Anda di halaman 1dari 24

BAB I

Pendahuluan

Penyakit diare merupakan suatu masalah di Indonesia. RISKESDAS 2015


menyatakan bahwa sepanjang tahun 2015 telah terjadi setidaknya 18 kali KLB Diare yang
tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah kasus mencapai
1.213 kasus dengan angka kematian tercatat sebanyak 30 orang.

Jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan mencapai 10% dari angka
kesakitan dalam suatu wilayah, dengan ini, diperkirakan dalam satu fasilitas kesehatan
terdapat 5 juta kasus diare sementara yang tercatat hanya 74%nya saja..

Dari data kunjungan puskesmas dan balai pengobatan, diare merupakan salah satu
dari 3 kelompok penyebab utama seseorang berkunjung ke puskesmas. Angka kesakitannya
mencapai 200-400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya,
sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta
kematian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare.
Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong
50-60% diantaranya dapat meninggal.

Dari data RISKESDAS tahun 2007 didapatkan bahwa prevalensi diare terbanyak di
Indonesia adalah pada anak berusia 1-6 tahun.

Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang
harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah virus merngguan pertumbuhan akibat diare.

1
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi dan Klasifikasi

2.1.1 Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah dan/atau lendir.

2.1.2 Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3kali sehari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.

Diare dikelompokan menjadi dua, diare akut dan diare kronik. Diare akut terjadi
secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sementara diare kronik
diartikan sebagai diare yang berlanjut hingga 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah.

Diare kronik sendiri kemudian terbagi atas beberapa klasifikasi, diantaranya diare
persisten, Protracted diare, diare intraktabel, prolonged diare, dan chronic non specific
diarrhea.

Diare persisten adalah diare yang disebabkan oleh infeksi. Protracted diare adalah
diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4x atau lebh per
hari. Diare intraktabel adalah diare yang timbuol berulang kali dalam waktu yang singkat
(misalnya 1-3 bulan. Prolonged diarrhea adalah diare yang lebih dari 7 hari. Sementara
chronic non-specific diarrhea diartikan sebagai diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun
malabsorpsi.

2.2 Etiologi dan Patogenesis

Diare disebabkan oleh berbagai banyak faktor dan kemudian dikelompokan menjadi 6
kategori; Virus, parasit, bakteri, malabsorbsi, alergi, dan keracunan.

Bakteri yang dapat menginfeksi tubuh manusia dan menyebabkan diare diantaranya
Shigella, Salmonella, E.Coli, golongan Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,
Stafilokokus aureus, dan Campylobacter aeromonas.

Rotavirus, coronavirus, cytomegalovirus dan adenovirus adalah yang tersering


menginfeksi dan menyebabkan diare pada manusia. Sementara itu, untuk parasit, infeksi yang
menyebabkan diare sebagian besar terjadi karena infeksi oleh cacing Ascaris, Trichiuris,
Stongyloides, Giardia lamblia, dan tidak lupa ada Jamur Candida.

2
Untuk makanan, kejadian diare tersering diakibatkan oleh ketidakhati-hatian dalam
mengonsumsi makanan yang sudah basi. Terkadang, pada kasus anak tidak jarang
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak seharusnya diberikan atau tidak sesuai
waktunya.

Konsumsi makanan beracun juga dapat menyebabkan diare. Terutama bila zat yang
terkandung dalam makanan tersebut telah terkontaminasi oleh Clostridum botulinum ataupun
oleh stafilokokus.

Selain dari yang telah disebutkan sebelumnya, perlu juga diketahui bahwa diare dapat
terjadi pada penyakit kwashiorkor, merasmus, dan berbagai bentuk alergi bahan makanan.
Masalah psikis dan pasien-pasien dengan imunokompremais juga tidak jarang menderita
diare.

Pada kasus infeksi oleh Salmonella dan Shigella, bakteri ini dapat menembus dinding
usus sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan usus. Bakteri ini pun kemudian
menggandakan dirinya dan terus menginvasi dinding usus manusia. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan peningkatan jumlah leukosit, monosit, dan eritrosit. Jenis Vibrio dan E.Coli
sedikit berbeda dengan jenis Shigella maupun Salmonella. Jenis ini, V.cholerase dan E.Coli
tidak menembus dinding usus namun menghasilkan enterotoksin yang memengaruhi siklus
ATP-cAMP dan membuat buang air besar menjadi tidak berhenti. Pada pemeriksaan darah
lengkap dapat ditemukan penurunan sel darah.

Diare yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi memiliki kondisi khas dimana volume
cairan dalam kolon lebih besar daripada kapasitas yang harus diabsorbsi. Penurunan absorbsi
dapat dipengaruhi oleh faktor penurunan fungsi absorbsi, gangguan motilitas, inflamasi
maupun proses imunologi. Gambaran khas pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan
atrofi villi usus.

2.3 Manifestasi Klinis

Pasien dengan diare akan mengeluhkan frekuensi BAB yang semakin sering. Pasien
juga akan mengeluh konsistensi dari kotoran (feses) menjadi semakin cair, warnanya dapat
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu atau bisa jua menjadi merah atau hitam
karena perdarahan yang terjadi di dalam saluran cerna. Tidak jarang pasien mengatakan
kotoran mengandung lendir.

Anak yang menderita diare akan menjadi cengeng, gelisah, dan nafsu makan pun
berkurang hingga tidak ingin makan sama sekali. Suhu pun mungkin akan meningkat.

Semakin sering buang air besar, regio perianal akan menjadi lecet akibat kandungan
asam yang dihasilkan oleh asam laktat yang terbentuk dari pemecahan laktosa yang tidak bisa
diabsorpsi oleh usus. Selain itu, gejala muntah pun dapat terjadi baik sebelum maupun
sesudah diare dan dapat diikuti oleh penurunan berat badan, mata dan ubun-ubun besar yang

3
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, bibir pun terlihat kering. Tanda-tanda ini adalah
gejala dehidrasi.

Apabila tanda-tanda dehidrasi ditemukan, ada baiknya kita memastikan derajat


dehidrasiyang nantinya dapat membantu dalam upaya pengobatan.

1. Tanpa dehidrasi: Tidak terdapat cukup tanda-tanda untuk dapat diklasifikasikan


sebagai dehidrasi ringan atau sedang.

2. Dehidrasi ringan/sedang: Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini;


- Rewel dan/atau gelisah
- Mata cekung
- Minum dengan lahap, haus
- Cubitan kulit kembali dengan lambat

3. Dehidrasi berat: Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini;
- Letargis / tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( > 2
detik)

2.4 Diagnosis

2.4.1 Anamnesis

Dalam melakukan anamnesia terhadap pasien diare, perlu ditanyakan secara


terperinci mengenai kejadian diare yang dialami. Hal-hal berikut perlu untuk ditanyakan
antara lain

1. Sejak kapan terjadi diare


2. Frekuensi buang air besar dalam sehari
3. Volume dalam sekali buang air
4. Konsistensi kotoran
5. Warna kotoran
6. Ada atau tidaknya darah dan lendir
7. Bau
8. Apakah BAK lancar
9. Apakah ada nyeri perut, mual, muntah, dll

2.4.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik awal yang harus dilakukan apabila terdapat pasien dengan
diare adalah melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dimulai dari keadaan umum,
tanda vital, dan status generalis pasien.

4
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya yang dapat membantu
membedakan apakah pasien sudah mengaami dehidrasi atau tidak.

1.
Ubun-ubun besar cekung atau tidak
2.
Mata: cekung atau tidak, airmata +/-
3.
Bibir: mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
4.
Kulit: turgor baik atau tidak.

Pernapasan yang cepat dan dalam mengindikasi adanya asiodosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan
kriteria WHO dan MMWR.

Symptom Minimal atau tanpa Dehidrasi ringan Dehidrasi berat,


dehidrasi, kehilangan sedang, kehilangan kehilangan BB>9%
BB<3% BB 3%-9%
Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargi, idak
gelisah, irritable sadar
Denyut jantung Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi,
(kasus berat)
Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak
teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik
Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled,
sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Tabel 1. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

5
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak
Mata Normal Cekung sadar
Air mata Ada Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa haus Minum biasa,tidak *haus ingin minum Sangat kering
haus banyak *malas minum atau
tidak bias minum
Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang Bila ada 1 tanda*
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Tabel 2. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk kasus diare pada dasarnya diperlukan apabila


tidak diketahui penyebabnya atau pada penderita dengan gejala dehidrasi berat. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah lengkap, kultur urin dan tinja.

Pada pemeriksaan darah, penting juga untuk memeriksakan kadar elektrolit


dalam darah, analisa gas darah, kultur, dan dapat pula dilakukan uji resistensi terhadap
antibiotika. Sementara pada pemeriksaan urin hanya perlu dilakukan pemeriksaan urine
lengkap dan kultur.

Pada pemeriksaan kotoran, khususnya pemeriksaan makroskopik, diperiksa


apakah ada darah dan mukus. Pada infeksi parasit dapat juga ditemukan spesies dari parasit
yang menginfeksi contohnya E.histoloytica, T. Trichiura, dan lain-lain. Sementara pada
pemeriksaan mikroskopik, yang dicari adalah leukosit.

6
2.5 Tatalaksana

Tatalaksana diare dilakukan berdasarkan 5 pilar diare; Rehidrasi dengan manajemen


cairan, beri makan kembali setelah rehidrasi terlaksana, zink 10-20mg/hari selama 14 hari,
antibiotik apabila terdapat indikasi, dan komunikasi edukasi bersama orang-orang disekitar
pasien.

Sesuai dengan pembahasan pada manifestasi klinis, pengobatan diare kemudian


dibahas dalam 3 kelompok besar.

1. Terapi A untuk diare tanpa dehidrasi

7
2. Terapi B diare dengan dehidrasi sednh

8
3. Terapi C Diare dengan dehidrasi berat

9
2.5.1 Terapi Oralit

Terapi rehidrasi dengan menggunakan oralit seperti yang telah disebutkan


dalam tabel tatalaksana diare A/B/C dapat mengurangi mual dan muntah dengan formulasi
barunya. Formulasi barunya memungkinkan kadar osmolaritas oralit untuk mendekati
osmolaritas plasma sehingga dapat dihindari kemungkinan hipernatremia.

Dalam memberikan oralit baru, terdapat beberapa ketentuan yang harus


diikuti. Diantaranya adalah pelarutan oralit formula baru dilakukan bersama 1 liter air matang
untuk persediaan selama 24 jam. Setiap kali anak buang air besar, berikan oralit dengan

10
ketentuan yang telah disebutkan pada tabel B. Setelah 24 jam, sisa larutan oralit dapat
dibuang untuk digantikan yang baru apabila diperlukan.

2.5.2 Tablet zinc

Tablet zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare serta dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Dari segi fisiologis, zinc berperan dalam pertumbuhan
dan pembelahan sel, antioksidan, perkembanan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap,
pengecapan, dan nafsu makan. Selain itu, zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Pada anak dengan dehidrasi dibawah usia 6 bulan dapat diberikan 10mg/hari, sementara
untuk usia 6 bulan keatas dapat diberikan satu tablet per hari aau sama dengan 20mg/hari.

2.5.3 Antibiotik

Antibiotik diberikan sesuai indikasi. Pada diare akut, pemakaian antibiotika


tidak begitu diperlukan karena sifatnya yang self-limited. Apabila terdapat indikasi (dari
pemeriksaan laboratorium), dapat diberikan antibiotik dengan dosis seperti dibawah ini.

2.5.4 Probiotik

Probiotik diberi atas indikasi perbaikan keseimbangan flora norma didalam


saluran pencernaan. Pemberian probiotik dapat mencegah terjadinya diare terutama bagi bayi
yang tidak mendapat ASI. Kemungkinan mekanisme efek dari probiotik dalam pencegahan
diare melalui beberapa aspek diantaranya; perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH dan
oksigen), produksi bahan antia mikroba terhadap beberapa patogen usus, kopetisi nutrien,
mencegah adhesi kuman patogen pada saluran cerna, memodifikasi toksin dan reseptor toksin
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi.

11
2.6 Komplikasi

Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa komplikasi. Tetapi, sebagian kecil


mengalami komplikasi dari dehidrasi, kehilangan elektrolit, maupun dari efek samping
pengobatan yang diberikan.

Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipernatremia. Hal ini terjadi
khususnya pada bayi baru lahir hingga 1 tahun dan biasa terjadi apabila ditemui gejala
muntah dan intake sulit. Pemberian oralit berlebih sebagai terapi juga bisa menyebabkan
komplikasi hipernatremia.

Komplikasi lainnya adalah demam. Ini terjadi akibat infeksi Shigella dan rotavirus.
Umumnya, demam terjadi apabila mikroorganisme telah mengadakan invasi ke dalam sel
epitel usus. Demam juga dapat terjadi sebagai dampak dari dehidrasi.

Selain itu, salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah edema akibat hiperhidrasi
atau terlalu banyaknya jumla cairan masuk. Tanda-tandanya dapat dilihat terutama pada
kelopak mata dan dapat terjadi kejang apabila yang terkena edema adalah otak.

12
BAB II
LAPORAN KASUS

1. Identitas pasien
Nomor Rekam Medis : 00 08 96 - 43
Nama : An. I.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 6 Bulan 27 hari
Tanggal Lahir : 12 Maret 2017
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cawang III RT 008 / RW 011
Masuk RS : 10 Oktober 2017

2. Anamnesis
Anamnesis pasien dilakukan dengan alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 10
Oktober 2017, pukul 12.28 di IGD RS UKI.

Keluhan utama : BAB Cair


Keluhan tambahan : demam, muntah

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan diantar oleh orang tuanya dengan keluhan BAB cair
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB terjadi sebanyak 4x dengan warna
kuning dan konsistensi yang cair. Ibu pasien mengatakan ada sedikit ampas, berbau
busuk dan ada sedikit lendir. Darah disangkal, BAB keluar dengan menyemprot
disangkal. Dalam sehari pasien ganti pampers hingga 5x. Ibu pasien juga mengatakan
pasien sempat muntah-muntah sebanyak 10x dan setiap muntah banyaknya kira-kira
gelas aQua. Muntah berisi susu. Muntah tidak berdarah, tidak ada lendir, dan tidak
menyemprot. Pasien juga sempat mengalami demam kira-kira 3 hari sebelum masuk
rumah sakit dan suhu terakhir yang diukur adalah 38C. Riwayat kejang disangkal.
Riwayat jatuh atau terbentur di kepala disangkal.

13
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga


Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat makan

Kebutuhan kalori menurut RDA untuk untuk usia 6 bulan = 550 kalori

Asupan masuk: Susu Formula (SGM BBLR) 80 kalori/100ml x 4 = 320

Jus buah (jeruk) 45 kalori/100ml x 1 = 45

Bubur nestle 80 kalori/porsi x 3 = 240

Kesan: Kebutuhan kalori terpenuhi dan riwayat makanan sesuai tahapan usias

Pertumbuhan dan Perkembangan

Gigi pertama Belum tumbuh


Psikomotor Tengkurap : 3 bulan Berjalan: -
Duduk: - Berbicara: -
Berdiri : - Membaca/menulis: -
Kesan : Perkembangan sesuai usia

Riwayat imunisasi

Imunisasi Usia
BCG 1 bulan
DPT 2,3,4 bulan
Polio 0,1,2,3,4 bulan
Hepatitis B 0,2,3,4 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal imunisasi IDAI 2017

14
3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2017 di IGD RS UKI

Pemeriksaan fisik umum

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang (gelisah, rewel)

Tanda Vital

Tekanan Darah :-

Frekuensi Nadi : 102 kali / menit (Reguler, isi cukup, kuat angkat)

Frekuensi Nafas : 26 kali / menit (Reguler)

Suhu : 36.3 C (Axilla)

Pengukuran antropometri

Berat Badan : 7.2 kg

Tinggi Badan : 69 cm

Lingkar kepala : 47 cm

Penilaian Antropometri Berdasarkan Kurva Pertumbuhan WHO 2006 :

Indeks Kategori status gizi Ambang batas


BB/U 0 SD sampai dengan -2 SD Berat badan cukup
TB/U 0 SD Normal
BB/TB -1 SD sampai dengan -2 SD Gizi cukup
Kesan : Gizi baik, perawakan normal.

15
Status regional

Kepala

Bentuk : Normocephali

Mata : Mata cekung +/+ , Conjungtiva anemis - /-, Sklera


ikterik - / -

Telinga : Normotia, liang telinga lapang / lapang, Serumen - / -

Hidung : Cavum nasi lapang / lapang, sekret -/-

Mulut

Bibir : Kering (+), Sianosis sirkumural (-)

Gigi geligi : Dalam batas normal

Lidah : Ditengah, coated tongue (-), tremor (-)

Tonsil : T1- T1, hiperemis -

Faring : Arkus faring simetris, hiperemis -

Leher : Tidak ada pembesaran KGB.

Thoraks

Dinding thoraks : Normochest (LL > AP)

Paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri

Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri

16
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Bunyi nafas dasar : Vesikuler/ Vesikuler, Bunyi nafas


tambahan : Rhonki - / -, Wheezing - / -

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di garis midclavicularis sinistra ICS V

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : Bunyi jantung I, II regular, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut tampak datar

Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), turgor baik

Perkusi : Timpani, Nyeri ketok(-)

Auskultasi : Bising usus (+) 6 kali / menit

Anus dan Rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anggota Gerak : sianosis -/-, akral hangat, CRT < 2

Tulang belakang : Lordosis (-), skoliosis (-), kifosis (-), gibus (-)

Kulit : Tidak ada perubahan warna kulit, turgor kulit baik.

Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran KGB.

Pemeriksaan neurologis

Nervus cranialis : Tidak dilakukan

17
Pemeriksaan refleks

Refleks fisiologis : Tidak dilakukan

Refleks patologis : Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan H2TL dan Elektrolit pada tanggal 10 Oktober 2017

Hemoglobin : 12.9 g/dl

Leukosit : 15.9 ribu/uL

Hematokrit : 37.7%

Trombosit : 361 ribu/uL

Na : 143mmol/L

K : 4.7 mmol/L

Cl : 107mmol/L

Kesan : Leukositosis

5. Diagnosa kerja
Diare akut dehidrasi ringan sedang (DARDS)
6. Rencana tatalaksana dan terapi
Rawat inap dengan indikasi observasi rehidrasi cairan
Diet: lunak
IVFD: KAEN 3A 33tpm (mikro)
Mm/
Ranitidine 2x10 mg (IV)
L- Bio 2x1 (PO)
L-Zink 1x20mg (PO)

18
Follow up day-1 10 Oktober 2017
Subjective Objective Assessment Planning
KU: TSS
Suhu: 36C
Frekuensi nadi: 131x/menit
(kuat angkat. Isi cukup,
reguler)
Frekuensi nafas: 39x/menit
Kepala: Normocepali, ubun-
ubun belum menutup
Mata: Mata cekung +,
airmata +/+, Sekret-/-, RCL
+/+, RCTL +/+
BAB cair 4x/hari
Hidung: Sekret -/-
warna kuning, Pemeriksaan 10/10/17
Telinga: Serumen -/- Ranitidine 2x10 mg
-Hemoglobin:12.9 g/dl
ampas (+), lendir Mulut: mukosa kering
-Leukosit:15.9 ribu/uL (IV)
(+), darah (-), bau Leher: Tidak teraba
-Hematokrit:37.7% L- Bio 2x1 (PO)
busuk (+) perbesaran KGB DADRS
-Trombosit:361 ribu/uL L-Zink 1x20mg
Muntah > 10x Thoraks:
-Na:143mmol/L: 4.7 mmol/L
Makan dan minum
I: pergerakan dinding dada (PO)
-Cl: 107mmol/L
simetris kanan kiri
sedikit
A: Wheezing(-), Ronkhi -,
Murmur (-), gallops (-)
P: stem fremitus simetris ka-
ki
P: sonor
Abdomen:
I: tampak datar
A: Bising usus: 6x/menit
P: nyeri ketok (-)
P: Nyeri tekan (-),
supel,Turgor baik
Ext.: akral hangat CRT

19
Follow up day-2 11 Oktober 2017
Subjective Objective Assessment Planning
KU: TSS
Suhu: 37.1C
Frekuensi nadi: 121x/menit
(kuat angkat. Isi cukup,
reguler)
Frekuensi nafas: 27x/menit
Kepala: Normocepali, ubun-
ubun belum menutup
Mata: Mata cekung +,
airmata +/+, Sekret-/-, RCL
BAB cair dengan +/+, RCTL +/+
sedikit ampas 1x warna Hidung: Sekret -/-
kuning, darah (-), lendir Telinga: Serumen -/- Pemeriksaan 10/10/17
Ranitidine 2x10 mg
(-), bau busuk (-) Mulut: mukosa lembab, -Hemoglobin:12.9 g/dl
Muntah (-) merah muda -Leukosit:15.9 ribu/uL (IV)
Muntah(-) Leher: Tidak teraba -Hematokrit:37.7% L- Bio 2x1 (PO)
DADRS
BAK lancar (ganti perbesaran KGB -Trombosit:361 ribu/uL L-Zink 1x20mg
popok 6x) Thoraks: -Na:143mmol/L: 4.7 mmol/L
(PO)
Minum susu (+) 6x I: pergerakan dinding dada -Cl: 107mmol/L
50ml dan air mineral simetris kanan kiri
Makan (-) A: Wheezing(-), Ronkhi -,
Murmur (-), gallops (-)
P: stem fremitus simetris ka-
ki
P: sonor
Abdomen:
I: tampak datar
A: Bising usus: 4x/menit
P: nyeri ketok (-)
P: Nyeri tekan (-),
supel,Turgor baik
Ext.: akral hangat CRT

20
Follow up day-3 12 Oktober 2017
Subjective Objective Assessment Planning
KU: TSS
Suhu: 36.6C
Frekuensi nadi: 118x/menit
(kuat angkat. Isi cukup,
reguler)
Frekuensi nafas: 32x/menit
Kepala: Normocepali, ubun-
ubun belum menutup
Mata: Mata cekung -,
airmata +/+, Sekret-/-, RCL
BAB Cair (-) +/+, RCTL +/+
Konsistensi feses Hidung: Sekret -/-
padat.. Telinga: Serumen -/- Pemeriksaan 10/10/17
Ranitidine 2x10 mg
Muntah (-) Mulut: mukosa lembab, -Hemoglobin:12.9 g/dl
Muntah(-) merah muda -Leukosit:15.9 ribu/uL (IV)
BAK lancar (ganti Leher: Tidak teraba -Hematokrit:37.7% L- Bio 2x1 (PO)
DADRS
popok 5x) perbesaran KGB -Trombosit:361 ribu/uL L-Zink 1x20mg
Minum susu (+) Thoraks: -Na:143mmol/L: 4.7 mmol/L
(PO)
7x120ml I: pergerakan dinding dada -Cl: 107mmol/L
Air mineral 5x120cc simetris kanan kiri
Makan (+) A: Wheezing(-), Ronkhi -,
Murmur (-), gallops (-)
P: stem fremitus simetris ka-
ki
P: sonor
Abdomen:
I: tampak datar
A: Bising usus: 4x/menit
P: nyeri ketok (-)
P: Nyeri tekan (-),
supel,Turgor baik
Ext.: akral hangat CRT

21
KURVA NELLHAUS

22
BAB III
Analisa Kasus

Pasien An.I.A berusia 6 bulan 27 hari dibawa ke IGD RS UKI pada tangal 10 Oktober 2017
dan didiagnosis Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang berdasarkan hasil pemeriksaan berupa:

Anamnesis Pemeriksaan fisik

- BAB Cair 4x/hari sehari SMRS - Keadaan umum:TSS


- N: 102x/menit RR26x/menit, Suhu 36.3C
-Muntah 10x/hari berisi susu dengan volume BB 7.2kg TB 69cm
kira-kira gelas aQua - Kepala normocephali
- Mata: mata cekung +
- Mulut: mukosa kering +
- Leher: Tidak teraba perbesaran KGB
- Thoraks: ronkhi -, wheezing -, murmur -,
gallo
- Abdomen: Nyeri tekan -, turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2

Dan dirawat di bangsal Anggrek atas indikasi observasi dehidrasi. Menurut penulis, diagnosa
ini sudah sesuai dengan tanda dan gejala yang ditemukan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dimana pasien mengalami BAB cair lebih dari 3x/hari dan pada pemeriksaan fisik
didapat 2 tanda dehidrasi ringan sedang berupa mata cekung dan mukosa bibir kering.

Pengobatan yang didapatkan dari dokter seharusnya mengikuti petunjuk terapi B, dimana
anak cukup diberikan oralit sebanyak 75ml x BB anak= 75ml x 7.2kg = 540ml dan tablet
zinc selama 10 hari beruturut-turut. Namun, dokter memberikan Inj.Ranitidine 2x10mg (IV),
L-Bio 2x1 (PO), dan L-zink 1x2 (PO). Sementara untuk rehidrasi cairan yang hilang dengan
KAEN 3A 33tpm (mikro). Inject Ranitidine digunakan untuk meredakan mual muntah yang
diderita pasien. Hal ini dapat menghindari lebih banyak cairan terbuang selain dari BAB
Cairnya. Sementara zinc berguna untuk mengurangi keparahan diare dengan memperbaiki
absorbsi cairan dan elektrolit di usus, meregenerasi sel epitel usus, serta menambah nafsu
makan pasien. L-Bio pada hal ini dipakai untuk melindungi sistem pencernaan, memperbaiki
fungsi, dan maintenance flora norma di saluran cerna.

23
Daftar Pustaka

Subagyo, Bambang, N Budi S. Diare Akut. Buku Ajar Gastroenterologi Heatologi. Edisi 1.
Cetakan ketiga. Badan Penerbit IDAI. Jakarta:2012. Hal 96-120.

Soenarto, Yati. Diare Kronik & Diare Persisten. Buku Ajar Gastroenterologi Heatologi.
Edisi 1. Cetakan ketiga. Badan Penerbit IDAI. Jakarta:2012. Hal 121-36

Buku Saku Lintas Diare. Edisi 2011. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: 2011.

Kementerian Kesehatan RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Bakti Husada.
Jakarta: 2011

24

Anda mungkin juga menyukai