Anda di halaman 1dari 23

ASKEP LIMFOMA NON HODGKIN

MAKALAH SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI

LIMFOMA NON HODGKIN

Di susun oleh :
Nama : Windayona Hadi Prasetya
NIM : 1002108
Prodi : SI/ IIA

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2011/2012

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci
dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih
mirip susu yang engandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya
mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik.
Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut
limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :
Pembuluh Limfe
Kelenjar Limfe (nodus limfe)
Limpa
Tymus
Sumsum Tulang

1. Anatomi fisiologi sistem limfatik


a. Pembuluh limfe
Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga
limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus yang
disebut lakteal yang dijumpai dala vili usus.
Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan
mengandung sejmlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke
dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lakteal karena bila lemak
diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe. Sepanjang pergerakan limfe
sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di dalam dada, sebagian lagi didorong oleh
kontraksi otot.
Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi
darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa lemak yang sudah
dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan limfe yang melaksanakan ini ialah saluran
lakteal, menyaring dan menghancurkan mikroorganisme, menghasilkan zat antiboi untuk
melindungi terhadap kelanjutan infeksi.
b. Kelenjar limfe (nodus limfe)
Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 25 mm. Limfe disebut
juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir sama dengan plasma darah dan
cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak
terdapat karbon dioksida, dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe yang berasal dari usus
banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari cairan jaringan
melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler kapler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam
peredaran darah melalui vena.
Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan limfosit,
membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.

c. Limpa
Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah
hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya
menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/
pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah besar sel sel darah.
Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler
kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel
darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat
pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa
tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya,
mengasilkan zat antibodi.
Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta.
Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati. Pembuluh darah
masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di permukaan dalam. Pembuluh darah itu
memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.

d. Thymus
Kelejar timus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi trakea.
Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan
beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya
dari 30 40 gram dan kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan
produksi antibody dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih.
e. Bone marrow / sumsum tulang
Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea) adalah jaringan lunak yang
ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besarsel
darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang: sumsum merah(dikenal juga sebagai jaringan
myeloid) dan sumsum kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah
putihdihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan
warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang
tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang
adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi
sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar
setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama pada tulang
pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung,tulang
belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang panjangfemur dan humerus. Sumsum kuning
ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh
kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum
merah untuk meningkatkan produksi sel darah.

2. Lokasi-lokasi nodus limfe.


Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin (langit mulut) dan
tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus halus, apendiks dan limfa.
3. Fisiologi sistem limfatik
Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan sehingga
memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh.
Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam cairan jaringan ke
dalam aliran darah.
Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.
Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi
Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna, terutama
lemak.
4. Mekanisme Sirkulasi Limfatik.
Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan disini
terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan juga gaya isap torak
pada gerakan inspirasi.
Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat kontraksi otot-
otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan karena adanya katup yang
mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat tekanan ringan dari cairan jaringan akibat ada
rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran
cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat
adanya kelebihan caiaran yang terkumpul didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi
vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian cairan jaringan.

2. DEFINISI
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini
berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan
cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit
Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati
lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari
tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum
tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk
menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya
menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
3. ETIOLOGI
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan bahan limfogenik seperti virus
EBV, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya. Terdapat beberapa fakkor resiko
terjadinya LNH, antara lain :
Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH
antara lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang
berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan Epstein Barr
Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada semua
kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya
limfoma Burkit belum diketahui.
Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko
tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan
herbisida dan pelarut organic.
Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.

4. GEJALA KLINIS
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
- Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
- Limphadenopaty

Gejala Penyebab Kemungkinan


timbulnya gejala
Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening 20-30%
Pembengkakan wajah di dada
Hilang nafsu makan Pembesaran kelenjar getah bening 30-40%
Sembelit berat di perut
Nyeri perut atau perut
kembung
Pembengkakan Penyumbatan pembuluh getah 10%
tungkai bening di selangkangan atau perut
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke usus halus 10%>
badan
Diare
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan Penyumbatan pembuluh getah 20-30%
di sekitar paru-paru bening di dalam dada
(efusi pleura)
Daerah kehitaman Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
dan menebal di kulit
yang terasa gatal
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke seluruh 50-60%
badan tubuh
Demam
Keringat di malam
hari
Anemia Perdarahan ke dalam saluran 30%, pada
(berkurangnya jumlah pencernaan akhirnya bisa
sel darah merah) Penghancuran sel darah merah mencapai 100%
oleh limpa yang membesar &
terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah
oleh antibodi abnormal (anemia
hemolitik)
Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau
terapi penyinaran
Mudah terinfeksi oleh Penyebaran ke sumsum tulang dan 20-30%
bakteri kelenjar getah bening,
menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibodi

5. PATOFISIOLOGI
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada
salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada dalam
proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen). Beberapa
perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain: 1).ukurannya semakin besar, 2).Kromatin
inti menjadi lebih halus, 3).nukleolinya terlihat, 4).protein permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma Hodgkin dan
non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-
6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi awalnya menyerang sel limfosit yang
ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel limfosit tersebut membelah secara abnormal atau
terlalu cepat dan membentuk tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening
(nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut
dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel
tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah akan terdesak,
jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu populasi limfoblast
yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit dibawah normal yang disebut
trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu akan disebut bisitopenia yang
menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat
(misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil
(amandel) menyebabkan gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ
dan menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut,
pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma non hodgkin lebih
mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak anak, gejala
awalnya adalah masuknya sel sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak,
dan tulang belekang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma ini
menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya delirium, penurunan
kesadaran).
Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan merasa lemah tidak
berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar
getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.

6. KLASIFIKASI
Ada 2klasifikasi besar penyakit ini yaitu:
Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin indolen

a. Limfoma non Hodgkin agresif


Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh cepat
atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh
dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien yang penyakitnya tidak
berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama, sering berhasil baik
dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma non Hodgkin
agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.

b. Limfoma non Hodgkin indolen


Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh
lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya
sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap
tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan,
seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin
menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu
pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan
sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma
non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang
kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien
juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam
stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat malam, penurunan
berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone scan, CT scan, biopsi sunsum
tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi. Untuk LH
memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai kriteria internasional working
formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage

8. PENATALAKSANAAN
Therapy Medik
Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)
Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
Tanpa keluhan : tidak perlu therapy
Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari
atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu.
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas
Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama
Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal : seperti therapy LH
Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin, prednison (CHOP)
dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I
H : Hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 5
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu
Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
Ideal : diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B
Therapy radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim onkology
( di RS type A dan B)

9. PROGNOSIS
LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok prognostik: Indolent Lymphoma dan Agresif
Lymphoma. LNH memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival 10 tahun, tetapi
biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar tipe Indolen adalah
noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek,
namun lebih dapat disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif. Resiko
kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologik divergen baik pada kelompok
Indolen maupun Agresif.
Derajat keganasan rendah: tidak dapat sembuh namun dapat hidup lama. Derajat keganasan
menengah: sebagian dapat disembuhkan. Derajat keganasan tinggi: dapat disembuhkan, cepat
meninggal apabila tidak diobati.
10. KOMPLIKASI
Akibat langsung penyakitnya
- Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
- Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan
- Aplasia sumsum tulang
- Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
- Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
- Neuritis oleh obat vinkristin6

11. EPIDEMIOLOGI
Limfoma non-Hodgkin (NHL) merupakan penyakit yang terutama dijumpai pada usia agak
tinggi. Insidensi puncak terdapat di atas 40 tahun dan untuk berbagai subtipe bahkan di atas 60
tahun di seluruh dunia. Median umur penderita limfoma non-Hodgkin adalah 50 tahun. Tetapi
ada beberapa tipe, yaitu NHL derajat tinggi, yang juga (dan terutama) terdapat pada umur anak
dan remaja muda. Insidensinya adalah 6 per 100.000.

12. PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Non Hodgkin karena penyebabnya tidak diketahui.
Super lutein merupakan herbal antikanker no 1 yang direkomendasikan oleh 6600 dokter di
dunia. Kemampuannya sebagai herbal antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan
lycopene, beta caroten dan alpha carotene merupakan karotenoid yang berfungsi sebagai
antioksidan yang sangat baik untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal
bebas dalam tubuh. karotenoid tersebut juga mampu menghambat dan membunuh mutasi sel-sel
kanker ini.

13. ASKEP
A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai
dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan
Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau
mungkin tuberkulosis limfa.

Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1.Data subyektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38Oc
b.Sering keringat malam
c.Cepat merasa lelah
d.Badan lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah

2.Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha
b.Wajah pucat

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi
2.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
4.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
terhadap perdaharan
5.Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak ke jaringan
luar
6.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
7.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9.Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah
10.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan
dan perawatan
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber

C.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


1.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
a.Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 37,5C)
b.Intervensi :
Observasi suhu tubuh pasien
Rasional : dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat.
Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut umur)
Rasional : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh.
Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
Rasional : kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara konduksi.
Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap keringat.
Rasional : Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh
menjadi seimbang.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.
2.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
a.Tujuan : nyeri berkurang
b.Intervensi :
Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan
meningkat
Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.
Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
a.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
b.Intervensi :
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan rencana nutrisi
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan untuk makan
Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat membantu proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
4.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
a.Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan
b.Intervensi :
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan
tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rasional : membantu dan memenuhi ADL pasien
Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan
oksigen).
5.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan
dan perawatan
a.Tujuan : pasien tidak cemas/berkurang
b.Intervensi
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
Rasional ketakutan dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang prosedur yang akan
dilakukan, tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya
Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Rasional : memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur tindakan akan meningkatkan
pemahaman pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
D.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat

E.Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 37,5c)
2.Nyeri berkurang
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi
5.Pasien tidak cemas/berkurang

14. ASPEK LEGAL ETIS


Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara
holistik.

Non Maleficence (do no harm)


Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya.
Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

Beneficence (do good)


Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan
baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.

Justice (perlakuan adil)


Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.

Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.

15. PENDKES

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
Tema : Penyakit Limfoma Non Hodgkin
Sub Tema : Perawatan Limfoma Non Hodgkin
Sasaran : Ny. E
Tempat : Bangsal Di rumah sakit
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Oktober 2012
Waktu : 20 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ny. E dapat menjelaskan Limfoma
Non Hodgkin.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Klien Dapat:
Menjelaskan pengertian penyakit Limfoma Non Hodgkin dengan benar
Menjelaskan patofisiologi Limfoma Non Hodgkin
Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit Limfoma Non Hodgkin
Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit Limfoma Non Hodgkin
Menjelaskan penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin

C. Materi
1. Pengertian Limfoma Non Hodgkin
2. Patofisiologi penyakit Limfoma Non Hodgkin
3. Faktor penyebab dari Limfoma Non Hodgkin
4. Tanda/gejala penyakit Limfoma Non Hodgkin
5. Penatalaksanaan penyakit Limfoma Non Hodgkin

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pembukaan Salam pembuka Menjawab salam


Menyampaikan tujuan Menyimak,
5 Menit
penyuluhan Mendengarkan, menjawab
pertanyaan
2. Kerja/ isi Penjelasan pengertian, Mendengarkan dengan
penyebab, gejala, penuh perhatian
penatalaksanaan dan Menanyakan hal-hal yang
patofisiologi penyakit belum jelas
Limfoma Non Hodgkin Memperhatikan jawaban 10 menit
Memberi kesempatan dari penceramah
peserta untuk bertanya Menjawab pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Evaluasi

Menyimpulkan Mendengarkan
3. Penutup 5 Menit
Salam penutup Menjawab salam

F. Media
1. Leaflet : Tentang penyakit Limfoma Non Hodgkin
2. Poster tentang penyakit Limfoma Non Hodgkin

G. Sumber/Referensi
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

H. Evaluasi
Formatif :
Klien dapat menjelaskan pengertian Limfoma Non Hodgkin
Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit Limfoma Non Hodgkin
Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit Limfoma Non Hodgkin
Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin

Sumatif :
Klien dapat memahami penyakit Limfoma Non Hodgkin

Yogyakarta, Rabu 13 Oktober 2012


Penyuluh

(Windayona Hadi Prasetya)

16. JURNAL
Non-Hodgkin lymphoma response evaluation with MRI texture classification
Lara CV Harrison1,2*, Tiina Luukkaala3,4, Hannu Pertovaara5, Tuomas O
Saarinen1,Tomi T Heinonen2,6, Ritva Jrvenp6, Seppo Soimakallio1,6, Pirkko-Liisa I
Kellokumpu-Lehtinen1,5, Hannu J Eskola2,6 and Prasun Dastidar1,2,6

Abstract

Background

To show magnetic resonance imaging (MRI) texture appearance change in non-Hodgkin


lymphoma (NHL) during treatment with response controlled by quantitative volume analysis.

Methods
A total of 19 patients having NHL with an evaluable lymphoma lesion were scanned at three
imaging timepoints with 1.5T device during clinical treatment evaluation. Texture characteristics
of images were analyzed and classified with MaZda application and statistical tests.

Results

NHL tissue MRI texture imaged before treatment and under chemotherapy was classified within
several subgroups, showing best discrimination with 96% correct classification in non-linear
discriminant analysis of T2-weighted images.

Texture parameters of MRI data were successfully tested with statistical tests to assess the
impact of the separability of the parameters in evaluating chemotherapy response in lymphoma
tissue.

Conclusion

Texture characteristics of MRI data were classified successfully; this proved texture analysis to
be potential quantitative means of representing lymphoma tissue changes during chemotherapy
response monitoring.

Background

Quantitative image analysis may provide new clinically relevant information on the target of
interest, constituting a major advantage in clinical work as well as in research. The most
significant objectives in quantitative image analysis are to find tissue-characterizing features
with biological significance and which correlate with pathophysiology detected by other
methods, i.e. clinical examination, other imaging modalities and pathological-anatomical
diagnosis, and secondly to provide this new information on the properties of tissues to be used
alone or in combination with other clinical information allowing more reliable detection of
disease and sophisticated tissue classification as a clinical diagnostic and follow-up tool.

Precise and earlier diagnostics and monitoring treatment response are significant both for the
individual patient's prognosis and on a larger scale in developing treatment procedures,
especially in malignant diseases. Within the research on solid tumors extensive and widely used
Response Evaluation Criteria in Solid Tumors (RECIST) Guidelines may be followed to obtain
intra- and inter center comparable results. RECIST defines measurability of tumor lesions and
specifies methods of measurements with different techniques [1]. According to the RECIST
criteria measure of tumor response from radiological images is done by measuring lesions one-
dimensionally, furthermore the World Health Organization (WHO) criteria use two dimensional
analysis and several research groups volumetric three-dimensional analysis [2].
Staging of non-Hodgkin's lymphomas (NHL) is the key element of treatment planning for this
heterogeneous group of malignancies. A variety of diagnostic tools, including biopsies,
computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), 18F-fluorodeoxyglucose
positron emission tomography (FDG-PET) or molecular markers are used in pre-treatment
staging [3]. Enhancement with contrast media could also help the evaluation in using different
imaging modalities. The same tools are applied to evaluate the response to different types of
treatment. Novel techniques such as hybrid positron emission tomography computed
tomography (PET-CT) imaging and new PET tracers like 18F-fluoro-thymidine (18F-FLT) may
increase the sensitivity of response assessment [4]. Reports aiming international standardization
of clinical response criteria for NHL have been published [5,6], and these criteria are in wide
clinical use. A combination of cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine and prednisone
(CHOP) remains the mainstay of therapy. The addition of a chimeric-anti-CD20 immunoglobulin
G1 monoclonal antibody, rituximab (Mabthera), has resulted in a dramatic improvement in the
outcome of the most common NHL, diffuse large B-cell lymphoma, but has also been shown to
effective in other type of B-cell lymphomas [7-9].
Several quantitative MRI studies have indicated that texture analysis (TA) has the ability to
detect differences between tissues and subtle changes between disease burden and normal tissue.
Successful applications of TA have been reported from studying neurological diseases [10-15],
brain tumors [16,17], amygdale activation [18], muscles [19,20], trabecular bone [21-23],
liver[24-26], breast cancer [27-31] and lymphomas [32].
In this paper we report the ability of TA to detect changes in NHL solid tissue masses during
chemotherapy. The change in texture appearance is controlled by quantitative volumetric
analysis. We classify statistical, autoregressive (AR-) model and wavelet texture parameters
representing pre-treatment and two under chemotherapy stages of tumors with four analyses: raw
data analysis (RDA), principal component analysis (PCA), linear (LDA) and non-linear
discriminant analysis (NDA). The final objective is to show that these texture parameters of MRI
data can be successfully tested with Wilcoxon paired test and Repeatability and Reproducibility
(R&R) test for assess the impact of the parameters usability in evaluating chemotherapy response
in lymphoma tissue.

Methods

Tumor Response Evaluation (TRE) is a wide prospective clinical project ongoing at our
university hospital on cancer patients, where tumor response to treatment is evaluated and
followed up using simultaneously CT, MRI and PET imaging methods. Clinical responses for
these lymphoma patients were assessed according to the guidelines of the international working
group response criteria. In this texture analysis study, as a part of extensive project, the focus
was on quantitative imaging methods and only the response in predefined solid NHL masses was
evaluated. The ethics committee of the hospital approved the study and participants provided
written informed consent. Primary inclusion criteria were NHL patients with at least one bulky
lesion (over 3 centimeters) coming for curative aimed treatment. Exclusion criteria were central
nervous disease, congestive heart failure New York Heart Association Classification (NYHA)
III-IV, serious psychiatric disease, HIV infection and pregnancy.

Daftar Pustaka :
1. http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-cara-mencegah-dan-mengatasi-limfoma-
hodgkin/
2.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Tumor+Abdomen+Bawah+Regio+Supra+Pub
ik+Suspect+Limfoma+Maligna
3. http://medicastore.com/penyakit/308/Limfoma_Non-Hodgkin.html
4. http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/07/28/limfoma-non-hodgkin/
5. http://dc227.4shared.com/img/LbfnpSU9/preview.html
6. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28230
7. http://firm4n.files.wordpress.com/2007/03/lnh.pdf
8. http://fitralxt190110.blogspot.com/2011/09/askep-hodgkin.html

Anda mungkin juga menyukai