Pendahuluan
Jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan mencapai 10% dari angka
kesakitan dalam suatu wilayah, dengan ini, diperkirakan dalam satu fasilitas kesehatan
terdapat 5 juta kasus diare sementara yang tercatat hanya 74%nya saja..
Dari data kunjungan puskesmas dan balai pengobatan, diare merupakan salah satu
dari 3 kelompok penyebab utama seseorang berkunjung ke puskesmas. Angka kesakitannya
mencapai 200-400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya,
sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta
kematian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare.
Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong
50-60% diantaranya dapat meninggal.
Dari data RISKESDAS tahun 2007 didapatkan bahwa prevalensi diare terbanyak di
Indonesia adalah pada anak berusia 1-6 tahun.
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang
harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah virus merngguan pertumbuhan akibat diare.
1
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah dan/atau lendir.
2.1.2 Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3kali sehari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.
Diare dikelompokan menjadi dua, diare akut dan diare kronik. Diare akut terjadi
secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sementara diare kronik
diartikan sebagai diare yang berlanjut hingga 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah.
Diare kronik sendiri kemudian terbagi atas beberapa klasifikasi, diantaranya diare
persisten, Protracted diare, diare intraktabel, prolonged diare, dan chronic non specific
diarrhea.
Diare persisten adalah diare yang disebabkan oleh infeksi. Protracted diare adalah
diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4x atau lebh per
hari. Diare intraktabel adalah diare yang timbuol berulang kali dalam waktu yang singkat
(misalnya 1-3 bulan. Prolonged diarrhea adalah diare yang lebih dari 7 hari. Sementara
chronic non-specific diarrhea diartikan sebagai diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun
malabsorpsi.
Diare disebabkan oleh berbagai banyak faktor dan kemudian dikelompokan menjadi 6
kategori; Virus, parasit, bakteri, malabsorbsi, alergi, dan keracunan.
Bakteri yang dapat menginfeksi tubuh manusia dan menyebabkan diare diantaranya
Shigella, Salmonella, E.Coli, golongan Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,
Stafilokokus aureus, dan Campylobacter aeromonas.
2
Untuk makanan, kejadian diare tersering diakibatkan oleh ketidakhati-hatian dalam
mengonsumsi makanan yang sudah basi. Terkadang, pada kasus anak tidak jarang
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak seharusnya diberikan atau tidak sesuai
waktunya.
Konsumsi makanan beracun juga dapat menyebabkan diare. Terutama bila zat yang
terkandung dalam makanan tersebut telah terkontaminasi oleh Clostridum botulinum ataupun
oleh stafilokokus.
Selain dari yang telah disebutkan sebelumnya, perlu juga diketahui bahwa diare dapat
terjadi pada penyakit kwashiorkor, merasmus, dan berbagai bentuk alergi bahan makanan.
Masalah psikis dan pasien-pasien dengan imunokompremais juga tidak jarang menderita
diare.
Pada kasus infeksi oleh Salmonella dan Shigella, bakteri ini dapat menembus dinding
usus sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan usus. Bakteri ini pun kemudian
menggandakan dirinya dan terus menginvasi dinding usus manusia. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan peningkatan jumlah leukosit, monosit, dan eritrosit. Jenis Vibrio dan E.Coli
sedikit berbeda dengan jenis Shigella maupun Salmonella. Jenis ini, V.cholerase dan E.Coli
tidak menembus dinding usus namun menghasilkan enterotoksin yang memengaruhi siklus
ATP-cAMP dan membuat buang air besar menjadi tidak berhenti. Pada pemeriksaan darah
lengkap dapat ditemukan penurunan sel darah.
Diare yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi memiliki kondisi khas dimana volume
cairan dalam kolon lebih besar daripada kapasitas yang harus diabsorbsi. Penurunan absorbsi
dapat dipengaruhi oleh faktor penurunan fungsi absorbsi, gangguan motilitas, inflamasi
maupun proses imunologi. Gambaran khas pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan
atrofi villi usus.
Pasien dengan diare akan mengeluhkan frekuensi BAB yang semakin sering. Pasien
juga akan mengeluh konsistensi dari kotoran (feses) menjadi semakin cair, warnanya dapat
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu atau bisa jua menjadi merah atau hitam
karena perdarahan yang terjadi di dalam saluran cerna. Tidak jarang pasien mengatakan
kotoran mengandung lendir.
Anak yang menderita diare akan menjadi cengeng, gelisah, dan nafsu makan pun
berkurang hingga tidak ingin makan sama sekali. Suhu pun mungkin akan meningkat.
Semakin sering buang air besar, regio perianal akan menjadi lecet akibat kandungan
asam yang dihasilkan oleh asam laktat yang terbentuk dari pemecahan laktosa yang tidak bisa
diabsorpsi oleh usus. Selain itu, gejala muntah pun dapat terjadi baik sebelum maupun
sesudah diare dan dapat diikuti oleh penurunan berat badan, mata dan ubun-ubun besar yang
3
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, bibir pun terlihat kering. Tanda-tanda ini adalah
gejala dehidrasi.
3. Dehidrasi berat: Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini;
- Letargis / tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( > 2
detik)
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis
Pemeriksaan fisik awal yang harus dilakukan apabila terdapat pasien dengan
diare adalah melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dimulai dari keadaan umum,
tanda vital, dan status generalis pasien.
4
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya yang dapat membantu
membedakan apakah pasien sudah mengaami dehidrasi atau tidak.
1.
Ubun-ubun besar cekung atau tidak
2.
Mata: cekung atau tidak, airmata +/-
3.
Bibir: mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
4.
Kulit: turgor baik atau tidak.
Pernapasan yang cepat dan dalam mengindikasi adanya asiodosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan
kriteria WHO dan MMWR.
5
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak
Mata Normal Cekung sadar
Air mata Ada Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa haus Minum biasa,tidak *haus ingin minum Sangat kering
haus banyak *malas minum atau
tidak bias minum
Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang Bila ada 1 tanda*
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Tabel 2. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
6
2.5 Tatalaksana
7
2. Terapi B diare dengan dehidrasi sednh
8
3. Terapi C Diare dengan dehidrasi berat
9
2.5.1 Terapi Oralit
10
ketentuan yang telah disebutkan pada tabel B. Setelah 24 jam, sisa larutan oralit dapat
dibuang untuk digantikan yang baru apabila diperlukan.
Tablet zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare serta dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Dari segi fisiologis, zinc berperan dalam pertumbuhan
dan pembelahan sel, antioksidan, perkembanan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap,
pengecapan, dan nafsu makan. Selain itu, zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Pada anak dengan dehidrasi dibawah usia 6 bulan dapat diberikan 10mg/hari, sementara
untuk usia 6 bulan keatas dapat diberikan satu tablet per hari aau sama dengan 20mg/hari.
2.5.3 Antibiotik
2.5.4 Probiotik
11
2.6 Komplikasi
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipernatremia. Hal ini terjadi
khususnya pada bayi baru lahir hingga 1 tahun dan biasa terjadi apabila ditemui gejala
muntah dan intake sulit. Pemberian oralit berlebih sebagai terapi juga bisa menyebabkan
komplikasi hipernatremia.
Komplikasi lainnya adalah demam. Ini terjadi akibat infeksi Shigella dan rotavirus.
Umumnya, demam terjadi apabila mikroorganisme telah mengadakan invasi ke dalam sel
epitel usus. Demam juga dapat terjadi sebagai dampak dari dehidrasi.
Selain itu, salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah edema akibat hiperhidrasi
atau terlalu banyaknya jumla cairan masuk. Tanda-tandanya dapat dilihat terutama pada
kelopak mata dan dapat terjadi kejang apabila yang terkena edema adalah otak.
12
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
Nomor Rekam Medis : 00 08 96 - 43
Nama : An. I.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 6 Bulan 27 hari
Tanggal Lahir : 12 Maret 2017
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cawang III RT 008 / RW 011
Masuk RS : 10 Oktober 2017
2. Anamnesis
Anamnesis pasien dilakukan dengan alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 10
Oktober 2017, pukul 12.28 di IGD RS UKI.
13
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya.
