Aktivitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat
memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.
Pengaruh aktifitas fisik terhadap fungsi biologis dapat berupa pengaruh positif yaitu
memperbaiki maupun pengaruh negatif yaitu menghambat atau merusak. Pada atlit dalam
pemberian beban maksimal saat pelatihan fisik atau kelelahan yang berat ditemukan adanya
perubahan jumlah leukosit pada darah tepi, yang diduga menyebabkan meningkatnya kejadian
infeksi saluran nafas, karena terjadi penekanan fungsi imunitas, sehingga terjadi penurunan
penampilan. kelelahan akibat aktifitas fisik maksimal akan menyebabkan terjadinya perubahan
komponen seluler dari imunitas yang dapat dilihat pada darah tepi. Beban maksimal juga
menyebabkan menurunnya produksi antibodi dan penurunan fungsi limfosit secara umum.
Sehingga kerja sistem imun menurun.
Dalam olahraga, sistem kerja imun sangat berpengaruh. Latihan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh yang sehat oleh berkurangnya kerentanan tubuh terhadap penyakit,
sedangkan meningkatkan kekuatan sistem kekebalan tubuh itu sendiri. sehingga
memungkinkan tubuh untuk melawan infeksi lebih berhasil dan peningkatan suhu tubuh akibat
aktivitas fisik atas dapat membantu dalam menahan pertumbuhan bakteri. Sehingga peneliti
ingin mengetahui apakah ada pengaruh latihan aerobik teratur pada saat siang hari dan malam
hari terhadap peningkatan jumlah leukosit dalam darah.
Penelitian ini menggunakan experimental laboratories dengan rancangan penelitian
Randomized Control Group Postest Design. Sampel penelitian menggunakan tikus putih jenis
rattus norvegicus strain wistar berjenis kelamin jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok,
masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor. kelompok kontrol, kelompok yang diberi perlakuan
renang pada siang hari, kelompok yang diberi perlakuan renang pada malam hari. Pengaruh
latihan diketahui dengan cara mengukur kadar leukosit dalam darah. Pengukuran leukosit
dalam darah menggunakan HORIBAABX Diagnostics.
Berdasarkan analisis data tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan aerobik
teratur pada saat siang hari dan latihan aerobik teratur pada saat malam hari terhadap
peningkatan leukosit. Tetapi dilihat dari nilai rata-rata kontrol = 7380, siang = 7880, malam =
6180, terdapat perbedaan jumlah kadar leukosit pada tikus. Kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh yang tidak nyata latihan aerobik teratur yang dilakukan terhadap peningkatan jumlah
kadar leukosit.
Saran berdasarkan hasil penelitian ini, perlu diadakan penelitian yang serupa dengan jumlah
sampel dan bentuk latihan yang berbeda. Perlu diadakan penelitian dengan sampel manusia
mengenai pengaruh latihan aerobik teratur siang hari dan malam hari.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik
tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C.
Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk
melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian
yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S.
Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan
suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres
dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran,
busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada
penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.
Mengapa Fokus Pembahasan Kita Tentang Anak ?
Karena peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ
tubuhnya, karena luas permukaan tubuh relatif kecil dibandingkan pada orang dewasa,
menyebabkan ketidakseimbangan organ tubuhnya. Peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang
termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidupnya, lebih lanjut dapat mengakibatkan
terganggunya proses tumbuh kembang anak.
Definisi Pireksia
1. Menurut kamus keperawatan, pireksia ( fever ) adalah kenaikan suhu tubuh diatas suhu
normal ( Christine Hancock, ed 17, 1999 )
2. Menurut kamus kedokteran, pireksia ( febris, fever, demam ) adalah peningkatan suhu tubuh
di atas normal; setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ( Dorland, 2002 )
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak
tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang
memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh
dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan
proses metabolisme yang utama.
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat
menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu
yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis.
Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). selain itu, ada suhu permukaan
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu
ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik
tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C.
apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk
melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan
percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas
kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang
cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme
basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika
suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran
impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh
kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang
produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari
epinefrin dan norefineprin.
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat
dengan kuat.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri.
Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya
bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras
spinotalamikus (mekanismenya hamper sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai
di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di
atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks
dorsalis.
Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal
suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek
ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke
korteks somatosensorik.
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100%
diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu
lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa
ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini terjadi
karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.
Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan
panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan
pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa
jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu
tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh
darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh
ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.
Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 20
mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi
merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas,
yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari
suhu tubuh.
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang
ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat
kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena
dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative
jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses
perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu
gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58
kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar
450 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam.
Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Gambar Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas (Tamsuri Anas, 2007)
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan
konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh
suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh
melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual (
yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas
oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
4. Usia
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga memberi
efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme
pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses
termogenesis tanpa menggigil (non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu
meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini
dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini sangat
penting untuk mencegah hipotermi pada bayi.
Tabel Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)
(Pengertian dan Jenis Jenis Pernafasan) Berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa
inspirasi dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut.
Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan uraian berikut.
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat
dan akibatnya volume rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini membuat
tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru mengembang. Pada saat paru-paru
mengembang, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam paruparu, akibatnya udara
masuk.
Sebaliknya, saat otot antartulang rusuk berelaksasi, tulang rusuk turun. Akibatnya, volume
rongga dada mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini paru-paru
mengempis sehingga udara keluar.
b. Pernapasan Perut
Pernapasan ini terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi, rongga dada
akan membesar dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-
paru.
Saat otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada
akan menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis. Selanjutnya, udara dari paru-
paru akan keluar.
15. Apakah ada pengaruh aktivitas terhadap ritme pernafasan? Jelaskan !
KONTROL PERNAFASAN
Dalam kondisi laju respirasi yang tidak seimbang, tubuh akan berusaha mengembalikan
kondisi tersebut dengan mekanisme homeostasis tubuh yang khas. Mekanisme
homeostasis yang terjadi meliputi :
DRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal
dan otot diafragma. DRG ini berfungsi pada seluruh proses respirasi normal.
VRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot respirasi aksesori,
yang berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat inhalasi maksimal dan ekshalasi
aktif.
Kelompok dorsal terutama terdiri atas neuron inspirasi yang serat desendensnya berakhir
pada motor neuron di medula yang mempersarafi otot-otot inspirasi. Secara periodik,
neuron ini akan melepas impuls dengan frekuensi 12-15/menit. Sebagian serat saraf dari
dorsal akan berjalan ke kelompok ventral. Kelompok ventral terdiri neuron inspirasi dan
neuron ekspirasi yang keduanya tidak aktif selama pernapasan tenang. Apabila kebutuhan
ventilasi meningkat, neuron I pada kelompok ventral diaktifkan melalui rangsang dari
kelompok dorsal. Impuls melalui serat saraf yang keluar dari neuron I kelompok ventral
akan merangsang motor neuron yang mempersarafi otot-otot inspirasi tambahan melalui n.
IX dan n. X. Demikian pula neuron E akan dirangsang untuk mengeluarkan impuls yang
akan menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi, sehingga terjadi ekspirasi aktif.
Terdapat pula suatu mekanisme feedback negatif antara neuron I kelompok dorsal dan
neuron E kelompok ventral. Impuls dari I-DRG, selain merangsang motor neuron otot
inspirasi, juga akan merangsang neuron E-VRG. Neuron E-VRG sebaliknya akan
mengeluarkan impuls yang menghambat neuron I-DRG. Dengan demikian, neuron I-DRG
akan menghentikan aktivitasnya sendiri melalui penglepasan rangsang inhibisi.
Hypothermia terdiri dari kata hypo yang berarti rendah, dan thermia yang berarti
panas. Kemudian di artikan, hypothermia adalah panas yang rendah. Hypothermia
bisa membunuh kita, dan kita bisa meninggal dalam suhu dingin maupun panas, baik
di daratan maupun di perairan. Dan intinya, hypothermia membunuh orang yang tak
siap dalam kondisi dingin. Jika kita tak siap menghadapi kondisi dingin, jantung kita
akan berhenti.
PENYEBAB HYPOTHERMIA
Tubuh kita kehilangan panas saat di luar. Tubuh kita kehilangan panas saat kita
bernafas. Kita kehilangan panas saat berkeringat. Kita kehilangan panas saat angin
atau air mengurung kita. Kita kehilangan panas saat menyentuh sesuatu yang dingin.
Lima bagian pada tubuh kita mengalami kehilangan panas paling banyak. Bagian -
bagian itu dikenal dengan area yang mengalami kehilangan panas paling banyak.
Bagian - bagian tersebut adalah kepala, leher, ketiak, kedua sisi samping dada dan
daerah lipatan paha. Setengah panas tubuh kita hilang melalui kepala, maka
gunakanlah penutup kepala. Ketika kita kehilangan terlalu banyak panas tubuh, kita
mengalami Hypothermia .
dalam pendakian gunung terutama, sering kita jumpai pendaki yang menenggak
alkohol dengan alasan untuk menghangatkan badan, padahal alkohol menipu tubuh
kita. Mungkin kita tidak berpikir bahwa kita kedinginan, mungkin kita tidak ingat
bagaimana menolong diri sendiri. Jika minum alkohol, mungkin tidak menggigil.
CEGAH HYPOTHERMIA