Kota Probolinggo merupakan salah satu daerah kota di wilayah bagian Utara Propinsi Jawa Timur.
Terletak antara jalur Kota Probolinggo terdiri dari 1 (satu) kecamatan kota yang mencakup 11 desa/kelurahan.
Namun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 45 tahun 1982, Kota Probolinggo dimekarkan menjadi 3
(tiga) kecamatan yang membawahi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan. Kondisi saat ini berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Penataan dan Pengembangan Kelembagaan
Kecamatan, Kota Probolinggo melakukan penataan dan pengembangan kecamatan dari 3 (tiga) kecamatan
menjadi 5 (lima) kecamatan yang membawahi 29 Kelurahan. Kelima kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Mayangan, Kecamatan Kanigaran, Kecamatan Kademangan, Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kedopok.
Secara geografis daerah ini terletak antara 7o4341 sampai 7o4904 Lintang Selatan dan 113o10
sampai 113o15 Bujur Timur dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara : Selat Madura
b. Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, Bantaran, dan Sumberasih
(Kabupaten Probolinggo)
d. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih (Kabupaten Probolinggo)
2. Curahgrinting 126,9
3. Kanigaran 342,7
4. Kebonsari Kulon 155,8
5. Kebonsari Wetan 97,6
6. Sukoharjo 94,4
Jumlah 1.065,3
3 Kademangan
1. Kademangan 213,0
2. Pilang 306,8
3. Ketapang 205,1
II-3
II-3
Peta 2. 1 Peta
Administrasi
Kota
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
Probolinggo
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
2.2.1. Topografi
Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai kurang dari 50 meter dia atas permukaan
air laut. Apabila ketinggian tersebut dikelompokkan atas; ketinggian 0 -10 meter, ketinggian 10 -25 meter,
ketinggian 25 -50 meter. Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Namun
demikian seluruh wilayah Kota Probolinggo relatif berlereng (0 2%). Hal ini mengakibatkan masalah erosi tanah
dan genangan cenderung terjadi di daerah ini.
2.2.2. Geologi
Wilayah Kota Probolinggo dibentuk dari bahan induk batuan volkanik dan zaman quarter muda ( young
quarternary volcanic product) dan batuan endapan (alluvium). Bahan induk tersebut terbentuk dengan fisiografi
yang relatif datar. Bahan induk alluvium terdapat pada wilayah bagian utara dan tenggara, sedangkan bahan
induk volcanic product terdapat pada bagian lainnya.
II-3
Peta 2. 2 Peta
Ketinggian
Kota
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
Probolinggo
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
II-3
Peta 2. 3 Peta
Geologi Kota
Probolinggo
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
II-3
Peta 2. 4 Peta
Jenis Tanah
Kota Probolinggo
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
4. Faktor Pembatas
Faktor pembatas yang dimaksud adalah sifat fisik dan kimia tanah yang mengganggu pertumbuhan
akar tanaman dan pemanfaatan air tanah. Untuk Kota Probolinggo faktor pembatas yang ada
adalah air asin. Daerah tersebut mencakup wilayah yang terkena akibat pasang surut air laut, yaitu
mencakup luasan seluas 110 Ha atau 4.94% dari seluruh luas wilayah Kota.
2.2.5. Iklim
Kota Probolinggo mempunyai perubahan musim 2 jenis setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan
musim kemarau. Pada kondisi normal, musim penghujan terjadi pada Bulan Desember sampai dengan Mei,
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai bulan Nopember. Rata-rata jumlah curah hujan tahun
2008 tercatat 921 mm dengan hari hujan sebanyak 79 hari. Untuk periode bulan Juni September praktis tidak
ada hujan di Kota Probolinggo. Curah hujan per hari yang lebat terjadi pada bulan Pebruari sebesar 242 mm/hari
selama 15 hari.
Musim kering yang terjadi pada bulan Juni sampai dengan Nopember di Kota Probolinggo berpengaruh
pada terjadinya angin kering yang bertiup cukup kencang (kecepatan mencapai 81 km/jam) dari arah Tenggara
ke Barat Laut, angin ini biasanya disebut dengan Angin Gending.
Tabel 2.6 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan per Bulan di Kota Probolinggo Thn. 2008
II-3
2.2.6. Hidrologi
Di wilayah Kota Probolinggo terdapat 6 sungai yaitu Kali Kedunggaleng, Umbul, Banger, Legundi,
Kasbah, dan Pancur. Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun, mengalir dari arah selatan ke utara
sesuai dengan kelerengan wilayah dan mempunyai hulu di wilayah Kabupaten Probolinggo. Untuk keperluan
usaha pertanian, sungai-sungai tersebut telah dimanfaatkan seluruhnya melalui saluran-saluran irigasi yang
dibangun untuk maksud itu. Selain sungai maka sumber air irigasi lainnya adalah mata air yang terdapat di
berbagai tempat. Air tanah di Kota Probolinggo umumnya jernih dan tidak berbau. Penduduk yang belum
mendapat fasilitas air ledeng umumnya menggunakan air tanah sebagai sumber air minum. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan sumur atau pompa. Kedalaman air tanah, yang dilihat dari kedalaman sumur, bervariasi
antara kedalaman 3 sampai 12 meter. Semakin ke selatan kedalamannya semakin tinggi.
Wilayah Kota Probolinggo memiliki struktur wilayah dengan kemiringan 0 2%, dengan kondisi
yang demikian maka dapat dimungkinkan bahwa di Kota Probolinggo hampir tidak ada lahan kritis.
II-3
II-3
Peta 2. 5 Peta Curah
Hujan
Kota
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
Probolinggo
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
II-3
Peta 2. 6 Peta
Kedalaman
Air Tanah Kota
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
Probolinggo
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
Secara umum penggunaan tanah di Kota Probolinggo meliputi lahan sawah dengan luas 1.962,50 Ha
atau 34,62 % dan lahan bukan sawah seluas 3.705 ha (65,38 %) dari luas keseluruhan Kota Probolinggo. Lahan
bukan sawah terdiri atas lahan kering 3.606,48 ha (97,34 %) dan lahan lainnya 98,72 ha (2,66 %), dengan lahan
pertanian paling luas berada di Kecamatan Kedopok sebesar 860,98 Ha, kemudian berikutnya adalah
Kecamatan Kademangan dengan luas lahan pertanian sebesar 667,21 Ha dan Kecamatan Wonoasih dengan
luas lahan pertanian sebesar 514,48 Ha.
Penggunaan lahan paling dominan berikutnya setelah lahan pertanian adalah lahan permukiman,
yaitu sebesar 2.090,04 Ha atau 36,88% dari luas Kota Probolinggo. Persebaran permukiman di Kota Probolinggo
cukup merata di seluruh kecamatan, hal ini dpat dilihat berdasarkan selisih luas lahan permukiman pada setiap
kecamatan yang tidak terlalu mencolok. Luas lahan permukiman paling besar berada di Kecamatan Kanigaran
yaitu sebesar 474,29 Ha, kemudian berikutnya adalah Kecamatan Wonoasih sebesar 412,24 Ha.
Penggunaan tanah lainnya seperti fasilitas pendidikan, perkantoran, perdagangan maupun industri
menjadi terlihat tidak signifikan jika dibandingkan dengan luas lahan pertanian ataupun permukiman. Luas
fasilitas permukiman, perkantoran, perdagangan dan industri di Kota Probolinggo berturut-turut adalah sebesar
132,50 Ha (2,34% luas wilayah Kota probolinggo), 108,91 Ha (1,92%), 20,64 Ha (0,36%), dan 90,08 Ha (1,59%).
II-3
II-3
Peta 2. 7 Peta
Penggunaan Lahan
Kota Probolinggo
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
Dalam perencanaan tata ruang, data dan analisa kependudukan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting, mengingat penduduk merupakan subyek dan obyek pembangunan suatu wilayah. Dengan
mengetahui karakteristik kependudukan suatu wilayah, maka usaha-usaha untuk penyediaan
fasilitas dan kebutuhan pelayanan pada masa mendatang dapat diperkirakan sesuai dengan perhitungan-
perhitungan yang telah ditetapkan.
Beberapa hal pokok kependudukan yang akan dibahas meliputi jumlah dan laju pertumbuhan penduduk,
persebaran dan kepadatan penduduk, proyeksi penduduk, komposisi penduduk dan karakteristik sosial budaya.
2.3.2. Ketenagakerjaan
Angkatan kerja baru yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo pada tahun 2006 sebesar
3.000 orang. Apabila dibandingkan dengan angkatan kerja baru tahun 2005 yang berjumlah 219 orang, maka
II-3
angkatan kerja baru tahun 2006 mengalami peningkatan cukup tajam, sebesar -90,56%. Peningkatan angkatan
kerja baru ini dipicu oleh adanya peningkatan jumlah lowongan pada tahun 2006. apabila didibandingkan antara
lowongan yang ada dengan angkatan kerja yang terdaftar (angkatan kerja awal tahun ditambah angkatan kerja
baru) pada tahun 2005 rasionya mencapai 1:39,66. Hal ini berarti 1 lowogan pekerjaan diperebutkan oleh 40
orang. Sedangkan pada tahun 2006, rasionya mencapai 1:13,66. Hal ini berarti 1 lowongan pekerjaan
diperebutkan oleh 14 orang.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk di Kota Probolinggo Tahun 2009 (Dirinci Menurut Jenis Kelamin)
Jumlah Penduduk
No Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Mayangan 30.917 31.677 62.594
2 Kanigaran 27.358 27.633 54.991
3 Kademangan 19.034 19.207 38.241
4 Wonoasih 16.071 16.165 32.236
5 Kedopok 14.987 15.056 30.043
Kota Probolinggo 108.367 109.738 218.105
Sumber : Monografi Kelurahan seKota Probolinggo, Tahun 2010
Tabel 2.8 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2006 - 2009
Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan
Tahun Jumlah
Laki-Laki Perempuan Penduduk
2005 94.552 96.944 191.496 -
2006 96.856 101.394 198.250 3,53%
2007 104.312 106.111 210.423 4,83%
2008 106.715 107.829 214.544 3,86%
2009 108.367 109.738 218.105 3,31%
Sumber : Kota Probolinggo Dalam Angka, BPS Kota Probolinggo
2.4. PEREKONOMIAN
Komponen pengeluaran belanja terdiri dari : Belanja Operasi, Belanja Modal, Transfer ke
desa/kelurahan, Belanja tak terduga. Pada tabel 2.9 dapat diketahui bahwa besarnya pengeluaran biaya untuk
belanja di kota Probolinggo pada tahun 2009 mencapai Rp 458.255.346.000,00, bertambah 9,3% dari total biaya
tahun 2008. Dilihat dari perkembangan total biaya di Kota Probolinggo mulai tahun 2005 2009 cenderung
meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya sebesar 25,5%. Pada tahun 2009, pos belanja paling
besar adalah pada belanja administrasi umum yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan
dinas, belanja pemeliharaan, yaitu sebesar Rp 213.995.696.000, 00.
Tabel 2.9 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2005 - 2009
II-3
Sumber : RPIJM Kota Probolinggo Tahun 2010 - 2014
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
II-3
Tabel 2.10 Realisasi Pembiayaan Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2005 - 2009
II-3
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
2.5. PENDIDIKAN
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dan Kantor Kementrian Agama Kota
Probolinggo, banyaknya sekolah mulai dari Pra Sekolah (TK) hingga Perguruan Tinggi di Kota Probolinggo pada
Tahun 2010 sejumlah 295 buah, dengan jumlah murid/mahasiswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010
berjumlah 53.528 orang, dan didukung oleh 3.818 orang guru/dosen.
2.6. KESEHATAN
Peningkatan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.12. Menurut data dari Dinas Kesehatan, Kota Probolinggo
pada tahun 2010 memiliki 5 rumah sakit, 6 Puskesmas, 20 Puskesmas Pembantu, 11 Balai Pengobatan/Pos
Kesehatan/BKIA ABRI/swasta, 17 Apotik, 1 toko obat berijin, dan 3 buah BKIA/Pos.
a. Air bersih
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kota Probolinggo akan air bersih, sebagian dari PDAM dan
sebagian besar masih dipenuhi dari sumur gali, sumur pompa serta lainnya dari sumber mata air dan sungai.
Jumlah air minum yang disalurkan pada tahun 2008 meningkat dari tahun 2004 yaitu dari 3.039.578 M3
meningkat menjadi 3.851.644 M3. Dari total 14.011 pelanggan, 91,5% adalah rumah tangga dengan volume
pemakaian air adalah 75,8%.
b. Persampahan
Kegiatan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah di Kota Probolinggo sebagian besar
dilaksanakan oleh Bidang Penanggulangan dan Penanganan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup (P2DPLH)
dan UPT. Komposting yang berada dalam naungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo.
