Anda di halaman 1dari 9

Diagnosis dari IBS berdasarkan atas

Diagnosa Irritabel
kriteria gejala, mempertimbangkan
bowel syndrome demografi pasien (umur, jenis kelamin
dan ras, riwayat keluarga dengan kanker.
Lanjutan

Diagnosis sindrom iritasi usus dapat ditegakkan oleh dokter dengan melihat riwayat
medis sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk mencari
penyebab pasti.
Sindrom iritasi usus dibagi menjadi tiga kategori, gejala dominan diare, gejala
dominan konstipasi, dan campuran. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
diusulkan untuk mencari penyebab sindrom iritasi usus yaitu:
Pencegahan

Mengetahui cara mengatur tingkat stres dapat


mengurangi gejala dari sindrom iritasi usus.
Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan untuk
mengurangi gejala sindrom iritasi usus:

A. Konseling. Seorang konselor dapat berperan


untuk meredakan stres sebagai salah satu faktor
risiko sindrom iritasi usus. Dengan hilangnya
stres
B. kesehatan saluran cerna juga akan ikut terjaga.
C. Membatasi konsumsi kopi, teh dan soda.
D. Membatasi produk olahan susu atau keju.
E. Makan dalam porsi yang kecil tetapi sering.
F. Membuat catatan makanan yang dapat memicu
sindrom iritasi usus, kemudian menghindari
makanan tersebut.
Pengobatan
Non Farmakologi

1. Diet
Modifikasi diet terutama meningkatkan konsumsi serat pada IBS predominan
konstipasi. Sebaliknya pada pasien IBS dengan predominan diare konsumsi serat
dikurangi. Pada IBS tipe konstipasi peningkatan konsumsi serat juga disertai
konsumsi air yang meningkat disertai aktivitas olah raga rutin. Selanjutnya
menghindari makanan dan minuman yang dicurigai sebagai pencetus
2. Psikoterapi
Terapi psikologis bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan gejala
psikologis lainnya serta gejala gastrointestinal. Intervensi psikologis ini meliputi
edukasi (penerangan tentang perjalanan penyakitnya), relaksasi, hypnotherapy,
terapi psikodinamik atau interpersonal dan cognitive behavioural therapy serta
obat-obat psikofarmaka1 . Terapi fisik seperti masa sedan akupuntur pada
beberapa penelitian dapat mengurangi gejala dan tanda emosional
Farmakologi

1. mengatasi nyeri abdomen


sering digunakan antispasmodik yang memiliki efek kolinergik
dan lebih bermanfaat pada nyeri perut setelah makan. Obat-obat
yang sudah beredar di Indonesia antara lain mebeverine 3x135
mg, hyocine butylbromide 3x10 mg, chlordiazepoksid 5 mg,
klidinium 2,5 mg 3x1 tablet dan alverine 3x30 mg.

2. Anti spasmodik
Antispasmodik meliputi obat dengan sifat antikolinergik dan
penghambat kanal kalsium yang dapat memperbaiki gejala IBS
dengan merelaksasi otot polos usus. Beberapa antispasmodik
seperti hyoscine, cimetropium, pinaverium, otilinium, drotaverine,
dan dicyclomine, disarankan oleh American College of
Gastroenterology untuk meringankan gejala IBS
lanjutan

4. Antibiotik
apabila disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah bakteri dalam
usus

5. Probiotik
yang merupakan bakteri hidup yang dapat membantu dalam proses
pencernaan di usus.

6. Antidepresan
dapat meredakan gejala pada beberapa orang, terutama yang dipicu
oleh stres atau depresi.
Modifikasi pola makan
Penderita IBS juga perlu melakukan modifikasi pola makan,
yaitu dengan menghindari, mengurangi, atau justru
meningkatkan konsumsi jenis makanan tertentu secara
bertahap sesuai dengan gejala yang dialami. Beberapa
contoh modifikasi pola makan untuk penderita IBS adalah:
Jika mengalami perut kembung, pasien dianjurkan untuk
menghindari makanan yang mengandung gas
Jika mengalami diare, pasien dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi makanan tinggi serat.
Jika mengalami sembelit, pasien dianjurkan untuk
meningkatkan konsumsi makanan kaya akan serat.
Perubahan gaya hidup
Selain itu, perubahan gaya hidup juga perlu dilakukan untuk
mencegah kambuhnya IBS dan meredakan gejala yang muncul.
Perubahan gaya hidup yang dimaksud meliputi:
Tidur cukup, makan tepat waktu, dan tidak merokok
Mengonsumsi makanan dengan porsi kecil
Mengurangi konsumsi alkohol, kafein, dan minuman soda
Tidak makan makanan berlemak dan makanan kaleng
Minum air putih paling tidak 8 gelas dalam sehari
Mengonsumsi buah dengan porsi yang cukup
Menjalani psikoterapi, termasuk terapi perubahan prilaku atau
hipnoterapi
Melakukan olahraga secara rutin, seperti senam aerobik, jalan
cepat, atau bersepeda
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai