Anda di halaman 1dari 23

Rabu, 02 Januari 2013

laporan praktikum KTA

ACARA I
DESAIN TERAS
1.1 PENDAHULUAN
Terasering merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya erosi. Teraseing
sering digunakan pada daerah atau kawasan berbukit dan rawan longsor. Dengan
terasering dapat menghambat terkikisnya tanah oleh aliran air hujan. Teras sering
adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman dengan system yang
bertingkat-tingkat. Lahan yang paling cocok dan pas digunakan untuk terassering
adalah lahan yang bentuknya miring.
Lahan seperti ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan. Bentuk tanah atau lahan
yang miring akan memudahkan kita untuk membuat konsep penataan , karewna
tinggal menyusaikan derajat kemiringan tersebut, namun demikian bukan berarti
lahan yang bentuknya datar tidak bisa digunakan untuk membuat taman seperti ini .
Ada banyak keutungan jika menggunakan konsep seperti ini. Hanya saja utuk daerah
taman yang datar, lebih banyak membutuhkan lahan untuk mengaplikasikan teras
sering ini.
Lahan miring di daerah perbukitan dibuat undak-undak atau terasering. Usaha ini
dimaksudkan agar limpasan dari daerah puncak (atas) tidak mengalir deras melewati
lereng lahan. Seandainya aliran air sangat deras melewati lahan miring maka lapisan
tanahnya tererosi dan air tidak memiliki kesempatan meresap ke dalam tanah.
Akibatnya, lahan menjadi gundul dan gersang karena lapisan tanah hilang dan air
tanah menyusut. Jadi, terasering mencegah erosi tanah dan memberi kesempatan air
meresap ke dalam tanah hingga degradasi lahan pun bisa dicegah.
Lahan yang ada di Indonesia tidak semuanya memiliki topografi yang
datar,melainkan ada lahan yang mempunyai topografi lereng, berbukit dan
miring.Sehingga dari masing masing lahan tersebut perlu adanya perlakuan
perlakuankhusus yang diberikan supaya usaha pertanian yang dilakukan pada lahan
tersebuttidak merusak kondisi lahan dan lingkungan yang ada. Maka dari itu
untuk kondisi lahan tersebut sering dilakukan perlakuan dengan pembuatan teras,
baik berupa teras bangku, teras kredit ataupun teras gulud.Dalam pembuatan teras
perlu dilakukan pengukuran tingkat kemiringanlahan, supaya nantinya dapat
mempermudah dalam penentuan ukuran luasanteras

1.2 Tujuan dan kegunaan praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat mencegah terjadinya erosi untuk lahan
perbukitan dan memperbaiki serta mempertahankan sekaligus meningkatkan
kelestarian sumberdaya lahan pertanian yang potensial pada lahan perbukitan.
Kegunaan dari praktikum yaitu untuk mengetahui manfaat terassering pada lahan
perbukitan dan laju erosi pada lahan tersebut . sehingga dapat mengetahui bagaimana
solusi untuk pencegahan erosi untuk lahan miring didaerah perbukitan dan bagaimana
cara untuk pembuatan terassering yang baik untuk daerah tersebut, agar dapat
ditanamai tanaman yang cocok untuk daerah perbukitan , sehingga dapat menekan
laju erosi pada lahan yang telah dikunjungi.

1.3 Tempat dan tanggal praktikum


Adapun tempat dan tanggal praktikum yang dilaksanakan pada :
Tempat : Desa kekait , kecamatan gunung sari , kabupaten Lombok barat.
Tanggal : 9 Desember 2012

1.4 Tinjauan pustaka


Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan
pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan
saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan
pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus
kontur. (Yuliarta et al., 2002).
Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi tanah
dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau
memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah
melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah
berkurang.
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman dengan
system yang bertingkat-tingkat. Lahan yang paling cocok dan pas digunakan untuk
terassering adalah lahan yang bentuknya miring. Lahan seperti ini biasanya
ditemukan didaerah perbukitan. Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan , karewna tinggal menyusaikan
derajat kemiringan tersebut, namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering . Ada banyak keutungan jika
menggunakan konsep seperti ini (Arsyad, S. 1986).
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh
tanah. Dengan demikian erosi berkurang. (Arsyad, 1989).
Tanah merupakan suatu hasil proses alam yang terdiri dari fase padat, cair dan gas
dengan ketebalan bervariasi dari beberapa cm hingga beberapa m yang menyelimuti
permukaan bumi. Tanah juga merupakan sumberdaya alam yang berperan sangat
penting bagi kehidupan manusia seperti tempat berpijak, mendirikan bangunan serta
memenuhi berbagai kebutuhan manusia seperti misalnya kebutuhan yang berasal dari
flora dan fauna yang hidup diatasnya untuk memenuhi kebuhuan pangan, sandang,
bahan baku industri, obat-obatan, perumahan, dll.

1.5 Pembahasan
Praktikum konservasi tanah dan air ini pada acara pertama yaitu tentang desain teras,
praktikum ini kami lakukan di kabupaten Lombok barat tepatnya didesa kekait
kecamatan gunung sari. Kekait merupakan salah satu desa yang ada
di kecamatanGunung Sari, kabupaten Lombok Barat, provinsi Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Desa merupakan satu dari 12 desa dan kelurahan yang berada di
kecamatan Gunung Sari. Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang beriklim
tropis, dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara April
hingga Agustus, dan musim hujan antara bulan September hingga Maret
Sebelumnya kami akan membahas teras merupakan bangunan konservasi tanah dan
air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan
utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat
pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air
(SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. Pada daerah kekait ini kami
mengunjungi daerah perbukitan yang merupakan kawasan perkebunan dengan
memiliki jenis tanah ensptisol yaitu tanah yang kaya akan unsur N dan merupakan
tanah yang muda / baru. Terdapat pada lahan ini adalah berupa teras bangku dimana
desainnya yaitu diatur dengan sebagian rupa yaitu menyempit pada bagian paling atas
dan melebar sampai dibagian bawah lahan. Pembuatan teras ini juga memperhatikan
kontur tanah,karena itulah terasnya dibuat menyempit diatas hingga melebar sampai
dibagian bawah. Teras bangku dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 8-30%.
Teras bangku memiliki bentuk khas, antar bidang olah teras dibatasi oleh terjunan.
Teras bangku terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bidang olah, talut, guludan
atau galengan dan saluran pembuangan air.

Pada lahan ini memiliki teras yang pendek yaitu teras bangku,kemiringan 45 50 %,
merupakan Pada kemiringan seperti ini tidak dianjurkan sebagai lahan pertanian
melainkan sebagai wilayah hutan dengan di tanami pohon-pohon keras, rumput-
rumputan dan semak belukar semuanya tetap dibiarkan subur dengan hal ini erosi
dari atas dapat di perkecil.
Pada lahan ini erosinya sangat kecil dan kandungan lengas tanahnya tinggi, dapat
digunakan untuk tanaman sela, kunyit, umbi-umbian, mempunyai perakaran yang
dalam, terdapat adanya tanaman tahunan seperti kopi, mangga, dan kelapa yang
berperan dapat mengurangi erosi dan laju air, infiltrasinya tinggi, daaerah ini juga
dapat digunakan untuk pemanfaatan lahan, untuk tanaman semusim seperti padi tidak
dapat digunakan pada lahan ini. Jarak antar teras yang satu dengan yang lain adalah
1,5 Panjang antar teras kurang lebih 2cm, tinggi 32cm, gradient 36/150. Semakin
panjang teras, slopnya semakin kecil pada daerah yang terjal. Tanaman sela yang
ditanam tidak membutuhkan cahaya yang tinggi.

1.6 Kesimpulan dan saran


Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah pada kawasan perbukitan yang kita
kunjungi merupakan lahan perkebunan dengan memiliki desain teras yang tidak
beraturan dan menyempit, adapun teras yang digunakan yaitu teras bangku dan
berfungsi untuk menahan laju erosi dan air, namun diketahui erosinya tidak begitu
besar (sangat kecil). Dan daerah ini juga digunakan untuk pemanfaatan lahan,
sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan kelestarian sumberdaya lahan
pertanian yang potensial pada lahan perbukitan ini.
Adapun saran yang dapat praktikan sampaikan yaitu lebih ditingkatkan dan
diperhatikan desain teras yang ada pada kawasan tersebut, sehingga dapat
mempertahankan dan meningkatkan kelestarian sumberdaya lahan pertanian yang
potensial pada lahan perbukitan ini.
ACARA II
HUBUNGAN TANAMAN DENGAN EROSI

2.1 Pendahuluan
Kabupaten Lombok Utara beriklim tropis yang dipengaruhi oleh tekanan udara pada
garis khatulistiwa dan angin dari arah Barat dan selatan dengan kecepatan rara-rata
4,8 Km/jam. Rata-rata curah hujan per bulan Tahun 2008 sekitar 147,67 mm. Curah
hujan tertinggi umumnya terjadi pada akhir dan awal tahun, yaitu pada bulan-bulan
November dan Desember serta Januari hingga Februari. Jumlah hari hujan pada
bulan-bulan musim hujan tersebut juga berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut,
Kabupaten Lombok Utara memiliki dua musim, yaitu musim hujan sekitar bulan
Oktober sampai bulan Mei dan musim kemarau pada bulan Juni hingga September.
Sedangkan suhu udara rata-rata pada tahun 2008 adalah 27oC seiring dengan musim
yaitu jika musim kemarau suhu akan meningkat yaitu suhunya berkisar antara 27,1
27,4o C sedangkan pada musim penghujan, suhu akan turun yaitu suhunya antara
24,8 26,8oC. Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: 1)
Energi meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng, 2).
Ketahanan: erodibilitas tanah ( ditentukan sifat fisik dan kimia tanah), dan 3)
Proteksi, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya
tindakan konservasi.
Kelompok energi merupakan kemampuan potensial dari hujan, limpasan permukaan
dan/atau angin untuk menyebabkan erosi, energi kinetik air hujan dan limpasan
permukaan merupakan unsur-unsur terpenting dalam kelompok energi penyebab
erosi. Faktor hujan yang mempengaruhi erosi adalah intensitas hujan, lama hujan dan
besarnya ukuran butiran air hujan. Hal ini disebabkan karena dalam proses erosi,
energi kinetik merupakan penyebab utama penghancuran agregat-agregat tanah.
Besarnya energi kinetik tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan
jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan oleh
ukuran butir-butir hujan dan angin. Makin besar ukuran butir hujan, momentum
akibat jatuhnya butir-butir hujan semakin meningkat khususnya pada saat energi
kinetik mencapai maksimum, yaitu pada intensitas hujan antara 50-100 mm/jam dan
di atas 250 mm/jam. Dengan demikian kekuatan utuk merusak tanah semakin
meningkat.