Sedangkan pada beberapa fasilitas umum seperti pasar, kompleks perkantoran pemerintah, rumah sakit, sungai
dan saluran air serta pada tingkat/satuan wilayah terkecil (RT/RW), pengelolaan sampah dilakukan secara
koordinatif baik antara Bidang P2DPLH dengan Instansi/Unit Kerja terkait maupun dengan Petugas Pengangkut
Sampah RT/RW yang keberadaannya dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
Tugas utama Bidang P2DPLH pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo adalah
menyelenggarakan kegiatan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan kebersihan
dan persampahan. Dasar hukum pembentukan Bidang P2DPLH adalah Peraturan Daerah Kota Probolinggo No
03 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Probolinggo. Sedangkan sebagai pedoman
untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, unit kerja yang didukung 167 personil serta berbagai sarana dan
prasarana penunjang kegiatan ini mengacu kepada Peraturan Walikota Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.
Pemerintah Kota Probolinggo melalui Badan Lingkungan Hidup telah melaksanakan berbagai bentuk
kegiatan yang antara lain adalah sebagai berikut:
- Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan Forum Jaringan Manajemen Sampah
(FORJAMANSA) yang meliputi: Sosialisasi program-program pengelolaan persampahan kepada
masyarakat melalui media cetak, elektronik dan penyuluhan langsung, Pemberian pembinaan kepada
kelurahan percontohan mengenai teknis pengelolaan persampahan, Pelaksanaan kegiatan pelatihan
pemberdayaan pengurus FORJAMANSA di tingkat Kota, Kecamatan dan Kelurahan serta Pelaksanaan
kegiatan studi banding dalam upaya untuk menambah informasi mengenai sistem dan teknis pengelolaan
persampahan di daerah lain.
- Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan Paguyuban Kelompok Masyarakat Pemilahan
Sampah Rumah Tangga PAPESA (Paguyuban Peduli Sampah) Kota Probolinggo. Pembentukan
II-3
paguyuban itu sendiri adalah merupakan prakarsa dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPT) Komposting
pada Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dengan tujuan untuk memberikan pemahaman secara
lebih komprehensif kepada masyarakat mengenai berbagai kondisi, permasalahan dan potensi
persampahan rumah tangga dan lingkungan, menumbuhkan kepedulian serta menciptakan wadah kegiatan
bagi masyarakat untuk turut berperan-serta dalam proses pengelolaan sampah rumah tangga.
- Melaksanakan kegiatan Peningkatan dan Pengembangan TPA sebagai bagian dari
upaya untuk memenuhi prasyarat teknis pengelolaan Tempat Pengumpulan Akhir (TPA) yang berwawasan
lingkungan. Wujud dari kegiatan tersebut adalah pembangunan dan perbaikan berbagai fasilitas penunjang
kegiatan pengelolaan akhir sampah di dalam kompleks TPA Kota Probolinggo
- Mengembangkan Pola Kerjasama dengan Pihak Swasta sebagai salah satu bentuk
perwujudan fungsi kontributif pihak swasta terhadap lingkungan dan masyarakat, yang antara lain berupa
pemberian bantuan sarana prasarana kebersihan oleh perusahaan kepada masyarakat.
- Menyelenggarakan kegiatan Rembug KAHBI (Kampungku Hijau, Bersih dan Indah).
Kegiatan ini dilaksanakan di beberapa kelurahan dengan mengambil format diskusi atau urun rembug antara
warga dengan pemerintah seputar masalah kebersihan dan keindahan di lingkungan mereka. Kegiatan ini
juga merupakan salah satu bentuk dari upaya proaktif pemerintah dan warga masyarakat untuk secara
bersama-sama mewujudkan peningkatan kemandirian masyarakat dalam mengelola kebersihan di
lingkungan mereka.
c. Air Limbah
Air limbah yang di maksud adalah air limbah permukiman (kegiatan domestik) yang di hasi;lkan dari
kegiatan rumah tangga dan bersumber dari sisa mandi, sisa cuci, dapur dan tinja manusia.Air limbah yang di
hasilkan harus dilakukan pengololaan agar tidak mencemari air permukaan dan air tanah sehingga dapat
mencegah terjadinya penyakit seperti diare, tipus kolera, gatal-gatal dll. Berdasarkan pengamatan dan survei
dilapangan pada tahun 2010, rumah tangga yang memiliki dan menggunakan tangki septic sebesar 60,68% dari
jumlah responden sebesar 1.152 KK.
d. Listrik
Untuk memberikan pelayanan penerangan bagi penduduk Kota Probolinggo umumnya mempergunakan
listrik dari PLN, pelayanan listrik hampir 100% dari jumlah KK yang ada di Kota Probolingo.
e. Telepon
Sistem telekomunikasi dengan peralatan telepon telah merata melayani seluruh wilayah Kota
Probolinggo. Pelayanan telepon Otomat di wilayah Kota Probolinggo sebagian besar sudah mencapai wilayah
kota dan sebagian kecamatan yang berdekatan, sedangkan kecamatan-kecamatan lainnya umumnya sudah
menggunakan sistem otomatis dengan jumlah pelanggan relatif cukup dan jaringan jangkau komunikasi yang
tersebar.
Mengacu pada RPJMD Kota Probolinggo Tahun 2010-2014, maka visi pembangunan daerah Kota
Probolinggo adalah :
lapangan kerja baru yang pada akhirnya akan bermuara terhadap peningkatan pendapatan masyarakat,
mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Dalam aspek manusia sebagai sumber daya insani, investasi merupakan manifestasi dari upaya - upaya
peningkatan kualitas sumber manusia yang memiliki keunggulan kompetitif baik dari aspek pendidikan,
kesehatan maupun mental - spiritual.
Dalam aspek manusia sebagai makhluk sosial, investasi merupakan wujud dari upaya - upaya membentuk
modal sosial - kolektif yang harmonis dan sinergis antar elemen masyarakat sehingga dapat memberikan
daya dukung yang optimal terhadap terwujudnya tujuan bersama dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan keTuhanan.
5. Produktif dan berkesinambungan merupakan komitmen pemerintah Kota Probolinggo untuk
menjadikan investasi lebih memberikan manfaat yang optimal bagi kepentingan rakyat serta
berkesinambungan dalam jangka panjang serta berwawasan lingkungan.
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Berdasarkan kepada makna visi Kota Probolinggo, maka ditetapkan misi
pembangunan daerah Kota Probolinggo yakni :
Mewujudkan masyarakat Kota Probolinggo yang berdaya, mandiri, berbudaya, demokratis dan
agamis yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia;
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya melalui pertumbuhan ekonomi yang merata,
berkeadilan dan berwawasan lingkungan;
Mewujudkan iklim investasi yang prospektif dan kondusif yang didukung oleh sarana dan prasarana
kota yang berkualitas serta pelayanan publik yang prima;
Menegakkan supremasi hukum, ketentraman dan ketertiban umum yang disertai dengan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa belandaskan prinsip - prinsip tata
pemerintahan yang baik.
Strategi Pengembagan Kota Probolinggo yang merupakan ringkasan dari rencana kota, memuat potensi
dan masalah serta rencana arah pengembangan kota. Adapun rencana kota yang ada antara lain : Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Probolinggo 2009-2028.
Potensi dan Masalah pengembangan Kota Probolinggo meliputi potensi dan masalah terkait struktur
ruang kota, pola ruang kota, kawasan strategis serta kawasan pesisir.
Untuk menunjang kebijakan pusat Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Probolinggo - Lumajang, maka
II-3
kebijaksanaan spasial Kota Probolinggo dibagi menjadi 1 (satu) Pusat Pelayanan Kota dan 4 (empat) Sub Pusat
Pelayanan Kota (SPPK) dengan masing-masing memiliki prioritas pembangunan. Adapun penentuan pusat dari
masing-masing SPPK tersebut didasarkan atas potensi yang telah dimiliki oleh wilayah tersebut serta potensi
yang nantinya memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk dikembangkan. Potensi yang dimaksud disini
terutama adalah adanya fasilitas-fasilitas pelayanan sosial yang cukup seperti misalnya sarana kesehatan,
pendidikan, transportasi, dan sebagainya.
