POTENSI PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK DAN PENGOLAHAN BIOGAS DARI
KOTORAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN KERINCI KECAMATAN KAYOE ARO
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Energi
Biomassa Pada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Jambi
Disusun Oleh : Dhony Ifradelta (M1B114008) Santi Yulinda (M1B114039)
Dosen Pembimbing : Oki Alfernando S.T, M.T
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2017 ANALISA VIDIO
Biogas merupakan salah satu dari pemanfaatan gas biomassa. Biogas
menjadi salah satu alternatif energi terbarukan dan sangat mungkin didesentralisasikan hingga ke pedesaan, bahkan ke rumah-rumah. Energi biogas bisa diperoleh dengan memproses limbah kotoran ternak. Ternak selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste). Dalam upaya pengembangan peternakan sapi, ayam dan domba memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan seperti biogas. Hal ini didukung bahwa limbah dari usaha peternakan sapi, ayam dan domba memiliki komposisi yang dapat di jadikan biogas. Usaha yang di kembangakan sangat baik dilihat penempatan instalasi biogas berdekatan dengan kandang. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Pengembangan sangat baik dimana gas yang di hasilkan di gunakan untuk kebutuhan sendiri serta di gunakan untuk kebutuhan masyarakat sekitas dimana barter di lakukan, petani datang membawa rumput dan pulang membawa gas. Pengembangan juga di lakukan pada produk-produk turunan, seperti pupuk padat, pupuk cair serta tambahan pakan ikan. Usaha ini sangat baik karena dapat di katakan zero waste karena, mulai dari hasil daging, kilit, telur, hingga kotoran ternaknya di konversi secara seluruh untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Usaha ini berbanding lurus dengan pemberdayaan energi terbarukan dan ramah lingkungan, dimana gas yang di hasilkan sebagai bahan bakar gas dapat menurunkan pencemaran udara serta menurunkan pengkonsumsisan gas bumi, serta penggolahan pupuk organik padat dan pupuk cair sangat baik di kembangkan karena kedua jenis pupuk ini dapat di terima tumbuhan dengan baik dan dapat terurai oleh tanah dengan baik. Sistem kontinyu yang dipilih pada penggunaan reaktor sangat baik dikarenakan bahan baku yang tidak bisa disimpan atau di taran pengolahanya dengan katalain bahan baku di dapat langsung diolah. POTENSI LIMBAH CAIR SAMPAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF BIOGAS DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KOTA JAMBI A. Potensi Lokasi Pasar Angso Duo yang terletak di pusat perekonomian di kota Jambi, merupakan pasar tradisional yang terbesar di kota Jambi, dengan luas wilayah pasar yakni 5 Ha untuk pasar Angso duo. Jumlah pedagang yang berada di dalam kawasan pasar Angso duo berjumlah 2688 kios dan jumlah pedagang termasuk pedagang kaki lima yang berada diluar kawasan pasar berjumlah sekitar 514 jongko. Jumlah keseluruhan pedagang yang berada di kawasan pasar Angso Duo sekitar 3202 pedagang yang terbagi menjadi 60 % pedagang bahan makanan (sembako), 20 % pedagang kelontongan,15 pedagang kain, 5 % pedagang alat dan perkakas. B. Analisa Bahan Baku Dari keseluruhan jumlah pedagang yang berada di kawasan pasar Angso Duo dan Talang Banjar tersebut setiap hari dan setiap saat selalu menghasilkan sampah, baik jenis sampah organik maupun jenis sampah non organik. Jumlah sampah yang dihasilkan dari kawasan pasar Angso Duo setiap harinya berkisar 105 m3 atau sama dengan sekitar105 ton/hari. Perbandingan jumlah sampah yang di hasilkan pada kawasan pasar Angso Duo adalah 70% sampah mudah terurai, 25% daur ulang (organic dan kertas) dan 5% sampah lainya. Dari 75% sampah terurai tersebut sekitar 60% merupakan sampah berupa sisa sayur yang sebagian besar berupa jenis sayuran sawi sawian dan kol. Sampah sayuran tersebut oleh pedagang di kawasan pasar Angso Duo dan di kawasan pasar Talang banjar sering kali dibuang begitu saja dipinggir jalan hingga menumpuk menutupi sebagian badan jalan. Tidak adanya proses pemilihan sampah, antara sampah organik dan anorganik menyababkan semakin bertumpuknya sampah pada kawasan pasar Angso duo dan kawasan talang banjar. usaha yang telah dilakukan oleh dinas pasar dalam mengatasi sampah ini adalah dengan mengumpulkan sampah pada bak sampah yang telah disediakan untuk selanjutnya dibuang ketempat pembuangan akhir (TPA) sampah tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut, Namun proses penanganan sampah tersebut dirasakan kurang dapat mengatasi masalah sampah organik kerena sampah yang berasal dari sayuran. Lindi ini dapat mencemari lingkungan khususnya lingkungan perairan, baik air permukaan maupun air tanah dangkal. Terbentuknya air lindi merupakan hasil dari proses infiltrasi air hujan, air tanah, air limpasan atau air banjir yang menuju dan melalui lokasi pembuangan sampah (Nemerow dan Dasgupta , 1991). Menurut Damanhuri (2008) didasarkan atas komponen limbah padat yang ditimbun, maka kemungkinan terlepasnya komponen- komponen pencemar dari sebuah landfill adalah sebagai berikut: a. Komponen sisa makanan (organik), kayu dan kertas 1. Dapat terbilas dalam lindi: CO2, asam organik, fenol, N-NH4, N-NO2, N- NO3, SO4, fosfat, karbonat dsb 2. Sebagai protoplasma mikrobial: C, NH4, P dan K 3. Muncul ke atmosfer sebagai: CO2, CH4, volatil berantai pendek dari asam lemak, NH3,H2S, merkaptan, dsb b. Komponen logam 1. Berbentuk oksida logam, termasuk logam berat, seperti: Al2O3, Al(OH)3, CrO2, Cr2O3, HgO, dsb 2. Dapat terlarut dalam lindi : senyawa sulfat dari Ca, Mg, senyawa bikarbonat dari Fe, Ca, Mg serta senyawa oksida dari Sn, Zn, dan Cu Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Lindi dari landfill yang muda bersifat asam, berkandungan organik yang tinggi, mempunyai ion- ion terlarut yang juga tinggi serta rasio BOD/COD relatif tinggi - lindi dari landfill yang sudah tua sudah mendekati netral, mempunyai kandungan karbon organik dan mineral yang relatif menurun serta rasio BOD/COD relatif menurun Lindi landfill sampah kota yang berumur di atas 10 tahun ternyata mempunyai BOD dan COD yang tetap relatif tinggi (Damanhuri, 2008.) C. Proses 1. Teknologi Penampungan Lindi atau Treatment Terhadap Limbah Untuk mendukung pemanfaatn Lindi sebagai Biogas maka dilakukan upaya penampungan Lindi dengan menggunakan kolam kolam stabilitas, serta treatment pada kolam stabilitas tersebut agar didapatkan kondisi yang mendukung terbentuknya energi dalam hal ini energy yang didapatkan adalah energy panas dengan nilai heating value (kkal/kg). Adapun proses yang dilakukan dalam kolam stabilitas adalah sebagai berikut dengan contoh parameter dari kandungan Lindi. a) Kolam stabilisasi aerobik: Agaknya cocok untuk kondisi Indonesia karena relatif tersedia sinar matahari, sederhana dan relatif murah. Beberapa hasil dari TPA di negara yang mempunyai musim dingin adalah 1) TPA Lingen (Jerman) Penggunaan waktu kontak 100 hari diperoleh penyisihan BOD sebesar 99,8 % 2) TPA Ugley (Inggeris) Penggunaan waktu kontak 100 hari mempunyai kemampuan penyisihan BOD sebesar 99,7 % dan COD sebesar 97,1 % 3) TPA Peslan (Perancis) Penggunaan waktu kontak 100 hari mempunyai kemampuan total penyisihan BOD (diakhiri dengan pembubuhan kapur) adalah 96 % sedang COD sebesar 80 % b. Kolam stabilisasi anaerobik Waktu kontak 15 hari dengan beban 1 - 2 Kg COD/M3/hari diperoleh penyisihan COD antara 85 -90 % dari COD masuk rata-rata 27.000 mg/L (TPA San Liberale - Italia). 2. Teknologi Pemanfaatan Lindi Sebagai Biogas Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion gas yang dihasilkan sebagian besar lebih 50 % dalam bentuk metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Biogas dari Lindi dilakukan dengan melakukan proses Anaerobik Digestion. Tahap pertama, material orgranik yang berasal dari timbunan sampah yang telah menjadi cairan akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Tahap kedua, dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. 3. Pemanfaatan Limbah padat Dari hasil penumpukan sampah organik menghasilkan sisa berupa padatan. Padatan organik membusuk dan bagian yang tidak larut dengan air akan tertinggal di permukaan, padatan ini yang di tampung lalu di keringkan. Padatan ini berfungsi sebagai pupuk organik bagi petani di sekitas kota Jambi. D. Pemasaran 1. Kapasitas UKM Pemasaran gas dilakukan pada masyarakat di sekitar Pasar Angso Duo Jambi, gas yang di hasilkan di pasarkan melalui pipa-pipa ke masing- masing rumah. Masyarakat membayar ke pengusaha sekali dalam satu bulan, berdasarkan jumlah pakai. Pemasaran pupuk padat organik di lakukan untuk memenuhi kebutuhan pupuk pada petani sayur mayur di kota Jambi. 2. Kapasitas Idustri 1. Pemasaran gas dilakukan pada masyarakat di sekitar Pasar Angso Duo Jambi, gas yang di hasilkan di pasarkan melalui pipa-pipa ke masing- masing rumah. Masyarakat membayar ke pengusaha sekali dalam satu bulan, berdasarkan jumlah pakai. 2. Pemasaran gas dilakukan dengan membuat stasiun pengisian bahan bakar biogas, pendistri busian di fokuskan untuk memenuhi kebutuhan bahab bakar gas di kota Jambi. 3. Pemasaran pupuk padat organik di lakukan untuk memenuhi kebutuhan pupuk pada petani sayur mayur di kota Jambi serta menyuplai pupuk organik ke industri perkebunan.