Anda di halaman 1dari 3

Pertumbuhan lansia.

Didunia

Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari penduduk dunia atau
sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara berkembang. Rata-
rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun,
sedangkan di Indonesia termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun (Profil Data Kesehatan
Indonesia tahun, 2011). Jumlah penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia
Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan
terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Sedangkan Jumlah lansia di seluruh
dunia dapat mencapai jumlah 1 miliar orang dalam kurun 10 tahun mendatang (Data
Kependudukan PBB, 6/2013 ). Pertumbuhan penduduk usia lanjut (lansia) di dunia yang
semakin meningkat (ledakan) tersebut diperkirakan akan menjadi masalah baru bagi
dunia kesehatan, untuk hal ini maka WHO telah mencanangkan program peningkatan
kesehatan agar seseorang memiliki usia yang lebih panjang dan tetap produktif.

Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada
tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai
28.800.000 (11,34%) dari total populasi.

Saat ini Indonesia jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia menduduki peringakat ketiga terbanyak di
dunia.
Lansia adalah penduduk yang berusia di atas 60 tahun.
. Penduduk lansia ini diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa (11, 34 persen) dari total penduduk
Indonesia pada tahun 2020, atau menurut proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun
akan menjadi dua kali lipat (36 juta) pada 2025. Selama 40 tahun, pertambahan jumlah lansia 10 kali
lipat, sedangkan jumlah penduduk hanya bertambah 2 kali lipat. Setiap tahun, jumlah lansia
bertambah rata-rata 450.000 orang, maka pada tahun 2050 diperkirakan berjumlah 60 juta lansia,
atau setara gabungan penduduk Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten kini. Lonjakan jumlah kelahiran
(baby boom) pada 1960-1970 (usia 70 tahun pada tahun 2010) akan memicu ledakan jumlah lansia
dalam 10-20 tahun mendatang, dimana dalam 5 tahun ke depan diperkirakan ada 2 juta pegawai
negeri sipil pensiun.Permasalahan Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin
meningkat dimana pada RPJMN Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6
tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014 yang akan menyebabkan terjadinya perubahan
struktur usia penduduk. Pada Hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-
negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari sekarang. Jika semua lansia
dapat lebih produktif di usia tuanya, masalah kesehatan terkait dengan penumpukan jumlah lansia
yang sakit-sakitan akan berkurang, sehingga suatu negara tidak akan menghadapi dampak negatif
dari pertumbuhan jumlah lansia yang besar di kemudian hari. "Program ini dikatakan berhasil jika
para lansia masih tetap mandiri dan produktif di usia tuanya. Idealnya, seseorang yang telah
mencapai usia lanjut harus tetap menjadi teladan bagi orang lain baik itu sehat secara fisik maupun
mental, seperti lebih bijaksana, berperilaku positif dan dapat menempatkan diri sebagai orang yang
patut dicontoh," kata Dr. Samlee Plianbangchang, Direktor Regional WHO kawasan Asia Tenggara
(10/9/2012). Penyakit Lansia Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan pola penyakit
pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke,
gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Kekhawatiran atas penyakit
tersebut, menurut Dirjen WHO Margaret Chan terkait Hari Kesehatan Sedunia (4/2012) yang
mengambil tema Ageing and Health (Penuaan dan Kesehatan), yaitu:
Penyakit menahun. Masalah kesehatan utama yang dihadapi para lansia (>60) adalah
penyakit tidak menular menahun, seperti jantung, penyakit hati, stroke, kanker, diabetes,
dan penyakit paru. Padahal, penyakit-penyakit itu dapat dicegah dan diobati dengan lebih
murah jika ditangani sedini mungkin.
Para warga senior di negara berpendapatan rendah dan menengah berisiko empat kali lebih
besar meninggal atau lumpuh karena penyakit tidak menular dibandingkan negara
berpendapatan tinggi.
Rawan penyakit. Penduduk berusia lanjut umumnya rawan penyakit degeneratif, yakni
akibat penurunan fungsi tubuh yang bersifat menahun dan menyandang lebih dari satu
penyakit sehingga penanganannya lama serta membutuhkan biaya besar.
WHO menekankan perlunya negara-negara mengantisipasi dan mencegah penyakit-penyakit
itu dengan memastikan adanya sistem dan pelayanan kesehatan yang memadai, contohnya :
pengukuran tekanan darah yang merupakan faktor kunci untuk risiko penyakit jantung dan
stroke dapat dilakukan dengan biaya relatif murah. Saat ini kurang dari 15% lansia di negara
berpenghasilan rendah dan menengah yang membutuhkan monitoring tekanan darah,
mendapatkan pelayanan itu.
Pencegahan penyakit-penyakit itu antara lain dengan perilaku hidup sehat, aktivitas fisik,
konsumsi makanan sehat, tidak meminum alkohol, dan tidak menggunakan produk
tembakau. Semakin dini masyarakat mengadopsi gaya hidup sehat tersebut, semakin besar
kesempatan mereka menikmati masa tua yang sehat dan produktif.
Upaya pencegahan dengan menjalani gaya hidup sehat sedari muda sangat penting. Saat ini
penyakit yang biasanya datang pada usia 60-an tahun sudah mulai diderita orang-orang berusia 30
tahun-40 tahun karena gaya hidup tidak sehat, seperti buruknya pola makan, kurang olahraga, dan
kurang beristirahat, ujar Nugroho Abikusno anggota tim pakar Komnas Lansia pada Hari Kesehatan
Sedunia di Indonesia (2012).

Keadaan di Indonesia Dari aspek sebaran, 80% lansia berada di pedesaan. Hal ini dianggap
membahayakan program ketahanan pangan karena sektor pertanian didominasi lansia yang
tenaganya jauh berkurang, dimana saat ini rata-rata umur petani 45 tahun. Karena angka usia
harapan hidup yang tinggi tersebut, kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah lansia suatu saat
nanti akan semakin besar, dengan demikian maka hal tersebut harus diiringi dengan peningkatan
kesehatan mulai dari sejak lahir agar tetap sehat dan produktif di usia tua. Menteri Kesehatan,
Nafsiah Mboi (21/3/2013) mengakui bahwa saat ini tantangan yang dihadapi dalam upaya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan yang memberikan layanan kesehatan yang ramah dan mudah
diakses oleh lanjut usia. Karena itu, Kementerian Kesehatan akan menambah jumlah puskesmas
yang santun bagi lanjut usia karena bertambahnya jumlah penduduk lansia akibat meningkatnya
umur harapan hidup menyebabkan pelayanan kesehatan yang ramah bagi kelompok tersebut
semakin dibutuhkan. "Tantangan yang kita hadapi dalam upaya peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan lanjut usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
yang memberikan layanan kesehatan yang ramah dan mudah diakses oleh lanjut usia," kata Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi pada pembukaan Launching Pengembangan Program Peduli Lanjut Usia di
Jakarta seperti dikutip Antara (24/03/2013). Di samping itu, Menkes juga mengakui bahwa
Kementerian belum memiliki data yang memadai dan data terbaru tentang masalah kesehatan pada
lanjut usia ini karena survei dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas.
Saat ini data yang masuk di Kementerian Kesehatan baru terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut
Usia namun sudah ada kurang lebih 69.500 Posyandu lanjut usia yang tersebar di beberapa
kabupaten/kota di Indonesia. "Tujuan Program Kesehatan Lanjut Usia ini adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi
beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat," kata Menkes.

Perkembangan lansia di Jawa timur.

Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di Jawa
timur menduduki nomor 2 dengan presentase 10,40%

Pemprov Jatim berkomitmen dan meminta seluruh pelayanan publik memberi prioritas
masyarakat lanjut usia karena pada umumnya kondisi fisik dan pikirannya sudah menurun.
Pelayanan publik seperti rumah sakit, perbankan, dan lainnya harus memprioritaskan lansia. Jangan
sampai lansia harus mengantre, apalagi tak terurus.

Salah satu bentuk perhatian dari Pemprov, menerbitkan Perda Nomor 5/2007 tentang
Meningkatkan Kesejahteran Lanjut Usia yang diharapkan menjadi payung hukum bagi seluruh
pemangku kebijakan dalam hal peningkatan kesejahteraan.

Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jatim
bersama-sama membangun Karang Wredha di setiap desa, membentuk yayasan lansia, serta
menyelenggarakan kegiatan agar tetap produktif. Di dalam Karang Wreda sendiri para lansia akan
didampingi, dilatih dan didorong untuk berkarya sesuai potensi dan lingkungannya masing-masing,

Anda mungkin juga menyukai