan
/keperawatan.
b. Explain and facilitates, kemampuan perawat untuk: memberikan penjelasan
berkaitan dengan perawatan klien, memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dan keluarga, membantu klien dalam proses pengambilan keputusan atas tindakan
yang akan dilakukan terhadap klien, melindungi klien dari praktek yang merugikan
klien, menjadi mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya.
c. Confort, kemampuan perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar klien meliputi
fisik dan emosional dengan penuh penghargaan.
d. Anticipates, kemampuan perawat untuk melakukan tindakan pencegahan
komplikasi dan mengantisipasi perubahan-perubahan yang tidak diinginkan dari
5
kondisi klien, dengan demikian perawat dapat menyiapkan apa ang mungkin
dibutuhkan bila hal yang tidak diinginkan terjadi.
e. Trusting relationship, kemampuan perawat membina hubungan interpersonal
dengan klien, menunjukkan rasa tanggungjawab terhadap klien dan selalu
memahami klien sesuai kondisi.
f. Monitors and follows, kemampuan perawat dalam mengawasi dan menunjukkan
kemampuan professional dan menjamin keamanan tindakan keperawatan yang
didelegasikan kepada orang lain dengan bimbingan dan pengawasan.

3. The Caring Behavior Assessment (CBA)


Cronin & Harrison (1988), mengembangkan The Caring Behavior Assessment (CBA)
tool, digunakan untuk mengkaji perilaku caring perawat yang ditinjau dari persepsi
pasien. Merupakan yang pertama kali tercatat dalam literatur keperawatan untuk
menjelaskan teori atau konsep dasar dengan item yang spesifik. CBA tool terdiri dari
63 pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan teori Watson (1985, 1988) dan
identifikasi 10 faktor karatif dalam pekerjaannya.

4. Caring Behavior Inventory (CBI)


Wolf, et all (1994) menggambarkan dimensi perilaku caring dalam study
pengembangan instrumentnya. Meggunakaan 4 skala likert yaitu 1 = sangat tidak
setuju; 2= tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat setuju. Test reliabilitas terhadap sampel
perawat diperoleh koefisien kuesioner 0.83 Dengan formasi klien 263 orang dan
perawat 278 orang. Wolf, et al (1994) membuat konsep kategori karatif dalam
penelitian mereka dan 5 kategori karatif atau dimensi perilaku caring tersebut:

Kategori 1: Mengakui keberadaan manusia, kategori ini merupakan kombinasi dari


tiga intervensi karatif yaitu: pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik,
memberikan kepercayaan harapan dan menumbuhkan sensitifitas terhadap diri
sendiri dan orang lain. Kategori mengakui keberadaan manusia terdiri menolong
klien, berbicara dengan klien, menghargai klien sebagai manusia dan bertindak
cepat jika klien memanggil.

Kategori 2: menanggapi dengan rasa hormat, kategori ini merupakan kombinasi dari
dua intervensi dari dua intervensi karatif yaitu: mengembangkan hubungan saling
percaya dan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif negative klien.
Kategori menanggapi dengan rasa hormat terdiri dari ata caring seperti jujur, tulus

6
hati, terus terang dengan klien, menunjukkan sikap tanggap terhadap klien dan
memberikan informasi kepada klien untuk dapat mengambil keputusan.

Kategori 3: pengetahuan dan keterampilan profesional, kategori ini merupakan


kombinasi dari dua intervensi karatif yaitu, penggunaan sistematis metode
penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan dan peningkatan pembelajaran
dan pengajaran interpersonal. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti
menjaga klien, mempercayai klien dan memberikan perhatian khusus pada saat
kunjungan klien pertama kali.

Kategori 4: menciptakan hubungan positif, kategori ini hanya terdiri dari satu
intervensi karatif yaitu, menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan
spiritual yang mendukung. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti memberi
harapan kepada klien, membiarkan klien mengekspresikan perasaannya dan
mempercayai klien.

Kategori 5: perhatian terhadap yang dialami orang lain, kategori ini mencakup dua
intervensi karatif yaitu, memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi
dan mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan
diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kategori ini terdiri dari aktivitas
membebaskan klien dari gejala-gejala, melakukan perawatan klien dengan lembut
dan baik.

7
2.3. Perilaku Caring Dalam Praktik Keperawatan

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan


memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.

Mengapa perawat harus care? Pertanyaan ini dapat dijawab dalam


beberapa cara, tetapi terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan
perawat untuk care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, dan
aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit (Fry, 1988).
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, perawat
memiliki tugas profesional untuk memberikan care. Untuk itu, kita
sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care
sebagai kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau
salah, bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak
dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara
perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu
merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting.
Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama
lain adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang
religious adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat
tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan,
perawat harus care terhadap klien.

8
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara
yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan
klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering
diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka,
ekspresi wajah, dan lain-lain (Nurachmah,2001; Dwidiyanti,1998; Barnhart,
etal, 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Perawat perlu
mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial,
psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat
juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat bertanggungjawab
akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan
seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja
yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang
kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat
profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa
pelayanan kesehatan.
Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan Caring bukanlah sesuatu
yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai,
pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang
berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang,
mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan
seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan
menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran

9
berarti ada di dan ada dengan. Ada di berarti kehadiran tidak hanya
dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan
ada dengan berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien
(Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan
rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan
perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak
dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung
kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak
mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a. Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan
sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan
prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan
secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b. Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan
klien, memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati,
atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini
dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan
harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan
Watson, 1994).
c. Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan
untuk melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh
dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan
dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus
digunakan secara bijaksana.

10
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,
mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian
penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam
memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien
mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami
klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam
membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman
perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan
sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan
saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang
baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya
sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan,
serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapatmemahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin
hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan
bagi klien dan perawat;mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan
sumber daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan
caring menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.

11
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam
proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu
keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring


merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam caring
terdapat tiga makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi
perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional,
berada di bawah kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang
perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika
perawat memiliki sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta
mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. & Perry A. G. (2004). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process,


and Practice. 7th Ed.Alih Bahasa : Eko Panilih dkk., Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40425/3/Chapter%20II.pdf
(diakses: 3 Oktober 2016)
https://methagagarin.wordpress.com/2012/10/15/konsep-perilaku-caring/ (diakses:
3 Oktober 2016)

14

Anda mungkin juga menyukai