Di susun oleh :
Nama : Windayona Hadi Prasetya
NIM : 1002108
Prodi : SI/ IIA
c. Limpa
Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah
hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya
menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/
pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah besar sel sel darah.
Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler
kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel
darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat
pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa
tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya,
mengasilkan zat antibodi.
Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta.
Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati. Pembuluh darah
masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di permukaan dalam. Pembuluh darah itu
memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.
d. Thymus
Kelejar timus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi trakea.
Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan
beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya
dari 30 40 gram dan kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan
produksi antibody dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih.
e. Bone marrow / sumsum tulang
Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea) adalah jaringan lunak yang
ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besarsel
darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang: sumsum merah(dikenal juga sebagai jaringan
myeloid) dan sumsum kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah
putihdihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan
warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang
tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang
adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi
sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar
setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama pada tulang
pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung,tulang
belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang panjangfemur dan humerus. Sumsum kuning
ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh
kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum
merah untuk meningkatkan produksi sel darah.
2. DEFINISI
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini
berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan
cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit
Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati
lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari
tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum
tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk
menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya
menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
3. ETIOLOGI
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan bahan limfogenik seperti virus
EBV, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya. Terdapat beberapa fakkor resiko
terjadinya LNH, antara lain :
Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH
antara lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang
berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan Epstein Barr
Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada semua
kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya
limfoma Burkit belum diketahui.
Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko
tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan
herbisida dan pelarut organic.
Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.
4. GEJALA KLINIS
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
- Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
- Limphadenopaty
5. PATOFISIOLOGI
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada
salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada dalam
proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen). Beberapa
perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain: 1).ukurannya semakin besar, 2).Kromatin
inti menjadi lebih halus, 3).nukleolinya terlihat, 4).protein permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma Hodgkin dan
non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-
6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi awalnya menyerang sel limfosit yang
ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel limfosit tersebut membelah secara abnormal atau
terlalu cepat dan membentuk tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening
(nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut
dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel
tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah akan terdesak,
jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu populasi limfoblast
yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit dibawah normal yang disebut
trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu akan disebut bisitopenia yang
menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat
(misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil
(amandel) menyebabkan gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ
dan menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut,
pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma non hodgkin lebih
mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak anak, gejala
awalnya adalah masuknya sel sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak,
dan tulang belekang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma ini
menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya delirium, penurunan
kesadaran).
Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan merasa lemah tidak
berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar
getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.
6. KLASIFIKASI
Ada 2klasifikasi besar penyakit ini yaitu:
Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin indolen
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat malam, penurunan
berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone scan, CT scan, biopsi sunsum
tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi. Untuk LH
memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai kriteria internasional working
formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage
8. PENATALAKSANAAN
Therapy Medik
Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)
Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
Tanpa keluhan : tidak perlu therapy
Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari
atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu.
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas
Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama
Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal : seperti therapy LH
Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin, prednison (CHOP)
dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I
H : Hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 5
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu
Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
Ideal : diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B
Therapy radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim onkology
( di RS type A dan B)
9. PROGNOSIS
LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok prognostik: Indolent Lymphoma dan Agresif
Lymphoma. LNH memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival 10 tahun, tetapi
biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar tipe Indolen adalah
noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek,
namun lebih dapat disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif. Resiko
kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologik divergen baik pada kelompok
Indolen maupun Agresif.
Derajat keganasan rendah: tidak dapat sembuh namun dapat hidup lama. Derajat keganasan
menengah: sebagian dapat disembuhkan. Derajat keganasan tinggi: dapat disembuhkan, cepat
meninggal apabila tidak diobati.
10. KOMPLIKASI
Akibat langsung penyakitnya
- Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
- Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan
- Aplasia sumsum tulang
- Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
- Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
- Neuritis oleh obat vinkristin6
11. EPIDEMIOLOGI
Limfoma non-Hodgkin (NHL) merupakan penyakit yang terutama dijumpai pada usia agak
tinggi. Insidensi puncak terdapat di atas 40 tahun dan untuk berbagai subtipe bahkan di atas 60
tahun di seluruh dunia. Median umur penderita limfoma non-Hodgkin adalah 50 tahun. Tetapi
ada beberapa tipe, yaitu NHL derajat tinggi, yang juga (dan terutama) terdapat pada umur anak
dan remaja muda. Insidensinya adalah 6 per 100.000.
12. PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Non Hodgkin karena penyebabnya tidak diketahui.
Super lutein merupakan herbal antikanker no 1 yang direkomendasikan oleh 6600 dokter di
dunia. Kemampuannya sebagai herbal antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan
lycopene, beta caroten dan alpha carotene merupakan karotenoid yang berfungsi sebagai
antioksidan yang sangat baik untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal
bebas dalam tubuh. karotenoid tersebut juga mampu menghambat dan membunuh mutasi sel-sel
kanker ini.
13. ASKEP
A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai
dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan
Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau
mungkin tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1.Data subyektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38Oc
b.Sering keringat malam
c.Cepat merasa lelah
d.Badan lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2.Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha
b.Wajah pucat
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi
2.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
4.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
terhadap perdaharan
5.Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak ke jaringan
luar
6.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
7.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9.Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah
10.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan
dan perawatan
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber
E.Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 37,5c)
2.Nyeri berkurang
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi
5.Pasien tidak cemas/berkurang
Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
15. PENDKES
C. Materi
1. Pengertian Limfoma Non Hodgkin
2. Patofisiologi penyakit Limfoma Non Hodgkin
3. Faktor penyebab dari Limfoma Non Hodgkin
4. Tanda/gejala penyakit Limfoma Non Hodgkin
5. Penatalaksanaan penyakit Limfoma Non Hodgkin
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
Menyimpulkan Mendengarkan
3. Penutup 5 Menit
Salam penutup Menjawab salam
F. Media
1. Leaflet : Tentang penyakit Limfoma Non Hodgkin
2. Poster tentang penyakit Limfoma Non Hodgkin
G. Sumber/Referensi
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
H. Evaluasi
Formatif :
Klien dapat menjelaskan pengertian Limfoma Non Hodgkin
Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit Limfoma Non Hodgkin
Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit Limfoma Non Hodgkin
Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin
Sumatif :
Klien dapat memahami penyakit Limfoma Non Hodgkin
16. JURNAL
Non-Hodgkin lymphoma response evaluation with MRI texture classification
Lara CV Harrison1,2*, Tiina Luukkaala3,4, Hannu Pertovaara5, Tuomas O
Saarinen1,Tomi T Heinonen2,6, Ritva Jrvenp6, Seppo Soimakallio1,6, Pirkko-Liisa I
Kellokumpu-Lehtinen1,5, Hannu J Eskola2,6 and Prasun Dastidar1,2,6
Abstract
Background
Methods
A total of 19 patients having NHL with an evaluable lymphoma lesion were scanned at three
imaging timepoints with 1.5T device during clinical treatment evaluation. Texture characteristics
of images were analyzed and classified with MaZda application and statistical tests.
Results
NHL tissue MRI texture imaged before treatment and under chemotherapy was classified within
several subgroups, showing best discrimination with 96% correct classification in non-linear
discriminant analysis of T2-weighted images.
Texture parameters of MRI data were successfully tested with statistical tests to assess the
impact of the separability of the parameters in evaluating chemotherapy response in lymphoma
tissue.
Conclusion
Texture characteristics of MRI data were classified successfully; this proved texture analysis to
be potential quantitative means of representing lymphoma tissue changes during chemotherapy
response monitoring.
Background
Quantitative image analysis may provide new clinically relevant information on the target of
interest, constituting a major advantage in clinical work as well as in research. The most
significant objectives in quantitative image analysis are to find tissue-characterizing features
with biological significance and which correlate with pathophysiology detected by other
methods, i.e. clinical examination, other imaging modalities and pathological-anatomical
diagnosis, and secondly to provide this new information on the properties of tissues to be used
alone or in combination with other clinical information allowing more reliable detection of
disease and sophisticated tissue classification as a clinical diagnostic and follow-up tool.
Precise and earlier diagnostics and monitoring treatment response are significant both for the
individual patient's prognosis and on a larger scale in developing treatment procedures,
especially in malignant diseases. Within the research on solid tumors extensive and widely used
Response Evaluation Criteria in Solid Tumors (RECIST) Guidelines may be followed to obtain
intra- and inter center comparable results. RECIST defines measurability of tumor lesions and
specifies methods of measurements with different techniques [1]. According to the RECIST
criteria measure of tumor response from radiological images is done by measuring lesions one-
dimensionally, furthermore the World Health Organization (WHO) criteria use two dimensional
analysis and several research groups volumetric three-dimensional analysis [2].
Staging of non-Hodgkin's lymphomas (NHL) is the key element of treatment planning for this
heterogeneous group of malignancies. A variety of diagnostic tools, including biopsies,
computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), 18F-fluorodeoxyglucose
positron emission tomography (FDG-PET) or molecular markers are used in pre-treatment
staging [3]. Enhancement with contrast media could also help the evaluation in using different
imaging modalities. The same tools are applied to evaluate the response to different types of
treatment. Novel techniques such as hybrid positron emission tomography computed
tomography (PET-CT) imaging and new PET tracers like 18F-fluoro-thymidine (18F-FLT) may
increase the sensitivity of response assessment [4]. Reports aiming international standardization
of clinical response criteria for NHL have been published [5,6], and these criteria are in wide
clinical use. A combination of cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine and prednisone
(CHOP) remains the mainstay of therapy. The addition of a chimeric-anti-CD20 immunoglobulin
G1 monoclonal antibody, rituximab (Mabthera), has resulted in a dramatic improvement in the
outcome of the most common NHL, diffuse large B-cell lymphoma, but has also been shown to
effective in other type of B-cell lymphomas [7-9].
Several quantitative MRI studies have indicated that texture analysis (TA) has the ability to
detect differences between tissues and subtle changes between disease burden and normal tissue.
Successful applications of TA have been reported from studying neurological diseases [10-15],
brain tumors [16,17], amygdale activation [18], muscles [19,20], trabecular bone [21-23],
liver[24-26], breast cancer [27-31] and lymphomas [32].
In this paper we report the ability of TA to detect changes in NHL solid tissue masses during
chemotherapy. The change in texture appearance is controlled by quantitative volumetric
analysis. We classify statistical, autoregressive (AR-) model and wavelet texture parameters
representing pre-treatment and two under chemotherapy stages of tumors with four analyses: raw
data analysis (RDA), principal component analysis (PCA), linear (LDA) and non-linear
discriminant analysis (NDA). The final objective is to show that these texture parameters of MRI
data can be successfully tested with Wilcoxon paired test and Repeatability and Reproducibility
(R&R) test for assess the impact of the parameters usability in evaluating chemotherapy response
in lymphoma tissue.
Methods
Tumor Response Evaluation (TRE) is a wide prospective clinical project ongoing at our
university hospital on cancer patients, where tumor response to treatment is evaluated and
followed up using simultaneously CT, MRI and PET imaging methods. Clinical responses for
these lymphoma patients were assessed according to the guidelines of the international working
group response criteria. In this texture analysis study, as a part of extensive project, the focus
was on quantitative imaging methods and only the response in predefined solid NHL masses was
evaluated. The ethics committee of the hospital approved the study and participants provided
written informed consent. Primary inclusion criteria were NHL patients with at least one bulky
lesion (over 3 centimeters) coming for curative aimed treatment. Exclusion criteria were central
nervous disease, congestive heart failure New York Heart Association Classification (NYHA)
III-IV, serious psychiatric disease, HIV infection and pregnancy.
Daftar Pustaka :
1. http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-cara-mencegah-dan-mengatasi-limfoma-
hodgkin/
2.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Tumor+Abdomen+Bawah+Regio+Supra+Pub
ik+Suspect+Limfoma+Maligna
3. http://medicastore.com/penyakit/308/Limfoma_Non-Hodgkin.html
4. http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/07/28/limfoma-non-hodgkin/
5. http://dc227.4shared.com/img/LbfnpSU9/preview.html
6. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28230
7. http://firm4n.files.wordpress.com/2007/03/lnh.pdf
8. http://fitralxt190110.blogspot.com/2011/09/askep-hodgkin.html