a. Sub Pusat Pelayanan Kota A (SPPK A)
SPPK A memiliki luas wilayah 8,655 Km2 dengan pusat SPPK Mayangan. Wilayah SPPK A meliputi
Kelurahan Mayangan, Sukabumi, Mangunharjo, Jati, dan Kelurahan Wiroborang. Wilayah SPPK A
terdiri dari 2 (dua) Pelayanan Lingkungan, yaitu Pelayanan Lingkungan 1 (A1) dan Pelayanan
Lingkungan 2 (A2). Dengan prioritas pembangunan yaitu sebagai pemerintahan, perdagangan dan
jasa, perumahan dan fasilitas umum, industri, pergudangan, kawasan lindung mangrove, jalur
hijau, pengembangan pelabuhan, permukiman nelayan, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP),
pariwisata dan sarana olahraga. Pelayanan lingkungan 1 (A1) terdiri dari Kelurahan Mayangan dan
Kelurahan Sukabumi. Pelayanan lingkungan 2 (A2) terdiri dari Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan
Jati dan Kelurahan Wiroborang.
b. Pusat Pelayanan Kota B (PPK B)
PPK B memiliki luas wilayah 10,653 Km 2 dengan pusat PPK Kanigaran. Wilayah PPK B meliputi
Kelurahan Tisnonegaran, Curahgrinting, Kanigaran, Kebonsari Kulon, Kebonsari Wetan, dan
Kelurahan Sukoharjo. Wilayah PPK B terdiri dari 2 (dua) Pelayanan Lingkungan, yaitu Pelayanan
Lingkungan 1 (B1) dan Pelayanan Lingkungan 2 (B2). Dengan prioritas pembangunan yaitu
sebagai pusat pemerintahan, perumahan dan fasilitas umum, pusat perkantoran, pusat
perdagangan dan jasa (skala pelayanan wilayah kota), jalur hijau dan kawasan militer. Pelayanan
lingkungan 1 (B1) terdiri dari Kelurahan Tisnonegaran, Kelurahan Kanigaran dan Kelurahan
Curahgrinting. Pelayanan lingkungan 2 (B2) terdiri dari Kelurahan Kebonsari Wetan, Sukoharjo dan
Kelurahan Kebonsari Kulon.
c. Sub Pusat Pelayanan Kota C (SPPK C)
SPPK C memiliki luas wilayah 12,754 Km2 dengan pusat SPPK Kademangan. Wilayah SPPK C
meliputi Kelurahan Kademangan, Pilang, Ketapang, Triwung Lor, Triwung Kidul, dan Kelurahan
Pohsangit Kidul. Wilayah SPPK C terdiri dari 2 (dua) Pelayanan Lingkungan, yaitu Pelayanan
Lingkungan 1 (C1) dan Pelayanan Lingkungan 2 (C2). Dengan prioritas pembangunan yaitu
sebagai pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri pergudangan, pertanian, perumahan dan
fasilitas umum, jalur hijau dan terminal regional. Pelayanan lingkungan 1 (C1) terdiri dari Kelurahan
Pilang, Kelurahan Triwung Lor dan Kelurahan Ketapang. Pelayanan lingkungan 2 (C2) terdiri dari
II-3
SPPK D memiliki luas wilayah 10,981 Km 2 dengan pusat SPPK Wonoasih. Wilayah SPPK D
meliputi Kelurahan Wonoasih, Jrebeng Kidul, Pakistaji, Kedunggaleng, Kedungasem dan
Kelurahan Sumber Taman. Wilayah SPPK D terdiri dari 2 (dua) Pelayanan Lingkungan, yaitu
Pelayanan Lingkungan 1 (D1) dan Pelayanan Lingkungan 2 (D2). Dengan prioritas pembangunan
yaitu sebagai pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri (agro industri), industri kecil,
pendidikan, pertanian, perumahan dan fasilitas umum, dan jalur hijau. Pelayanan lingkungan 1
(D1) terdiri dari Kelurahan Wonoasih, Kelurahan Jrebeng Kidul dan Kelurahan Pakistaji. Pelayanan
lingkungan 2 (D2) terdiri dari Kelurahan Kedunggaleng, Kelurahan Kedungasem dan Kelurahan
Sumber Taman.
e. Sub Pusat Pelayanan Kota E (SPPK E)
SPPK E memiliki luas wilayah 13,624 Km 2 dengan pusat SPPK Kedopok. Wilayah SPPK E meliputi
seluruh Kelurahan Sumber Wetan, Kareng Lor, Jrebeng Kulon, Jrebeng Wetan, Jrebeng Lor, dan
Kelurahan Kedopok. Wilayah SPPK E terdiri dari 2 (dua) Pelayanan Lingkungan, yaitu Pelayanan
Lingkungan 1 (E1) dan Pelayanan Lingkungan 2 (E2). Dengan prioritas pembangunan yaitu
sebagai pemerintahan, perdagangan dan jasa, perumahan dan fasilitas umum, pertanian, jalur
hijau dan sarana olahraga. Pelayanan lingkungan 1 (E1) terdiri dari Kelurahan Sumber Wetan,
Kelurahan Kareng Lor dan Kelurahan Jrebeng Kulon. Pelayanan lingkungan 2 (E2) terdiri dari
Kelurahan Jrebeng Lor, Kelurahan Jrebeng Wetan dan Kelurahan Kedopok.
2.11. KELEMBAGAAN
Dalam rangka pengembangan program investasi, dari aspek kelembagaan daerah telah
dibentuk beberapa lembaga Perangkat Daerah untuk mendukung program dimaksud yang terdiri dari
12 Dinas Daerah, 12 Lembaga Teknis Daerah, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan 5
kecamatan. Dari lembaga Perangkat Daerah tersebut di tasa di dalamnya terdapat lembaga-lembaga
yang terkait dengan program investasi antara lain:
1) Badan Pelayanan Perijinan
Lembaga ini dibentuk dalam rangka memudahkan pelayanan perijinan yang diwadahi dalam satu
organisasi.
2) Dinas Pekerjaan Umum
Lembaga ini dibentuk dalam rangka membangun sarana prasarana transportasi utamanya
transportasi darat berupa jalan dan jembatan. Pembangunan sarana transportasi ini tidak hanya
meliputi perbaikan sarana yang ada tetapi juga secara berkelanjutan membangun jalan-jalan baru
II-3
sebagai upaya membuka akses terhadap potensi-potensi daerah yang relatif belum tersentuh serta
dalam bidang keciptakaryaan untuk mendukung terwujudnya kebutuhan-kebutuhan prasarana
dalam rangka pengembangan investasi.
3) Dinas Perhubungan
Lembaga ini dibentuk dalam rangka menata arus transportasi sehingga dalam akses-akses
terhadap kawasan-kawasan investasi dan upaya membuka akses tersebut terhadap potensi
daerah dapat tertata dengan baik.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010
lembaga yang mengurusi lingkungan berperan penting pula terhadap propektif potensi investasi.
8) Dinas Kelautan dan Perikanan
Potensi wilayah perairan laut memungkinkan untuk dikembangkan adanya transportasi laut. Hal ini
juga melihat kenyataan dimana infrastriktur di area gerbangkertosusila khususnya di daerah
Sidoarjo dengan adanya fenomena adanya semburan lumpur Lapindo yang sedikit banyak telah
mempengaruhi arus transportasi serta distribusi manusia dan barang. Karakteristik Kota
Probolinggo yang memiliki pelabuhan perikanan memiliki potensi untuk mengalihkan arus
transportasi darat yang selama ini terhambat oleh dampak lulpu lapindo untuk diarahkan lewat jalur
pelabuhan Kota Probolinggo. Dalam hal ini, kapasitas dan keberadaan suatu Dinas Kelautan dan
Perikanan sangat diperlukan dalam mendukung program investasi, selain itu juga potensi-potensi
perikanan yang ada di Kota Probolinggo sebagai Kota lepas pantai sangat mendukung sekali bagi
terciptanya industri yang berhubungan dengan hasil laut, maka dari itu untuk menjaring investor
dari dalam maupun luar negeri sangat berpotensi untuk mengembangkan investasinya di Kota
Probolinggo dan keberadaan Dinas Kelautan dan Perikanan sangat penting untuk menjembatani
urusan-urusan dengan bidang tersebut.
II-3
Tabel 2.8 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2006 - 2009..............................................16
Tabel 2.9 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2005 - 2009.............................................17
Tabel 2.10 Realisasi Pembiayaan Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2005 - 2009...........................................19
Tabel 2.11 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Probolinggo Tahun 2008.............................................................20
Tabel 2.12 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2008.............................................................20