Anda di halaman 1dari 70

Critical Book Desain Pembelajaran

Disusun
OLEH:

Julius Pandapotan Simbolon


(5162122009)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FT


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha ESA, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun tugas Critical Book
Report ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Critical Book Report ini telah dibuat dengan dari beberapa sumber dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas
Critical Book Report ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Critical Book
Report ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga tugas yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua dan dapat memberikan nilai lebih pada proses pembelajaran mata kuliah Disain
Pembelajaran.

Medan, November 2017

JULIUS PANDAPOTAN SIMBOLON

NIM: 5161112009

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

A. Latar belakang ............................................................................................ 4


B. Tujuan ......................................................................................................... 5
C. Manfaat ....................................................................................................... 5
D. Identitas buku ............................................................................................. 6

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ......................................................................... 8

Buku Pertama ............................................................................................. 8


Buku Kedua ............................................................................................... 21
Buku Ketiga ............................................................................................... 36
Buku Keempat ........................................................................................... 54
Buku Kelima .............................................................................................. 58

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 67

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU ..................................................... 67

Buku Pertama ............................................................................................ 67


Buku Kedua ............................................................................................... 68
Buku Ketiga ............................................................................................... 68
Buku Keempat ........................................................................................... 68
Buku Kelima .............................................................................................. 69

BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 70

A. SIMPULAN ............................................................................................... 70
B. SARAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar perlunya perencanaan pembelajaran upaya perbaikan pembelajaran ini
dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: untuk memperbaiki kualitas pembelajarn
perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan
pendekatan system perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana
seseorang belajar untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa
secara perorangan pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian
tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan
pengiring dari pembelajaran sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran
adalah mudahnya siswa untuk belajar. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan
semua variabel pembelajaran inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah
penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut: mengajar harus berdasarkan pengalaman yang
sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari
bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses
belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat semacam ini disebut entry
behavior.Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan melaksanakan pre test.
Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.Bahan
pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan.Hal ini dapat
menarik minat sekaligus mendorong memotivasi belajar.
mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa. Ada
perbedaan individual dalam kesanggupan belajar.Setiap individu mempunyai
kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu dengan
lainnya.Apa yang dapat dipelajari siswa secara cepat, mungkin tidak dapat dilakukan
4
oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus
memeperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.Kesiapan
(readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.Kesiapan
adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk
melaksanakan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melaksanakan proses belajar, hasil
belajar dapat diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pengajaran dilaksanakan kalau
individu mempunyai kesiapan.Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Tujuan
pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh
setelah proses belajar mengajar. Apabila tujuan pengajaran diketahui, siswa
mempunyai motivasi untuk belajar.

B. Tujuan Penulisan CBR


Adapun tujuan dari penulisan CBR ini adalah untuk:
1. Menambah wawasan dan kita dapat berpikir kritis dalam mengemukakan pendapat
mengenai buku tersebut.
2. Meningkatkan cara untuk mengetahui serta dapat menganalisis baik buruknya isi
buku.
3. Menguatkan dan memilih mana buku yang baik dan mudah dipahami gaya
bahasanya, serta yang mudah diterapkan dalam pembelajaran.
4. Dapat mengambil manfaat dari buku tersebut.

C. Manfaat CBR
Manfaat yang yang dapat kita peroleh dari penulisan CBR ini adalah:
1. Kita dapat mengetahui buku mana yang cocok diterapkan dalam pembelajaran.
2. Mengetahui perbedaan dan persamaan dari buku tersebut.
3. Kepada penulis dapat mengetahui kesalahan-kesalahan dari buku ini sehingga
nanti ketika menulis tidak mengulangi kesalahan lagi, dan dapat mengambil
pelajaran dari kritik yang diberikan reviewer atau pembaca.

5
D. Identitas buku

Buku Pertama

1. Judul :Perencanaan Pembelajaran


2. Edisi : Pertama
3. Pengarang/Editor : Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd.
4. Penerbit : PT. Bumi Aksara
5. Kota terbit :Jakarta
6. Tahun tertib :2006
7. ISBN : 979-526-250-5

Buku Kedua

1. Judul : Perencanaan pembelajaran Mengembangkan standar


kompetensi guru
2. Edisi :-
3. Pengarang/ (Editor, jikaada) : Majid, Abdul; Muklis
4. Penerbit : Remaja Rosdakarya
5. Kota terbit :
6. Tahunterbit : 2006
7. ISBN : 979-692-493-5

Buku ketiga

1. Judul : Desain Pendidikan Karakter


2. Edisi : Pertama
3. Pengarang/Editor : Dr. Zubaedi, M. Ag. M, Pd.
4. Penerbit : Kencana Predana Media Group
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun tertib : 2011
7. ISBN : 978-602-873085-3

6
Buku keempat

8. Judul buku : Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran


9. Nama penerbit : Kencana
10. Tahun Terbit : April 2012
11. Kota Terbit : Jakarta
12. Tebal buku : 13,5 X 20,5 cm
13. Jumlah Halaman : XVI + 284 Halaman
14. Cetakan : Kelima,
15. ISBN : 978-602-8800-16-7

Buku kelima

1. Judul buku: desain pembelajaran berbasis TIK


2. Nama penerbit: referensi
3. Nama pengarang: prof. Dr.mukhtar M. Pd.
4. Tahun terbit: 2012
5. Tebal buku: 342 halaman
6. Cetakan : kelima
7. Isbn: 978-979-915147-6

7
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA

Bab 1

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran

A. Definisi Perencanaan
Rumusan baru tentang perencanaan yang diambil dari beberapa rumusan dapat
dikatakan bahwa Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

B. Perencanaan Pembelajaran
Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya
berinteraksi dengan guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana
membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang dipelajari siswa.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran
2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
3. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara
perorangan

8
4. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan
pengiring dari pembelajaran
5. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
belajar.
6. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
7. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

D. Prinsip Prinsip Umum Tentang Mengajar


1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah
dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
7. Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat
abstrak)
8. Sering menggunakan penguatan (reinforcement)
E. Tipe Tipe Belajar
1. Belajar isyarat (signal learning)
2. Belajar stimulus (stimulus respon learning)
3. Belajar rangkaian (chaining)
4. Asosiasi verbal (verbal association)
5. Belajar diskriminasi (discrimination learning)
6. Belajar konsep (concept learning)
7. Belajar aturan (rule learning)
8. Belajar pemecahan masalah (problem solving)

9
Bab 2
Pendekatan Sistem Dalam Kegiatan Pembelajaran
A. Pengertian Sistem
Pengertian system adalah suatu kesatuan unsur unsur yang saling berinteraksi secara
fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
B. Tujuan Sistem
Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada
yang membutuhkan.Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan
perilaku tertentu sesuai dengan tingkat taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas.
D. Komponen-komponen sistem
Bagian suatu system yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan
system disebut komponen. Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsistem,
karena masing masing bagian atau komponen itu sesungguhnyaadalah suatu system pula.
E. Interaksi atau Saling Hubungan
Semua komponen dalam system pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain.
F.Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan yang menimbulkan keterpaduan ini berdasarkan pada hokum Gestalt yang
menyatakan bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bagian.
G. Proses Transformasi
Proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Hasil yang dikeluarkan
oleh suatu system kepada sebuah atau beberapa system lainnya sebagai masukan yang akan
diproses lebih lanjut, dan berlangsung secara berkesinambungan melalui tahapan transformasi.

Bab 3
Tiga Variabel Pembelajaran
Titik awal upaya memperbaiki kualitas pembelajaran diletakkan pada proses pembelajaran
atau pada metode pembelajarannya. Manipulasi variabel metode dalam interaksinya dengan
variabel kondisi pembelajaran akan menentukan kualitas hasil pembelajaran.
10
A. Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)
2. .Strategi Penyampaian (delivery strategy)
3. Strategi Pengelolaan (management strategy)
B. Kondisi Pembelajaran
Regeluth dan Merril (1979) mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga
(3) kelompok, yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kendala dan karakteristik bidang studi
3. Karakteristik si belajar
C. Hasil Pembelajaran
1. Keefektivan (effectiveness)
2. Efisien (efficiency)
3. Daya Tarik (appeal)

Bab 4
Sepuluh Langkah Mendesain Pembelajaran Menurut Dick And Carrey
A.Pendahuluan
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan
dengan proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang
tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
Desain Pembelajaran Menurut Dick and Carrey Model pengajaran Dick and Carry (1985)
dapat disajikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
2. Melaksanakan analisis pengajaran
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4. Merumuskan tujuan performansi
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan strategi pengajaran
11
7. Mengembangkan dan memilih material pengajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

Bab 5
Tujuan Pembelajaran
A. Pendahuluan
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah
sebagaiberikut:
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang
dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
2. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat disajikan
dalam setiap jam pelajaran.
3. Guru dapat menetapkan urutan atau rangkaian materi pelajaran secara tepat
(memudahkan siswa mempelajari isi pelajaran)
4. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi mengajar
yang paling cocok dan menarik
5. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun
bahan dalam keperluan belajar
6. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
7. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar tanpa tujuan jelas

B. Arti Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan dan
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwolh (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga
kawasan, yakni : kognitif tingkatpengetahuan(knowledge), tingkat pemahaman
12
(comprehension), tingkat penerapan (application),tingkat analisis (analysis), tingkat sintesis
(synthesis), tingkat evaluasi (evaluation), afektif ( sikap dan perilaku), kemauan menerima,
kemauan menanggapi,berkeyakinan,penerapan karya, ketekunan dan ketelitian, psikomotor,
persepsi, kesiapan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi format
untuk menulis tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam bentuk
ABCD format, artinya:
A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, dan sasaran didik lainnya)
B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar)
C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
dicapai
D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)

Bab 6
Strategi Pembelajaran
A. Sekilas tentang Strategi Pembelajaran
Paling tidak ada tiga (3) jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
4. Strategi Pengorganisasian Pengajaran
Strategi pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan fase yang amat penting
dalam rancangan pengajaran, Synthezing akan membuat topic-topik dalam suatu bidang studi
menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Bab 7
Desain Pesan Dan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran
A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematis strategi dan teknik
yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain
untuk keperluan pemecahan masalah pembelajaran.

13
Salah satu isu yang berkenaan dengan bidang garapan ini adalah siapakah yang menjadi
sasaran layanan teknologi pendidikan ?bagaimana model layanan yang cocok diberikan
kepada sasaran ? bagaimana karakteristik yang dilayani ? bagaimana mendesain layanan yang
diberikan pada sasaran layanan?
B. Desain Pesan dalam Teknologi Pembelajaran
Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima (5) kawasan yang menjadi bidang
garapan penelitian.
C. Karakteristik Siswa
Variabel ini didefinisikan sebagai aspek aspek berupa bakat, minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah
dimilikinya.
Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran perilaku stimulus dan respon (S R) adalah suatu aliranperilaku yang menekankan
antecendent sebagai penyebab dari perilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku
(Skiner, 1974).Salah satu aspek yang berbeda dari pendekatan metodologi behavioris adalah
pada permintaan untuk data data eksperimental (manipulative) untuk membenarkan setiap
interpretasi dari perilaku adalah sebab akibat.Observasi secara alamiah, pengalaman pribadi,
penilaian harus berdasar pada bukti-bukti untuk mendukung setiap penjelasan secara
psikologis.Formula ini berarti bahwa setiap pendengar harus membuat respons yang tepat
ketika ada rangsangan (stimulus) yang tepat dan ketika terdapat suatu kondisi yang diperlukan.
D. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Kibler dkk (1974) mencatat ada banyak dasar-dasar yang rasional untuk menggunakan
tujuan perilaku. Ini termasuk :
1. Membantu mengevaluasi kinerja pendengar
2. Mendesain dan merancang urutan-urutan dari instruksi
3. Mengkomunikasikan persyaratan dan harapan-harapan
4. Menyediakan dan mengkomunikasikan terlebih dahulu tingkat kinerja dari instruksi
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Ada 5 karakter PSI, yaitu :
Menggunakan instruktur atau pengajar
Penguasaan materi pelajaran
14
Menyusun sendiri kecepatan belajarnya
Guru sebagai motivator
Menggunakan kata-kata tertulis
Ketepatan Mengajar (Precision Teaching)
Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas.Guru
yang tepat menjadi lebih lancer, akurat, dan cepat kinerjanya, suatu tujuan yang dapat
meningkatkan kemajuan murid.

Bab 8
Perlunya Mempertimbangkan Faktor Emosional Anak Dalam Merancang Pembelajaran

A. Konsep Dasar Emosional


Lawrence Shapiro (1997), kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b)
optimism, (c) motivasi diri, dan (d) antusiasme. Kecerdasan emosional pengukurannya bukan
didasarkan pada kepintaran seorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut dengan
karakteristik pribadi atau karakter.
B. EQ Versus IQ
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun
keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkat konseptual maupun di dunia
nyata.Idealnya kedua keterampilan tersebut dapat dikuasai oleh seseorang.
C. Anatomi Saraf Emosi
Korteks, yaitu bagian otak yang digunakan untuk berpikir.Kadang-kadang disebut
neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yakni system
limbic (hippocampus), tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang
menentukan kecerdasan emosional seseorang. Korteks terdiri atas empat lobus (belahan otak),
dan kerusakan pada lobus tertentu akan menyebabkan masalah tertentu pula. Adapun belahan
otak tersebut adalah: Lobus Oksipitalis terletak dibagian belakang kepala merupakan bagian
otak yang mengendalikan penglihatan. Lobus Temporalis terletak tepat dibelakang telinga
dikedua sisi kepala, kerusakan bagian ini akan menyebabkan masalah pada memeori jangka
panjang.

15
Menjadi Orang Tua Ber EQ Tinggi Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan
yang terbuka dan saling menyayangi dengan anak akan memberikan efek jangka panjang
berupa meningkatnya citra diri, keterampilan menguasai situasi, dan mungkin kesehatan anak.
Bagi anak anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu
khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain.Selama waktu itu
orang tua harus menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik,
menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan.
D. Emosi dari Segi Moral
Ada dua kelompok emosi, yaitu: Emosi Negatif, sifatnya dapat memitivasi anak-anak untuk
belajar dan mempraktikan perilaku prososial, termasuk (a) takut dihukum, (b) kekhawatiran
tidak diterima oleh orang lain, (c) rasa bersalah bila gagal memenuhi harapan seseorang, (d)
malu bila berbuat sesuatu yang tidak dapat diterima orang lain.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri
pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
E. Empati dan Kepedulian Kepada Anak
Salah satu unsure dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian
seseorang dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain.
F. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Keterampilan memahami sesuatu dengan perspektif orang lain ini memungkinkan seorang
anak mengetahui kapan bias mendekati teman yang sedih dan kapan membiarkannya sendiri.
G. Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam keterampilan EQ ini adalah : Ajarkan nilai kejujuran kepada
anak sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka
bertambah. Pemahaman anak mengenai kejujuran bias berubah, tetapi pemahaman anad
jangan berubah.Anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak
anak masih sangat muda dengan memilihkan buku-buku dan video untuk menikmati bersama
anak, memainkan permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas
privasi.

16
H. Emosi Moral NegatifRasa Malu dan Rasa Bersalah
Membuat anak merasa malu atas perbuatan anti sosialnya merupakan cara yang manjur
untuk mengubah perilaku ini. Emosi negative rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan
secara konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak:
Memanfaatkan rasa malu
Berpikir realistis
Keuntungan optimis
Mengubah kelakuan anak dengan mengubah pola piker mereka
Mendefinisikan masalah sebagai musuh
Membuat kerangka baru suatu masalah dan menuliskannya
I. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari hari
Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya perubahan dalam diri
(visceral change)akibat dipengaruhi system saraf autonomic, kelenjar endokrin, dan system
saraf pusat. Hypothalamus bekerja mengontrol system saraf autonomic, selanjutnya
mengawali dan memulai terjadinya kondisi dasar dan emosi.Cerebral Cortex bertindak sebagai
penggerak perbuatan emosi yang keadaannya tidak teratur.
Perubahan dalam reflek kulit Galvanis GSR ( Galvanis Skin Reflex), sirkulasi ( tekanan
darah, perubahan kimiawi dan distibusinya), aktivitas Gastrointensinal(panas badan),
respirasi/berkeringat, berdirinya bulu kuduk, ukuran pupil matadan sebagainya.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses
Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan
lingkungan.

Bab 9
Merancang Evaluasi Hasil Belajar

A. Pendahuluan
Aspek evaluasi sering diabaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar.jika membuat alat
evaluasi apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

17
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur,
mengukurnya, mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, dan
mengambil keputusan lulus tidaknya seseorang, efektif tidaknya guru mengajar atau baik-
buruknya interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar.
C. Fungsi ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut: Menguji apa yang hendak diuji.
Dengan perkataan lain, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi yang diinginkan.
Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik ( valid, relevan, spesifik, representative dan
seimbang)
D. Struktur Soal Ujian
Apapun materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku
bacaan wajib serta sejumlah handout yang dibagikan.Struktur soal harus representative,
seimbang dan relevan dengan sasaran belajar.Perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi soal untuk
tingkat kemampuan belajar, membuat pembobotan soal dan transformasi angka ke nilai.
E. Kriteria Evaluasi
Penilaian tegas dimaksudkan:
Membedakan secara jelas yang lulus dan tidak lulus
Mengurangi daerah ketidak pastian
Ada dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:
Penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference).
Penilaian Acuan Norma (Norm Reference).
Beberapa Konsep yang berkaitan dengan Evaluasi.
Validitas Instrumen
Validitas Isi, mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi pelajaran
yang diberikan
Validitas Konstruksi, butir-butir soal membangun tes tersebut mengukur setiap
aspek berpikir sesuai tujuan instruksional khusus.
Validitas ada sekarang , hasilnya sesuai dengan pengalaman.
Validitas Prediksi, mampu meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan
datang.
18
Reliabilitas Instrumen
Jenis Paralel, dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan, tetapi soalnya berbeda.
Jenis Tes Ulang, jenis ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri test
Jenis belah dua, jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan
sekali lagi.

Bab 10
Merancang Kegiatan Pembelajaran
A. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran ( RKP )
Seperangkat ini perlu disiapkan dengan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat
dilaksanakan sesuai kondisi setempat, secara konkrit dapat diukur sampai seberapa jauh tujuan
yang ditentukan tercapai.
B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Menuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
Merumuskan TIU untuk tiap pokok bahasan
Menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam skema hubungan
Menentukan frekuensi kuliah untuk setiap pokok bhasan
Merumuskan sasaran belajar
Membuat matriks rencana kegiatan perkuliahan (RKP)
Menetukan ujian dan bobot soal
Menyusun pedoman perkuliahan dan RKP
Menyerahkan rencana kegiatan perkuliahan (RKP)

Bab 11
Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Pembelajaran

A. Pendahuluan
Kurikulum berbasis kompetensi sebagai paradima baru dalam system pembaharuan
kurikulum pendidikan disekolah.Muncul akibat lemahnya lulusan dalam domain pendidikan
dan kebijakan pemerintah untuk demokratisasi pendididkan.
19
B. Esensi KBK
Guru dan siswa bersifat toleran dalam PBM
Guru dan siswa belajar bersama menggali potensinya masing masing secara
optimal.
Guru harus mampu mengejawantahkan potensi diri dan bakat peserta didik.
Guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang mampu membangun,
membentuk serta aplikatif dalam kehidupan.
Guru harus mampu mengubah dirinya sendiri
Pendekatan yang dilakukan adalah konstruktivisme
Sekolah berkewajiban menyelenggarakan bimbingan dan konseling
Koordinasi antar personil dan kerjasama secara rutin berkesinambungan perlu dijalin
untuk mewujudkan peran guru.
C. Kompetensi yang diharapkan dalam Pembelajaran
Implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan
silabus dan system penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan Life Skill.
D. KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika
a. Karakteristik mata pelajaran matematika
b. Standar kompetensi mata pelajaran matematika
c. Pengembangan silabus dan system penilaian
d. Penyusunan dan analisis instrument
e. Analisis instrument
f. Evaluasi hasil penelitian
g. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
h. Pelaporan hasil penilaian
i. Laporan untuk siswa dan orang tua
j. Laporan untuk sekolah
k. Laporan untuk masyarakat
l. Pemanfaatan hasil penilaian
m. Untuk siswa
20
n. Untuk orang tua
o. Untuk guru dan kepala sekolah

BUKU KEDUA

BAB 1
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti.
Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan yakni memperbaiki pola hubungan
sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta
pola mengembangan menejerialnya, pemberdayaan guru dan restrukrisasi model model
pembelajaran(Murphy, 1992:10)
A. Standar Kompetensi Guru
Upaya pewujudan pengembngan silabus menjadi persiapan pengajaran yang implementatif
memerluukan kemampuan yang komprehensif. Tetapi secara realita, masih perlu kllarifikasi
secara rasional dilihat dari penguasaan knowledge base of teachingnya.
Oleh karena itu, standar guu professional merupakan sebuah kebutuhan mendasar. Hal ini
tercermin dalam Undang undang Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 passal 35 ayat 1
Bahwa: Standar nasional terdiri atas isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Standar yang imaksud adalah suatu criteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan
berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif. Sedangkan Kriteria adalah
sesuatu yang menggambarkan ukuran keaadaan yang dikehendaki(Suharsimi Aikunto,
1988:98)
Sedangkan Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang
harus dimiliki seseorang sebagai syarat unntuk dianggap mampu melaksanakan tugas tugas
dalam bidang pekerjaan tertentu.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru adalah suatu
ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bbentuk penguasaan pengetahuan dan
berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,
kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
21
Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen kompetensi, yaitu:
Pertama, Komponen kompetensi penngelolaan pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan
perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi
belajar peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.
Kedua, Komponen kompetensi pengembangan potensi yang diorientasikan pada
pengembangan profesi.
Ketiga, Komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencakup: (1) pemahaman
wawasan kependidikan ; (2) penguasaan bahan kajian akademik(Depdiknas, 2004:9).

B. Pengembangan Kompetensi Guru


Proses pengembangan standar kompetensi guru dapat dilakukan melalui:
1. Penelitian
Ada 3 jenis upaya penelitian yang dilakikan dalam kaitan dengan pengembangan mutu guru:
a. Mengindetifikasi masalah pendidikan yang dihadapi terutama tentang mutu kinerja
guru.
b. Mengkaji prakondisi yang perlu dipenuhi untuk dapat menerapkan suatu standar
kompetensi guru dalam sistem yang ada.
c. Penelitian yang melekat did lam pengembangan standar itu sendiri untuk mengetahui
efektifitas atau kelayakan dari standar yang sedang dikembangkan dalam
menghasilkan stanar baku kompetensi guru.
2. Pengembangan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang serius dalam upaya pengembagan standee
kompetensi guru.
a. Kejelasan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dari profesi guru, antisipasi
kendala yang vakal dihadapinya, identifikasi alternative alternative pemecahan, serta
pengembangan alternatif yang dipilih dalam skala terbatas.
b. Permasalahan yang jelas serta tujuan yang spesifik, jika perlu dilengkapi dengan
criteria keberhasilan yang dijadikan ukuran, merupakan titik awal yang sangat penting
dalam upaya pengembangan standar kompetensi guru.
c. Antisipasi kendala, merupakan langkah yang tidak dapat diabaikan dalam proses
pengembangan ini. Pemahaman terhadap kendala yang ada akan sangatberguna dalam
22
proses mengidentifikasi maupun mentyyeleksi alternative pemecahan atas standar
kompetensi yang akan dikembangkan.
d. Melalui proses identifikasi dan seleksi berbagai alternative pemecahan, akan dapat
dihasilkan standar kompetensi yang telah diperhitungkan kekuatan maupun
kelemahannya ditinjau dari permasalahan dan tujuan yang diinginkan maupun kendala
kendala yang ada.
e. Sekalipun uji coba suatu standar kompetensi dalam skala terbatas, kadang kadang
mengandung kelemahan (terutama dalam prediksi dalam kelayakan large scale
implementation. Upaya pengembangan dalam skala terbatas ini tampaknya masih tetap
diperlukan dalam fase fase awal pengembangan standar.
3. Manajemen Mutu Guru
Sekurang kurangnya terdapat dua hal yang penting yang perlu diperhatikan berkenaan
dengan manajemen peningakatan mutu guru dengan standar kompetensinya; pertama, adalah
upaya melibatkan berbagai pihak terkait sedini mungkin, dan kedua adalah penerapan proses
deseminasi secaa bertahap.
C. Pemberdayaan Guru
Pembelajaran atau lebig dikenal Pengajaran upaya untuk membelajarkan
siswa(Degeng,1989). Aktivitas belajar pada siswa dapat terjadi dengan direncanakan(by
designed) dan dapat pula terjadi tanpa direncanakan. Upaya membelajarkan murid dapat
dirancang tidak hanya dalam berinteraksi dengan guru sebagai satu satunya sumber belajar,
melaikan berinteraksi dengan semua semua sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Sebagaimana menurut AECT(Association
Edication Center and Technology) dalam Muhimin(2004:185), sumber belajar dapat berupa
pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar atau lingkungan.
Dengan demikian, inti dari perencanaan pembelajaran adalah proses memilih, menetapkan
dan mengembangkan, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, menawarkan bahan ajar,
menyediakan pengalaman belajar yang bermakna, serta mengukur tingkat keberhasilan proses
pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajaran.

BAB 2
Konsep Perencanaan Pembelajaran
23
Perencanaan adalah menyusun langkah langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang
lebihutama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat melaksanakan dengan mudah dan
tepat sasaran.
A. Pengertian
Berkenaan dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya Administrative
Action Techniques of Organization and Management: Mengemukakan bahwa Perencanaan
adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Dalam hal ini perencanaan mencakup rangkaian
kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan Khusus (objektivitas)
Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru
dalam membimbing, membantu, mengarahkan peserta didik untuk memilih ppengalaman
belajar. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan
pengalaman belajar bagi peserta didik (Jones, at. Al dalam Mulyani Sumatri, 1988:95)
Dalam konteks pengajaran, perencanaan daoat diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan Uraian diatas, konsep perencanaan pengajaraan dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang, yaitu:
a. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong
penggunaan teknik teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori
teori konstruktif terhadap solusi dan problem problem pengajaran.
b. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah sususan dai sumber
sumber dan prosedur prosedur untuk menggerakkan pemnelajaran.
c. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang
senantiasa memperhatikan hasil hasil penelitian dan teori teori tentang strategi
pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail
spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan, akan situasi

24
maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit unit yang luas maupun yang lebih lebih
sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
e. Perencanaan pengajaransebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran
secara sistemik yang digunakan secara khusus atau dasar teori teori pembelajaran dan
pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
f. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam
suatu proses yang dikerjakan perencanaan dengan mengecek secara cermat bahwa
semua kegiatan telah sesuai dengan ketentuan sains dan dilaksanakan secara
sistematik.

Kurikulum Khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan program


pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan
hal penting jangan sampai terabaikan.

B. Dimensi dimensi Perencanaan


Berbicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat
sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan
terhadap dimensi dimensi itu menurut Harjanto (1997:5) memungkinkan diadakannnya
perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni:
1. Signifikansi
Tingkat signifikansi terganting pada tujuan pendidikan yang diajukan secara signifikansi dapat
ditentukan berdasarkan kriteria kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.
2. Feasibilitas
Maksudnya perecanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan
dengan biaya maupun pengimplementasiannya.
3. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan perencanaan
persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicacapai tujuan spesifik
secara optimal.
4. Kepastian
25
Konsep kepastian minimum dihharapkan dapat mengurangi kejadian kejadian yang tidak
terduga.
5. Ketelitian
Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam
bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitive kaitan kaitan yang pasti
terjadi antara berbagai komponen.
6. Adaptabilitas
Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari
informasi sebagai umpan balik.
7. Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam
memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan
untuk menilai kebutuaha pendidikan masa kini dengan kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monitoring
Merupakan proses pengembangan criteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja
secara efektif.
9. Isi Perencanaan
Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat :
a. Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan
layanan layanan pendukungnya
b. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan
layanan layanan pendukungnya
c. Tenaga manusia, yakni mencakup cara cara mengembangkan prestasi, spesialisasi
perilaku, kopetensi, maupun kepuasan mereka.
d. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
e. Bangunan fisik tentang cara cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan
pengembagan psikologis
f. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen
operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
g. Konteks social atau elemen elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan pengajaran.
26
Hidayat (1990:11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam
perencanaan pembelajaran antara lain:
1. Memahami Kurikuluk
2. Menguasai Bahan ajar
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan Program pengajaran
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Dalam Pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa.
Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat dengan sistem pembelajaran. Dengan
demikian minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah:
a. Pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat
b. Spesifikasi indicator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi
c. Pengembangan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi
dan sistem penilaian.

C. Manfaat Perencanaan Pengajaran


Manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang
terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsure, baik guru maupun unsur murid.
4. Sebagai alat ukur efektif tidakknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga , alat alat dan biaya.

D. Desain Pembelajaran Bebasis Kompetensi

27
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang
telah ditetapkan.
Rumusan menunjukan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu agar
mampu melakukan perangkat kompetensi yang diperlukan. Suatu program pendidikan bebasis
kompetensi harus mengandung empat unsur pokok,, yaitu:
1. Pemiliaha Kompetensi yang sesuai
2. Spesifikasi Indikator indicator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi.
3. Pengembangan sistem pengajaran.,
4. Penilaian.
Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami,
melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasi diri. Dengan demikian,
kegiatan pembelajaran perlu: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mengembangkan kreatifitas
peserta didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan,
nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan; 5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam. (Puskur, 2004:13)
Langkah langkah pengembagan Pembelajaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh
Stanley Elam (1971) dalam Oemar Hamalik (2002:92) sebagai berikut.

Langkah ke-1
Spesifikasi asumsi asumsi atau proposisi yang mendasar
Program pembelajaran harus didasarkan pada asumsi yang jelas. Dunia pendidikan
dewasa ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang bereorientasi pada target penguasaan materi
terbukti dalam kompetensi pengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Langkah ke-2
Mengindentifikasi kompetensi
28
Dalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang
akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar, dapat
digunakan jaringan topic/tema/konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan
materinya perlu dijabarkan menjadi tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan kedalam satu
pembelajaran.
Kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan serta di tes
sejauhmana kontribusi terhadap keberhasilan dan efektifitas belajar mengajar.

Langkah ke-3
Menggambarkan Secara spesifik Kompetensi kompetensi
Kompetensi yang telah ditentukanlebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit
dan dapat diamati. Selain itu dipertimbangkan masalah target populasinya dalam konteks
pelaksanaannya, hambatan hambatan program, waktu pelaksanaan dan parameter sumber.

Langkah ke-4
Menentukan tingkat tingkat Kriteria dan jenis assessment
Menentukan jenis jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan untuk mengukur
ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat penting dalam pengembangan program pembelajaran.
Akan tetapi kebanyakan Kompetensi itu bersifat kompleks dan mengandung variable yang
cukup sulit.Kompetensi kompetensi itu diwarnai oleh karakteristik guru dan bermacam macam
suasana sambuta murid, baik secara individual maupun kelompok terhadap stimulasi yang
sama.

Langkah ke-5
Pengelompokan dan penyusunan tujuan pengajaran
Sebagai pertimbangan atau landasan dalam rangka penyusunan pengaturan tersebut
adalah:
a. Struktur isi yang dimuat dari pengertian pengertian sederhana sampai dengan prinsip
prinsip yang kompleks.
b. Lokasi dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam macam kegiatan.

29
Langkah ke-6
Desain Strategi Pembelajaran
Program instruksional disusun bertalian dengan kompetensi yang telah dirumuskan dan
secara logis dikembangkan setelah kompetensi ditentukan, Modul instruksional adalah
seperangkat pengalaman dengan maksud memberikan fasilitas kepada para siswa untuk
mengembangkan kompetensinya.

Lankah ke-7
Mengorganisasikan sistem pengolahan
Sebagaimana yang kita ketahui program pembelajaran berbasis kompetensi lebih
mengutamankan suasana rael (field setting) dimana sangat dibutuhkan kerja sama dan
dibutuhkan persetujuan inter-institusional. Suasana belajar yang diciptakan oleh guru harus
melibatkan siswa secara aktif, memahami, bertanya, dan mempertanyakan, menjelaskan, dan
sebagainya.

Langkah ke-8
Melaksanakan Percobaan Program
Program yang telah disusun secara sistematis perlu diuji cobakan. Percobaan program
dilakukan terhadap bagian bagian dari program itu atau semacam prototype test dan
hendaknya dilakukan terlebih dahulu dalam skala kecil.

Langkah ke-9
Menilai Desain Pembelajaran
Pelaksanaan terhadap sebuah desain instruksional, lazimnya mencakup 4 aspek, yaitu:
a. Validasi tujuan dalam hubungan dengan peranan pendidik yang diproyeksikan.
b. Tingkat tingkat criteria dan bentuk bentuk assessment.
c. Sistem instruksional dalam hubunganya dengan hasil belajar.
d. Pelaksanaan organisasi dan pengolahan dalam hubungan dengan hasil tujuan.

Langkah ke-10
Merpebaiki Program
30
Setiap Program sesungguhnya tidak pernah tersusun dengan kondisi sempurna,
temasuk desain instruksional berbasis kompetensi. Akan tetapi senantiasa terbuka untuk
perbaikan dan perubahan berdasarkan umpan balik dari pengalaman pengalaman.

BAB 3
Pengembangan Silabus
A. Silabus
1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran
tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan,
pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan
kebutuhan daerah setempat.

2. Isi Silabus
Pada umumnya suatu silabus paling sedikit harus mencakup unsure unsur:
a. Tujuan mata pelajaran yang akan diaajarkan.
b. Sararan sasaran mata pelajaran.
c. Ketrampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut
dengan baik.
d. Urutan topik topik yang diajarkan.
e. Aktivitas dan sumber sumber belajar pendukung keberhasilan pengajaran
f. Berbagai taknik evaluasi yang digunakan.
3. Manfaat Silabus
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan
rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem
penilaian.
4. Prinsip Pengembangan Silabus
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan Kurikulum dan pembelajaran yang
berisikan garis garis besar materi pembelajaran. Beberapa Prinsip yang mendasari
pengembangan silabus antara lain: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan
siswa, sistematis, relevansi, konsisten, dan kecukupan.
31
5. Langkah langkah Pengembangan Silabus
Secara umum proses pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri atas tujuh lankah
utama sebagaimana tercantum dalam buku pedoman umum pengembangan silabus
(Depdiknas, 2004) yaitu: 1. Penulisan identitas mata pelajaran; 2. Perumusan standar
kompetensi; 3. Penentuan kompetensi dasar; 4. Penentuan materi pokok dan uraiannya; 5.
Penentuan pengalaman belajar; 6. Penentuan alokasi waktu; dan 7. Penentuan sumber bahan.

B. Silabus dan Kisi kisi Penilaian


Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan pprinsip yang berorientasi pada
pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan sistem penilaian
mata pelajaran harus disusun sesuai dengan kenutuhan daerah/sekolah. Sehingga benar benar
menjadi pedoman guru dalam mengembangkan pembelajaran dan pengorganisasian sekuruh
komponen yang dapat mengubah perilaku peserta didik.
Silabus dan sistem penilaian befungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
mendiagnosis belajar, memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivsi guru agar
mengajar lebih baik. Prinsip prinsip yang harusdipenuhi adalah; Valid, mendidik, berorientasi
pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

BAB 4
Pengembangan Kecapan
A. Strategi Mengembangkan Kecakapan
a. Proses Pengkondisian (Conditioning)
Proses pembentukan sikap melalui pengkondisian ini telah banyak di eksperimenkan oleh para
ahli psikologi. Misalnya Pavlov dengan teorinya Stimulus Respon dan Skinner dengan
teorinya Reinforcement yang dalam Eksperimennya terhadap manusia lebih dikenal dengan
nama behavior modification.
b. Belajar dari Model (human modeling)
Prinsip Modeling ini sejalan dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara Ing ngarsa sung
tulada.
Dapat diperkirakan peranan dan wujud beberapa fase dalam pembelajaran sikap atau tekanan
yang harus diberi pada hal tertentu, yaitu: Pemotivasian, berperan dalam rangka belajar
32
menurut pola pengkondisian. Pengkonsentrasian: perlu mendapat tekanan dalam belajar dari
model/modeling. Pengolahan: mencernakan penjelasan verbal yang menyertai teladan yang
diberikan oleh model atau menyertai izin untuk berbuat sesuatu yang disenangi, setelah siswa
menunjukan prestasi. Umpan Balik: Siswa mendapat konfirmasi mengenai perbuatan dan
perkataannya yang mencerminkan suatu sikap positif.
+
BAB 5
Pengembagan Persiapan Mengajar
Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa yang akan
dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah memperkirakan tindakan yang akan
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perenacanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk
mengkoordinasikan komponen pembelajaran berbasis kompetensi, yaki: kompetensi dasar,
materi standar, indicator hasil belajar, scenario pengajaran, dan penilaian berbasis kelas(PBK)
Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar
berfungsi member makna terhadap kompetensi dasar; indicator haasil belajar menunjukan
keberhasilanpembentukan kompetensi pada peserta didik; scenario pengajaran merupukan
tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam proses pengajaran; sedangkan PBK berfungsi
mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila
standar kompetensi belum tercapai.
A. Perencanaan dan Implementasi Persiapan Pengajaran
Kerangka perencanaan dan implementasi pengajaran melibatkan urutan langkah langkah
yang sangat penting bagi para guru dalam mempersiapkan perencanaan rencana pengajaran.
Aktivitas pertama, mendiagnosa kebutuhan peserta didik, berarti para guru harus menaruh
perhatian khusus terhadap peserta didik dalam kelas.
Kedua, yaitu memilih isi dan menentukan sasaran. Sasaran pengajaran kita melukiskan apa
yang sebenarnya dari peserta didik, agar mereka mampu melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan pembelajaran, dengan demikian para guru dapat mengetahui bahwa peserta didik
tersebut tellah mempelajari sesuatu dalam kelas.
Ketiga, yaitu mengidentifikasi teknik teknik pembelajaran. Aktivitas ini dilakukan karena
guru telah mengetahui sasaran sasaran tertentu yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk
mengambil suatu kepuutusan.
33
Keempat, merencanakan aktivitas merumuskan unit unit dan merencanakan pelajaran.
Dalam aktivitas ini yang paling penting adalah mengorganisasi keputusan keputusan yang
telah diambil, yaitu mengenai peserta didik secara individu, sasaran sasaran, dan teknik
teknnik pembelajaran dan dibukukan pada dokumen resmi, sehingga dapat dipergunakan
untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya.
Kelima, Memberikan motivasi dan implementasi program. Perencanaan pada aktivitas ini
mempersiapkan guru secara khusus bertalian dengan teknik motivasional yang akan
diterapkan dan beberapa prosedur dan beberapa prosedur administrative yang perlu diikuti
agar rencana pengajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
Keenam, merupakan aktivitas yang terakhir, yaitu perencanaan yang dipusatkan kepada
pengukuran, evaluasi, dan penentuan tingkat.

B. Prinsip prinsip Persiapan Mengajar


Untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelesaikan gerakan proses
pembelajaran yang ideal, antara lain: mengidentifikaso kebutuhan siswa, tujuan yang hendak
dicapai, berbagai strategi dan scenario yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan
criteria evaluasi (Hunt, 1999:24).
Pengembanga persiapan mengajar harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik
terhadap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini peran guru bukan hanya sebagai
transformator, tetapi harus berperan sebagai Motivator yang dapat membangkitkan gairah
belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan menggunakan berbagai variasi media,
dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukan kompetensi.
C. Komponen komponen Persiapan Mengajar
Unsur unsur yang amat penting masuk dalam rencana pengajaran adalah: 1) apa yang akann
diajarkan, pertanyaan ini menyangkut banyak kompetensi yang harus dicapai, indicator
indikatornya, serta materi bahan ajar yang akan disampaikan untuk mencapai kompetensi
tersebut; 2) bagaimana mengajarkannya, pertanyaan ini berkenaan dengan berbagai strategi
yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai
aktivitas opsional bagi siswa dalam menyelesaikan tugas tugasnya; 3) bagaimana
mengevaluasi hasil belajarnya, pertanyaan ini harus dijawab dengan merancang hasil evaluasi
untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang mereka pelajari pada sesi tersebut.
34
BAB 6
Pengolahan Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar
Pengolahan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan
Biddle (1974:34) proses pembelajaran berada dalam empat variable interaksi, yaitu: 1)
variable pertanda(presage variables); 2) variable konteks (contex variables); dan 4) variable
produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
A. Pengelolaan Siswa
Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Menurut Andree, 1982 ada beberapa macam pengelompokan siswa, diantaranya:
Task Planning groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan
diberikan oleh guru
Teaching groups, kelompok ini biasa digunakan untuk group teaching, dimana guru
memerintahkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang sama.
Seating Groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa duduk
mengelilingi satu meja.
Joint learning groups, pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja
dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain
Collaborative-groups, kelompok kerja yang menitikberatkan pada kerja sama tiap
individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi.
B. Pengelolaan Guru
Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang
menegetahuinya.Awal pengetahuan terjadi karena panca indra berinteraksi dengan alam nyata.
Guru adalah orang yang bertugan untuk membantu murid unruk mendapatkan pengetahuan
sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana kondusif karena fungsi guru
disekolah sebagai bapak kedua yang bertanggungjawab atas petumbuhan dan perkembangan

35
jiwa anak. KI HAJAR DEWANTARA telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam
proses pendidikan dengan ungkapan:
Ing ngarsa sung tulada berarti didepan member teladan
Ing madya mangun karsa bearti ditengah untuk menciptakan peluang untuk
berprakarsa.
Tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan arahan dan dorongan.

BUKU KETIGA
Bab 1

Makna Dan Urgensi Pendidikan Karakter

A. Pendahuluan
Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar. Karakter adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter
adalah manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang-
orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun social ialah mereka
yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
B. Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter telah menjadi polemic di berbagai Negara. Pandangan pro dan
kontra mewarnai diskursus pendidikan karakter sejak lama. Sejatinya, pendidikan
karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas sekolah, tetapi selama ini
kurang perhatian.
Pendidikan karakter diantarkan sebagai the deliberate us of all dimensions of school
life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh
dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal).
Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus
melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari segi aspek isi kurikulum (the
content of the curriculum), proses pembelajaran (the procces of instruction), kualitas
hubungan (the equalityof relationships), penanganan mata pelajaran (the handling of
discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lngkungan sekolah.
pendidikan karakter adalah suatu usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebijakan,
yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik unuk individu
perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secarah keseluruhan
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir,
penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai

36
dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan
Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lngkungannya.
Penanaman pendidikan karakter perlu proses, seperti contoh teladan, dan pembiasan
atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah,
keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan (exposure) media massa.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat dan warga Negara yang religious, nasionalis, produktif, dan
kreatif.
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi. Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan
mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan
berperilaku baik sesuai dengan filsafat hidup pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dan
penguatan. Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga Negara dan pembangunan
bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring.
Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Ketiga fungsi ini dilakukan melalui: (1) pengukuhan pancasila sebagai filsafah dan
ideology Negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 45, (3)
penguatan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (4)
peraturan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan
(5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global.
Proses pendidikan karakter ataupun pendidikan akhlak di pandang sebai usaha sadar
dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini,
pendidikan karakter adalah usaha yang sunguh-sunguh untuk memahami, membentuk,
memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga
masyarakat atau warga Negara secara keseluruhan. Berkenaan dengan pentingnya
pendidikan ini, kita diingatkan bahwa education comes from within; you get it by
struggle, effort, and thought, Napoleon Hill, yang artinya: pendidikan datang dari
dalam diri kita sendiri, anda memperolehnya dengan perjuangan, usaha, dan berpikir.
Pendidikan karakter dari sisi substansi dan tujuannya sama dengan pendidikan budi
pekerti, sebagai sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena
membawa perubahan individu sampai ke akar-akarnya.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang intinya merupakan
program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa
dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral

37
dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang
menekankan ranah afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif
(berpikir rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data,
mengemukakan pendapat, dan kerja sama).
Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan
meghargai pihak lain yang tercemin dalam perilaku dan kehidupannya. Adapun watak
itu merupakan keseluruhan doronggan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral
seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah sebagai kebijakan.
Pendidikan karakter perlu mengadopsi dan menginovasi pola pelaksanaan pendidikan
budi pekerti. Inovasi yang dilakukan, antara lain dengan memberikan penguatan proses
pengembangan ranah afektif secara tuntas, bertahap dan kontinu baik pada lembaga
pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Ranah afektif (affective domain)
maksudnya kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, dan kepatuhan terhadap moral. Menurut David R. Krathwohl, proses afekif itu
terdiri dari lima tahap yaitu: receiving (menyimak), responding (menanggapi), valuing
(member nilai), organization (mengorganisasikan nilai), dan characterization
(karakterisasi nilai). Selain itu, juga melibatkan empat unsur afektif, yaitu:
minat(interest), sikap (attitude), nilai (value), dan apresiasi (appreciation).
A. Penerimaan (receiving/attending)
kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu:
1. Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk
berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari)
yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk member perhatian pada
stimulus yang bersangkutan.
2. Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk
mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
3. Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention).
B. Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus yang meliputi proses sebagai berikut :
1. Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh mengajukan
pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok
kamar yang bersangkutan atau menaati peraturan lalu lintas.
2. Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat
hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain
atau warna saja.
3. Kepuasan menanggapi (statisfaction in response), yaitu adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan
mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini
adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, dan memotret dari objek
yang menjadi pusat perhatian.

38
C. Penilaian (valuing)
Pada tahap ini, sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi.
Penilaian terbagi atas emapt taahap sebagai berikut:
1. Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha
memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.
2. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang
dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan
perilaku, misalnya lukisan yang memuaskan orang yang memiliki.
3. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan
tertentuyang muncul dari rangkaian pengalaman. Komitmen ini dinyatakan
dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang,
menunjukan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
D. Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu
seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan
untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahap, yakni:
1. Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain,
atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau
kebiasaan.
2. Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu
sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang
bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang
amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan
seterusnya menurut urutan kepentingan atau kesenangan dari diri yang
bersangkutan.
E. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi, yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem
nilai kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun,
maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya
mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem
itu selalu konsisten. Proses ini terjadi atas dua tahap, yaitu:
1. Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu
sudut pandang tertentu.
2. Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang
memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan moral adalah suatu program
pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan

39
sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis
untuk pertimbangan pendidikan.

Pendidikan nilai berperan dalam membantu pengembangan karakter peserta didik,


karena di dalamnya melibatkan empat proses berikut:

a) Identification of a core of personal and societal values (pengenalan inti nilai


sosial dan pribadi).
b) Philosophical and rational inquiry into the core (penyelidikan secara rasional
dan filosofis terhadap inti nilai-nilai dari stimulus yang diterima).
c) Affectivebor emotive respons to the core (respons afektif dan respons emotion
terhadap inti nilai tersebut).
d) Decision-making related to the core based on inquiry and response
(pengambilan keputusan terhadap hakikat nilai-nilai berdasarkan penyelidikan
dan tanggapan terhadap nilai-nilai yang ada dalam dirinya).

C. Hubungan Pendidikan Karakter dengan EQ dan SQ


Mungkin banyak pihak yang mempertanyakan apa dampak pendidikan karakter
terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penilitian bermunculan untuk menjawab
pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini
diterbitkan oleh sebuah buletin. Character Education, yang diterbitkan oleh Character
Education pertnership. Dalam buletin ini diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin
Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi
siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan
karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.
Menurut Dameria, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan
dapat dikenali melalui lima komponen dasar sebagai berikut:
1. Self-awareness (pengenalan diri), kemampuan mengenali emosi dan penyebab
atau pemicu emosi tersebut. Orang tersebut mampu mengvaluasi dirinya dan
mampu mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan.
2. Self-regulation (penguasaan diri), kemampuan seseorang untuk mengontrol
dalam membuat tindakan secara berhati-hati. Orang itu mampu memilih untuk
tidak diatur oleh emosinya.
3. Self-motivasion (motivasi diri), ketika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana,
seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan bertanya
apa yang salah dengan saya atau kita? sebaliknya ia bertanya, apakah yang
dapat saya lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?

40
4. Emphaty (empati), kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan
merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada
posisi tersebut.
5. Effective relationship (hubungan yang efektif), adanya empat kemampuan
tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan dan
bukan pada konfrontaasi yang tidak penting yang sebenarnya dapat dihindari.
Orang yang mempunyai kemampuan intelengensia tinggi mempunyai tujuan
yang konstruktif dalam pikirannya.
Kecerdasan emosi ini secara garis besar meliputi: self-awareness (kesadaran tinggi),
mood management (manajemen suasana hati), self-motivation (motivasi diri), impulse
control (pengendalian hawa nafsu), dan people skill (keterampilan bermasyarakat).
Daniel Goleman menyatakan bahwa Emotional Intelligence (EI) memiliki lima ranah
sebagai berikut:

1. Knowing your emotions


2. Managing your own emotions
3. Motivating your self
4. Recognizing and understanding other people's emotions and
5. Managing relantionships, ie., managing the emotions of others.

Kecerdasan emosional diperlukan agar seseorang bisa sukses dalam bergaul,


berinteraksi, bekerja, dan berkarier dalam kehidupannya. Atas pertimbangan ini,
kecerdasan emosional perlu menjadi bagian penting dalam penanaman karakter bagi
peseta didik secara terintegrasi bersama kecerdasan intelektual, danm kecerdasan
spiritual.

Salovey membagi aspek kecerdasan emosi dalam lima wilayah utama yaitu:

a. Mengenal emosi diri


Kesadaran diri untuk mengenali perasaan itu terjadi merupakan dasar
kecerdasan emosional. Menrut Mayer, kesadaran diri berarti waspada baik pada
suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati.
b. Mengelola emosi
Menangani perasaan yang dihadapi dapat terungkap dengan pas dan sesuai
menurut situasi serta kadar yang tepat adalah kecakapan yang bergantung pada
kesadaran diri.
c. Memotivasi diri
Menurut Shapiro, orang yang termotivasi mempunyai keinginan dan kemauan
untuk menghadapi dan mengatasi rintangan.

41
d. Mengenali emosi orang lain (empati)
Kebutuhan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan
keterampilan bergaul. Orang yang berempati lebih mampu menangkap sinyal-
sinyal sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan
atau dikehendaki orang lain.
e. Membina hubungan
Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola
keterampilan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam ketarmpilan ini akan
sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus
dengan orang lain.

D. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pengembangan Kecerdasan Moral


Pendidikan karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral
(building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak-anak.
Cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak didik adalah dengan
membangun kecerdasan moral. Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal
yang benar dan yang salah, artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak
berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat.
Berikut tujuh kebajikan utama yang akan menjaga baik seumur hidup anak.
1. Empati
Empati adalah memahami dan merasakan kekhawatiran orang lain. Empati
merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang
lain.
2. Hati Nurani
Nurani dapat mengetahui dan menerapkan cara bertindak yang benar. Hati
Nurani yang kuat adalah suara hati yang membantu kita membedakan hal yang
benar dan yang salah yang merupakan landasan yang kuat bagi kehidupan yang
baik, kehidupan kemasyarakatan yang baik, serta perilaku beretika.
3. Kontrol Diri
Kontrol diri adalah mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan
dorong diri dalam maupun dari luar sehingga dapat bertindak dengan benar.
4. Rasa Hormat
Rasa Hormat adalah menghargai orang lain dengan berlaku baik dan sopan.
Rasa hormat merupakan kebajikan yang mendasari Tata Krama.
5. Kebaikan Hati
Kebaikan Hati yaitu menunjukan kepedulian terhadap kesejahteraan dan
perasaan orang lain. Kebaikan hati menunjukan kepedulian terhadap
kesejahteraan dan perasaan orang lain.

42
6. Toleransi
Toleransi yaitu menghormati martabat dan hak semua orang meskipun
keyakinan dan perilaku mereka berbeda dengan kita.
7. Keadilan
Keadilan berwujud berpikir terbuka serta bertindak adil dan benar.

Bab 2

Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

A. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter


Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau perkembangan, baik
perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut perubahan fisik, maupun
perubahan yang bersifat abstrak atau perubahan yang berhubungan dengan aspek
psikologis.
Disadari bahwa karakter/akhlak/moral yang dimiliki manusia bersifat fleksibel atau
luwes serta bisa diubah atau dibentuk. Karakter/akhlak/moral manusia suatu saat bisa
baik tetapi pada saat yang lain sebaliknya menjadi jahat. Perubahan ini tergantung
bagaimana proses interaksi antara potensi dan sifat alami yang dimiliki manusia
dengan kondisi lingkungannya, sosial budaya, pendidikan, dan alam.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi
berasal dari empat sumber. Pertama, agama. Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa
selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaanya.
Kedua, Pancasila. Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-
nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan
seni.
Ketiga, budaya. Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut.
nilai budaya ini dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan
arti dalam komunikasi antara anggota masyarakat tersebut.
Keempat, tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan di Indonesia.

43
Tujuan pendidikan nasional sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga
negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang
dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
Definisi pendidikan karakter ini lebih menekankan pentingnya tujuh pilar karakter
sebagai berikut:
1. Honesty (ketulusan, kejujuran)
2. Kindness (rasaa sayang)
3. Generosity (kedermawaman )
4. Courage (keberanian)
5. Freedom (kebebasan)
6. Equality (persamaan)
7. Respect (hormat)

B. Tahapan-tahapan Pendidikan Karakter


Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya.
Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature)
dan faktor lingkungan (nurture).
Perkembangan karakter sebagai proses yang tiada henti terbagi menjadi empat tahapan:
pertama, pada usia dini, disebut sebagai tahap pembentukan karakter; kedua, pada usia
remaja, disebut sebagai tahap pengembangan; ketiga, pada usia dewasa, disebut
sebagai tahap pemantapan; dan keempat, pada usia tua, disebut sebagai tahap
pembijaksanaan.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting menuju
kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak sebatas pada pengetahuan.
Karakter tidak sebatas pengetahuan. Karakter lebih dalam lagi, menjangkau
wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian, diperlukan komponen
karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau
pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan
moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan siswa didik agar mampu
memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Untuk
membentuk kerakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya
kepribadian yang baik. Menurut Megawangi, ada tiga kebutuhan dasar anak
yang harus dipenuhi, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik
dan mental.
Menurut T. Lickona, E. Schaps, dan Lewis, pendidikan karakterharus
didasarkan pada sebelas prinsip berikut:

44
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter.
4. Menciptakan komunikasi sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang
baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan
membantu mereka sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa.
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunikasi moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.

C. Prinsip-prinsip Penyusun Materi Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter harus dimulai sejak lahir bahkan masih dalam kandungan melalui
belaian kasih sayang ibu dan bapaknya. Pada masa bayi, penanaman pendidikan
karakter dalam keluarga sangat penting. Nilai dan norma ditanamkan melalui contoh
perilaku semua anggota keluarga. Kemudian memasuki empat tahun, anak mulai
berkenalan dengan lingkungan baru, yaitu lingkungan taman kanak-kanak atau
pendidikan anak usia dini. Pada tahap ini, penanaman pendidikan karakter sangat
penting.
Sejalan dengan tumbuh kembangnya anak, pada lingkungan sekolah, penanaman
pendidikan karakater lebih kompleks. Anak-anak dituntut berperilaku dalam
menghayati, mengamalkan nilai dan norma, dan akhlak mulia. Pembinaan karakter
yang mudah di lakukan ketika anak-anak mash duduk di bangku SD. Itulah sebabnya
pemerintah memperioritaskan pendidikan karakter SD, bukan berarti pada jenjang
lainnya tidak mendapat perhatian, namun porsinya saja yang berbeda.
Prinsip yang digunakan dalam pengembangan karakter:
1). Berkelanjutan: mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter merupakan proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik masuk

45
sampai selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun kemasyarakat;2)
melalui semua mata pelajaran: pengembangan diri dan budaya sekolah, serta muatan
lokal;3) nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan. 4) proses
pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

D. Peran Keluarga dalam Pengembangan Karakter


Pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup. Pengembangan karakter
anak merupakan upaya yang perlu melibatkan semua pihak, baik keluarga inti,
keluarga (kakek-nenek), sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Pemerintah,
lembaga sosial, tokoh masyarakat/tokoh agama , pemuka adat, dan lainnya memiliki
tanggung jawab yang sama besarnya dalam melaksanakan pendidikan karakter.
Secara perinci, setidaknya terdapat 10 cara yang dapat dilakukan ayah-ibu untuk
melakukan pegasuh yang tepat dalam rangka mengembangkan karakter yang baik pada
anak, antara lain:
1. Menempatkan tugas dan kewajiban ayah-ibu sebagai agenda utama.
2. Mengevaluasi cara ayah-ibu dalam menghabiskan waktu selama
sehari/seminggu.
3. Menyiapkan diri menjadi contoh yang baik.
4. Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang mereka serap/alami.
5. Menggunakan bahasa karakter.
6. Memberikan hukuman dengan kasih sayang.
7. Belajar untuk mendengarkan anak.
8. Terlibat dalam sekolah anak.
9. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja.
10. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja.
E. Peran Semua Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter
Di sekolah, pendidik merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik anak yang
berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Pendidik merupakan teladan bagi siswa dan
memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Proses
pendidikan karakter ini menjadi tanggung jawab semua guru, termasuk juga guru
bimbingan dan konseling (konselor sekolah).
Ada beberapa tugas konselor dalam kegiatan sekolah:
1. Konselor Sekolah sebagai Pendidik.
2. Konselor Sekolah sebagai Manajer Kegiatan Pendidikan Karakter.
3. Konselor Sekolah sebagai Konselor.
4. Konselor Sekolah sebagai Konsultan.
5. Konselor Sekolah Berperan sebagai Panutan/contoh.
6. Konselor Sekolah sebagai Perancang Kegiatan.

46
7. Konselor Sekolah sebagai Healer/Problem Solver.
8. Konselor Sekolah sebagai Konsultan/Mediator.

Bab 3

Model Pembelajaran Pendidikan Karakter

A. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasihnya pada tingkat operasional
di kelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas dan tutorial. Adapun pendekatan pembelajaran
adalah konsep dasar yang mewadahi, mengispirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Adapun metode pembelajaran adalah
prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran
dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang
difokuskan ke pencapaian tujuan.
Dari pedekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Secara umum, terdapat empat unsur dalam strategi, yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukur
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut antara lain:

Menetapkan spesifikasih dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan


profil perilaku dan pribadi peserta didik.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang di
pandang paling efektif.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode,
dan teknik pembelajaran.

47
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi adalah a
plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving
something Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang
telah ditentukan.

B. Kerangka (Design) Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan substansi, proses dan
suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong, dan memudahkan seseorang
untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai
moral universal (bersifat absolut) dan yang bersumber dari agama yang juga disebut
sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila
berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.
Mengajarkan pendidikan karakter memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran
khusus karena menyangkut aspek afektif. Menurut Presiden SBY, pertama-tama,
proporsi antara teori dan praktik harus diubah. Teori cukup sekitar tiga puluh persen.
Sisanya, harus diimbangi dengan praktik dan pembiasaan untuk disiplin, tidak mudah
menyerah, dan menghargai orang lain. Dalam pendidikan karakter, Presiden
menekankan perlunya contoh dan teladan konkret. Di sekolah, misalnya teladan harus
datang lebih awal dari pada guru. Presiden menganjurkan para pendidik dan guru SD,
SMP, SMU untuk sungguh-sungguh memerhatikan kurikulum dan metodologi. Bangsa
Indonesia harus menuju pendidikan yang super modern, maju, tepat zaman, tetapi tidak
melupakan hal-hal yang elementer, fundamental, yang basic seperti karakter.
Desain pembelajaran pendidikan karakter dengan meminjam skema yang dibuat oleh
Rektor UHAMKA, sekaligus Ketua APTISI WILAYAH 3, Prof. Dr. H. Suyanto,
M.Pd., dilukiskan sebagai berikut :
1. Strategi Pemgembangan Karakter Secara Makro
Strategi pembelajaran pendidikan karakter secara makro, artinya keseluruhan
konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai/karakter
melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional. Strategi
pengembangan karakter secara makro dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni:
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi hasil.
2. Strategi Pengembangan Karakter Secara Mikro
Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar,
yakni kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk

48
penciptaan budaya sekolah (school culture); kegiatan ko kurikuler dan atau
ekstrakulikuler, serta kegiatan keseharian di rumah da di dalam masyarakat.

C. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Karakter


Efektivitas proses pendidikan karakter dipengaruhi oleh ketepatan pendekatan yang
dipilih guru dalam megajarkan materi tersebut. Secara teoritis, setidak-tidaknya ada
delapan pendekatan yang dapat digunakan dalam mengajarkan pendidikan
karakter/budi pekerti yaitu: evocation, inculcation, moral reasoning, value
clarification, value analysis, moral awareness, commitment approach dan union
approach.
Pertama, evocation adalah pendekatan yang memberikan kesempatan dan keleluasaan
kepada peserta didik untuk secara bebas mengekspresikan respons afektifnya terhadap
stimulus yang diterimanya. Kedua, inclucation adalah pendekatan agar peserta didik
menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap. Ketiga, moral reasoning
adalah pendekatan agar tidak terjadi transaksi intelektual taksonomik tinggi dalam
mencari pemecahan suatu masalah. Keempat, value clarification adalah pendekatan
melalui stimulus terarah agar peserta didik diajak mencari kejelasan isi pesan
keharusan nilai moral. Kelima, value analysis adalah pendekatan agar peserta didik
dirangsang untuk melakukan analisis nilai moral. Keenam, moral awareness adalah
pendekatan agar peserta didik menerima stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan
nilai tertentu. Ketujuh, commitment approach adalah pendekatan agar peserta didik
sejak awal diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan nilai.
Kedelapan, union approach adalah pendekatan agar peserta didik diarahkan untuk
melaksanakan secara riil nilai-nilai budi pekerti dalam suatu kehidupan. Adapun
pendekatan perkembangan kognitif adalah pendekatan yang memberikan penekanan
pada aspek kognitif dan perkembangannya.

D. Pendidikan Karakter dengan Format Pembelajaran Kooperatif


Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter amat cocok dengan disajikan dengan
format pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Beberapa dampak positif dari
pembelajaran kooperatif terutama dalam pembentukan karakter peserta didik dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai-nilai kerja sama.
2. Pembelajaran kooperatif membangun masyarakat melalui ruang kelas.
3. Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan hidup dasar.
4. Pembelajaran kooperatif mengembangkan prestasi akademik, harga diri, sikap
terhadap sekolah.
5. Pembelajaran kooperatif menawarkan alternatif bagi model peranking-an.
6. Pembelajaran kooperatif memiliki potensi untuk menekan aspek negatif dari
kompetisi.

49
E. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter
Pembelajaran pendidikan karakter secara komprehensip dapat dilakukan dengan
menggunakan motode inkulkasi (inculcation), keteladanan (modeling), fasilitasi
(facilitation), dan pengembangan keterampilan (skill building).
1. Inkulkasi Nilai
Inkulkasi (penanaman) nilai memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mengkomunikasikan kepercayaan disertai alasan yang mendasarinya.
b) Memberlakukan orang lain secara adil.
c) Menghargai pandangan orang lain.
d) Mengemukakan keragu-raguan atau perasaan tidak percaya disertai
dengan alasan, dan dengan rasa hormat.
e) Tidak sepenuhnya mengontrol lingkungan untuk menigkatkan
kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang dikehendaki, dan tidak
mencegah kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang tidak
dikehendaki.
f) Menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai
yang dikehendaki secara ekstrem.
g) Membuat aturan, memberikan penghargaan, dan memberikan
konsekuensi disertai alasan.
h) Tetap membuka komunikasi dengan pihak yang tidak setuju.
i) Memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-beda
apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima, diarahkan untuk
memberikan kemungkinan berubah.
2. Keteladanan Nilai
Dalam pendidikan nilai dan spritualitas, permodelan atau pemberian teladan
merupakan strategi yang biasa digunakan. Bahkan menurut Suwandi,
pendekatan Mondeling, keteladanan (uswah) yang dilakukan oleh guru lebih
tepat digunakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Dalam mendidik
karakter sangat dibutuhkan sosok yang menjadi model. Model dapat ditemukan
oleh peserta didik di lingkungan sekitarnya. Semakin dekat model pada peserta
didik akan semakin mudah dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Peserta
didik butuh contoh nyata, bukan hanya contoh yang tertulis dalam buku apalagi
contoh khayalan.
3. Fasilitasi
Inkulkasi dan keteladanan mendemonstrasikan kepada subjek didik cara yang
terbaik untuk mengatasi berbagai masalah, sedangkan fasilitasimelatih sunjek
didik mengatasi masalah-masalah tersebut. Bagian yang terpenting dalam
metode fasilitasi ini adalah pemberian kesempatan kepada subjek didik.

50
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek didik pelaksanaan metode
fasilitasi membawa dampak positif pada perkembangan kepribadian karena hal-
hal sebagai berikut:
a) Kegiatan fasilitasi secara signifikan dapat meningkatkan hubungan
pendidik dan subjek didik.
b) Kegiatan fasilitasi menolong subjek didik memperjelas pemahaman.
c) Kegiatan fasilitas menolong subjek didik yang sudah menerima suatu
nilai, tatapi belum mengamalkannya secara konsisten, meningkat dari
pemahaman secara intelektual ke komitmen untuk bertindak.
d) Kegiatan fasilitasi menolong subjek didik berpikir lebih jauh tentang
nilai yang dipelajari, menemukan wawasan sendiri, belajar dari teman-
temannya yang telah menerima nilai-nilai (values) yang diajarkan, dan
akhirnya menyadari kebaikan hal-hal yang disampaikan oleh pendidik.
e) Kegiatan fasilitasi menyebabkan pendidik lebih dapat memahami
pikiran dan perasaan subjek didik.
f) Kegiatan fasilitasi memotivasi subjek didik menghubungkan persoalan
nilai dengan kehidupan, kepercayaan, dan perasaan mereka sendiri.

4. Pengembangan Keterampilan Akademik dan Sosial


Ada beberapa keterampilan yang diperlukan agar seseorang dapat
mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga berperilaku konstruktif dan
bermoral dalam masyarakat. Dua dari keterampilan akademik dan keterampilan
sosial ini, yaitu keterampilan berpikir kritis dan keterampilan mengatasi konflik
sebagai berikut:
a) Keterampilan Berpikir kritis
Ciri-ciri orang berpikiran kritis, yaitu: 1) mencari kejelasan peryaratan
atau pertanyaan; 2)mencari alasan; 3)mencobah memperoleh
informasiyang benar; 4)menggunakan sumber yang dapat dipercaya; 5)
mempertimbangkan keseluruhan situasi; 6) mencari alternatif; 7)
bersikap terbuka; 8) mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat
dipercaya; 9) mencari ketepatan suatu permasalahan; dan 10) sensitif
terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang
lain. Ciri-ciri tersebut diatas hanya dikembangkan lewat latihan yang
dilakukan secara terus menerus sehingga akhirnya menjadi suatu
kebiasaan. Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat
bijaksana. Berpikir kritis memungkinkan seseorang dapat menganalisis
informasi secara cermat dan membuat keputusan yang tepat dalam
menghadapi isu-isu yang kontroversional.
b) Keterampilan Mengatasi Masalah

51
Masih banyak orang yang mengatasi konflik dengan kekuatan fisik,
padahal cara yang demikian itu biasa digunakan oleh binatang. Apabila
kita menghendaki kehidupan berdasarkan nilai-nilai religius dan
prinsip-prinsip moral, kita perlu mengajarkan cara-cara mengatasi
konflik secara konstruktif. Proses pergulatan penginternalisasian nilai-
nilai hidup yang membawa orang berkarakter akan semakin tajam dan
dalam apabila, diperoleh melalui refleksi, baik pribadi maupun bersama
atas suatu pengalaman dan peristiwa hidup. Karenanya, pendidikan
karakter memerlukan model dan metode penyampaian yang dapat
digunakan untuk proses penanaman nilai tersebut.
i. Model Penyampaian
Keberhasilan untuk menawarkan dan menanamkan nilai-nilai
hidup dalam memperkuat karakter dipengaruhi oleh cara
penyampaiannya. Pada bagian ini, menurut Paul Suparno akan
ditawarkan empat cara penyampaian yang disebut dengan model
penyampaian pendidikan karakter atau budi pekerti di sekolah.
Model sebagai mata Pelajaran Tersendiri
Dalam model pendekatan ini, pendidikan karakter
dianggap sebagai mata pelajaran tersendiri.
Model Terintegrasi dalam semua Bidang Studi
Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan
pendidikan karakter adalah disampaikan secara
terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh
karena itu menjadi tanggung jawab semua guru.
Model di Luar Pengajaran
Penanaman nilai-nilai hidup yang membentuk karakter
atau budi pekerti juga dapat ditanamkan melalui kegiatan
di luar pengajaran.
Model Gabungan
Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara
model terintegrasi dan model di luar pelajaran.
ii. Metode Penyampaian
Ada beberapa metode yang dapat ditawarkan atau digunakan
untuk pendidikan karakter, antara lain:
Metode Demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas
dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung
melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut
dalam pendampingan dan pengarahan guru.

52
Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang
melibatkan siswa dan guru.
Metode Siswa Aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang
melibatkan anak sejak awal pembelajaran.
Metode Keteladanan
Metode ini dilakukan dengan menempatkan diri sebagai
idola dan panutan bagi anak.
Metode Live In
Metode ini dimaksudkan agar anak mempunyai
pengalaman hidup bersama orang lain secara langsung
dalam situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-
hari.
Metode Penjernihan Nilai
Metode ini dilakukan dengan dialog aktif dalam bentuk
sharing atau diskusi mendalam intensif sebagai
pendampingan agar atau diskusi mendalam dan intensif
sebagai pendampingan agar anak tidak mengalami
pembelokan nilai hidup.

Bab 4

Pendidikan Karakter Dengan Pola Integralistik

A. Pola Pembelajaran Integralistik (Terpadu)


Pembelajaran merupakan bentuk konkret atau realisasi kurikulum sebagai dokumen
tertulis di sekolah atau di kelas, maka aktivitas pembelajaran yang relevan
dilaksanakan guru untuk pembentukan insan berkarakter tentu tidak dapat dilepaskan
dari karakteristik kurikulum yang berlaku disekolah, yaitu kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) dengan desain kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Mengingat posisi kurikulum sebagai jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of
education), maka sudah seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang
lebih besar pada pendidikan karakter dibandingkan kurikulum masa sebelumnya.
Pendidikan karakter tidak merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi
diintegrasikan dalam kurikulum dan berfungsi menjadi penguat kurikulum yang sudah
ada. Pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam kegiatan pembelajaran berarti
memadukan, memasukkan, dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik dan benar

53
dalam rangka membentuk, mengembangkan, dan membina tabiat atau kepribadian
peserta didik sesuai jati diri bangsa takala kegiatan pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran pendidikan karakter secara integralistik (terpadu) bisa dibenarkan
karena sejauh ini muncul keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika
dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Pembelajaran terpadu didefinisikan
juga sebagai: suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada
anak.
Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model
pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu
yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu yang
dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang
dikembangkan oleh Jacob (1989). Penerapan pendekatan integratif itu bersifat
rentangan (continuum): dimulai dari keterpaduan sederhana yang berbasis satu mata
pelajaran (dicipline based), meningkat keterpaduan mata pelajaran yang sejalan
(parallel discipline), lintas mata pelajaran (cross dicipline), beberapa mata pelajaran
(multidicipline), antar mata pelajaran (interdiciplinary), integrasi dalam waktu atau
hari-hari mata pelajaran (integrated day), dan integrasi dalam keseluruhan program
sekolah (complete program). Integrasi pendidikan karakter bukan saja dapat dilakukan
dalam materi pelajaran, namun teknik dan metode mengajar dapat pula digunakan
sebagai alat pendidikan karakter.
Model pembelajaran terpadu berdasarkan lintas beberapa disiplin ilmu yang sering
digunakan untuk pendidikan karakter adalah model webbed. Model ini memadukan
materi pembelajaran dari beberapa bidang studi dalam satu tema yang memiliki
jaringan yang saling berhubungan dalam bentuk jaringan laba-laba.

BUKU KEEMPAT

BAB 1

Pada bab I penulis memberikan penjelasan tentang apa saja yang akan dibahas pada
bab ini sebagai pengantarnya. Dalam bab pertama ini penulis memberikan informasi kepada
pembaca bahwasanya system merupakan satu kesatuan komponen yang satu sam lain saling
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan system pembelajaran adalah suatu
kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prossedur yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Kemudian penulis
lanjutkan dengan membahas mengenai mafaat pendekatan system dalam pembelajaran, yaitu
melaui pendekatan system arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas,

54
pendekatan system menuntun guru pada kegiatan yang sistematis, dapat merancang
pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumberdaya yang tersedia dan
pendekatan system dapat memberikan umpan balik. Adapun komponen system pembelajaran
adalah siswa, tujuan, kondisi, sumber-sumber belajar, dan hasil belajar.

BAB 2

Pada bab ke dua, penulis sudah mulai memberikan penjelasan inti tentang isi dari buku
ini. Di dalam bab ini penulis memaparkan tentang apa itu perencanaan pembelajaran. Penulis
menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran itu secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu
perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yang berarti
pengambilan keputusan tentang apa yang haruas dilakukan untuk mencapai tujuan dan
pembelajaran adalah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
potensi dan sumber yang ada.

Adapun fungsi dari perencanaan pembelajaran yang terdapat dalam buku ini, ada
empat fungsi yaitu, 1. Fungsi kreatif 2. Fungsi inovatif 3. Fungsi selektif 4. Fungsi
komunikatif 5. Fungsi prediktif 6. Fungsi akurasi 7. Fungsi pencapaian tujuan, dan 8. Fungsi
kontrol.

BAB 3

Pada bab tiga di buku ini menjelaskan dan memaparkan lebih detail tentang
perencanaan terutama dalam pengembangannya dan aflikasinya dilengkapi dengan contoh-
contohnya. Pada dasarnya perencanaan adalah proses penerjemahan kurikulum, ada beberapa
program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan kurikulum, yaitu 1.
Menetukan alokasi waktu dan kalender akademis 2. Perencanaan program tahunan 3. Rencana
program semester 4.silbus 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran .

BAB 4

Setelah membahas mengenai perencanaan pembelajaran maka penulis pada bab ini
membahas mengenai desain pembelajaran. desain pembelajaran adalah proses menganalisi

55
kebutuhan siswa dalama pembelajaran kemudian berupaya membantu dalam menjawab
kebutuhan itu.

Setelah itu penulis menjelaskana mengenai keriteria desain instruksional yang baik,
yaitu 1. Berorientasi pada siswa 2. Berpijak pada pendekatan siswa 3. Teruji secar empiris.
Dilanjutkan dengan macam-macam model desain instuksional, yaitu 1. Model kemp 2. Model
benathy 3. Model dick and cery 4. Model PPSI ( prosedur pengembangan sistem
instruksional).

BAB 5

Pada bab lima penulis memparkan tentang kurikulum pembelajaran yang berorientasi
pada pencapaian kompetensi, kemudian dilanjutkan dengan membahas mengenai model
pembelajaran yang bernama model desai sistem instruksional berorientasi pencapaian
kompetensi (DSI-PK). Model DSI-PK ini adalah gambaran prose rancangan sistematis tentang
pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dalam dalam upaya pencapaian kompetensi.

BAB 6

Setelah membahas mengenai desain pembelajaran pada bab sebelumnya, penulis pada
bab enam ini akan menjelaskan mengenai analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan adalah
proses menentukan kebutuhan penndidikan (Neil : 1985), adapun langkah-langkah yang harus
dilakukan dalm menganalisis kebutuhan siswa adalah 1. Tahapan pengumpulan informasi 2.
Tahapan identifikasi kesenjamgan 3. Tahapan performance 4. Mengidentifikasi kendala
beserta sumber-sumbernya 5. Identifikasi karateristik siswa 6. Identifikasi tujuan 7.
Menentukan permasalahan.

BAB 7

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pentingnya rumusan tujuan dalam sistem
pembelajaran, kemudian menjelaskan mengenai perbedaan antara tujuan umum dan tujuan
khusus sistem pembelajaran, menguraikan klasifikasi tuan pendidikan dan diakhiri dengan
pembahasan mengenai jenis-jenis kompetensi serta kaitannya dengan tujuan pembelajaran.

56
BAB 8

Pembahasan pada bab ini penulis fokuskan mengenai pengembangan materi


pembelajara. Penulis menjelaskan bahwa bahan atau materi pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi
dasar dalam rangka pencapaian setandar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan.

BAB 9

Pada bab ini penulis memaparkan tentang pengembangan pengalaman belajar,


pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh untuk
memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada
bagian ini penulis mengemukakan beberapa teori dan pandangan para akhli
mengenaipengalaman belajar, kemudian dilanjutkan dengan membahas mengenai
pertimbangan-pertimbangan dan prinsip-prinsip yang harus diperhatika manakala akan
merancang dan mengembangkan pengalaman belajar siswa.

BAB 10

Pengembangan media penulis paparkan pada bab ini. Dimulai dari membahas tentang
pentingnya mengembangkan media pembelajaran, pengertian media pembelajaran, fungsi dan
manfaat penggunaan media pembelajaran dan klasifikasi macam-macam media pembelajaran
yang bisi digunakan dalam proses mengajar-belajar.

BAB 11

Merancang alat evaluasi merupakan salah satunlangkah yang tidak boleh ditinggalkan
dalam perencanaan dan desain pembelajaran. kemudian penulis memaparkan tentang tes baik
pengertiannya,petunjuk pengembangannya, kriterianya, jenis-jenisnya. Dilanjutkan dengan
pembahsan mengenai evaluasi pembelajaran, fungsi evaluasi dan terakhir menceritakn
pandangan penulis tentang ujian nasional (UN).

57
BAB 12

Pada bahasan terakhir penulis memaparkan tentang cara untuk mengenal


perkembangan siswa sebagai subek belajar, baik mengenai perkembangan fisik (motor skill),
perkembangan intelektual atau perkembangan kemampuan berpikir (kognotif) dan
perkembangan sosial dan moral (afektif).

BUKU KELIMA

BAB I

Isi Bab I ini terdiri dari : Pendahuluan, karakteristik Sekolah, mengapa perlu desain pembelajaran,
desain kurikulum dan pengembangan guru dan peserta didik berbasis teknologi informasi.

Dalam sub bab Pendahuluan diuraikan tentang munculnya era globalisasi di penghujung
millennium kedua ini, telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat, dengan sejumlah harapan
sekaligus kecemasan. Harapan-harapan ini muncul karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan
disatu sisi sebagai akibat pebguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan
teknologi (INFOTEK), dan disisi lain muncul juga kecemasan-kecemasan, hal ini disebabkan oleh
adanya perubahan yang tterlalu cepat menyebabkan kondisi masyarakat sulit untuk beradaptasi di
dalamnya.

Bangunan bagi masyarakat menjadi salah satu pondasi teknologi dan informasi dalam rentang
waktu yang sangat singkat telah menjadi salah satu pondasi bagi masyarakat modern, pemahaman dan
penguasaan teknologi informasi merupakan jantung dalam dunia pendidikan.teknologi informasi
(Internet) sudah merasuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari khususnya dunia pendidikan.

Teknologi informasi internet yang mendobrak batas ruang dan waktu menciptakan peluang dan
juga masalah-masalah baru bagi dunia pendidikan kita. Dengan kata lain satu sisi teknologi di hasilkan
oleh orang-orang yang pendidikan yang berasal dari lembaga pendidikan, disatu sisi lembaga
pendidikan membutuhkan teknologi. Dengan lajunya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini, ditambah dengan berkembangnya dunia maya yang website/situs diseluruh
dunia.

Salah satu tujuan unisco adalah memastikan bahwa semua Negara, baik yang berkembang, telah
mempunyai akses kepada fasilitas-fasilitas pendidikan yang baik yang sangat penting untuk
mempersiapkan SDM yang berkualitas yang diharapkan mampu bersaing dan bersanding serta
kontributif terhadap bangsa dan Negara.

Hari ini para peserta didik mulai dari SD,SMP, SMA, serta perguruan tinggi sudah diperkenalkan
dengan dunia informationTechnologi . dengan diterapkan model pembelajaran berbasis multimedia
akan membantu siswa dan mahasiswa agar lebih melek lagi dengan dunia informasi teknologi karena
tidak semua peserta didik kenal betul dengan dunia ini. Banyaknya harapan yang belum terpenuhi, dan
tingkat kecemasan yang tinggi menuntut adanya pembekalan bagi lembaga pendidikan, agar terjadi
58
akselerasi kea rah pembelajaran masyarakat. Akselerasi pembelajaran masyarakat tersebut menuntut
kesiapan sekolah, baik secara internal maupun secara eksternal.

Secara internal, pendidikan yang bertumpu pada sekolah melakukan persiapan-persiapan dan
pembenahan-pembenahan, baik dari segi sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan,
proses pembelajaran, pembiayaan, dan manajemen. Secara eksternal pendidikan bertumpu di sekolah
ini, secara mutlak tidak dapat melakukan fungsi-fungsi manajerialnya sendiri, hal ini disebabkan
karena keterbatasan baik dari segi manajemen, profesionalitas pendidik, tingkat penguasaan
metodologis pengajaran, serta pembiayaan.

Lembaga pendidik yang berkualitas merupakan dambaan setiap komponen masyarakat, baik
komponen masyarakat sekolah yang terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan ,
maupun masyarakat dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain dari pengguna pendidikan atau
simpatisan yang menaruh perhatian terhadap kuantitas dan kualitas output sekolah, yang pada
akhirnyaakan menggunakan jasa pendidikan yang berkualitas tersebut.

Salah satu kendala untuk mewujudkan sekolah yang menghasilkan produk yang optimal yaitu
pihak sekolah hanya mendekati dari satu sisi misalnya, dari sisi peningkatan kualitas penndidik dan
tenaga kependidikan; sisi sarana dan prasarana pendidikan; sisi proses pembelajarannya; atau hanya
melihatnya dari sisi peserta didik; bahkan tidak menutup kemungkinan dari hasil prosesnya saja,
misalnya dalam bentuk hasil ujian.

Pada Sub Bab karakteristik sekolah, diuraikan Adanya kebijakan dalam rangka mengintegrasikan
informasi kedalam pendidikan merupakan suatu terobosan yang diharapkan mampu meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Sejauh ini pengembangan teknologi Informasi terkonsentrasi di sekolah
kota sedangkan sekolah di pusat desa dan di ujung desa sebatas retorika. Walaupun komitmen
pemerintah menyatakan melakukan kebijakan internet masuk desa. Sehingga terjadi kesenjangan
pendidikan sekolah pusat kota dan sekolah pusat desa serta sekolah di ujung desa. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadi kesenjangan ini, salah satunya adalah infrastruktur sekolah belum memenuhi
standar, fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi belum merata (computer,
jaringan internet, disamping itu distribusi guru yang belum merata). Kondisi ini diperparah dengan
tidak sesuainya kualifikasi guru yang mengajar suatu mata pelajaran, serta guru lamban dalam
memahami dam menguasai informasi teknologi yang disinergikan di dalam proses pembelajaran dalam
mengintegrasikan Teknologi & Komunikasi ke dalam pendidikan, kita mampu memperkecil
kesenjangan pendidikan, kita mampu memperkecil kesenjangan antara pusat kota dan ujung desa.

Pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun lembaga pendidikan yang masih
menggunakan sistem tradisional dalam proses pembelajaran di jenjang sekolah dan perguruan tinggi
yang kita anggap memberikan informasi dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan
teknologi informasi.

Pada sub bab Mengapa perlu desain pembelajaran

Desain pembelajaran merupakan fungsi yang sangat esensial karena pengelolan dan evaluasi
pembelajaran pada hakikatnya tergantung pada desain pembelajaran yang telah dibuat oleh pendidik.
Perancangan setiap kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara sistematik.
59
Upaya pengembangan desain pembelajaran ini amat penting untuk dilakukan oleh seseorang
pendidik. Esensi dari desain pembelajaran adalah merancang seperangkat tindakan yang bertujuan
untuk mengubah situasi yang diinginkan. Demikian pula pengembangan bahan pembelajaran dan
evaluasi, baik proses maupun hasilnya. Berdasarkan UU 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa guru
adalah pendidik yang professional, profesi adalah pekerjaan profesi sebagai pendidik harus memiliki
keterampilan desain pembelajaaran, selain dia harus memfasilitasi dirinya dengan seperangkat
pengalaman, keterampilan dan pengetahuan tentang keguruan sesuai keilmuan yang ditekuninya.

Banyak guru dalam mengajar, masih terkesan gugur kewajiban. Guru semacam ini, relative tidak
memerlukan suatu desain yang baik, strategis, kiat dan berbagai metode tertentu dalam mengajar.
Baginya, bagaimana sebuah peristiwa embelajaran dapat berlangsung. Mereka tidak peduli dengan
latar belakang siswa dan karakteristiknya, mereka merasa tidak perlu membuat perencanaan mengajar,
perencanaan dan pengembangan tujuan, kompetensi dan indicator, perencanaan pesan, mereka
mengabaikan penggunaan media dalam pembelajaran, mereka mengabaikan di dalam pembelajran
selain ada evaluasi sumatif dan formatif juga harud dilakukan evaluasi komperehensif dan alternatif
yang lebih berdasarkan pada fortopolio dan diutamakan penilaian kinerja peserta didik berbasis kelas,
dan mereka juga mengabaikan belajar tuntas, dan yang tidak kalah penting yang mereka abaikan adalah
aspek-aspek akademis, psikologis, sosiologis, dan budaya dalam pembelajaran. buku ini memuat
tuntunan praktis dan teknis bagi calon guru, mahasiswa dan praktisi pendidikan lainnya, yang memiliki
kepedulian dan ingin menjadi menjadi guru professional dan kompetensial.

Pada sub bab desain kurikulum dan pengembangan guru peserta didik berbasis teknologi informasi
menguraikan perkembangan teknologi informasi menciptakan perubahan-perubahan dalam pekerjaan,
kompetensi yang dibutuh pun berubah. Pengggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah
merupakan satu keharusan yang harus dilakukan oleh para pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran sekolah hari ini tertantang dengan hadirnya teknologi informasi
(internet).

BAB II

Pada bab II berisi tentang desain tujuan pembelajaran, bab ini terdiri dari sub bab pendahuluan
tujuan pendidikan dan pengajaran diartikan sebagai suatu bentuk usaha untuk memberikan rumusan
hasil yang diharapkan dari siswa/mahasiswa sebagai subjek belajar, sehingga member kearah mana
proses belajar mengajar itu di bawa dan dilaksanakan.

Proses pembelajaran penyelenggaraan pendidikan secara formal dan non formal di Indonesia sudah
berlangsung lama, namun sistem penyelenggaraan dan hasil belum sesuai yang kita harapkan salah
satunya fakta konkritnya yaitu masih terlalu sedikit para pendidik di sekolah dan perguruan tinggi yang
menerapkan rumusan tujuan instruksional secara benar dan jelas.

Pada sub bab ini diuraikan keharusan tujuan pembelajaran karena merupakan suatu keharusan bagi
dosen, guru (pendidik) dalam rangka merumuskan atau merancang bahan pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa.

60
Pada sub bab manfaat tujuan pembelajaran. tujuan instruksional lahir dangan diawali oleh usaha
B.F.Skinner pada tahun 1950 yang menerapkan ilmu behavioris kemudian dari teori skinner Robert
mager menyusun buku dangan judul instruksional objective (1962) yang pada tahun 1970 an telah
diterapkan secara meluas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Teori ini diterapkan pada saat pengajar
merumuskan atau merancang satuan pelajaran dan bahan pelajaran.

Pada sub bab taksnomi tujuan pembelajaran. tujuan instruksional dituangkan dalam tiga kawasan
intruksional yaitu kawasan kognitf, afektif, dan psikomotorik. Menurut benyamin S. Bloom dan D.
Kratwool taksonomi diartika sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara
berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi.

Pada sub bab teknik menulis tujuan pembelajaran diuraikan secara umum tujuan instruksional di
bagi dua yakni 1) tujuan pembelajaran umum (TPU) yang biasa disebut juga maksud, atau tujuan akhir.
2) tujuan pembelajaran khusus (TPK) disebut tujuan saja.

Pada sub bab format untuk menulis tujuan pembelajaran diuraikan tata bahasa merupakan unsur
yang perlu diperhatikan dalam menulis tujuan. Sebab dari unsur tersebut dapat dilihat konsep atau
proses berpikir seseorang dalam menuangkan ide-idenya. Menurut mager tujuan pembelajaran
sebaiknya dinyatakan dengan jelas, artinya tanpa diberi penjelasan tambahan apapun, pembaca
(guru,siswa atau sasaran didik lainnya sudah dapat menangkap maksudnya.

BAB III

Pada bab III ini diuraikan tentang merancang dan mengorganisasi materi pelajaran. Materi atau
bahan pelajaran yang kita rancang, mesti telah terseleksi dan terorganisir disesuaikan tingkat
kemampuan siswa yang akan belajar, apakah muatan itu pada ranah pengetahuan tingkat rendah,
menengah dan tinggi demikian juga ranah pemahaman dan ranah keterampilan.

Pada sub bab menyusun materi bahan ajar diuraikan tingkat belajar yang paling rendah menurut
Gagne adalah informasi verbal, karena tingkat ini menuntut hafalan, mengingat kembali atau
kemampuan menentukan berbagai fakta khusus.

Pada sub bab tanggungjawab professional menguraikan guru harus memiliki tanggungjawab atas
muatan/materi pelajaran yang di sampaikan terhadap siswa secara professional, tanggungjawab
tersebut secara penuh atau akuntabilitinya. Menetapkan tujuan instruksional khusus. Tidak hanya itu
pelayanan terhadap siswa dalam berinteraksi, memberi kesempatan siswa untuk bertanya lebih banyak,
waktu lebih banyak dikuasai oleh siswa dan siswalah sebagai sebagai titik pusat belajar.

BAB IV

Pada bab IV berisi tentang Desain karakteristik peserta didik, ini terdiri dari sub-sub bab yaitu
karakteristik peserta didik diantaranya 1) entering behavior (perilaku awal) yaitu perilaku yang

61
diperilaku terminal tertentu yang baru. 2) latar belakang akademis dan sosial. Faktor-faktor akademis,
sosial dan psikologis.

Sub bab perkembangan individu peserta didik pengetahuan tentang perkembangan individu murid,
siswa, dan mahasiswa (peserta didik) dalam proses pembelajaran sanga penting bagi guru, dosen
(pendidik), orang tua, stakeheldor dalam dunia pendidikan formal maupun non formal.

Pada sub bab Belajar dan fase-fase prkembangan individu diuraikan fase-fase perkembangkan pada
manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai tua, dikemukan oleh Havinghurst yang dikutip oleh
Made pidarta, 1997 sbb: fase perkembangan masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, masa dewasa
awal, masa setengah baya, masa tua.

Pada sub bab perkembangan individu secara didaktis diuraikan masa usia pra sekolah, masa usia
jenjang pendidikan dasar, masa usia jenjang pendidikan menengah (masa remaja), masa usia jenjang
pendidikan tinggi (umur 18 hingga umur 25 tahun).

BAB V

Pada Bab ini desain proses pembelajaran. Pada bab ini diuraikan proses pembelajaran merupakan
kegiatan fundamental dalam proses pendidikan yang mana terjadinya proses belajar yang tidak
terlepas dari proses mengajar.

Pada sub bab konsep dan makna belajar. Belajar di defenisikan sebagai suatu proses yang mana
suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang di hadapi, dengan keadaan
bahwa karakteristik- karakteristik dari perubahan sementara dari organisme. Makna dari proses belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Pada sub bab teori-
teori tentang pembelajaran dikemukakan aliran psikologi yang sangat mempengaruhi pembelajaran
yaitu 1) teori belajar behaviorisme yang memandang individu dari sisi jasmaniah tanpa melihat aspek
mental. Yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. 2) teori belajar humanistic yang
dipelopori oleh abrham maslow yang melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada
berfokus pada ketidaknormalan atau sakit seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisis freud. 3) teori
belajar konstruktivisme merupakan teori perkembangan menurut piaget yang salah satu teorinya
memahami perkembangan kognitif. Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif individu
meliputi empat tahap yaitu: (1) sensory motor, (2) pre operational, (3) concrete operational, (4) formal
operational.

Pada sub bab penetapan standar proses pembelajaran diuraikan yaitu perencanan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar dan pengawasan proses
pembelajaran, untuk terwujudnya proses proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada sub bab
model-model pembelajaran diuraikan 1) model pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran
yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi saling asuh antar siswa untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. 2) model pembelajaran
remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan pesera didik untuk memperbaiki prestasi
belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

62
Pada sub bab metode-metodedalam pembelajaran diuraikan beberapa metode yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran yaitu (1) metode ceramah, (2) metode Tanya jawab, (3) metode diskusi,
(4) metode tugas dan resitasi, (5) metode kerja kelompok, (6) metode demonstrasi dan eksperimen (7)
metode sosiodrama dan eksperimen (8)metode problem solving (9)metode susun regu (10) metode
latihan (drill), (11) metode karyawisata.

Pada sub bab faktor-faktor dominan dalam peningkatan mutu proses pembelajaran di sekolah
seperti yang disarankan oleh sudarwan Danim yaitu dengann melibatkan lima faktor yang dominan
seperti kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru, kurikulum, dan jaringan kerjasama. Pada sub bab
strategi peningkatan mutu proses pembelajaran diuaraikan untuk meningkatakan mutu pendidikan
pembelajaran harus di awali dengan strategi peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsur makro
dan mikro pendiikan ikut terlibat untuk menciptakan (equality dan equity).

BAB VI

Pada Bab VI ini, berisi tentang proses interaksi sehingga menurut (surakmad, 1986)
menggolongkan interaksi kepada tiga hal yakni pengalaman riil yaitu segenap media di dalam
kehidupan sehari-hari, pengalaman buatan yaitu segenap media yang sengaja diciptakan untuk
mendekatkan pengertian pada pengalaman riil. Pengalaman verbal yaitu dimana bahasa adalah alat
utama, baik lisan maupun tertulis.

Pada sub bab memahami ciri-ciri interaksi pembelajaran diuraikan komponen pendukung interaksi
edukatif yaitu tujuan yang ingin dicapai, ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi, ada siswa yang
aktif, ada guru yang berperan, ada metode yang relevan, ada situasi yang mendukung dalam proses
pembelajaran, ada penilaian terhadap hasil interksi.

BAB VII

Pada bab VII ini diuraikan tentang desain pesan pembelajaran. pada sub bab hakikat merancang
pesan diuaraikan rancangan pesan melibatkan perencanaan untuk manipulasi bentuk fisik pesan. Hal
ini mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, ingatan yang menunjukkan spesifikasi pada bentuk
pesan yang membantu pengirim dan penerima.

Pada sub bab jenis-jenis pesan diuaraikan pesan verbal, pesan non verbal. Pada sub bab interaksi
pesan verbal dan non verbal diuraikan dalam suatu komunikasi berbagai saluran, konteks dan pesan
terjadi secara serentak. Semuanya tidak pernah terpisah secara absolut, tapi terinteraksi. Maka pesan
verbal, konteks, ekspresi muka dan suara, satu sama lain saling mempengaruhi dan memberikan peran
yang semuanya amat sangat menetukan bagi interpretasi serta responnya.

Pada sub bab proses pembelajran dan pengemasan pesan diuraikan di dalam suatu pembelajran guru
memberikan atau menyampaikan informasi kepada siswa dalam bentuk pesan tertulis dan lisan. Pada
sub bab pendekatan dalam penyampaian pesan dijelaskan pendekatan yang diambil guru mengajar
sebagian besar bersifat taktis. Pendekatan yang berkisar pada pemilihan alternatif- alternatif. Pada sub

63
bab pendekatan psikologi dalam berkomunikasi diuraikan proses komunikasi timbal balik disebutkan
juga interaksi dalam arti saling mempengaruhi individu yang satu dengan individu lainnya.

BAB VIII

Pada bab ini diuraikan desain kelas dan peserta didik pada sub bab ukuran kelompok peserta didik
di kelas dijelasakan berdasarkan pada pelaksanaan pendidikan teori pendidikan. Pada sub bab ukuran
kelas optimal dibagi menjadi kelas besar dan kelas kecil.

Pada sub bab rentang control jumlah kelas yang besar sangat mempengaruhi eektifitas pembelajaran
dan berpengaruh pula dalam komunikasi pembelajaran. pada sub bab konsekuensi dan bertambah
besarnya kelompok pada umumnya penelitian membuktikan bahwa besanya kelompok mempunyai
beberapa akibat.

BAB IX

Pada bab ini diuraikan bagaimana desain pengelolaan kelas. Pada sub bab pengertian pengelolaan
kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru dosen dengan tujuan
menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal. Pada sub bab penerapan asas-asas didaktik dalam
proses pembelajaran di kelas meliputi asas keterlibatn belajar siswa secara aktif di kelas, asas
memberikan motivasi.

Pada sub bab dimensi pengelolaan kelas dibagi menjadi dimensi pencegahan, dimensi tindakan, dan
dimensi penyembuhan. Pada sub bab kondisi dan situasi belajar di kelas diuaraikan berdasarkan
kondisi fisik. Pada sub bab komponen pengelolaan kelas meliputi tindakan preventif dan tindakan
refresif.

BAB X

Pada bab ini diuraikan desain strategi dan metode pembelajaran. pada pemilihan strategi
pembelajaran kita mengajukan dua pertanyaan yaitu seberapa jauh strategi yang di susun itu di dukung
dengan teori-teori psikologi dan teori pembelajaran kedua, seberapa jauh strategi ini disusun secara
tepat dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah detetapkan sebelumnya. Pada
sub bab komponen belajar dibagi menjadi komponen utama pertama yaitu urutan kegiatan
pembelajaran urutan kedua sub komponen penyajian, ketiga sub komponen penutup.

64
BAB XI

Pada bab ini diuraikan desain media dan sumber pembelajaran diuraikan berdasarkan pemanfaatn
media, difusi inovasi, implementasi dan instusionalisasi, kebijakan dan peraturan-peraturan. Pada sub
bab klasifikasi penggolongan media pembelajaran digolongkan berdasarkan media audio (media
dengar). Pada sub bab sumber pembelajaran dibagi dua yakni sumber pembelajran yang sengaja
direncanakan dan sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan.

Pada sub bab desain pengembangan sumber belajar mencakup apa saja yang digunakan untuk
membantu tiap orang untuk belajar dan menampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi pesan,
orang, bahan, alat, teknik dan latar. Pada sub bab pemberdayaaan sumber belajar Sumber belajar
meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Pada sub bab ruang kelas sebagai sumber belajar
dapat dilakukan brbagai aktivitas pendidikan dan pengajaran dengan berbagaai pendekatan mengajar.

BAB XII

Pada bab ini diuraikan desain tugas dan tagihan belajar diuraikan berdasrkan jenis tagihan belajar
dan tugas, sumber informasi, dan merinci tugas.

BAB XIII

Pada bab desain pembelajaran. pada sub bab jenis-jenis pola menilai hasil belajar di bagi menjadi
ujian tertulis, ujian objektif. Pada sub bab merancang alat ukur setiap alat ukur memiliki keunggulan
dan kekurangan.

BAB XIV

Pada bab ini diuraikan pada sub bab profesi dan kompetensi guru dibagi menjadi konsepsi dan cirri-
ciri profesi, guru sebagai profesi, mengapa guru harus professional, kompetensi guru.

BAB XV

Pada bab ini diuraikan menjad guru profesionalfiuraikan berdasrkan paradigma profesionalitas
guru, guru sebagai profesi, mengapa guru harud professional dalam mendesain pembelajaran,
profesionalisme guru, etika profesi keguruan.

BAB XVI

Pada bab ini diuraikan desain penelitian tindakan kelas sebagai model pengembangan peserta didik.
Diuraikan mengapa perlu penelitian tindakan kelas (PTK) dalam pembelajaran, urgensi penelitian
tindakan kelas bagi guru dan dosen, keharusan guru dan dosen meneliti, langkah-langkah penelitian
tindkan kelas,kajian teori, perumusan hipotesis tindakan, pembuatan rencana dan prosedur tindakan.

65
BAB XVII

Pada bab ini desain pembelajaran berbasis teknologi informasi diraikan berdasarkan pembelajaran
berbasis internet, metode pembelajaran bebasis internet, media pembelajaran berbasis komputer,
kompetensi profesi guru berbasis ict dan pendidikan dan penyiapan SDM berbasis IT.

66
BAB III
PEMBAHASAN

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN BUKU


Kelebihan buku pertama
1. Keterkaitan antar bab dalam buku PERENCANAAN PENGAJARAN Pengarang :
Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. Halaman : 158 Halaman Tahun Terbit : 2006 Penerbit :
PT. Bumi Aksara, Jakarta, sudah sangat baik karena saling menarik dalam
mengemukakan konsepnya, sehingga pembaca cenderung terhadap teori
2. Kemuktaran isi buku sangat sangat baik karena antar bab saling berkaitan.
3. Dilihat dari aspek tampilan buku (face valea), buku yang direview adalah terbilang
sangat menarik khususnya bagi pembacainovatif.
4. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font buku
yang direview adalah sangat baik kerena aspek layout menarik dan tata letak, serta
tata tulis.
5. Dari aspek buku cukup menarik tapi bagian sub bab yang sulit dipahami, karena
tidak menyebutkan penjelasan serta contoh secara realistis yang terjadi dilingkungan
sekitar.
6. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut menggunakan bahasa yang jelas, akan tetapi
kurang menarik dalam mengemukakan konsepnya, sehingga pembaca cenderung
langsung pada teori, ibarat tidak terdapat angin segar pada pembuka konsep.
7. Buku ini dapat membantu para guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar
dan mengetahui hasil akhir yang dicapai dari kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian, target atau tujuanpembelajaran akan tercapai.
8. Buku ini cetakan pertama sehingga sangat baik untuk dibaca atau dimiliki.

Sedangkan Kelemahan dalam buku ini adalah

1. Dalam buku ini, banyak munculnya istilah baru. Sehingga, bagi calon pendidik
yang wawasan dalam pengetahuan bahasa minim, akan sulit dimengerti maksud
dan tujuan teori ini.

67
2. Karena banyak istilah baru, seharusnya diperlukan adanya sebuah indeks agar
pendidik atau calon pendidik lebih mudah letak istilah baru tersebut.
3. Buku ini juga sangat sulit dipahami karena katanya banyak para ahli.

Kelebihan dan kekurangan buku kedua

Kelebihan dari buku kedua ini yang berjudul Perencanaan pembelajaran Mengembangkan
standar kompetensi guru buku, sampul dalam buku sangat menarik sehingga menarik minat
para pembaca untuk membaca buku ini, penjelasan dalam buku ini memang sudah baik, buku
ini lebih menjelaskan tentang profesi guru. Sedangkan kekurangan dalam buku ini adalah
buku ini tidak dilengkapi dengan gambar, grafik sehingga tidak menarik minat para pembaca,
pemjelasan dalam buku ini juga sangat terlalu bertele-tele atau terlalu panjang tidak langsung
pada inti pembahasanya.

Kelebihan dan Kekurangan buku Ketiga

Kelebihan dari buku ketiga ini sampul dalam buku ini menarik sehingga dapat mempengaruhi
minat pembaca untuk mempelajari buku ini, dari aspek tata bahasa, buku tersebut
menggunakan bahasa yang jelas, Buku ini dapat membantu para guru atau calon guru dalam
proses belajar mengajar dan mengetahui hasil akhir yang dicapai dari kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, target atau tujuanpembelajaran akan tercapai. Sedangkan kekurangan dalam
buku ini adalah penyampaian materi akan tetapi kurang menarik dalam mengemukakan
konsepnya, sehingga pembaca cenderung langsung pada teori sehingga sulit dipahami para
pembaca. Pada buku ini pembahasan teorinya lebih cenderung pada pendidikan karakter
siswa.

Kelebihan dan Kekurangan buku Keempat

Kelebihan dari buku keempat yang berjudul Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran
sampul dalam buku ini menarik sehingga dapat mempengaruhi minat pembaca untuk
mempelajari buku ini, penjelasan dalam setiap bab dalam buku ini sangat berhubungan dengan
bab berikutnya. Bahasa dalam buku ini mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembaca
sehingga dalam setiap pembahasan buku ini dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
kelemahan dalam buku ini tidak di lengkapi dengan gambar dan grafik sehingnga tidak
menarik bagi para pembaca untuk mempelajari buku tersebut.

68
Kelebihan dan kekurangan buku kelima

Kelebihan dari buku kelima yang berjudul desain pembelajaran berbasis TIK sampul dalam
buku ini menarik sehingga dapat mempengaruhi minat pembaca untuk mempelajari buku ini,
bahasa yang digunakan dalam buku ini sudah baku dan sudah baik digunakan, sedangkan
kelemahannya adalah bukunya terlalu tebal sehingga pembaca malas untuk membacanya
karena pembahasannya terlalu bertele-tele, buku ini juga tidak dilengkapi dengan gambar dan
grafik sengga tidak menarik.

69
BAB IV

PENUTUP

A. simpulan
Rumusan baru tentang perencanaan yang diambil dari beberapa rumusan dapat
dikatakan bahwa Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya
berinteraksi dengan guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana
membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang dipelajari siswa.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kita berikan padapenulisan buku ini adalah sebaiknya
penulis memperbaiki kesalahan dalam penulisan baik itu kata-kata ataupun
kalimat.Dari critical book report ini, diharapkan kepada pembaca agar dapat
mengetahui isi dari buku ini dan mengaplikasikannya.

70

Anda mungkin juga menyukai