Riwayat makan
Kebutuhan kalori menurut RDA untuk untuk usia 6 bulan = 550 kalori
Kesan: Kebutuhan kalori terpenuhi dan riwayat makanan sesuai tahapan usias
Riwayat imunisasi
Imunisasi Usia
BCG 1 bulan
DPT 2,3,4 bulan
Polio 0,1,2,3,4 bulan
Hepatitis B 0,2,3,4 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal imunisasi IDAI 2017
14
3. Pemeriksaan fisik
Tanda Vital
Tekanan Darah :-
Frekuensi Nadi : 102 kali / menit (Reguler, isi cukup, kuat angkat)
Pengukuran antropometri
Tinggi Badan : 69 cm
Lingkar kepala : 47 cm
15
Status regional
Kepala
Bentuk : Normocephali
Mulut
Thoraks
Paru
16
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Jantung
Abdomen
Tulang belakang : Lordosis (-), skoliosis (-), kifosis (-), gibus (-)
Pemeriksaan neurologis
17
Pemeriksaan refleks
4. Pemeriksaan penunjang
Hematokrit : 37.7%
Na : 143mmol/L
K : 4.7 mmol/L
Cl : 107mmol/L
Kesan : Leukositosis
5. Diagnosa kerja
Diare akut dehidrasi ringan sedang (DARDS)
6. Rencana tatalaksana dan terapi
Rawat inap dengan indikasi observasi rehidrasi cairan
Diet: lunak
IVFD: KAEN 3A 33tpm (mikro)
Mm/
Ranitidine 2x10 mg (IV)
L- Bio 2x1 (PO)
L-Zink 1x20mg (PO)
18
Follow up day-1 10 Oktober 2017
Subjective Objective Assessment Planning
KU: TSS
Suhu: 36C
Frekuensi nadi: 131x/menit
(kuat angkat. Isi cukup,
reguler)
Frekuensi nafas: 39x/menit
Kepala: Normocepali, ubun-
ubun belum menutup
Mata: Mata cekung +,
airmata +/+, Sekret-/-, RCL
+/+, RCTL +/+
BAB cair 4x/hari
Hidung: Sekret -/-
warna kuning, Pemeriksaan 10/10/17
Telinga: Serumen -/- Ranitidine 2x10 mg
-Hemoglobin:12.9 g/dl
ampas (+), lendir Mulut: mukosa kering
-Leukosit:15.9 ribu/uL (IV)
(+), darah (-), bau Leher: Tidak teraba
-Hematokrit:37.7% L- Bio 2x1 (PO)
busuk (+) perbesaran KGB DADRS
-Trombosit:361 ribu/uL L-Zink 1x20mg
Muntah > 10x Thoraks:
-Na:143mmol/L: 4.7 mmol/L
Makan dan minum
I: pergerakan dinding dada (PO)
-Cl: 107mmol/L
simetris kanan kiri
sedikit
A: Wheezing(-), Ronkhi -,
Murmur (-), gallops (-)
P: stem fremitus simetris ka-
ki
P: sonor
Abdomen:
I: tampak datar
A: Bising usus: 6x/menit
P: nyeri ketok (-)
P: Nyeri tekan (-),
supel,Turgor baik
Ext.: akral hangat CRT
19
Follow up day-2 11 Oktober 2017
Subjective Objective Assessment Planning
KU: TSS
Suhu: 37.1C
Frekuensi nadi: 121x/menit
(kuat angkat. Isi cukup,
reguler)
Frekuensi nafas: 27x/menit
Kepala: Normocepali, ubun-
ubun belum menutup
Mata: Mata cekung +,
airmata +/+, Sekret-/-, RCL
BAB cair dengan +/+, RCTL +/+
sedikit ampas 1x warna Hidung: Sekret -/-
kuning, darah (-), lendir Telinga: Serumen -/- Pemeriksaan 10/10/17
Ranitidine 2x10 mg
(-), bau busuk (-) Mulut: mukosa lembab, -Hemoglobin:12.9 g/dl
Muntah (-) merah muda -Leukosit:15.9 ribu/uL (IV)
Muntah(-) Leher: Tidak teraba -Hematokrit:37.7% L- Bio 2x1 (PO)
DADRS
BAK lancar (ganti perbesaran KGB -Trombosit:361 ribu/uL L-Zink 1x20mg
popok 6x) Thoraks: -Na:143mmol/L: 4.7 mmol/L
(PO)
Minum susu (+) 6x I: pergerakan dinding dada -Cl: 107mmol/L
50ml dan air mineral simetris kanan kiri
Makan (-) A: Wheezing(-), Ronkhi -,
Murmur (-), gallops (-)
P: stem fremitus simetris ka-
ki
P: sonor
Abdomen:
I: tampak datar
A: Bising usus: 4x/menit
P: nyeri ketok (-)
P: Nyeri tekan (-),
supel,Turgor baik
Ext.: akral hangat CRT
20
Follow up day-3 12 Oktober 2017
Subjective Objective Assessment Planning
KU: TSS
Suhu: 36.6C
Frekuensi nadi: 118x/menit
(kuat angkat. Isi cukup,
reguler)
Frekuensi nafas: 32x/menit
Kepala: Normocepali, ubun-
ubun belum menutup
Mata: Mata cekung -,
airmata +/+, Sekret-/-, RCL
BAB Cair (-) +/+, RCTL +/+
Konsistensi feses Hidung: Sekret -/-
padat.. Telinga: Serumen -/- Pemeriksaan 10/10/17
Ranitidine 2x10 mg
Muntah (-) Mulut: mukosa lembab, -Hemoglobin:12.9 g/dl
Muntah(-) merah muda -Leukosit:15.9 ribu/uL (IV)
BAK lancar (ganti Leher: Tidak teraba -Hematokrit:37.7% L- Bio 2x1 (PO)
DADRS
popok 5x) perbesaran KGB -Trombosit:361 ribu/uL L-Zink 1x20mg
Minum susu (+) Thoraks: -Na:143mmol/L: 4.7 mmol/L
(PO)
7x120ml I: pergerakan dinding dada -Cl: 107mmol/L
Air mineral 5x120cc simetris kanan kiri
Makan (+) A: Wheezing(-), Ronkhi -,
Murmur (-), gallops (-)
P: stem fremitus simetris ka-
ki
P: sonor
Abdomen:
I: tampak datar
A: Bising usus: 4x/menit
P: nyeri ketok (-)
P: Nyeri tekan (-),
supel,Turgor baik
Ext.: akral hangat CRT
21
KURVA NELLHAUS
22
BAB III
Analisa Kasus
Pasien An.I.A berusia 6 bulan 27 hari dibawa ke IGD RS UKI pada tangal 10 Oktober 2017
dan didiagnosis Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang berdasarkan hasil pemeriksaan berupa:
Dan dirawat di bangsal Anggrek atas indikasi observasi dehidrasi. Menurut penulis, diagnosa
ini sudah sesuai dengan tanda dan gejala yang ditemukan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dimana pasien mengalami BAB cair lebih dari 3x/hari dan pada pemeriksaan fisik
didapat 2 tanda dehidrasi ringan sedang berupa mata cekung dan mukosa bibir kering.
Pengobatan yang didapatkan dari dokter seharusnya mengikuti petunjuk terapi B, dimana
anak cukup diberikan oralit sebanyak 75ml x BB anak= 75ml x 7.2kg = 540ml dan tablet
zinc selama 10 hari beruturut-turut. Namun, dokter memberikan Inj.Ranitidine 2x10mg (IV),
L-Bio 2x1 (PO), dan L-zink 1x2 (PO). Sementara untuk rehidrasi cairan yang hilang dengan
KAEN 3A 33tpm (mikro). Inject Ranitidine digunakan untuk meredakan mual muntah yang
diderita pasien. Hal ini dapat menghindari lebih banyak cairan terbuang selain dari BAB
Cairnya. Sementara zinc berguna untuk mengurangi keparahan diare dengan memperbaiki
absorbsi cairan dan elektrolit di usus, meregenerasi sel epitel usus, serta menambah nafsu
makan pasien. L-Bio pada hal ini dipakai untuk melindungi sistem pencernaan, memperbaiki
fungsi, dan maintenance flora norma di saluran cerna.
23
Daftar Pustaka
Subagyo, Bambang, N Budi S. Diare Akut. Buku Ajar Gastroenterologi Heatologi. Edisi 1.
Cetakan ketiga. Badan Penerbit IDAI. Jakarta:2012. Hal 96-120.
Soenarto, Yati. Diare Kronik & Diare Persisten. Buku Ajar Gastroenterologi Heatologi.
Edisi 1. Cetakan ketiga. Badan Penerbit IDAI. Jakarta:2012. Hal 121-36
Buku Saku Lintas Diare. Edisi 2011. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: 2011.
Kementerian Kesehatan RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Bakti Husada.
Jakarta: 2011
24