NIM : 1700553
Kelas : PPB B 2017
Selain itu, dalam implementasi pedagogik berbasis agama terdapat dua model,
yang pertama adalah model profetik yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu tilawah,
tazkiyah dan talim. Dan yang kedua adalah model M-3 (Munazhara, Mudzakarah
dan Muhasabah).
Tiga bagian dari model profetik seperti tilwah, tazkiyah dan talim adalah
sebuah proses pendekatan profetik yang berasal dari guru (Allah SWT, Nabi dan
Manusia), manusia (An-Nafs) , insane kamil dan materi seperti alkitab dan
sunatulllah. Untuk lebih jelasnya, lihat bagan.
Komponen pendidikan melalui Tilawah
Pelaku : Allah Swt., Nabi Saw., orang beriman, ahli kitab, manusia
Proses : Membaca, membacakan, menjelaskan dan menulis
Materi : Al-Quran, tanda-tanda kekuasaan Allah Swt., mukjizat dan pelajaran
Sasaran : Nabi dan Rasul, orang muslim dan non, ahli kitab dan manusia
Komponen pendidikan melalui Tazkiyah
Pelaku : Allah Swt., Nabi Saw., orang beriman
Proses : Beriman, melakukan amal saleh (ibadah), mengembangkan potensi
Materi : Keimanan,ibadah, Al-Quran, mukjizat, argumentasi, kekuasaan Allah
Sasaran : An-Nafs (Akal, qalbu, nafsu), sisi buruk an-Nafs
Komponen pendidikan melalui Talim
Pelaku : Allah SWT, Nabi Saw., orang beriman dan manusia
Proses : Mengajar melalui tanda dan media, mengajar berulang-ulang
Materi : Al-Quran, Al-hikmah, tanda- tanda kekuasaan Allah
Sasaran : Nabi, manusia dan binatang
Kemudian mengaplikasikan pendekatan profetik melalui pembelajaran M-3
dengan cara ilmu yang berada dalam qalbu, dieksternalisasi oleh pendidik melalui
ayat-ayat Allah pada diri dan alam semesta, sehingga diperoleh pemahaman
(Tilawah). Lalu siswa/mahasiswa membawa pemahamannya ke ruang kelas untuk
diluruskan dan dikembangkan (di-tazkiyah), kemudian guru mengajarkan (talim)
siswa dalam menginferensi rujukan (Alkitab) dan memaknai pengalaman nyata ke
dalam bentuk nilai-nilai (Alhikmah).
Model M-3 berlandaskan pada surah al-Ghasyiyah ayat 17 26, yaitu sebuah
proses untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai dilakukan dengan
menggunakan panca indra yang akan mengantarkan berbagai informasi ke dalam
otak manusia (ru`yah, surah al-Waqih). Yang kemudian informasi itu diolah dengan
tafakur dan tadabbur yang diistilah dengan munazharah. Olah pikir itu menghasilkan
ilmu dan keyakinan yang realistis ('ain al-yaqin). Ilmu dan keyakinan tersebut perlu
diperkuat, dipelihara, diinternalisasikan dan dimaknai dengan menggunakan daya
nalar dan daya qalbu (mudzakarah). Proses mudzakarah menghasilkan ilmu yang
diyakini kebenarannya, yaitu ilm al-yaqin. Ilmu yang demikian perlu terus dievaluasi
dan direfleksi dengan memvalidasi, menimbang kekurangan dan kelebihannya,
mendokumentasikan, dan menyajikan atau mendakwahkannya melalui muhasabah.
Proses muhasabah melahirkan ilmu yang valid dan telah teruji kebenarannya yang
disebut haq al-yaqin.
Munazharah
Nazhara
- Melihat dengan mata (muayanah)
- Menyaksikan (musyahadah)
- Mengamati (mulahazhah)
Ra`a
- Melihat dengan indra atau alat yang ekuivalen dengan indra
- Melihat dengan al-wahmu (ilusi)
- Melihat dengan at-takhayyul (imajinasi)
- Melihat dengan akal
- Menduga dengan kuat
Bashara
- Melihat dengan mata, menggunakan daya pada organ mata
- Melihat dengan daya pada qalbu menggunakan qalbu yang melihat dengan tajam
Mudzakarah
Mengingat Allah dengan membaca Alquran atau menyebut nama-Nya
Menuturkan sesuatu secara berulang-ulang, mengemukakan sifat yang khas dari
sesuatu
Mengingat sesuatu setelah lupa (al-muhafazhah), melakukan kegiatan mengingat
(mudzakarah)
Mengingat sarana pengingat (tadzkirah) mengekspresikan isi qalbu secara lisan.
Muhasabah
Menggunakan bilangan
Meminta tanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan
Mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan
Mencatat dan menghitung
Mendokumentasikan dan menyajikan hasil pencatatan
Merefleksi apa yang telah dilakukan