LAPORAN KASUS
PUSKESMAS JONGAYA
Nama : Tn. N
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Nadi = 80x/menit
Suhu = 37,8 0C
RR = 24x/menit
SPO2 = 95%
Abdomen :I : Datar
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-), capillary refill <
2detik
I.3. RESUME
A : - Dispepsia
- PCT 3X1
BAB II
PENDAHULUAN
berpusat di perut bagian atas. Kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
(tidak dapat menyelesaikan makanan dalam porsi yang normal), dan rasa penuh
setelah makan.1
Dispepsia terbagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia
dengan jelas dan disebut dispepsia fungsional bila tidak ada kelainan organik
terbanyak kedua setelah IBS. Angka prevalensinya sekitar 15.9% dari keseluruhan
nyeri perut berulang. Suatu penelitian pada anak dan remaja berusia di atas 5
tahun yang mengeluhkan sakit perut, rasa tidak nyaman, dan mual sedikitnya
dalam waktu satu bulan, ditemukan 62% merupakan dispepsia fungsional dan
2
35% dijumpai adanya peradangan mukosa. Pada anak usia di bawah 4 tahun
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI
terdiri dari rasa tidak enak atau nyeri di perut bagian atas yang menetap atau
4
mengalami kekambuhan. Dispepsia terbagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia
telah diketahui dengan jelas dan disebut dispepsia fungsional bila tidak ada
2
kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.
kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya satu kali seminggu selama
5
minimal dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
a. Nyeri yang persisten dan berulang atau perasaan tidak nyaman yang
dari kriteria dibawah ini pada 3 bulan terakhir atau setidaknya 6 bulan sebelum
diagnosis ditegakan.
c. Nyeri Epigastrium
B. EPIDEMIOLOGI
terbanyak kedua setelah IBS. Angka prevalensinya sekitar 15.9% dari keseluruhan
6
nyeri perut berulang. Penelitian di Italia dengan menggunakan kriteria Rome II
atas 5 tahun yang mengeluhkan sakit perut, rasa tidak nyaman, dan mual
fungsional dan 35% dijumpai adanya peradangan mukosa.4 Pada anak usia di
bawah 4 tahun sebagian besar disebabkan kelainan organik, sedangkan pada usia
3
di atasnya kelainan fungsional merupakan penyebab terbanyak.
C. PATOFISIOLOGI
fungsional, yaitu :
2. Faktor Psikososial
Stres adalah faktor yang mempengaruhi dispepsia fungsional.
3. Faktor genetik
5. Hipersensitivitas viseral
Hipersensitivitas viseral adalah suatu hipotesis yang menerangkan
dari saluran cerna ke otak dan selanjutnya di otak persepsi nyeri ini
9
diperluas. Pengamatan pada penderita dispepsia fungsional menunjukkan
perifer saluran cerna akan disaring dan dimodulasi oleh mekanisme sentral
pada tingkat spinal cord atau otak.9 Kemungkinan adanya interaksi antara
D. MANIFESTASI KLINIS
ditandai dengan gejala nyeri yang berpusat di bagian medial kuadran atas
abdomen, dan biasanya gejala hilang dengan pemberian antasida atau
3. Dispepsia non spesifik bila keluhan yang timbul tidak memenuhi kriteria
- Terdapat disuria
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan, maka
4
penderita perlu menjalani pemeriksaan.
E. PEMERIKSAAN
memungkinkan mencari hubungan antara gejala yang timbul dengan diet, aktivitas
12
ataupun faktor stres. Sebaiknya orangtua dan anak melengkapi keterangan
tentang gejala dan waktu timbul, lokasi, intensitas dan karakter nyeri dan rasa
tidak nyaman tersebut, waktu dan jenis asupan makanan, aktivitas harian, serta
pola defekasi.
yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika
karsinoma pankreas).
makan.
H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi.
F. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
diet tinggi lemak, kopi, alkohol, dan merokok. Selain itu, makanan kecil rendah
malam hari dan membagi asupan makanan sehari-hari menjadi beberapa makanan
kecil. Alternatif pengobatan yang lain termasuk hipnoterapi, terapi relaksasi dan
terapi perilaku.4,14
2. Farmakologis
1. Antasida
2. Antikolinergik
Kerja obat ini tidak sepsifik, Obat yang agak selektif adalah pirenzepin
yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi
asam lambung sekitar 28% sampai 43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis Reseptor H2
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
5. Sitoprotektif
selain bersifat sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
6. Golongan Prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini yaitu sisaprid, domperidon, dan
depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
cemas dan depresi. Contoh dari obat ini adalah golongan trisiclic
Helicobacter pylori, PPI, dan terapi psikologi. Pengobatan yang belum didukung
KESIMPULAN
berpusat di perut bagian atas. Kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
(tidak dapat menyelesaikan makanan dalam porsi yang normal), dan rasa penuh
setelah makan.
dibagi menjadi tiga tipe yaitu dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dispepsia
bukti ilmiah adalah pemberantasan Helicobacter pylori, PPI, dan terapi psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suraatmaja S. Sakit perut akut pada anak.
Dalam: Suraatmaja S, penyunting. Kapita selekta gastroenterologi anak.
Jakarta: Sagung Seto, 2005. h.189-203.
3. McOmber ME, Shulman RJ. Recurrent abdominal pain and irritable bowel
syndrome in children. Curr Opin Pediatr. 2007;19:581-5.