2.2 Tujuan dan kegunaan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penyerapan akar tanaman terhadap laju erosi pada daerah dengan tingkat kemiringan
tinggi, khususnya pada daerah Pusuk dengan kemiringan terjal.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah dapat melihat keseluruhan sumber daya
lahan, yang mencakup kelestarian produktivitas tanah dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan mendukung keseimbangan ekosistem yang berada didaerah
tersebut. Pentingnya kegunaan hubungan tanaman dan erosi dapat dilihat dari
pemanfaatan sistem perakaran tanaman yang mampu menyerap air dalam tanah, serta
sabagai penahan laju erosi yang besar.

2.3 Tempat dan tanggal praktikum


Adapun tempat dan tanggal praktikum yang dilaksanakan pada :
Tempat : Desa pusuk , kabupaten Lombok utara.
Tanggal : 9 Desember 2012

2.4 Tinjauan pustaka


Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air, angin dan/atau es.
Jenis-jenis erosi ada 2, yaitu 1) erosi yang terjadi secara alami dimana tanah
mengalami pengikisan atau erosi. Erosi ini sering disebut dengan erosi geologi
atau geologigal erosion. Erosi ini tidak berbahaya karena lajunya seimbang dengan
pembentukan tanah di tempat terjadinya erosi tersebut. 2) Erosi yang terjadi akibat
adanya perubahan pola penutupan tanah, dari pola alami menjadi pola buatan
manusia (campur tangan manusia). Erosi ini dikenal sebagai Erosi dapat dibedakan
karena kenampakan lahan akibat erosi itu sendiri. Atas dasar itu erosi dibedakan atas
1) erosi percikan (splash erosion), 2) erosi lembar (sheet erosion), 3) erosi alur (rill
erosion), 4) erosi selokan (gully erosion), 5 erosi tanah longsor (land slide) dan 6)
erosi pinggir sungai (stream bank erosion
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di
kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna
lahan yang buruk, penggundulan hutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan danperladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang
jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi
ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat
mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.
Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi,
menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik
untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah
melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah,
semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara
serentak.

2.5 Pembahasan
Pada praktikum ini kita akan membahas tentang hubungan erosi dengan tanah,
praktikum ini bertempat kawasan pusuk kabupaten Lombok utara tepatnya dikawasan
hutan lindung. Kabupaten Lombok Utara beriklim tropis yang dipengaruhi oleh
tekanan udara pada garis khatulistiwa dan angin dari arah Barat dan selatan dengan
kecepatan rara-rata 4,8 Km/jam. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada akhir
dan awal tahun, yaitu pada bulan-bulan November dan Desember serta Januari hingga
Februari. Sedangkan suhu udara rata-rata pada tahun 2008 adalah 27oC seiring
dengan musim yaitu jika musim kemarau suhu akan meningkat yaitu suhunya
berkisar antara 27,1 27,4o C sedangkan pada musim penghujan, suhu akan turun
yaitu suhunya antara 24,8 26,8oC.
Dua puluh tahun sebelumnya kawasan ini merupakan kawasan hutan , dan
pembentukan sepuluh tahun yang lalu merupakan tempat penanaman tanaman
tahunan dan semusim (agroforestry) tanaman ketapang. Hujan yang besar dapat
menyebabkan terjadi tanah longsor karena perakaran tanah yang ada pada kawasan
hutan lindung tersebuat tidak mampu untuk menahan laju air dan erosi, jenis tanah
yang terdapat dalam hutan ini yaitu tanah entiseptisol, dan merupakan lahan vegetatif
tanaman tertutup dan vegetative tanaman terbuka. Adapun cirinya terdapat pohon
pisang, yang dapat menyebabkann terjadi erosi percikan apabila hujan besar. Erosi
percikan terjadi pada awal hujan. Inetnsitas erosi percikan juga meningkat dengan
adanya air genangan tetapi etelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali butir
hujan, erosi percikan minimum. Pada saat inilah proses erosi lembaran dimulai.
Hubungan antar daun dan batang dapat menyebabkan limpasan yang tinggi, dan
kawasan ini merupakan hutan lindung, jika terjadi erosi menyebabkan adanya energy
kinetic. Besarnya energi kinetik tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan
kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan
oleh ukuran butir-butir hujan dan angin. Menurut Arsyad S (1989) berpendapat
bahwa interaksi antara butir-butir hujan, kecepatan hujan, bentuk butir hujan,
lamanya hujan dan kecepatan angin secara kolektif mempengaruhi kekuatan hujan
untuk menimbulkan erosi. Makin besar ukuran butir hujan, momentum akibat
jatuhnya butir-butir hujan semakin meningkat khususnya pada saat energi kinetik
mencapai maksimum, yaitu pada intensitas hujan antara 50-100 mm/jam dan di atas
250 mm/jam. Dengan demikian kekuatan utuk merusak tanah semakin meningkat.

2.6 Kesimpulan dan saran


Adapun kesimpulan yang kami peroleh yaitu Hujan yang besar dapat menyebabkan
terjadi tanah longsor karena perakaran tanah yang ada pada kawasan hutan lindung
yang berlokasi didaerah pusuk tersebuat tidak mampu untuk menahan laju air dan
erosi, jenis tanah yang terdapat dalam hutan ini yaitu tanah entiseptisol. Erosi
percikan terjadi pada awal hujan. Inetensitas erosi percikan juga meningkat dengan
adanya air genangan tetapi etelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali butir
hujan, erosi percikan minimum. Pada saat inilah proses erosi lembaran
dimulai. Makin besar ukuran butir hujan, momentum akibat jatuhnya butir-butir hujan
semakin meningkat khususnya pada saat energi kinetik mencapai maksimum, yaitu
pada intensitas hujan antara 50-100 mm/jam dan di atas 250 mm/jam. Dengan
demikian kekuatan utuk merusak tanah semakin meningkat.
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu anatara lain ialah :
Menutup tanah untuk melindungi dari penghancuran dari butir-butir hujan
Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah untuk engurangi air limpasan
Memperbaiki atau meningkatkan stabilitas agregat tanah
Meningkatkan kekerasan permukaan untuk mengurangi kcepatan air limpasan dan
angin.

ACARA III
SISTEM PENGELOLAAN LAHAN
3.1 Pendahuluan
Permasalahan pada sistem tanam, pengolahan lahan sangat berkaitan dengan teknik
konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut. Sitem tanam
monokultur tanaman semusim yang di tanam pada lahan berlereng tanpa
menggunakan teras (Gambar diatas) dapat menyebabkan tanah mudah tererosi. Selain
itu pada teras-teras yang dibuat seringkali tidak diimbangi dengan bangunan penguat
teras ataupun tanaman penguat teras sehingga sering menyebabkan longsor tebing
teras. Pada musim hujan oleh air, pada musim kemarau oleh angin. Jika lapisan atas
tanah yang banyak mengandung unsur hara terosi dan terkena limpasan permukaan
oleh air, secara otomatis tanah pada lahan tersebut enjadi kurang subur. Banyaknya
limpasan permukaan juga mengurangi peluang air masuk ke dalam tanah (infiltrasi)
sehingga ketersediaan air abaik di musim penghujan maupun musim kemarau sangat
kecil. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas lahan akibat adanya
degradasi lahan sehingga lahan tersebut mengalami penurunan daya dukung yang
tidak dapat dimanfaatkan secara berlanjut.
Dalam sistem ini menyesuaikan antara karakteristik lahan, kondisi sosial ekonomi
dan jenis tanaman. Kesesauaian ini sangat penting untuk menentukan kelas kemapuan
lahan yang nantinya akan disesuaikan dengan tanaman atau vegetasi yang tumbuh
diatasnya agar tetap dapat berproduksi optimal. Tentang metode yang digunakan
sangat bervariasi. Teknik manual yang mengacu pada Djaenuddin, dkk (2003), selai
itu juga dapat menggunakan sistem ALES.
Sistem pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam, pengolahan lahan,
pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman dan
konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut. Pola tanam tanaman
pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas: padi-padi-palawija; padi-palawija-
palawija; dan padi-palawija-bera.

3.2 Tujuan dan kegunaan praktikum


Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengindentifikasi sistem pengolahan
lahan yang telah dilakukan di Desa Pemenang dalam upaya mengatasi permasalahan
erosi, mengetahui tingkat bahaya erosi, memperoleh alternatif teknik konservasi tanah
dan air sesuai dengan lingkungan setempat.
Adapun kegunaan dari praktikum lapangan ini adalah untuk membandingkan teknik
pengolahan lahan, baik secara vegetatif dan kimia guna mendapatkan pengolahan
lahan yang cocok guna menanggulangi tingkat erosi dan kehilangan air.

3.3 Tempat dan tanggal praktikum


Adapun tempat dan tanggal pelaksanaan praktikum ini ialah:
Tempat Pratikum : Pemenang Kabupaten Lombok Utara
Tanggal Pratikum : 9 Desember 2012

3.4 Tinjauan pustaka


Pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan
pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut
dengan mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas lahan sangat
dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban, sistem
pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover (Djaenuddin , 2006). Pengelolaan lahan
sebagai salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam
sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada
trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan
seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Pengolahan tanah menurut kontur/ memotong lereng : Pengolahan tanah yang
dilakukan menurut kontur atau sabuk gunung, baik dengan pembajakan,
pencangkulan atau perataan, sehingga terbentuk alur-alur dan jalur-jalur tumpukan
tanah yang searah dengan kontur. Alur tanah tersebut akan merupakan penghambat
erosi. Pengolahan tanah menurut kontur ini sebainya diikuti dengan penanaman
dalam baris-baris memotong lereng (Sumarno, 2006).
Sistem pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam, pengolahan lahan,
pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman dan
konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut. Pola tanam tanaman
pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas: padi-padi-palawija; padi-palawija-
palawija; dan padi-palawija-bera (Kartasapooetra, 2005).

3.5 Pembahasan
Pada pembahasan acara yang ke tiga yaiu mengenai System pengelolaan lahan
(system pengelolaan yang secara fisika), model persegi guludan, yang dilaksanakan
didaerah Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Pada kawasan lahan ini jaraknya antar
petak sangat lebar terasnya kurang tepat, tanaman yang ditanaman ada jambu mente
yang memiliki system yang memanjang. Dapat ditanaman tanaman tahunan pada
garis kuntur dengan mengikuti garis kuntur yaitu garis yang memanjang dan memiliki
ketinggian yang sama, misalnya dari bukit satu kebukit yang lain setiap barisannya
memiliki ketinggian yang sama. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan
arah kemiringan lahan. Penerapan sistem pengolahan lahan dengan teknik kontur
diharapkan mampu mengendalikan laju erosi, dimana tanah menjadi longgar dan
mudah meresap dalam tanah.
Pada tahun-tahun berikutnya untuk mengelola tanaman tahunan diusahakan untuk
membuat system guludan. Guludan biasa dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng
dibawah 6%, dimaksudkan untuk aliran permukaan yang mengalir menurut arah
lereng. Dibuat menurut kontur, sedikit miring yang menuju saluran pembuangan.
Pada guludan sebaiknya ditanami rumput penguat guludan dan tanaman tahuan
penguat teras seperti lamtoro. Diatas guludan ada lekukan yang berfungsi untuk
menahan air yang jatuh dan untuk mengekang lajunya air yang jatuh / limpasan air
yang kemudian akan mengambil secara perlahan, maksudnya ketika air sampai pada
limpasan itu maka air akan memiliki kecepatan yang lebih rendah sehingga terjadi
aliran secara perlahan, dan mengakibatkan adanya endapan sehingga erosi yang
dibawa endapan ini akan dibawa dan mengelurakan air saja dan sedikit endapan, jadi
karena air yang tidak begitu cepat antara satu lekukan. Artinya telah banayk
mengalami penggerusan / kerusakan, yang perlu diperhatikan pada saluran ini banyak
tanamannya pun tidak baik, justru akan menyebabkan kecepatan aliran air menjadi
lambat pengendapannya jadi tinggi sehingga pendagkalan saluran akan cepat terjadi.
Pada kawasan ini untuk penanaman jangan terlalu lebar, dan jangan terlalu tidak ada
tanaman , jadi kecepatan air tidak menjadi lambat , daya degredasi juga tinggi dan
tidak sempat dimanfaatkan oleh sekitarnya dan tidak cepat meresap bahkan cepat
jatuh kebagian bawah. Adapun diantarnya ada system primer, tersier, dan sekunder.
Primer: jarang menimbulkan masalah, tapi biaya besar, awet terukur (air tidak ada),
tersier: langsung kedaerah petakan, sering adanya masalah dalam pertanian, sekunder
: sedikit yang permanen. Saluran permanen pada saat waktu di bagian irigasi tersebut
dijaga. Yang berfungsi apabila terjadi kecepatan tinggi (degredasi) perembasan air
tidak akan sampai kebawah, air juga tidak boleh dialirkan terlalu cepat harus
disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
Biasanya dalam system guludan yang diterapkan didaerah ini antar tiap guludan itu
ditanaman tanaman tahunan dan antar disini adapun tanaman semusim yang ada
dikawasan ini seperti ubi kayu, kacang-kacangan dsb. Kegunaan yang lain setiap dari
tanaman tahunan ini (kelapa) begitu kering akan jatuh dan disusun sehingga bahan
organic tanah akan tetap terjamin, akan memperkuat guludan. Begitu lapuk bisa
ditanam pada tanaman-tanaman semusim .pada guludan tersebut disamping untuk
meningkatkan produksi lahan adalah untuk meningkatkan pendapatan para petani :
biasnya mensiasati dengan menanam macam-macam rumput-rumputan seperti
rumput gajah. Biasanya petani hanya menanam kelapa pada jalur kuntur terus hanya
kelapa pada setiap barisan, dibuat guludan dan jatuh pelepahnya dan terbentuk sendiri
sehingga petani mengimbun, jarak antar satu guludan dengan yang lainnya dapat
dimanfaatkan tiap tahunnya.

3.6 Kesimpulan dan saran


Adapun kesimpulan yang kami peroleh yaitu Dibawah guludan dibuat system saluran
diatasnya maksudnya untuk menampung air limpasan yang dari atas yang turun
kebawah, sehingga kecepatan air perlahan pada bagian daerah saluran itu
mengakibatkan endapannya lebih banyak dan yang keluar adalah diharapkan tanah
dan air yang menampung dibawah menjadi saluran itu. Setelah satu periode biasanya
para petani mengeruk kembali endapan yang ada disalurkan dan dikembalikan
kembali keatas. Jadi dengan demikian kehilangan tanah/erosi pertahun diperkecil.
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk system pengolahan lahan ini adalah
dengan menerapankan sistem pengolahan lahan dengan teknik kontur diharapkan
mampu mengendalikan laju erosi, dimana tanah menjadi longgar dan mudah meresap
dalam tanah. Pada tahun-tahun berikutnya untuk mengelola tanaman tahunan
diusahakan untuk membuat system guludan. Guludan biasa dibuat pada lahan dengan
kemiringan lereng dibawah 6%, dimaksudkan untuk aliran permukaan yang mengalir
menurut arah lereng.

ACARA IV
SALURAN AIR
4.1 Pendahuluan
Masalah lingkungan dan pengembangan suatu wilayah saat ini dan ke depan
merupakan permasalahan yang tidak bisa dilepaskan. Kondisi geografis, ketersediaan
faktor pendukung yang berasal dari alam seperti kondisi geologi, curah hujan, air
tanah, daerah resapan dan lahan hijau sudah mutlak harus dipertimbangkan karena
akan menjadi penentu kenyamaan hidup manusia di dan sekitar lingkungan tersebut.
Lebih jauh lagi masalah konservasi sumber-sumber alam seperti air dan lahan hijau di
masa akan datang akan menjadi masalah utama.
Air adalah kebutuhan vital dalam kehidupan seperti untuk konsumsi minum dan
aktivitas rumah tangga, industri, pertanian dan lain-lain. Begitu sentralnya fungsi air
bagi kehidupan dan terus meningkatnya pemakaian air seiring dengan semakin
kompleksnya aktivitas manusia pengetahuan dan kesadaran dalam penggunaan dan
konservasi air tanah sudah menjadi keharusan. Faktor-faktor seperti struktur top soil
(tanah bagian atas) dan batuan ( termasuksifat-sifat fisisnya) dibawahnya sebagai
akuifer dan reservoir air perlu menjadi pengetahuan bagi masyarakat, disamping itu
pengetahuan tentang polutan, siklus air tanah yang meliputi daerah resapan, akuifer
dan reservoir serta menejemen pemakaian air tanah juga menjadi hal yang sangat
penting bagi konservasi air tanah.
Bencana yang sering terjadi akibat faktor curah hujan dan kemampuan daya dukung
lahan untuk dalam menyerap dan menampung air hujan, memberikan akibat banjir di
musim hujan dan kekeringan disaat musim kemarau. Untuk wilayah dataran seperti
Rancaekek banjir dan kekeringan merupakan masalah yang tiap tahun terjadi
ditambah lagi adanya pencemaran air permukaan dan air tanah karena saluran air dan
sungai telah dijadikan sebagai sumber air sekaligus sebagai saluran pembuangan
limbah oleh industri sekitarnya dan juga dari rumah tangga. Untuk hal ini sebelumnya
telah dilakukan suatu penelitian geofisika untuk mendapatkan informasi struktur
pelapisan batuan, jenis batuan dan daya tampung tanah atau batuan terhadap air
sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan wilayah tersebut.

4.2 Tujuan dan kegunaan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menumbuhkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat mengenai kerentanan tanah dan bantuan tehadap bencana banjir, polusi
air dan kekeringan dalam bentuk penyuluhan dan konservasi tanah dan polutan air
tanah dan lingkungan serta Memberikan pengetahuan tentang bahaya-bahaya
kerusakan lingkungan dan polusi terhadap konservasi air tanah.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengantisipasi dan menanggulangi
bahaya banjir, polusi air dan kekeringan. Sedangkan bagi kalangan kampus kegiatan
bisa dijadikan sebagai sarana untuk melasanakan dharma penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat sehingga peran kampus dalam lngkungan masyarakat terasa.

4.3 Tempat dan tanggal praktikum


Praktikum ini dilaksaanakan di Desa Pemenang barat ,Kabupaten Lombok utara, pada
tanggal 9 Desember 2012

4.4 Tinjauan pustaka


Air sangat di perlukan bagi tanaman. Kekurangan air dalam pemeliharaan turgor sel
tanaman dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman karena penurunan
turgor sel dapat mengakibatkan menutupnya stomata sehigga segingga proses
fotosintesis terhambat (Arifin, 2002).
Pengelolaan air dibedakan dalam:
1. Pengelolaan air makro yaitu penguasaan air di tingkat kawasan reklamasi.
Pengelolaan air makro ini bertujuan untuk membuat lebih berfungsi yaitu dengan :
a. Jaringan drainase - irigasi: navigasi, primer, sekunder.
b. Kawasan retarder, kawasan sempadan, dan saluran intersepsi.
c. Kawasan tampung hujan
2. Pengelolaan air mikro yaitu pengaturan tata air di tingkat petani
Konservasi tanah dan air merupakan upaya pengawetan dan pemeliharaan tanah dan
air yang diterapkan pada suatu lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat
diterapkan diantaranya pembuatan teras, penerapan multi cropping pada suatu lahan,
penanaman tanaman rumput sebagai penguat teras dan disekitar aliran sungai sebagi
filter, pembuatan saluran pembuangan air. (Kartasapoetra,2005).
Irigasi adalah penambahan kekurangan air tanah secara buatan dengan memberikan
air secara sistematis pada tanah yang diolah untuk menunjang curah hujan yang tidak
cukup agar tersedia lengas pertumbuhan tanaman. Perlu diingat bahwa dalam
pemberian air tidak boleh sampai berlebihan (melebihi kebutuhan air yang diperlukan
tanaman) karena kebutuhan air yang berlebihan akan merusak tanaman (Anonim,
2012).
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia,
drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah
tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir
(Anonim,2012).
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang,
atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas.

4.5 Pembahasan
Pada praktikum Saluran air ini bertempat dikawasan Lombok Utara tepatnya didaerah
Pemenang Barat. Saluran air dikenal dengan berfungsi menyalurkan air. Dalam
pertanian saluran air ini disebut sebagai saluran irigasi dan daerah irigasi. Saluran
dalam praktikum ini yang kita amati ada dua saluran yaitu saluran tersier yaitu
merupakan saluran air yang relative lebih kecil sedangkan saluran air sekunder
merupakan saluran air yang relative lebih besar. Maka dari itu perlu diterapkan
tekhnik konservasi yaitu bagaimana cara mengatur / mempertahankan agar saluran itu
tidak cepat rusak.
Pembagian saluran air disini yaitu saluran permanen dan saluran alami. Dimana
saluran permanen itu merupakan saluran air yang memerlukan pembetonan dan
penyembuan agar lebih bertahan sedangkan saluran alami merupakan saluran yang
tidak ada campur tangan manusia atau tidak dibuat oleh manusia. Maksudnya
pembuatan ini adalah : bagaimana kapasitas air dapat terpenuhi, karena jika sudah
meluap banyak maka jelas tidak dapat melaksanakan fungsi dengan baik akibatnya
air kemana mana, sebagian hilir bawah dapat mengalami atau tidak kebagian air
sebagaimana mestinya. Hal yang perlu diperhatikan masalah kecepatannya, kecepatan
yang tinggi dengan jumlah saluran yang kecil pun tidak efesien karena hal tersebut
dapat mendegradasi / merusak pinggiran-pinggiran dari pada saluran air.
Saluran tidak permanen / buatan dengan adanya rumput-rumput disekitar sangat
membantu dari pada tekhnik konservasi karena akan meningkatkan koefisien bagian
bawah / samping dari pada saluran. Dan jika semakin besar / tinggi dari pada jumlah
rumput / tanahnya koefsien akan menyebabkan kekasarannya semakin tinggi dan
kecepatannya menjadi lambat. Kecepatan yang lambat menyebabkan daya terjang
menjadi rusak dan menjadi kecil , lebar yang beda menyebabkan saluran makin
mengecil. Banyaknya tanaman menyebabkan saluran cepat rusak, disbanding dengan
yang tidak ada tanaman sama sekali. Tidak adanya tanaman menyebabkan cendrung
akan terbentuk tanaman parabola.

4.6 Kesimpulan dan saran


Adapun kesimpulan dari praktik ini adalah Saluran air merupakan suatu megasistem
kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis
(biological systems) dan sistem manusia (human systems). Saluran dalam praktikum
ini yang kita amati ada dua saluran yaitu saluran tersier yaitu merupakan saluran air
yang relative lebih kecil sedangkan saluran air sekunder merupakan saluran air yang
relative lebih besar. Maka dari itu perlu diterapkan tekhnik konservasi yaitu
bagaimana cara mengatur / mempertahankan agar saluran itu tidak cepat rusak.
Pembagian saluran air disini yaitu saluran permanen dan saluran alami. Dimana
saluran permanen itu merupakan saluran air yang memerlukan pembetonan dan
penyembuan agar lebih bertahan sedangkan saluran alami merupakan saluran yang
tidak ada campur tangan manusia atau tidak dibuat oleh manusia
Adapun saran yang dapat kami brikan yaitu diperlukan keterlibatan semua unsur
masyarakat dalam membangkitkan kesadaran terhadap permasalahan lingkungan
terutama masalah air sehingga mampu membangkitan suatu gerakkan nyata dan
mempunyai kekuatan untuk melestarikan lingkungan yang bersih
dan sehat

ACARA V
PENGENDALIAN EROSI SECARA VEGETATIF

5.1 Pendahuluan
Dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan, maka pengelolaan lahan harus
menerapkan suatu teknologi yang berwawasan konservasi. Suatu teknologi
pengelolaan lahan yang dapat mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan
bilama memiliki ciri seperti : dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang
diusahakan sesuai dengan kondisi bio fisik lahan dan dapat diterima oleh pasar, tidak
mengakibatkan degradasi lahan karena laju erosi kecil, dan teknologi
tersebut dapat diterapkan oleh masyarakat (Sinukaban, 1994). Ada beberapa
teknologi untuk merehabilitasi lahan dalam kaitannya dengan pembangunan yang
berkelanjutan (Sinukaban, 2003) yaitu :
a. Agronomi yang meliputi teknis agronomis seperti TOT, minimum tillage,
countur farming, mulsa, pergiliran tanaman (crop rotation), pengelolaan residu
tanaman, dll.
b. Vegetatif berupa agroforestry, alley cropping, penanaman rumput.
c. Struktur/konstruksi yaitu bangunan konservasi seperti teras, tanggul, cek dam,
Saluran, dll.
d. Manajemen berupa perubahan penggunaan lahan. Tanah dengan penutup tanah
yang baik berupa vegetasi, mulsa residu tanaman akan memperkecil erosi dan run off.
Harsono (1995), lahan tertutup dengan hutan, padang rumput dapat mengurangi erosi
hingga kurang dari 1% dibandingkan dengan tanah terbuka.
Permukaan tanah dengan penutupan yang baik dapat berdampak terhadap :
Menyediakan cadangan air tanah
Memperbaiki/menstabilkan struktur tanah,
Meningkatkan kandungan hara tanah, sehingga lebih produktif
Mempertahankan kondisi tanah dan air.
Memperbaiki ekonomi petani.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan
erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman
produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS (Hamilton, et.al., 1997).

5.2 Tujuan dan kegunaan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaiaman cara dan
tehnik pengendalian pengendalian erosi khususnya dalam pengendalian secara
vegetatif di wilayah senggigi.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu Beberapa kegunaan yang sangat penting
dari metode vegetatif yaitu ; Untuk melindungi tanah terhadap daya perusak butir-
butir hujan yang jatuh, Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas
permukaan tanah dan Untuk memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air
yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

5.3 Tempat dan tanggal praktikum


Adapun tempat dan tanggal praktikum yang dilaksanakan pada :
Tempat : Desa Malimbu , kabupaten Lombok utara.
Tanggal : 9 Desember 2012
5.4 Tinjauan pustaka
Metode Vegetatif merupakan metode yang mempergunakan tumbuhan atau tanaman
dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, jumlah dan daya
rusak aliran permukaan. Fungsi tumbuhan dalam metode ini untuk : a) melindungi
tanah dari daya perusak butir-butir hujan, b) melindungi tanah dari aliran permukaan,
dan c) memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang akan
mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Termasuk dalam metode vegetatif ini
diantaranya; budidaya tanaman semusim (jagung, kacang tanah, dan lain-lain) secara
musiman atau tanaman permanen, penanaman dalam strip cropping, pergiliran
tanaman, sistem pertanian hutan (agro forestry), pemanfaatan sisa tanaman
(Wudianto, R., 1989).
Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk
pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan maupun
tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering dipadukan dengan
tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan.(Sinukaban, 2003). Pengelolaan
tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air
karena memiliki sifat :
memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar
granulasi tanah,
penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi,
disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan
peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah
terjadinya erosi.
Pengelolaan secara vegetatif merupakan salah satu teknologi konservasi tanah dan air
dalam rangka menuju pertanian berkelanjutan. Teknologi ini dapat memelihara
kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dan penutupan lahan sehingga
dapat meningkatkan infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi, memperbaiki hara tanah
serta memiliki nilai ekonomi. Teknologi ini tepat diterapkan pada suatu DAS dengan
distribusi aliran yang memiliki perbedaan yang cukup besar antara volume aliran
puncak dan aliran dasar. Karena dengan menghutankan suatu DAS, maka aliran
sungainya secara terus menerus dalam musim kering besarnya mencapai 2,5 kali lipat
dari aliran sungai yang berasal dari DAS yang tidak berhutan.

5.5 Pembahasan
Pada praktikum acara lima ini yaitu acara yang terakhir yang berada dikawasan
Lombok utara yaitu daerah Malimbu yang akan dibahas mengenai pengendalian erosi
secara vegetative tekhnik ini menggunakan tanaman. Adanya erosi pada kawasan ini
diperkirakan karena tanamannya mengikuti kemiringan lahan tidak mengikuti kontur.
Pada daerah ini system kontur belum diterapkan (tidak rapi-rapi amat). Dibagian
tanah yang kosong terdapat ada beberapa pengendalian erosi melalui vegetative
namun sedikit step kontur yang diterapkan. Jenis tanaman yang digunakan yaitu
tanaman pagar. Yang merupakan tanaman pagar yaitu tanaman yang berfungsi
sebagai penguat teras adalah tanaman banten, tanaman lamtoro dan tanaman gandal ,
rata-rata tanamn seperti ini terdapat di daerah Sumbawa. Contoh dari tanaman ini
yaitu tanaman legume tanaman yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan
pupuk hijau.
Ditempat ini ada keadaan yang rapid dan ada yang tidak rapi dimana keadaan yang
rapi mengikuti kontur dan selok sedangkan keadaan yang tidak rapi tidak mengikuti
kontur yang ada. Dimana dikeadaan yang tidak rapi sebagian sudah diterapkan dan
sebagiannya belum. Tanaman pagar disini digunakan untuk pengendalian secara
vegetative dan bukan meruapakan tanaman tahunan, yang dapat digunakan untuk
menahan laju erosi.

5.6 Kesimpulan dan saran


Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh yaitu setiap usaha pengendalian erosi
tanah mempunyai nilai keuntungan ekonomis yang berbeda, serta mempunyai
kemampuan yang berbeda pula dalam menekan laju erosi. Selain macam tanaman,
sistem pengelolaan dan metode pengendalian yang digunakan berpengaruh terhadap
besarnya laju erosi. Dari kenyataan ini, maka dapat disusun berbagai alternatif
pemilihan usaha pengendalian erosi tanah berdasarkan keuntungan dan risiko
besarnya erosi yang mungkin terjadi. Selanjutnya para pengelola sumberdaya (misal:
petani) dapat diarahkan agar bersedia untuk memilih tanaman dan metode
pengendalian erosi yang mampu memberi keuntungan cukup tinggi serta risiko
timbulnya erosi serendah-rendahnya. Salah satunya dengan mnerapkan pengndalian
erosi secaara vegetative.
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu untuk menerapakan teknik konservasi
tanah dan air lebih mengacu pada cara penanggulangan erosi karena jika erosi
sermakin besar dan tidak ditanggulangi maka kesuburan tanah akan berkurang dan
meyebabkan degradsai lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan dapat
melalui dua cara yaitu secara vegetatif dan mekanik.

Anda mungkin juga menyukai