Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jembatan merupakan salah satu sarana transportasi yang sangat penting bagi manusia.
Jembatan juga berfungsi sebagai penghubung antara satu daerah dengan daerah yang lainnya.
Ada berbagai jenis jembatan yang sering kita temui dilingkungan sekitar kita, misalnya
jembatan kayu, jembatan bambu, jembatan air, jembatan baja, jembatan penyeberangan, dan
lain-lain. Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah peradaban
manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks, dengan material yang
sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis jembatan yang terus berkembang dan
beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang
sesuai dengan tempat tertentu.
Melihat pentingnya fungsi dari suatu jembatan maka pembuatan jembatan harus
memenuhi berbagai macam standart yang ada. Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam
pembuatan jembatan adalah ketahanan jembatan tersebut dalam menahan beban baik manusia
maupun kendaraan yang melintas di jembatan tersebut serta kondisi kesetimbangan statis
pada jembatan tersebut.

Konstruksi Jembatan
1
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Jembatan
2. Jenis-jenis jembatan
3. Bagian-bagian dari jembatan
4. Pembebanan jembatan

C. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata Kuliah Struktur Baja II
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
jembatan
3. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis jembatan
4. Mahasiswa mengetahui fungsi dan pembebanan jembatan
5. Makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu bagi para pembaca

Konstruksi Jembatan
2
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JEMBATAN
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti
lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang
melintang tidak sebidang dan lain-lain. Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan
konstruksi dan tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang
mutakhir.

B. JENIS-JENIS JEMBATAN

1. Jenis Jembatan Menurut Fungsi


Di bawah ini macam-macam jembatan berdasarkan kegunaannya :
Jembatan jalan raya
Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan baik
kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini menghubungkan antara jalan
satu ke jalan lainnya.
Jembatan kereta api
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api. Perencanaan
jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga beban yang
diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api yang melewati jembatan
tersebut.
Jembatan penyeberangan
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari jembatan
ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan
penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor
kecelakaan bagi penyeberang jalan.
jembatan darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan

Konstruksi Jembatan
3
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan
baru dapat berfungsi.
Jembatan pejalan kaki
Jembatan jalan air
Jembatan jalan pipa

2. Jenis Jembatan Menurut Lokasi


Jembatan sungai
Jembatan danau
Jembatan waduk
Jembatan selat
Jembatan irigasi
Jembatan drainase
Jembatan jalan raya
Jembatan jalan kereta

3. Jenis Jembatan Menurut Material


Jembatan beton bertulang
Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk
bentang jembatan yang pendek. Untuk bentang yang panjang seiring dengan
perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan beton prategang bentang
jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah.
Jembatan kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang
relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun pembuatannya
menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau pembuatannya
harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika).
Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau
berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing masing bahan
tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang lebih
efisien. Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapat dibedakan menjadi :
Jembatan baja

Konstruksi Jembatan
4
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang
yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
Jembatan bambu
Jembatan tali
Jembatan pratekan
Jembatan besi
Jembatan rotan

4. Jenis Jembatan Menurut Struktur


Ditinjau dari sistem strukturnya maka jembatan dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut2 :
Jembatan lengkung (arch bridge)

jembatan lengkung
Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai kemampuan sangat
tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang membedakan bentuk pelengkung dengan
bentuk bentuk lainnya adalah bahwa kedua perletakan ujungnya berupa sendi sehingga
pada perletakan tidak diijinkan adanya pergerakan kearah horisontal. Bentuk Jembatan
lengkung hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil. Jembatan tipe
lengkung lebih efisien digunakan untuk jembatan dengan panjang bentang 100 300 meter.

Konstruksi Jembatan
5
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
Jembatan gelagar (beam bridge)

jembatan gelagar
Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat dari
beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan menggunakan
diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang merupakan lantai lalu
lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 5 40 meter.
Jembatan cable-stayed

jembatan cable stayed


Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai lalu lintas.
Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan cable-stayed merupakan
gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang terpasang diatas pilar pilar jembatan
ditengah bentang. Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah
posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko gempa
dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.

Konstruksi Jembatan
6
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
Jembatan gantung (suspension bridge)

jembatan gantung
Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable) yang
memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatan biasanya tidak
terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan gelagar terletak pada kabel.
Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi jembatan dapat ditutup dan arus lalu
lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah sulitnya mengemudi kendaraan dalam goyangan
yang tinggi. Pemasangan gelagar jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel
terpasang, dan kabel sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan
ini umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1400 meter.
Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)

jembatan beton prategang


Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir dari bahan
beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang dimaksudkan
untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban. Jembatan beton prategang dapat
dilaksanakan dengan dua sistem yaitu post tensioning dan pre tensioning. Pada sistem post

Konstruksi Jembatan
7
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
tensioning tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras dan transfer
gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar.
Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan
terlebih dahulu dan transfer gaya prategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton
dengan tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien karena analisa penampang
berdasarkan penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi bentang jembatan
20 - 40 meter.

Jembatan rangka (truss bridge)

jembatan rangka (truss breidge)


Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa segitiga.
Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap batang hanya
menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan rangka merupakan salah satu jembatan
tertua dan dapat dibuat dalam beragam variasi bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung
atau kantilever. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 50 100 meter.

Jembatan box girder


Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional maupun
prategang. box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan, dan dapat
dikombinasikan dengan sistem jembatan gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung.
Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan
berat sendiri yang relatif ringan karena adanya rongga ditengah penampang. box girder dapat
diproduksi dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk trapesium adalah yang paling banyak
digunakan. Rongga di tengah box memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar
penampang beton.

Konstruksi Jembatan
8
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
jembatan box girder
Jenis gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang kemudian
disatukan dengan sistem prategang post tensioning. Analisa full prestressing suatu desain
dimana pada penampang tidak diperkenankan adanya gaya tarik, menjamin kontinuitas dari
gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 20
40 meter.

C. BAGIAN-BAGIAN DARI JEMBATAN


Berikut ini merupakan bagian-bagian dari struktur yang menyusun konstruksi jembatan,
antara lain :
1. Konstruksi Bagian Atas (superstructure)
Adalah bagian jembatan yang berfungsi untuk menerima beban secara langsung.
Beban-beban tersebut meliputi beban sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-
lintas kendaraan, beban pejalan kaki, dan beban-beban lain yang berada di atas jembatan
tersebut. Struktur yang membentuk superstructure ini di antaranya :
Trotoar
Peninggian Trotoar
Slab Lantai Trotoar
Sandaran dan Tiang Sandaran
Hand Rail
Deck Slab
Steel Girder
Balok Gelagar
Ikatan Pengaku (ikatan angin, ikatan rem, ikatan tumbukan)
Perletakan (rod dan sendi)

Konstruksi Jembatan
9
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
2. Konstruksi Bagian Bawah (substructure)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban
lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada
tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a. Pangkal jembatan (Abutment),
Dinding belakang (Back wall),
Dinding penahan (Breast wall),
Dinding sayap (Wing wall),
Oprit, plat injak (Approach slab)
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
Tumpuan (Bearing).
b. Pilar jembatan (Pier),
Kepala pilar (Pier Head),
Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
Tumpuan (Bearing).

3. Pondasi (foundation)
Merupakan bagian jembatan yang berperan untuk memikul keseluruhan dari beban
jembatan. Contoh-contoh pondasi yang biasa diterapkan untuk membangun jembatan
meliputi :
a. Fondasi telapak (spread footing)
b. Fondasi sumuran (caisson)
c. Fondasi tiang (pile foundation)
Tiang pancang kayu (Log Pile),
Tiang pancang baja (Steel Pile),
Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
Tiang pancang komposit (Compossite Pile),

Konstruksi Jembatan
10
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
D. PEMBABANAN PADA JEMBATAN

Dalam perencanaan struktur jemabatan secara umum, khususnya jembatan

komposit, hal yang perlu sekali diperhatikan adalah masalah pembebanan yang akan bekerja

pada struktur jembatan yang dibuat. Menurut pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan

Jalan Raya (PPPJJR No 378/1987) dan PMJJR No 12/1970 membagi pembebanan jembatan

dalam dua kelas, yaitu:

Kelas Berat Beton


A
B 10
8
Table 2.1 Kelas tekan as gandar (PMJJR No.12/1970)

Ada beberapa macam pembebanan yang bekerja pada struktur jembatan, yaitu:

1. Beban Primer

Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan

jembatan, yang terdiri dari: beban mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan

tanah.

a. Beban mati

Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu sendiri yang ditinjau dan

termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan

jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya ditentukan berdasarkan berat volume

beban.

b. Beban hidup

Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan yang

bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Penggunaan beban

hidup di atas jembatan yang harus ditinjau dalam dua macam beban yaitu beban T

Konstruksi Jembatan
11
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan beban D yang merupakan

beban jalur untuk gelagar.

Untuk perhitungan gelagar harus dipergunakan beban D atau beban jalur.

Beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalulintas yang terdiri dari beban

yang terbagi beban rata sebesar q ton/m panjang perjalur dan beban garis p ton

perjalur lalulintas. Untuk menentukan beban D digunakan lebar jalan 5,5 m, maka

jumlah jalur lalulintas sebagai berikut:

Table 2.2 jumlah jalur lalulintas

Lebar lantai kendaraan Jumlah jalur lalulintas

(m)

5,50 8,25 m 2

8,25 11,25 m 3

11,25 15,00 m 4

15,00 18,75 m 5

18,75 32,50 m 6

(PPPJJR No. 378/KPTS/1987)

Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50

m makan beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada seluruh lebar jembatan dan

kelebihan lebar jembatan dari 5,5 m mendapat separuh beban D (50%). Jalur

lalulintas ini mempunyai lebar minimum 2,75 m dan lebar maksimum 3,75 m. Beban

T adalah beban kendaraan Truck yang mempunyai beban roda 10 ton (10.000 Kg)

dengan ukuran-ukuran serta kedudukan dalam meter, seperti tertera pada gambar 2.3

untuk perhitungan pada lantai kendaraan jembatan digunakan beban T yaitu

merupakan beban pusat dari kendaraan truck dengan beban roda ganda (dual wheel

load) sebesar 10 ton

Konstruksi Jembatan
12
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
Dimana beban garis P= 12 ton sedangkan beban q ditentukan dengan ketentuan sebagai

berikut:

Q= 2,2 t/m untuk L<30 m

Q= 2,2t/m (11/60)x(L-30) t/m untuk 30>L< ..[2-1]

Q= 1,1x(1+(30/L))t/m untuk L>60m

Dimana L adalah panjang bentangan gelagar utama (m) untuk menentukan beban hidup,

beban terbagi rata (t/m/jalur) dan beban garis (t/jalur) dan perlu diperhatikan ketentuan

bawah.

Beban terbagi merata = Q ton/meter................[2-2]


2,75 m

Beban garis = Q ton ......................................[2-3]


2,75 m

Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak tergantung pada lebar jalur

lalulintas. Dalam perhitungan beban hidup tidak penuh, maka digunakan:

Jembatan permanen= 100% beban D dan T.

Jembatan semi permanen= 70% beban D dan T.

Jembatan sementara= 50% D dan T.

Dengan menggunakan beban D untuk suatu jembatan berlaku ketentuan ini.

c. Beban kejutan/Sentuh

Beban kejut merupakan factor untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan

pengaruh dinamis lainnya. Koefesien kejut ditentukan dengan rumus:

K= 1+ .[2-4]

Dimana: K= koefesien kejut

L= panjang/ bentang jembatan

Konstruksi Jembatan
13
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
2. Beban Sekunder

Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu

diperhitungkan dalam penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.

a. Beban Angin

Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi

pada dua bidang yaitu:

Beban angin pada rangka utama.

Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.

Beban angin pada bidang kendaraan

Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk

jembatan terbuka, beban angin yang terjadi dipikul semua oleh ikatan angin bawah.

b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu

Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan

perbedaan suhu.

Bangunan Baja

1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C

2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C

Bangunan Beton

1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C

2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C

Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:

Baja =12x10-6/0C

Beton =10x10-6/0C

Kayu =5x10-6/0C

c. Gaya Rangkak dan Susut

Konstruksi Jembatan
14
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C

d. Gaya Rem dan Traksi

Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban D tanpa

koefisien kejut. Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik

tangkap setinggi 1,80 m dari permukaan lantai jembatan.

e. Gaya Akibat Gempa Bumi

Bekerja kea rah horizontal pada titik berat kontruksi.

KS = E x G [1-5]

Dimana:

KS = koenfisien gaya horizontal (%)

G= beban mati (berat sendiri) dari kontruksi yang ditinjau.

E = koefisien gempa bumi ditentukan berdasarkan peta zona gempa dan biasanya

diambil 100% dari berat kontruksi.

f. Gaya Gesekan Pada Tumpuan Bergerak

Ditinjau hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton= 0,10

sampai dengan 0,15.

3. Beban Khusus

Beban khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh

terhadap suatu struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada

tumpuan, beban selama pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan

benda-benda yang hanyut dibawa oleh aliran sungai.

a. Gaya sentrifugal

Konstruksi yang ada pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang

dianggap bekerja horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan dinyatakan

dalam % terhadap beban D dengan rumus sebagai berikut:

Konstruksi Jembatan
15
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
Dimana:

S= gaya sentrifugal (%) terhadap beban D tanpa factor kejut.

V= kecepatan rencana (km/jam).

R= jari-jari tikungan (m).

b. Gaya Gesekan pada Tumpuan

Gaya gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (ton). Sedangkan besarnya

ditentukan berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan

nilai:

Tumpuan rol

o Dengan 1 atau 2 rol :0,01

o Dengan 3 atau lebih :0,05

Tumpuan gesekan

o Antara tembaga dengan campuran tembaga keras =0,15

o Antara baja dengan baja atau baja tuang =0,25

c. Gaya Tumbukkan pada Jembatan Layang

Untuk memperhitungkan gaya akibat antara pier (bangunan penunjang jembatan

diantara kedua kepala jembatan) dan kendaraan, dapat dipikul salah satu dan kedau

gaya-gaya tumbukkan horizontal:

Pada jurusan arah lalulintas sebesar..100 ton

Pada jurusan tegak lurus arah lalulintas50 ton

d. Beban dan Gaya selama pelaksanaan

Gaya yang bekerja selama pelaksanaan harus ditinjau berdasarkan syarat-syarat

pelaksanaan.

e. Gaya Akibat Aliran Air dan Benda-benda Hanyut

Tekanan aliran pada suatu pilar dapat dihitung dengan rumus:

Konstruksi Jembatan
16
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
P=KxV2....[2-7]

Dimana:

P= tekanan aliran air (t/m2)

V= Kecepatan aliran air (m/det)

K= koefisien yang bergantung pada bentuk pier

4. Kombinasi Pembebanan

Kontruksi jembatan beserta bagian-bagiannya harus ditinjau dari kombinasi

pembebanan dan gaya yang mungkin bekerja. Sesuai dengan sifat-sifat serta

kemungkinan-kemungkinan pada setiap beban, tegangan yang digunakan dalam

kekuatan pemeriksaan kontruksi yang bersangkutan dinaikkan terhadap tegangan yang

diizinkan sesuai dengan elastis. Tegangan yang digunakan dinyatakan dalam proses

terhadap tegangan yang diizinkan sesuai kobinasi pembebanan dan gaya pada table 2.3

berikut ini:

Tegangan yang
digunakan dlm
Kombinasi Pembebanan dan Gaya proses terhadap
tegangan izin
keadaan elastis
I. M+(11+k)+Ta+Tu
II. M+Ta+Ah+Gg+A+SR+Tm 100%
III. Kombinasi(1)+Rm+Gg+A+SR+Tm+S 125%
IV. M+Gh+Tag+Gg+Ahg+Tu 140%
V. M+PI 150%
VI. M+(H+K)+Ta+S+Tb 130%
150%

(PPPJJR No 378/KPTS/1987)

Dimana:

Konstruksi Jembatan
17
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
A : beban angin

Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan

Ahg : gaya akibat aliran dan hanyutan pada waktu gempa

Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak

Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gempa bumi

(H+K) : beban hidup dengan kejut

M : beban mati

P1 : gaya-gaya pada waktu pelaksanaan

Rm : gaya rem

S : gaya sentrifugal

SR : gaya akibat perubahan suhu(selain susut dan rangkak)

Ta : gaya tekanan tanah

Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa

Tb : gaya tumbukkan

Tu : gaya angkat (buoyancy)

Konstruksi Jembatan
18
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil
BAB II
PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan diberikannya tugas makalah dengan judul Jembatan ini, Mahasiswa dapat
memahami lebih luas berbagai macam/jenis konstruksi jembatan dan mempunyai
kemampuan, keterampilan, dan pengalaman dalam melakukan survey/pengamatan langsung
di lapangan yang bisa bermanfaat untuk dijadikan pedoman saat bekerja. Selain itu
Mahasiswa juga bisa lebih memahami materi tentang jembatan, yang mulai dari bentuk
strukturnya hinga pembebanannya.

Konstruksi Jembatan
19
Yantonius Lase
15-041-111-068 Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai