Di era modern ini banyak bermunculan produk-produk baru yang diciptakan oleh manusia untuk melengkapi kebutuhan manusia yang selalu berkembang (Kardayanto 2006). Kemajuan teknologi tersebut juga terjadi dalam hal produk makanan, yaitu adanya perkembangan bioteknologi. Semakin banyak bahan dasar yang ditemukan, maka semakin banyak pula jenis makanan atau campuran dengan rasa tertentu yang dapat diciptakan, seperti halnya cairan cuka untuk menambahkan rasa asam dalam makanan. Secara khusus di Indonesia, dapat dimengerti bahwa konsumsi cuka dalam makanan masyarakatnya sehari-hari sudah tidak asing lagi. Cuka biasanya ditambahkan dalam semangkuk bakso, digunakan untuk membuat acar, atau pun dibuat sebagai pelengkap hidangan pempek (cuka pempek) (Partana 2008). Perlu diketahui bahwa pada awalnya cuka bukanlah digunakan untuk menambahkan rasa asam pada makanan (Institut Teknologi Sepuluh November n.d.). Cuka ditemukan pada abad ke-3 sebelum masehi dengan tujuan untuk memberi warna pada logam. Namun, seiring berjalannya waktu, pada tahun 1847, ahli kimia yang berasal dari Jerman, Hermann Kolb mensintesis asam asetat dari zat anorganik yaitu zat yang berasal dari sumber daya alam mineral non-makhluk hidup. Pada tahun 1910, asam asetat dapat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu, yang saat ini lebih dikenal sebagai cuka industri (FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia n.d.). Sejak itu, cuka lebih mudah didapatkan dan sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan yang dikonsumsi. Namun, sebuah surat kabar mengatakan bahwa cuka industri merupakan salah satu cairan yang dapatdigunakan untuk membersihkan noda atau kerak yang terdapat pada keramik kamar mandi (Wardhani 2014). Tidak sekedar itu saja, sekarang sudah banyak sumber yang mengatakan bahwa cuka merupakan pembersih yang efektif, seperti di situs vinegarworkswonders.com (2010) dan vinegartips.com (2014). Memahami bahwa cuka industri merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai alat kebersihan rumah tangga, secara logis, dampaknya jika dikonsumsi oleh tubuh manusia tidaklah baik. Meskipun demikian, saat ini belum ada banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti apakah benar bahwa cuka industri berbahaya bagi tubuh manusia jika dikonsumsi. Belum ada bukti nyata yang serius akan bahaya yang ditimbulkan oleh cuka industri sehingga bahaya cuka industri belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Terlepas dari bahaya atau tidaknya cuka industri bagi tubuh manusia, perlu diketahui bahwa cuka industri hanya sekedar memberi rasa asam, bukan sebagai penambah vitamin dan mineral yang signifikan. Hal ini disebabkan kandungannya semata-mata hanya air dan asam asetat murni, yang berisi kandungan mineral yang sangat sedikit dengan ketiadaan vitamin di dalamnya (USDA n.d.).