Anda di halaman 1dari 24

IRRITABLE

BOWEL
SYNDROME
Oleh :
Devi Indah Permatasari (111 2016
2137)

Pembimbing :
dr. Fajar Amansyah, Sp.PD
PENDAHULUAN
Irritable bowel syndrome (IBS) adalah kelainan
fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau rasa
tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi
atau perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya
selama 3 bulan.

Gejala klinis IBS berupa nyeri perut atau rasa tidak


nyaman di abdomen dan perubahan pola buang air
besar seperti diare, konstipasi atau diare dan konstipasi
bergantian serta rasa kembung.
Penyakit ini didasari oleh perubahan psikologis
dan fisiologis yang mempengaruhi regulasi sistem
gastrointestinal, persepsi viseral dan integritas mukosa.

IBS bukan kelainan psikiatri atau psikologis,


tetapi faktor psikologis dapat berperan penting dalam
persistensi dan berat keluhan abdomen. Masalah
utama pada IBS adalah penurunan kulaitas hidup
penderitanya yang meskipun tidak terkait dengan
progresivitas IBS, menjadikannya lebih serius hingga
menyebabkan mortalitas.
ANATOMI
Mekanisme defekasi

Bolus feses turun sampai ke rektum distensi rektum rangsangan


sensoris pada usus dan pelvis impuls pada serat-serat sensoris
asendens dibawa ke korteks kesadaran tentang adanya distensi
kontraksi sementara otot bergaris muskulus sfingter ani eksternus,
puborectal sling (bagian dari muskulus levator ani) refleks inflasi
refleks relaksasi rektosfingter (rectospincter relaxation reflex)
Peningkatan tekanan abdomen dihubungkan dengan peristaltik pada
dinding abdomen, menyebabkan keluarnya feses sehingga terjadi
pengosongan rektum
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi IBS 10,9% (6,6% laki-laki dan 14% perempuan)

Prevalensi diare 25,4%, konstipasi 24,1% dan gejala


bergantian diare dan konstipasi 46,7%.

Prevalensi IBS cenderung meningkat di negara industri


dibandingkan di negara berkembang.

Mayoritas pada usia 20-30 tahun, cenderung menurun


seiring bertambahnya usia.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang dapat mengganggu kerja
dari usus adalah sebagai berikut :

Faktor
Diit Genetik Hormon
psikologis

Obat-obatan Malabsorbsi
Pasca infeksi
konvensional Laktosa
PATOMEKANISME

Hipersensitivitas Disregulasi aksis


Gangguan Motilitas
viseral otak-usus

Ketidakseimbangan
Faktor psikososial Infeksi dan inflamasi
neurotransmitter

Serotonin Faktor Genetik


GEJALA KLINIS
Nyeri perut bervariasi baik lokasi, frekuensi, maupun lamanya nyeri
berlangsung, nyeri berkurang setelah BAB, dicetuskan oleh adanya
stres emosi.

Dapat berupa konstipasi atau diare atau bergantian antara


konstipasi dengan diare, merasa tidak puas, tinja yang keluar
biasanya lunak atau keluarnya sedikit-sedikit.

Perut sering merasa kembung atau tegang.

Keluhan tersebut diatas berlangsung lebih dari tiga bulan.

Pemeriksaan fisik sering ditemukan ialah tampak penderita dengan


keadaan tegang, perasaan cemas, nadi yang labil, tekanan darah
sering meninggi, telapak tangan berkeringat dingin.
DIAGNOSIS
Kriteria Rome III

Nyeri abdomen atau sensasi tidak nyaman berulang paling


tidak selama 3 hari dalam 1 bulan atau pada 3 bulan terakhir
dengan 2 atau lebih gejala berikut :

Perbaikan dengan defekasi


Onset terkait dengan perubahan frekuensi buang air besar
Onset terkait dengan perubahan bentuk atau tampilan feses
Berdasarkan kriteria Roma III, IBS diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik feses, IBS dibagi menjadi :

IBS dengan campuran


IBS dengan diare IBS dengan kebiasaan buang air
Un-subtype IBS
(IBS-D) konstipasi (IBS-C) besar atau pola siklik
(IBS-M)

Feses Feses padat


lembek/cair 25% dan feses
25% waktu dan cair < 25% Feses padat
feses padat < waktu dan cair 25%
25% waktu waktu
Kelainan
mencakup
Ditemkan pada Ditemukan 1 kriteria IBS-C
1 dari 3 kasus dari 3 kasus atau IBS-M
Ditemukan 1
dari 3 kasus
Lebih umum Lebih umum
ditemukan terjadi pada
pada laki-laki perempuan
Kriteria Manning untuk IBS

Kriteria Manning
Gejala yang sering didapat pada penderita IBS yaitu :

- Feses cair pada saat nyeri

- Frekuensi buang air besar bertambah pada saat nyeri

- Nyeri berkurang setelah buang air besar

- Tampak abdomen distensi

Dua gejala tambahan yang sering muncul pada pasien IBS :

- Lendir saat buang air besar

- Perasaan tidak puas saat buang air besar


Subgroup IBS

Subgrup IBS

IBS predominan nyeri

Nyeri di fosa iliaka, tidak dapat dengan tegas menunjukkan lokasi sakitnya, nyeri
dirasakan lebih dari 6 bulan, nyeri hilang setelah defekasi, nyeri meningkat jika stress
dan selama menstruasi, nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit

IBS predominan diare

Diare pada pagi hari sering dengan urgensi, biasanya disertai rasa sakit dan hilang
setelah defekasi
IBS predominan konstipasi

Terutama wanita, defekasi tidak lampias, biasanya feses disertai lendir tanpa darah

IBS alternating pattern

Pola defekasi yang berubah-ubah : diare dan konstipasi, sering feses keras dibagi
hari diikuti dengan beberapa kali defekasi dan feses menjadi cair pada sore hari
Penunjang

Pemeriksaan Hb dan hematokrit untuk melihat apakah ada


laboratorium tanda-tanda anemis, lekosit, hitung diferensial
dan LED
Pemeriksaan terlihat peningkatan kontraksi haustrae khususnya
radiologi di kolon desendens atau sebaliknya terlihat
menghilangkan tanda-tanda haustrae yang
normal disertai penyempitan lumen.

Pemeriksaan Pada mukosa tidak ditemukan tukak, perdarahan,


endoskopi rapuh dan massa tumor. Yang sering ditemukan
ialah lendir, untuk ini perlu diperiksa secara
mikorskopis apakah ada amuba atau kuman lain.
DIAGNOSIS BANDING

Penyakit
Crohn
atau Kolitis
Ulserosa
(IBD)

Penyakit
Celiac
PENATALAKSANAAN

Non-farmakologi

Mengurangi proses inflamasi saluran gastrointestinal

Pasien IBS dan defisiensi laktosa harus menghindari produk


mengandung susu.

Pasien yang kembung dan peningkatan gas (flatus) harus


menghindari makanan seperti kacang, bawang, wortel,
pisang. Membatasi konsusi makanan tinggi lemak dan
meningkatan aktivitas fisik

Psikososial
Farmakologi

Antispasmodik

Mebeverine 3x135 mg, Hiosin N-burilbromida 3x10 mg, Cholrdiazepoksid 5 mg

atau Klidinium 2,5 mg 3x1 tab, Alverine 3x30 mg, Tagaserod 2x6 mg selama

10-12 minggu.

Antidepresan

Amitriptilin 10-25 mg/hari, Imipramine 25-50 mg/hari, Paroxetine/fluoxetine

20mg/hari

Laksatif

Bulking agents, serat

Laksatif osmotic Laktulosa (10-20 g/15-30 ml per hari)

Laksatif stimulant Senna (15 mg per hari)

Laksatif emolien Docusates (100 mg, 1-3 tablet per hari).


Prebiotik

Anti diare (Loperamide dipakai on demand 1-2


hari)

Anti biotik (rifaximin 200 mg 3x1)

Aktivator kanal klorida C-2 selektif (lubripostone)

Antagonis reseptor 5-HT (prucalopride)


Kembung
Jenis Obat IBS-C IBS-D Nyeri
dan distensi

Antispasmodik + +
Antidepresan + + +
Bulking agents +
Laksatif +
Probiotik + +
Antidiare +
Antibiotik + +
Aktivatir kanal
+
klorida C-2 selektif
Antagonis reseptor
+ +
5-HT3
PENCEGAHAN
Hindari stress

Konsumsi makanan yang banyak mengandung serat

Hindari makanan pemicu (makanan pedas)

Kurangi intake lemak

Kurangi intake short chain carbohidrat

Kurangi konsumsi alkohol, kafein dan pemanis


buatan
PROGNOSIS
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-
gejala pasien IBS biasanya akan membaik dan hilang
setelah 12 bulan pada 50% kasus dan hanya <5% yang akan
memburuk dan sisanya dengan gejala yang menetap. Tidak
ada perkembangan menjadi keganasan dan penyakit
Inflamasi.
KESIMPULAN
Irritable Bowel Syndrome merupakan penyakit yang
perlu diperhatikan oleh penyedia layanan medis, diagnosis
dapat ditegakkan setelah eksklusi penyakit organik serius.
Perlu pendekatan komprehensif untuk dapat mendiagnosis
IBS yang memiliki gejala tidak spesifik dan sangat bervariasi.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk membantu
mengeksklusi penyakit organik yang lebih serius.
Penatalaksanaan medikamentosa tidak dapat berdiri sendiri,
diperlukan pendekatan psikososial dan modifikasi gaya hidup
untuk dapat memperbaiki kualitas hidup pasien IBS.
DAFTAR PUSTAKA
Anandita, Safira. 2015. Irritable Bowel Syndrome. Faculty of Medicine, Universitas
Lampung. Jurnal Majority vol. 4 no. 2. Hal 74-78
Mariadi & Wibawa. 2012. Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan
Penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome. Bagian Ilmu Penyakit Dlam FK Unud.
Jurnal vol 3 no. 3. Hal 240-245
Sudoyo, W. Aru dkk (editor). 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI.
Interna Publishing. Jakarta. Hal 1823-1825
Jacobus, Danny Jaya. 2014. Irritable Bowel Syndrome (IBS) Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Jurnal CDK-221/vol. 41 no. 10. 727-731
Quigley, Eamonn etc. 2015. Irritable Bowel Syndrome : a Global Perspective. World
Gastroenterology-Organisation Global Guidelines. pg. 6-10
Nurman, A. 2005. Gambaran Klinik Sindroma Kolon Iritabel : Studi Pendahuluan.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jurnal UT vol. 24
no. 3. Hal 111-113
Kusumobroto, Hernomo. 2001. Irritable Bowel Syndrome. Division of Gastroentero-
hepatology Department of Medicine Airlangga University. Hal 205-204
Hadi, Sujono. 2010. Irritable Bowel Syndrome-Gastroenterologi. Penerbit Alumni
Jakarta. Hal 349-357
Suraatmaja, Sudaryat. 2009. Kapita Selekta Gastroenterologi. Penerbit Sagung Seto
Jakarta. hal 174-175
McPhee, Stephen and Ganong, William. 2010. Paotfisiologi Penyakit Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta. Hal 391-392
Syam, Ari dkk (editor). 2013. Konsensus Penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome di
Indonesia. Perkumpulan Gastroentrologi Indonesia. Hal 9-12
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai